Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN Pada KLIEN Ny.

M DENGAN ANEMIA Di RUANGAN


PERAWATAN DAHLIA B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN PROVINSI
KALIMANTAN UTARA

DI SUSUN OLEH :

OKTAVIANA S.LASANGOLI 21010023

ANNISA AMALIA DAHLAN 21010004

NI DWI DAMAYANTI 21010018

YUSMAWATI 21010035

FADILA A.KAMBISU 21010010

RAHMA B.KANTOLE 21010024

ANANDITA PRATIWI 21010003

OKRIANDA MODJO 21010022

SARWIL A.NDOI 21010026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga dengan semangat yang ada, Kami dapat menyelesaikan Askep
yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN Pada KLIEN Ny. M DENGAN ANEMIA Di
RUANGAN PERAWATAN DAHLIA B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
PROVINSI KALIMANTAN UTARA guna memenuhi tugas mata kuliah ”KMB 1’’ shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikutnya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna itu kami
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak, dan kami
juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dalam
pengajaran ini.

Penulis

Poso, November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1


B. Tujuan ...........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi ....................................................................................................................3
2. Anatomi Dan Fisiologi ............................................................................................4
3. Etiologi ....................................................................................................................5
4. Patofisiologi ............................................................................................................7
5. Manifestasi Klinis ..................................................................................................10
6. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................11
7. Penatalaksanaan Medis ...........................................................................................11
8. Komplikasi ..............................................................................................................13
9. Konsep Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer ..................................................14
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian ...............................................................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................18
3. Intervensi Keperawatan ..........................................................................................18
4. Implementasi Keperawatan .....................................................................................22
5. Evaluasi Keperawatan .............................................................................................23

BAB III LAPORAN KASUS

1. Pengkajian .....................................................................................................................24
2. Klasifikasi Data .............................................................................................................33
3. Analisis Data .................................................................................................................34
4. Diagnosa Keperawatan .................................................................................................35
5. Intervensi Keperawatan ................................................................................................36
6. Implementasi .................................................................................................................38
7. Evaluasi .........................................................................................................................42

ii
BAB IV PEMBAHASAN

1. Pengkajian .....................................................................................................................43
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................................................48
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................................51
4. Implementasi .................................................................................................................52
5. Evaluasi .........................................................................................................................53

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ...................................................................................................................55
2. Saran ............................................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................57

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen
mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi tubuh. Kebutuhan fisiologi
spesifik bervariasi pada manusia dan bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tahap
ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut (Wijoyono, 2018).

Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis, dibagi menjadi 4 yaitu anemia defesiensi


besi, anemia hemolitik, anemia megaloblastik, anemia aplastik. Anemia aplastik adalah
suatu gangguan sel-sel induk di sum-sum tulang belakang yang dapat menimbulkan
kematian. Pada keadaan ini berkurangnya sel darah tepi sebagai akibat berhentinya
pembentukkan sel homopoetik dalam sum-sum tulang (Wijaya & Putri, 2013).

Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian. Angka kematian
di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.
Perempuan yang meninggal karena komplikasi anemia mengalami penurunan pada tahun
2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian sebesar 75% antara tahun
1990 dan 2015 (WHO, 2015).

Anemia merupakan klien dengan jumlah yang cukup banyak, berdasarkan data yang
diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut,
didapatkan bahwa jumlah kasus anemia 263 orang, sedangkan jumlah penyakit lainya
adalah sebagai berikut: CKD dengan jumlah 277 orang, GEA dengan jumlah 233 orang,
DM dengan jumlah 213 orang, tifoid dengan jumlah 178 orang, febris dengan jumlah 165
orang, Hipertensi dengan jumlah 95 orang, CHF dengan jumlah 4 orang, dan PPOK
dengan jumlah 2 orang. Dari data tersebut anemia masuk ke dalam distribusi frekuensi 10
Besar Penyakit di Ruang Marjan Bawah RSUD dr. Slamet Garut Periode tahun 2019.
Berdasarkan data tersebut diatas menunjukan angka terjadinya kasus anemia cukup tinggi
sehingga dapat menimbulkan dampak bagi tubuh terutama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar. Komplikasi anemia aplastik apabila tidak mendapatkan penanganan secara
komprehensif maka akan menyebabkan infeksi berat atau bisa terjadi pendarahan,
hemochromatosis yaitu penumpukan zat besi di dalam tubuh, ini dapat terjadi akibat
sering melakukan transfusi darah.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien
Ny. M dengan Anemia.
2. Tujuan Khusus
1) Melaksanakan proses Asuhan Keperawatan pada klien Ny. M dengan Anemia.
2) Membandingkan antara teori dan praktik Asuhan Keperawatan pada klien Ny. M
dengan Anemia
3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan proses
keperawatan pada klien Ny. M dengan Anemia
4) Melaksanakan pemecahan masalah pada klien Ny. M dengan Anemia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb


sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
istilah yang menunjukkan hitungan sel darah merah dan kadar hematokrit dibawah
normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia tidak merupakan suatu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologi yang mendasari (Wijaya & Putri, 2013).

Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau


bisitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum
tulang dalam bentuk aplasia atau hypoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau
pendesakkan sumsum tulang (Bakta, 2017). Anemia aplastik adalah anemia yang
ditandai dengan pansitopenia (anemia, leukopenia dan trombositopenia) dalam
darah tepi disertai hiposeluleritas dari sumsum tulang. Keluhan dan komplikasi
anemia aplastik disebabkan oleh keadaan sitopenia dengan akibat anemia dan
gejala yang diakibatkannya, infeksi, maupun tanda perdarahan (Sugianto, 2015).

Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sum-sum tulang


belakang yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini berkurangnya sel
darah tepi sebagai akibat berhentinya pembentukkan sel homopoetik dalam sum-
sum tulang (Wijaya & Putri, 2013). Dari definisi diatas penulis dapat
menyimpulkan, anemia aplastik merupakan anemia yang disebabkan oleh
kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Sumsum tulang tidak
dapat memproduksi salah satu atau seluruh sel darah, seperti sel darah merah, sel
darah putih, dan platelet, hal itu disebut pansitopenia.

3
2. Anatomi dan Fisiologi Anemia

Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi


transportasi oksigen, karbohidrat, metabolik, mengatur keseimbangan asam dan
basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi, membawa panas tubuh dari
pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh,
pengaturan hormon dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar kesasaran
(Syaifuddin, A, 2016).

Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang berwarna merah.


Warna merah ini keadaannya tidak tetap, tergantung banyaknya oksigen dan
karbondioksida didalamnya. Darah dalam tubuh karena adanya kerja pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi
bila ada diluar pembuluh darah akan membeku. Pembekuan ini dapat dicegah
dengan mencampurkan sedikit sitras natrikus atau anti pembeku darah. Keadaan
ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah
(Syaifuddin, A, 2016).

Fungsi darah secara umum menurut (Syaifuddin, A, 2016) yaitu :

1. Sebagai alat pengangkut, membawa darah sebagai substansi untuk fungsi


metabolisme:
a. Respirasi: gas oksigen dan karbondioksida dibawa oleh hemoglobin
dalam sel darah merah dan plasma darah kemudian terjadi pertukaran
gas diparu.
b.Nutrisi zat gizi yang diabsorpsi dari usus, dibawa plasma ke hati dan
jaringan-jaringan tubuh, dan digunakan untuk metabolisme.
c. Mempertahankan air, elektrolit, keseimbangan asam basa, dan berperan
dalam homeostasis.
d.Sekresi hasil metabolisme dibawa plasma keluar tubuh oleh ginjal.
e. Regulasi metabolisme: hormon dan enzim mempunyai efek dalam
aktivitas metabolisme sel dibawa dalam plasma.
2. Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme yang merupakan fungsi
dari sel darah putih.
3. Proteksi terhadap cedera dan perdarahan : proteksi terhadap respon
peradangan lokal karena cedera jaringan. Pencegahan perdarahan
merupakan fungsi trombosit karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik
(mempercepat pelarutan thrombin) yang ada dalam plasma.
4. Memepertahankan temperature tubuh: darah membawa panas dan
bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil metabolisme juga menghasilkan energi
dalam bentuk panas.

