Disusun oleh:
KELOMPOK 14
Preceptor:
dr. Tofik Rahmanto Sp. B.,FINACS
Judul
Oleh:
KELOMPOK 14
Case Report ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Bedah RSUD. Jendral Ahmad Yani dan RSU. Muhammadiyah Metro Lampung periode
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat
DEXTRA INKARSERATA”. Case Report ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Bedah RSUD. Jendral Ahmad Yani dan RSU. Muhammadiyah
Metro Lampung.
Penulis menyadari bahwa penulisan Case Report ini tidak akan selesai tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada dr. Tofik Rahmanto, Sp.B.,FINACS selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan Case
Report ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Case Report ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran membangun tentunya sangat diharapkan. Semoga segala
bantuan berupa nasehat, motivasi dan masukan semua pihak akan bermanfaat untuk
Kelompok 14
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................................II
DAFTAR ISI.........................................................................................................................III
BAB I DATA PASIEN.............................................................................................................1
1.1 Identitas Pasien..............................................................................................................1
1.2 Anamnesis......................................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................................3
1.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................6
1.5 Diagnosis Diferential.....................................................................................................8
1.6 Diagnosis........................................................................................................................8
1.7 Tindakan........................................................................................................................8
1.8 Follow Up Post OP........................................................................................................8
1.9 Terapi.............................................................................................................................9
1.10 Prognosis........................................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................10
2.1 Pendahuluan................................................................................................................10
2.2 Anatomi........................................................................................................................11
2.2.1 Kanalis Inguinalis....................................................................................................12
2.2.2 Aponeurosis Obliqus External...............................................................................13
2.2.3 Fascia Transversalis................................................................................................14
2.2.4 Cincin Hernia...........................................................................................................15
2.3 Hernia...........................................................................................................................15
2.3.1 Definisi......................................................................................................................15
2.3.2 Epidemiologi.............................................................................................................16
2.3.3 Etiologi......................................................................................................................16
2.3.4 Klasifikasi Hernia....................................................................................................18
2.3.5 Patofisiologi..............................................................................................................27
2.3.6 Penegakan Diagnosis...............................................................................................32
2.3.7 Penatalaksanaan......................................................................................................35
2.3.8 Komplikasi...............................................................................................................39
BAB III PENUTUP................................................................................................................40
DAFTAR PUSAKA
iii
BAB I
DATA PASIEN
Nama : Tn. J
Umur : 61 tahun
Berat Badan : 54 Kg
Agama : Islam
1.2 Anamnesis
Seorang laki-laki berusia 61 tahun, yang bekerja sebagai kuli bangunan datang
ke IGD RSU Muhammadiyah Metro dengan keluhan terdapat benjolan di perut kanan
tersebut dapat keluar masuk, keluar bila pasien berdiri, mengedan atau saat
mengangkat beban, jalan dan beraktifitas. Pasien mengaku benjolan nyeri dan dapat
1
Pasien merasakan keluhan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, keluhan
yang dirasakan berupa nyeri pada benjolan perut kanan bawah dan benjolan tidak
dimasukan. Seringkali pasien merasa mual dan disertai muntah dengan frekuensi 2x.
Pasien tidak mengeluh demam, nafsu makan pasien juga baik, pasien tidak memiliki
riwayat penyakit batuk yang lama ataupun buang air besar yang keras.
