S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ST-ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION
DI RUANG ELANG PUTRA RSUP DR KARIADI SEMARANG
Oleh:
ANNISA HASNA YUANIHSAN
P1337420919058
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... 1
ABSTRAK.................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................ 3
DAFTAR LAMPIRAN................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang................................................................... 5
B. Web Of Causation..............................................................
BAB II LAPORAN KASUS KELOLAAN 6
A. Pengkajian........................................................................... 6
B. Diagnose Keperawatan....................................................... 12
C. Intervensi Keperawatan...................................................... 13
D. Implementasi....................................................................... 14
E. Evaluasi............................................................................... 17
BAB III PEMBAHASAN 18
A. Analisa Kasus..................................................................... 18
B. Analisa Intervensi Keperawatan......................................... 18
BAB IV PENUTUP 19
A. Kesimpulan.......................................................................... 19
B. Saran................................................................................... 19
DAFTAR PUSATAKA 20
LAMPIRAN 21
2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran WOC
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu keperawatan memiliki cakupan yang sangat luas, kajiannya meliputi
biopsikososiokultural. Praktek keperawatan sendiri ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia yang terganggu karena penyakit atau ketidakmampuan yang disebabkan
oleh faktor lain, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Infark miokard adalah penyebab kematian tertinggi di dunia baik pada pria ataupun
wanita di seluruh dunia (Kinnaird et al., 2013). Infark miokard akut merupakan suatu
peristiwa besar kardiovaskuler yang dapat mengakibatkan besarnya morbiditas dan angka
kematian (Tabriz et al., 2012).
Sebanyak 478.000 pasien di Indonesia terdiagnosis penyakit jantung koroner
menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2013. Prevalensi infark miokard akut dengan
ST-elevasi saat ini meningkat dari 25% ke 40%. (Depkes, 2013). Sedangkan di Jawa
Tengah mencapai 0,5 % berdasar wawancara terdiagnosis dokter dan 1,4% diagnosis
dokter atau gejala (Riskesdas, 2013).
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang
terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dada, perubahan segmen
ST pada Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar & Cannon,
2009). Keadaan iskemia yang akut dapat menyebabkan nekrosis miokardial yang dapat
berlanjut menjadi Infark Miokard Akut. Nekrosis atau kematian sel otot jantung
disebabkan karena adanya gangguan aliran darah ke jantung. Daerah otot yang tidak
mendapat aliran darah dan tidak dapat mempertahankan fungsinya, dikatakan mengalami
infark (Guyton, 2007).
Pada Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) terjadi oklusi total arteri koroner
sehingga menyebabkan daerah infark yang lebih luas meliputi seluruh miokardium, yang
pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya elevasi segmen ST.
Pada Pasien dengan
4
BAB II
LAPORAN KASUS KELOLAAN
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan nyeri dada seperti ditusuk, nyeri menjalar ke leher. Klien juga
mengeluh sesak nafas.
5
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Hari Selasa tanggal 2 Oktober 2019 pukul 06:00 klien dibawa oleh keluarga ke IGD
RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan nyeri dada seperti ditusuk, nyeri menjalar ke leher. Klien
juga mengeluh sesak nafas.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tiga bulan yang lalu klien pernah menjalani perawatan di RSUP Dr. Kariadi dengan
keluhan dan penyakit yang sama. Klien memiliki riwayat darah rendah sejak tahun yang
lalu. Klien sudah terdiagnosa memiliki penyakit STEMI sejak tahun yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit sama seperti yang diderita
klien dan tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC, Hepatitis. Namun keluarga klien
memilik riwayat penyakit hipertensi.
6
d. Pola istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit : klien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/
hari.
2) Saat sakit : klien mengatakan dapat tidur dengan nyaman dan selalu merasakan
kantuk.
e. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit : klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, sehari-hari klien
bekerja sebagai wiraswasta, tetapi saat di diagnose memiliki penyakit jantung, klien mulai
membatasi aktivitas yang berat.
2) Saat sakit : dalam melakukan aktifitas seperti makan, duduk dan ganti baju
klien, dapat dilakukan sendiri dan dibantu keluarga. Akan tetapi klien didampingi untuk
aktifitas seperti jalan ke kamar mandi karena klien sering sesak nafas.
Aktifitas Skor
Makan 1 (sebagian dibantu)
Keterangan :
20 : Mandiri
12 - 19 : ketergantungan ringan
9 - 11 : ketergantungan sedang
7
5 - 8 : ketergantungan berat
0 - 4 : Ketergantungan total
Jumlh skor 4 (ketergantungan total)
8
Sebelum sakit klien masih menjalankan ibadah setiap hari layaknya kewajiban sebagai
seorang muslim saat sakit klien tetap menjalankan ibadah setiap hari sebagai seorang
muslim.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis E4V5M6
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 88x/ menit
Pernapasan : 28x/ menit
SPO2 : 970
Tekanan darah : 90/70 mmHg
c. Kepala : ukuran kepala mesochepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa/benjolan, kulit kepala bersih, rambut beruban.
d. Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada lesi
e. Mata :sklera tidak ikterik, mata asimetris, konjungtiva anemis, pupil normal
berbentuk bulat, dan reflek cahaya baik.
f. Hidung :simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, terpasang nasal canul.
g. Telinga :simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan
tidak menggunakan alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik.
h. Mulut :tidak terdapat stomatitis, bibir lembab, lidah bersih dan gigi bersih.
i. Dada:
1) Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di IC 5
P : redup
A : S1 dan S2 reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan
2) Paru-paru :
9
I : expansi dada simetris, tidak ada bekas luka/luka di area dada, RR: 28x/mnt
P : pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus teraba
P : sonor
A : terdengar redup suara ronchi
j. Ekstremitas :
klien terpasang infus NaCl 0,9% 8tpm dan tidak terdapat edema.
k. Genetalia:
Jenis kelamin klien laki-laki, tidak ada lesi, bersih dan tidak terpasang cateter urin.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
COR :
Apeks jantung bergeser ke laterocaudal
Elengatio aorta
PULMO : Corakan vascular tampak normal
Tak tampak bercak pada kedua lapang paru
Kesan :
Cardiomegaly (LV) disertai elongation aorta
Pulmo tak tampak kelainan
10
7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 2 Oktober 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 15.9 g/dL 120.0 - 15.00 L
Hematokrit 44.2 % 35 – 47 L
Eritrosit 5.04 10^6/uL 4.4-5.9
MCH 31.5 Pg 27.00-32.00 L
MCV 87.7 fL 76-96 L
MCHC 36 g/dL 29.00-36.00
Leukosit 12 10^3/uL 3.6-11 H
Trombosit 297 10^3/ul 150 – 400
RDW 11.6 \% 11.60-14.80 H
MPV 9.8 fL 4.00-11.00
Glukosa Sewaktu 98 mg/dL 80-160 H
Albumin 4.4 g/dL 3.4-5.0
Ureum 24 mg/dL 15-39
Natrium 137 mmol/L 136-145
Kalium 4.5 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 103 mmol/L 98-107
Kreatinin 1.2 mg/dL 0.60-1.30
Magnesium 0.67 mmol/L 0.74-0.99
Calcium 2.4 mmol/L 2.12-2.52
Troponin 0.442 Ug/L 0.015-0.038
8. PROGRAM TERAPI
Cara
Obat Dosis Waktu per
Pemberian
Infus NaCl 0.9 % IV 500 cc 8 tpm
Dopamin IV 3mg/KgBB/Jam /jam
11
Captopril PO 6.25 mg 12 jam
Miniaspi PO 80mg 24 jam
Atorvastatin PO 40mg 24 jam
Brilinta PO 90mg 12 jam
Concor PO 1.25 mg 24 jam
Lansoprazole IV 30mg 24 jam
ISDN PO 5mg 8 jam
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
12
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2 Selasa DS :
9/10/ 2019 Klien mengatakan sesak nafas bila selesai Ketidakseimbangan Intoleransi
11.00 WIB beraktifitas meskipun hanya aktivitas antara Suplay dan aktivitas
ringan kebutuhan O2
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kelelahan setelah
berusaha turun dari tempat tidur
- Aktivitas klien dibantu oleh
keluarga.
Pernafasan dengan O2 Nasal canula 3
Lpm
13
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal / Diagnosa
No Tujuan Intervensi TTD
Jam Keperawatan
Selasa 9/10/ 1 Gangguan NOC: NIC :
2019 pertukaran 1. Monitor frekuensi, ritme,
Setelah dilakukan
11.00 WIB gas tindakan kedalaman pernapasan.
keperawatan selama 2. Monitor adanya suara
berhubungan
3 X 24 jam abnormal/noisy pada
dengan Gangguan pernapasan seperti snoring
pertukaran klien atau crowing.
ketidakseimba
teratasi. 3. Monitor tekanan darah, nadi,
ngan perfusi
temperature, dan status
Kriteria Hasil:
ventilasi respirasi, sesuai kebutuhan.
Mendemonstrasi
kan peningkatan 4. Monitor respiration rate dan
ventilasi dan ritme (kedalaman dan
oksigenasi yang simetris).
adekuat 5. Monitor suara paru
Tanda tanda 6. Monitor adanya abnormal
vital dalam status respirasi (cheyne
rentang normal stokes, apnea, kussmaul)
AGD dalam 7. Monitor warna kulit,
batas normal temperature dan kelembapan.
8. Monitor adanya sianosis pada
central dan perifer
9. Pertahankan kepatenan jalan
napas.
10. (AGD), serum dan tingkat
elektrolit urine.