4
Bagian-bagian darah menurut (Syaifuddin, A, 2016) meliputi :

1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium, dan zat besi)
4. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan
asam amino) Darah terdiri dari dua bagian darah yaitu :

1. Sel-sel darah ada tiga macam yaitu :

a. Eritrosit (sel darah merah) Eritrosit berbentuk cakram binokav, tanpa inti
sel, berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya 1
mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberinya warna merah.
b. Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-
butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinophil, basophil, dan netrofil.
2) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula,
jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.
c. Trombosit/platelet (sel pembeku darah)

2. Plasma darah Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin,
dan fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut
serum darah.

3. Etiologi

Etiologi anemia aplastik menurut (Handayani & Hariwibowo, 2014).


Berikut ini adalah berbagai faktor yang menjadi etiologi anemia aplastik :

5
a. Faktor genetik

Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian


besar darinya diturunkan. Menurut hukum mendel pembagian kelompok pada
faktor ini adalah sebagai berikut :

1) Anemia Fanconi.

2) Diskeratosis bawaan.

3) Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit/tulang.

4) Sindrom aplastik parsial : - Sindrom Blackfand-Diamond. - Trombositopenia


bawaan. - Agranulositosis bawaan.

b. Obat–obatan dan bahan kimia

Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat
berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia aplastik adalah kloramfenikol.
Sedangkan bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan anemia apalastik
adalah senyawa benzen.

c. Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen.

1) Sementara

- Mononucleosis infeksiosa

- Tuberculosis

- Influenza

- Bruselosis

- Dengue

2) Permanen

Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non – A dan non – B.
virus ini dapat menyebabkan anemia. Umumnya anemia aplastik pasca –
hepatitis ini mempunyai prognosis yang buruk.

6
d. Radiasi

Hal ini trjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X.


peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan terjadinya
pansitopenia. Bila penyinaran dihentikan, sel–sel akan berptoliferasi kembali.
Radiasi dapat menyebabkan anemia aplastik berat atau ringan.

e. Kelainan imunologi

Zat anti terhadap sel–sel hematopoetik dan lingkungan mikro dapat


menyebabkan aplastik.

f. Idiopatik

Sebagian besara (50-70%) penyebab anemia aplastik tidak diketahuai atau


bersifat idiopatik.

g. Anemia aplastik pada keadaan atau penyakit lain

Seperti leukemia akut, hemoglobinuria noktural proksimal, dan kehamilan


dimana semua keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pansitopenia.

4. Patofisiologi

Penyebab anemia aplastik adalah kongenital, faktor didapat antara lain:


bahan kimia, obat, radiasi, faktor individu, infeksi, idiopatik. Apabila pajanan
dilanjutkan setelah tanda hypoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan
berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan irreversible.
Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada klien yang
mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat
menyebabkan anemia aplastik. (Brunner and Suddarth, 2010).

Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sum-sum tulang, aspirasi sum-
sum tulang sering hanya menghasilkan bebereapa tetes darah. Maka perlu
dilakukan biopsi untuk menentukan beratnya penurunan elemen sum-sum normal
dan pergantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, prekusor
granulosit, eritrosit dan trombosit, akibatnya terjadi pansitoipenia. (Brunner and
Suddarth, 2010).

Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah merah (anemia) ditandai dengan menurunnya
tingkat hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah (hemoglobin)
menyebabkan penurunan jumlah oksigen yanG dikirim ke jaringan, biasanya

7
ditandai dengan kelemahan, kelelahan, dispnea, takikardi, ekstremitas dingin dan
pucat. (Brunner and Suddarth, 2010).

Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah


sel darah putih (leukosit) kurang dari 4.500-10.000/mm3 penurunan sel darah
putih ini akan menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan respon
inflamasi. Respon inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan
penurunan sistem imunitas fisik mekanik dimana dapat menyerang pada selaput
lendir, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang terkena
makan akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring, sehingga
mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan penurunan masukan diet
dalam tubuh. (Brunner and Suddarth, 2010).

Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu trombositopenia,


trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3.
Akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epitaksis, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan perdarahan saluran cerna. Gejala
dari perdarhan saluran cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan
stomatitis (sariawan pada lidah dan mulut) perdarahan saluran cerna dapat
menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan akibat trombositopenia
mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun. (Brunner and Suddarth, 2010).