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
e) Riwayat Pribadi
2
1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 08/10/2022 pada pukul 13.00 WIB di
c. GCS : E: 4 M: 6 V: 5
e. Vital sign
TD : 158/90 mmHg
Nadi : 57x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,50 C
C. Status Generalisata
1. Kepala
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
b. Mata
Pupil : Isokor
c. Hidung
3
Jejas / Kemerahan : (-) / Tidak ditemukan kelainan
d. Mulut
e. Telinga
Bentuk : Normotia
2. Leher
3. Thoraks
a. Cor E
Perkusi : Normal
4
b. Pulmo
4. Abdomen
5. Ekstremitas
Superior Inferior
Jejas/Kemerahan -/- -/-
Tumor -/- +/+
Oedem -/- -/-
5
D. Status Lokalis
Inguinal dextra
Laboratorium
HBSAG
sel/ uL
6
Jenis Leukosit Limfosit 5 20-40%
• Resume
Seorang laki-laki berusia 61 tahun, yang bekerja sebagai kuli bangunan datang ke
IGD RSU Muhammadiyah Metro dengan keluhan terdapat benjolan di perut kanan
bawah. Keluhan tersebut dirasakan sejak ± 2 tahun, selama ± 1 tahun benjolan tersebut
dapat keluar masuk, keluar bila pasien berdiri, mengedan atau saat mengangkat beban,
jalan dan beraktifitas. Pasien mengaku benjolan nyeri dan dapat dimasukkan secara
Pasien merasakan keluhan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, keluhan yang
dirasakan berupa nyeri pada benjolan perut kanan bawah. Seringkali pasien merasa
mual dan disertai muntah dengan frekuensi 2x. Pasien tidak mengeluh demam, nafsu
makan pasien juga baik, pasien tidak memiliki riwayat penyakit batuk yang lama
ataupun buang air besar yang keras. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 158/90 mmHg, nadi 57
kali/ menit, frekuensi nafas 20 kali per menit, suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan hasil inspeksi tampak benjolan di regio inguinalis dextra warna sama
dengan sekitar, palpasi teraba benjolan, batas atas tidak tegas, konsistensi kenyal, tidak
2. Hernia femoralis
3. Limfadenopati inguinalis
1.6 Diagnosis
1.7 Tindakan
8
HR : 60 x/menit Inj Asam tranexamate
RR : 20 x/menit 500 mg / 12 jam
T : 36,8 C SpO2 :
96%
1.9 Terapi
A. Medikamentosa
1. Infus RL 20 tpm
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
3. Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
C. Edukasi
komplikasi
1.10 Prognosis
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan
pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen
pada tahun 176 Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang
kecil pada lower abdomen, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya
hernia inguinalis indirekta. Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali
melaporkan pengobatan bedah terhadap hernia. Pada autopsi terhadap anak yang
menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke 18 dan 19 didapatkan 56%
adanya patensi dari prosesus vaginalis peritonei. sedangkan Later pada abad ke 19
lateralis anak pada kurun waktu Januari 1988 sampai dengan Desember 1991.
Didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0 -1 tahun; 52,6% hernia
10
inguinalis lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada ke-
dilanjutkan dengan bedah elektif setelah 48 jam dan pada 8 kasus hernia inguinalis
yang inkarserata dilakukan bedah emergensi. Bila tidak ditangani secara dini, Hernia
perlengketan antara isi Hernia dengan dinding kantong Hernia sehingga isi Hernia
tidak dapat dimasukkan kembali dan penekanan terhadap cincin Hernia semakin
2.2 Anatomi
relative dari saraf, pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.
11
Gambar 2 Regio Inguinalis Posterior
2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal
dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.
Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan
12
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan
abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external
"The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon
otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semulunaris.
14
2.2.4 Cincin Hernia
1. Kantong
2. Isi hernia
Isi dari hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam.
Pada abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus.
3. Pintu Hernia
hernia.
2.3 Hernia
2.3.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut.
15
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris resistensiae baik
bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen
2.3.2 Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu
2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnay di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia
femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40%
dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia
femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi
hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan wanita adalah sama,
dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada
wanita.
2.3.3 Etiologi
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat
16
3. Kongenital
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat
tertentu.
1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
menangis).
4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain :
yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia
e. Sikatrik.
g. Merokok
h. Diabetes mellitus
17
2.3.4 Klasifikasi Hernia
1. Hernia Inguinalis
abdominus.
rotundum.
18
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup
Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis
Gambaran klinik
Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat
paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan
19
anak atau bayi sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang
Pemeriksaan fisik
inguinalis medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak
longgar.