14
Selasa 10/10/ 2 Intoleransi NOC : NIC :
2019 aktivitas Setelah dilakukan 1. Observasi adanya pembatasan
tindakan klien dalam melakukan
11.00 WIB berhubungan
keperawatan selama aktivitas
dengan 3x24 jam klien 2. Kaji adanya faktor yang
bertoleransi menyebabkan kelelahan
ketidakseimba
terhadap aktivitas 3. Monitor nutrisi dan sumber
ngan perfusi
energi yang adekuat
ventilasi 4. Monitor klien akan adanya
Kriteria Hasil
Berpartisipasi kelelahan fisik dan emosi
dalam aktivitas secara berlebihan
fisik tanpa 5. Monitor respon
disertai kardiovaskuler terhadap
peningkatan aktivitas (takikardi, disritmia,
tekanan darah, sesak nafas, diaporesis, pucat,
nadi dan RR perubahan hemodinamik)
Mampu 6. Monitor pola tidur dan
melakukan lamanya tidur/istirahat klien
aktivitas sehari 7. Bantu klien untuk
hari (ADLs) mengidentifikasi aktivitas
secara mandiri yang mampu dilakukan
Keseimbangan 8. Bantu untuk memilih aktivitas
aktivitas dan konsisten yang sesuai dengan
istirahat kemampuan fisik, psikologi
dan sosial.
15
BAB III
PEMBAHASAN
a. Analisa kasus
Klien dengan CHF akan memperlihatkan tanda sesak nafas terutama pada saat
melakukan aktifitas ini. Keluhan akan dirasakan semakin memberat jika tidak cepat
ditangani.
Gejala klinis umum dari CHF antar lain adalah sesak nafas, klien juga mengalami
nyeri dada.
16
- Berikan oksigenasi dan medikasi
2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan curah jantung
- Monitor intake dan output cairan
- Pasang urine caterer jika perlu
- Lakukan terapi IV dan deuretik
- Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (crackles, CVP,edema, distensi vena leher,
asites)
- Monitor BB
- Monitor serum dan elektrolit urine
- Monitor serum albumin dan protein total
- Monitor warna jumlah dan karakteristik urine
- Kolaborasi perlunya hemodialisis
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah ditulis oleh penulis dan dilakukan
sejak 1– 3 Oktober 2019 pada Ny. W dengan diagnose medis Congnestive Heart Failure di
Ruang Elang Putri 1 RSUP Dr Kariadi penulis dapat menyimpulkan bahwa :Dari hasil
pengkajian yang dilakukan penulis pada klien 1 didapatkan data bahwa klien megatakan
mengalami sesak nafas.
Masalah keperawatan yang muncul pada klien yaitu masalah keperawatan
penurunan curah jantung b.d pre load dan afterload dan kelebihan volume cairan b.d
penurunan curah jantung.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan pada Ny. W dapat teratasi dengan kriteria tidak sesak nafas lagi.
Untuk memenuhi tujuan dari kriteria hasil yang telah disebutkan diatas, maka
intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan masalah
keperawatan penurunan curah jantung b.d pre load dan afterload dan kelebihan volume
cairan b.d penurunan curah jantung.
Evaluasi setelah diberikan tindakan keperawatan klien tidak mengalami sesak nafas
dan tidak mengalami kelebihan volume cairan.
B. Saran
Dalam mengelola klien dengan dengan diagnose medis CHF, perawat harus
melakukan pengkajian secara mendetail untuk menentukan intervensi yang tepat guna
menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pda klien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bullechek, Gloria M,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). St. Loui: Mosby.
Moorhead S,Jhonson M,dkk. 2013. Nursing Outcames Classification (NOC).Loui: Mosby.
NANDA. (2015). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. Jakarta: EGC
Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.
Carpenito. L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Alih Bahasa Ester M.
Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E. Moorhourse, M.F; Geissler, A. C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien Edisi 3, Alih
Bahas Karisa Dan Sumarwati. Jakarta: EGC.
H. M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk..1996. Ilmu Penyakit Dalam,FKUI, Jakarta,
Lynda Juall Carpenito . 1999. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, , Jakarta: EGC
Marlyn E. Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,Jakarta: EGC
Amir N. Penatalaksanaan komorbiditas depresi dengan coronary artery disease (CAD). In:
Amir N, ed. Depresi aspek neurobiology diagnosis dan tatalaksana. Jakarta:
FKUI;2005.h.24-6,115-32.
Andri, Leonirma T. (2015).Depresi dan Penyakit Jantung. Jakarta: FK Kristen Krida Wacana.
CDK-225/Vol.42 No.2
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta :
Rineka Cipta
Armbrieser, K.A. (2008). Self-management: improving heart failure outcomes. The nurse
practitioner, 33 (11), 20-29.
Crawford, M. H. (2009). Current diagnosis & treatment cardiologi (3rd ed). McGraw-Hill
Companies, inc.
19
Damayanti, A.P. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Klien Gagal Jantung Kongestif Atau Congestive Heart Failure (CHF) Di
Ruang Rawat Penyakit Dalam, Lantai 7 Zona A, Gedung A, Rsupn Dr Cipto Mangunkusumo
Tahun 2013. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Dimos, A.K., Stougiannos, P.N., Kakkavas, A.T., Trikas, A.G. 2009. Depression and
HeartFailure. Hellenic J Cardiol, 50, 410-417.
20