8
9
5. Manifestasi Klinis

Pada aplastik terdapat pasitopenia sehingga keluhan dan gejala yang


timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hypoplasia eritropoietik akan
menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala anemia antara lain lemah,
dispnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain-lain. Pengurangan
elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan
penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mangakibatkan keluhan dan
gejala infeksi baik bersifat local sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala
infeksi baik bersifat local maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat
mengakibatkan perdarahan di kulit, selaput lender atau perdarahan di organ –
organ lain.

Manifestasi klinis pada klien anemia aplastik menurut (Rukman Kiswari, 2014)
dapat berupa :

1) Sindrom anemia
a. Sistem kardiovaskuler : rasa lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak napas
intolransi terhadap aktivitas fisik, angina pectoris hingga gejala payah
jantung.
b. Susunan saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang
– kunang terutama pada waktu perubahan posisi dari posisis jongkok ke
posisi berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada ekstremitas.
c. Sistem percernaan : anoreksia, mual dan muntah, flaturensi, perut
kembung, enek di ulu hati, diare atau konstipasi.
d. Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.
e. Epitel dan kulit : kelihatan pucat, kulit tidak elastis atau kurang cerah,
rambut tipis dan kekuning-kuningan.
2) Gejala perdarahan: ptekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan subkonjungtiva,
perdarahan gusi, hematemesis/melena atau menorrhagia pada wanita.
Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, namun jika terjadi perdarahan
otak sering bersifat fatal.
3) Tanda – tanda infeksi: ulserasi mulut atau tenggorokan, selulitis leher, febris,
sepsis atau syok septik.

10
6. Pemeriksaan Diagnostik

Evaluasi diagnostik yang dirasakan menurut (Handayani & Hariwibowo,


2014) adalah sebagai berikut :

a. Sel darah
o Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak terlalu ditemukan.
o Jenis anemia adalah anemia normokromik normoister disertai
retikulositopenia.
o Leukopenia dengan relative linfositosis, tidak dijumpai sel muda
dalam darah tepi.
o Trombositopenia yang bervariasi dari ringan sampai dengan sangat
berat.
b. Laju endap darah
Laju endap darah selalu menungkat, sebanyak 62 dari 70 kasus
mempunyai laju endap darah lebih dari 100 mm dalam satu jam pertama.
c. Faal hemostatik
Waktu perdarahan memanjang dan retraksi bekuan menjadi buruk yang
disebabkan oleh trombositopenia.
d. Sumsusm tulang
Hypoplasia sampai aplasia. Aplasia tidak menyebar secara merata pada
seluruh sumsum tulang, sehingga sumsum tulang yang normal dalam satu
kali pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan diagnosis anemia aplastik.
Pemeriksaan ini harus diulang pada tempat – tempat yang lain.
e. Lain–lain
Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, dan HbF meningkat.

7. Penatalaksanaan

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik menurut (Rukman Kiswari,
2014) terdiri atas:

1. Terapi kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab, tetapi
sering hal ini sulit dilakukan karena etiologinya yang tidak jelas atau
penyebabnya yang tidak dapat dikoreksi.

2. Terapi supportif
Terapi ini adalah untuk mengatasi akibat pensitopenia.
a. Untuk mengatasi infeksi antara lain :

11
- Hygiene mulut
- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat.
- Sebelum ada hasil tes sensitivitas, antibiotik yang biasa diberikan
adalah ampisilin, gentamisin, atau sefalosporin generasi ketiga.
- Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat kuman
gram negative, dengan neutropenia berat yang tidak memberikan
respon pada antibiotika adekuat.
b. Untuk mengatasi anemia
Transfusi PRC (packed red cell) jika Hb < 7 gdL atau ada tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simtomatik. Koreksi sampai Hb 9 – 10
gdL, tidak perlu sampai Hb normal, karena akan menekan eritropoiesis
internal.
c. Untuk mengatasi perdarahan
Transfusi konsentrat trombosit jika terdapt perdarahan mayor atau
trombosit < 20.000/mm3. Pemberian trombosit berulang dapat
menurunkan efektivitas trombosit karena timbulnya antibodi
antitrombosit. Kostikosteroid dapat mengurangi perdarahan kulit.