20
Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan factor peninggian
Hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami
dengan defek kecil di m. oblikus internus abdominis dengan cincin kaku dan
Pemeriksaan fisik
ireponibilis.
Palpasi: jika ditekan pada annulus inguinalis interna pada saat pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan karena hernia ini
akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah dapat meraba
21
2. Hernia Femoralis
kira 4 kali laki – laki.Keluhan biasanya berupa benjolan dilipat paha yang
intra abdomen seperti mengankat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
22
dengan V. femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa
3. Hernia Umbilikalis
4. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar
melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi
sering hanya satu lapis saja. Disamping itu linea alba disebelah cranial
kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Hernia ini
23
B. Menurut isinya, yaitu :
2. Hernia omentum
E. Menurut penyebabnya :
2. Hernia traumatic
F. Menurut sifatnya,yaitu :
1. Hernia Reponible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
2. Hernia Irreponible
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang
.
sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada: femoral, umbilical) Tidak
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi
1. Hernia Strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan
masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang
infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong
hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga
25
2. Hernia Inkerserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
gangguan pasase usus. Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia.
Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya
dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih
baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia
1. Sliding Hernia
organ yang merupakan isi hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau
kandung kemih, disebut sliding hernia. Sliding hernia dapatterjadi karena isi
26
2. Hernia Ritcher
Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya
usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding
usus. Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami iskemi tanpa
perkembangan nyata dari gejala obstruksi. Biasanya pasase usus masih ada,
2.3.5 Patofisiologi
1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
27
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah
ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan
dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit
dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
28
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi
perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi
hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami
m.transversus abdominis.
29
Gambar 7 Hernia Inguinalis Direct
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu
dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan
bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari
processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-
waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak
30
Gambar 8 Hernia inguinalis indirect
c. Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus
Klasifikasi Nyhus
31
2.3.6 Penegakan Diagnosis
A. Anamnesis
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan
keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan
tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien sering mengeluh tidak
nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi
manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis
lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita
di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial
2. Palpasi
paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan.
Caranya:
hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa.
dipegang diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari
benjolan tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri
sendiri dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan
merupakan suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan
benjolan itu.
c. Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan
kiri untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum
Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari
hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung jari, bila hernia
34
3. Perkusi
4. Auskultasi
obstruksi usus.
C. Pemeriksaan Penunjang
Herniografi
derajat. Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak
dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada
daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral.
langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa medial atau
2.3.7 Penatalaksanaan
A. Operatif
kemudian dipotong.
35
2. Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis
Teknik operasi :
Bassini
hilang.
Shouldice
Ferguson
36
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus
Mc Vay
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah
37
rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan
operasi sebelumnya.
open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki
defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh
d. Laparoscopy
38
(TEP) . pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic
dalam cavum abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
2.3.8 Komplikasi
Berat Berat
Hemorraghe Hemorraghe
Testicular atrophy Cedera usus
Terpotongnya vas deferens Cedera vesica urinaria
Cedera usus Cedera pembuluh darah besar
Cedera vesica urinaria
Ringan Ringan
39
BAB III
PENUTUP
merupakan penonjolon yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Disebut indirek
karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi
dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya
inkarserata Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada
waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat
paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering
gelisah, banyak nangis, dan kadang- kadang perut kembung, harus dipikirkan
konservatif, yaitu reposisi bimanual dan injeksi serta operatif dengan beberapa teknik.
40
DAFTAR PUSAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
bukukedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita
SelektaKedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius,Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal313-317
3. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by
stepapproach).Edisi I. Penerbit Global Digital Services, BhatiaGlobal Hospital &
Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.(Ebook, di akses 10 juli 2010)
4. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
5. C. Palanivelu. Operative Manual ofLaparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit
GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
6. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
HodderArnold. 2006.
7. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi
I.Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
8. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005
9. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias
(Principles and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York. 2001.
(Ebook, di akses 10 Juli 2010)
10. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood Academic
Publishers. Amsterdam. 1997. (Ebook, diakses 10 Juli 2010)