3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang


Beberapa tindakan dibawah ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan
sumsum tulang:
a. Anabolik steroid: oksimetolon atau atanozol. Efek terapi diharapkan
muncul dalam 6 -12 minggu.
b. Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah: prednisone 40 – 100
mg/hari, jika dalam 4 minggu tidak ada perbaikan maka pemakaian barus
dihentikan karena efek sampingnya cukup serius.
c. GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah
netrofil.
4. Terapi definitive Terapi definitive adalah terapi yang dapat memberikan
kesembuhan jangka panjang, terapi tersebut terdiri dari dua macam pilihan:
a. Terapi imunosupresif
- Pemberian anti lymphocyte globuline : anti lymphocyte globuline (ALG) atau
anti thymocyte globuline (ATG). Pemberian ALG merupakan pilihan utama
untuk klien yang berusia diatas 40 tahudan
- Pemebrian methylperednisoloe dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitive yang
memberikan harapan kesembuhan, tetapi biaya yang sangat mahal,
memerlukan peraltana yang sangat canggih, serta adanya kesulitan

12
tersendiri dalam mencari donor yang kompatibel. Transplantasi
sumsum tulang yaitu :

- Merupakan pilihan untuk klien usia < 40 tahun.

- Diberikan siklosporin A untuk mengatasi GvHD (graft versus


hostdisease).

- Memberikan kesembuhan jangka panjang pada 60 – 70 % kasus.

8. Komplikasi

Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)

1) Perkembangan otot buruk

2) Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun

3) Interaksi sosial menurun

4) Daya konsentrasi menurun.

Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling
sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit
mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat
berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik
kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan
impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla
karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang
sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus
Hemoglobin Strait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M,
2007).

1) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif

2) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek

3) SSP : Menyebabkan trombosis serebral

4) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus

5) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati

6) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer,


pendarahan

13
7) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput
humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil)

8) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.

9. Konsep Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

Secara umum perfusi jaringan perifer tidak efektif merupakan penurunan


sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Perfusi jaringan perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah menuju
perifer yang memungkinkan terjadinya komplikasi yang dapat mengganggu
kesehatan (Nurrarif & Kusuma, 2015). Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting di
dalam metabolism sel. Kekurangan oksigen menimbulkan dampak yang
bermakna bagi tubuh manusia, salah satunya kematian, pada orang sehat,
sistempernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Akan tetapi pada saat kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi
tersebut dapat terhambat sehingga menunggu pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh (Mubarak & Chayatin, 2018).

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya dan untuk aktifitas berbagai organ atau sel serta untuk mengalirkan
darah keseluruh tubuh. Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tersebut
diatur oleh sistem atau organ tubuh, diantaranya saluran pernafasan atas, bawah
serta oksigen mengedarkan darah keseluruh tubuh. Darah memerlukan oksigen
untuk dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan oksigen dalam darah bias
membuat tubuh mengalami masalah yakni anemia. Kadar oksigen dalam darah
bias berkurang karena berbagai hal seperti asma, gangguan paru-paru juga karena
kekurangan zat besi (anemia) dimana kondisi tersebut disebut dengan hipoksemia.
Anemia juga dapat terjadi jika sel-sel darah merah tidak mengandung cukupan
hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang banyak memberikan warna merah
pada darah. Hemoglobin mengalami penurunan yang akan mengakibatkan
sistemoksigenasi pada darah terganggu, pada dasarnya hemoglobin berfungsi
untuk mengikat oksigen yang akan mengedarkan darah keseluruh tubuh sehingga
sel darah merah dapat mengalir kedalam tubuh dengan optimal (Wijaya & Putri,
2013).

Perdarahan masif, kekurangan sel darah merah, pembentukan sel


homopoetik terhenti sehingga menyebabkan kadar hemoglobin menurun. Selain
itu hemoglobin menurun mengakibatkan pengiriman oksigen keseluruh tubuh
tidak maksimal atau efektif sehingga klien dengan anemia akan mengalami

14
kelemahan pada tubuhnya karena suplai oksigen yang mengalir keseluruh tubuh
tidak sampai pada otak (Wijaya & Putri, 2013). Pada kasus anemia aplastik berat
dan sangat berat dengan jumlah platelet < 10.000/uL (atau < 20.000/uL dengan
gejala demam) dianjurkan untuk memberikan transfusi darah, tujuannya untuk
menjaga jumlah darah agar tetap dalam kadar normal (British Journal of
Haematology, 2009). Ada 2 jenis transfusi darah yang sering diberikan pada
anemia aplastik yaitu berupa transfusi sel darah merah dan trombosit. Transfusi
leukosit tidak dianjurkan karena siklus hidupnya lebih singkat dan juga efek
samping yang ditimbulkannya lebih besar dibandingkan manfaatnya.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANEMIA

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilatif, dan preventif perawatan kesehatan. Untuk
sampai dalam hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan
masalah yang mengabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan
dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metodee
ilmiah (Doenges, Moorhouse dan Gaissler, 2014).

Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang
terdiri atas tiga tahap: pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang didasarkan metode
ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data, dan penganalisaan temuan. Kajian
selama bertahun-tahun, penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat dengan
pengembangan proses keperawatan menjadi 5 langkah yang kongkrit (pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yang memberikan metode
efisien tentang pengorganisasian proses berpikir untuk pembuatan keputusan klinis.
Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan memberikan asuhan
pasien secara individual dan kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai situasi (Doenges,
Moorhouse dan Geissler, 2014). Dalam proses keperawatan mencakup pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Data dasar pengkajian klien dengan anemia menurut Doenges, Moorhouse dan
Geissler (2014) adalah :

1. Aktivitas/Istirahat
1) Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktifitas,
penurunan semangat untuk bekerja, toleransi terhadap letihan rendah,
kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

15
2) Tanda : Takikardia/takipnea ; dispnea pada bekerja atau istirahat, latergi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan
otot dan penurunan kekuatan, antaksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun,
postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lainnya yang menunjukan
keletihan
2. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis. Perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (defisiensi berat), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan), riwayat endocarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia
kompensasi)
2) Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postular, disritmia : abnormal EKG, misal
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang takikardia,
bunyi jantung mur-mur sistolik (defisiensi besi), ekstremitas (warna)
pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku. Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dan
tampak sebagai keabu-abuan. Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik)
atau kuning lemon terang, sclera biru atau putih seperti mutiara,
pengisian kapiler lambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonstriksi kompensasi), kuku mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonika) rambut kering, mudah putus,, menipis, tumbuh uban
secara premature
3. Integritas ego
1) Gejala : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan
ini, penolakan transfusi darah.
2) Tanda : Depresi
4. Eliminasi
1) Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom
malabsorbsi (defisiensi besi), hematemesis, fases dengan darah segar,
melena, diare, konstipasi, penurunan haluaran urine.
2) Tanda : Distensi abdomen

5. Makanan/cairan
1) Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/
masukan produk sereal tinggi (defisiensi besi), nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/ muntah, dispepsia,
anoreksia, adanya penurunan berat badan.
2) Tanda : Lidah tampak merah daging / halus (AP : defisiensi asam folat
dan B12), membran mukosa kering atau pucat, turgorkulit buruk, kering
tampak kisut/ hilang elastisitas (defisiensi besi), stomatitis dan glositis

16
(status defisiensi), bibir selitis misal inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah.
6. Hygiene
1) Tanda : kurang bertenaga, penampilan tak rapih
7. Neurosensori
1) Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan dan
bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah,
parastesia tangan/ kaki, klaudikasi, sensasi menjadi dingin.
2) Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, mental:
tak mampu berespon lambat dan dangkal, oftalmik: hemoragis
retina (aplasti, AP), epitaksis, pendarahan dari lubang-lubang
(aplastik), gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar dan
posisi, tanda rombeng positif, paralisis (AP).
8. Nyeri/ kenyamanan
1) Gejala : Nyeri abdomen sama, sakit kepala (defesiensi besi)
9. Pernapasan
1) Gejala : Riwayat Turbokulosis paru, abses baru, napas pendek
pada istirahat dan aktivitas.
2) Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dyspnea.
10. Keamanan
1) Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misak
benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen. Riwayat terpajan pada
radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan, riwayat kanker,
terapi kanker, tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas, transfusi
darah sebelumnya, gangguan pengelihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
2) Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum, petekie dan ekimosis (aplastik)
11. Seksualitas
1) Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misal menoragia atau
amenore(defisiensi besi), hilang libido (pria dan wanita).
2) Serviks dan dinding vagina pucat
12. Penyuluhan/ pembelajaran
1) Gejala : Kecendrungan keluarga untuk anemia (DB/ AP), penggunaan
anti konvulsan masa lalu/ saat ini, antibiotic, agen kemoterapi
(gagal sumsum tulang), aspirin, obat antiinflamasi atau antikoagulan,
penggunaan alcohol kronis, adanya/ berulangnya episode perdarahan
aktif (defesiensi besi), riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi,
penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain, enteristik regional,

17
manifestasi cacing pita, poliendokrinopati, masalah autoimun (misal
antibody pada sel parietal, faktor intristik, antibody tiroid dan sel T),
pembedahan sebelumnya misal splenektomi, eksisi tumor, penggantian
katup prostetik, eksisi bedah duodenum atau reaksi gaster, gastrektomi
parsial/ total (DB/AP), riwayat adanya masalah dengan penyembuhan
luka atau pendarahan, infeksi kronis, penyakit granulomatous kronis
atau kanker (sekunder anemia).

2. Diagnosa Keperawatan Anemia


Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi (Doengus, Moorhouse, dan Geisseler, 2014).
Menurut Doengus, Moorhouse dan Geissler, 2014. Diagnosis keperawatan
anemia adalah sebagai berikut.
Menurut nomenklatur masalah keperawatan mengikuti standar diagnosis
keperawatan Indonesia:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi,
penurunan transfer oksigen keparu
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan dengan
konsentrasi hemoglobin dan darah, suplai oksigen berkurang
3) Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, anoreksia
4) Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang diharapkan
dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil pasien yang diharpkan dan tujuan pemulangan. Harapannya
adalah bahwa prilaku yang di preskripsikan akan menguntungkan pasien dan
keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah
yang diidentifikasi dan tujuan yang telah dipilih. Intervensi ini mempunyai
maksud menindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik
pasien serta harus menyertakan kekuata-kekuatan pasien yang telah di
indentifikasi bila memungkinkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan
dinyatakan dengan jelas, dimulai dengan kata kerja aksi. Pengkualifikasi seperti
bagaimana, kapan, diamana, prekuensi, dan besarnya memberikan isi dari
aktifitas yang direncanakan (Doengus, Moorhouse, dan Geissler, 2014).

18
Dari diagnosa keperawatan yang disusun, maka intervensi atau rencana tindaka
keperawatan klien dengan Anemia menurut Nurarif dan Kusuma 2015, adalah :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventalasi,


penurunan transfer oksigen ke paru-paru.
Tujuan : Pola nafas efektif kembali
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dipsnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pulsed lips).
2) Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal (16-20x/menit), tidak
ada suara nafas abnormal ).
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
dan pernafasan).
Intervensi :
1) Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama. Perhatikan laporan dipsnea
dan atau pengguna otot bantu, pernafasan cuping hidung, gangguan
pengembangan dada.
2) Tempatkan pasien pada posisi nyaman, posisi fowler atau semi fowler.
3) Beri posisi dan bantu ubah posisi secara produktif.
4) Anjurkan atau bantu dengan tehnik relaksasi nafas dalam.
5) Evaluasi warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis (khususnya
pada dasar kulit, daun telingga, dan bibir).
6) Kaji respon pernafasan terhadap aktifitas, perhatikan keluhan dipsnea
atau peningkatan kelelahan. Jadwalkan periode istirahat antara aktivitas.
7) Tingkatkan tirah baring dan berikan perewatan sesuai indikasi
selama eksaserbasi akut/panjang.
8) Berikan lingkungan yang tenang

2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan


konsentrasi hemoglobin dan darah, suplai oksigen berkurang.
Tujuan: Perfusi jaringan perifer efektif kembali
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah sistole dalam rentan normal
2) Tidak ada ortostatik hipertensi
3) Tidak ada tanda-tanda peningkatan intracranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
4) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
5) Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi

19
6) Memproses informasi
7) Membuat keputusan dengan benar
Intervensi :
1) Monitor adanya darah tertentu yang hanya peka terhadap panas,
dingin, tajam, tumpul
2) Monitor adanya paretase
3) Kolaborasi pemberian analgetic

3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang kurang, anoreksia
Tujuan: Status nutrisi, berat badan terkontrol
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi terhadap makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3) Anjuran pasien untuk meningkatkan inteke Fe
4) Anjuran pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula
6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
12) Berat badan dalam batas normal
13) Monitor adanya penurunan berat badan
14) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
15) Monitor lingkungan selama makan
16) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

4. Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin


Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi

20
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2) Pertahankan tehnik isolasi
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung meninggalkan pasien
5) Gunakan sabun tangan anti mikroba untuk cuci tangan
6) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : Perawatan diri (mandi) dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi mempertahankan ostomi untuk
eleminasi
2) Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari mampu untuk
melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu
3) Perawatan diri mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
4) Perawatan diri hygiene : mampu untuk mempertahankan kebersihan
penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
5) Perawatan diri hygiene oral : mampu untuk merawat mulut dan gigi
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
6) Mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar
mandi dan menyediakan perlengkapan mandi
7) Membersihkan dan mengeringkan tubuh
8) Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang bersihan tubuh dan
hygiene oral
Intervensi :
1) Pertimbangan budaya pasien ketika memposisikan aktivitas perawatan
diri
2) Pertimbangan usia pasien ketika memposisikan aktivitas perawatan diri

21
3) Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan
4) Tempat duduk, sabun, deodorant, alat pencukur dan aksesoris lainnya
yang dibutuhkan di samping tempat tidur atau di kamar mandi
5) Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan (misal deodorant, sikat
gigi, sabun mandi, sampo, lotion, dan produk aromaterapi)
6) Menyediakan lingkungan yang teraupetik dengan memastikan
hangat, santai, pengalaman pribadi, dan personal
7) Memfasilitasi gigi pasien menyikat sesuai
8) Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik yang dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan
pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam, 2008). Tindakan keperawatan (implementasi) adalah preskripsi
untuk prilaku positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat sesuai dengan apa yang direncanakan. Implementasi
dari perencanaan dicatat dalam catatan kemajuan dan/atau flow sheet (Doenges,
Moorhouse, dan Geissler, 2014).
Pada fase implementasi proses pengajaran pembelajaran, pasien, keluarga, dan
anggota tim keperawat serta tim kesehatan lain, menjalani aktivitas yang telah
dibuat dalam pengajaran. Semua aktivitas dari semua individu ini dikoordinasi
oleh perawat. Penting arti untuk tetap vleksible selama fase implementasi proses
pengajaran pembelajaran dan untuk mengkaji respons individu terhadap strategi
pengajaran secara continue, membuat perubahan dalam rencana pengajaran
sesuai yang diperlukan. Kreativitas dalam meningkatkan dan mempertahankan
motivasi peserta didik untuk belajar adalah penting, dan artinya untuk
mengantipasi kebutuhan pembelajaran beru yang mungkin timbul setelah
pulang dari rumah sakit atau setelah kunjungan perawatan rumah berakhir. Fase
implementasi selesai jika strategi-strategi pengajaran telah diselesaikan dan jika
respons peserta didik terhadap tindakan telah dicatat. Catatan ini berfungsi
sebagai dasar untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dan hasil yang diperkirakan telah tercapai (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Doenges, Moorhose, dan Geissler (2014), komponen tahapan
implementasi terbagi menjadi :
1. Tindakan keperawatan mandiri (dilakukan perawat).
2. Tindakan kolaboratif (Dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya

22
5. Evaluasi
Evaluasi dalam proses pengajaran pembelajaran diarahkan pada penentuan
seberapa epektifnya individu telah berrespon terhadap strategi pengajaran dan
sejauh mana tujuan yang telah dicapai (Smeltzer dan Bare, 2002). Evaluai
asuhan keperawatn sebagai tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatn yang telah
dilakukan. Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus
pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebut
juga evaluasi pencapain jangka panjang. Ada duan alternaif dalam menapsirkan
hasil evaluasi, yaitu :

1. Masalah teratasi
Maslah teratasi apa bila klien atau keluarga menujukan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan
2. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali
tidak menunjukan perubahan prilaku dan perkembangan kesehatan atau
bahkan timbul masalah baru.

23
BAB III

LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil asuhan keperawatan pada Ny. M dengan
diagnosis medis anemia, di ruang perawatan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Provinsi Kalimantan Utara mulai tanggal 10-12 Februari 2020. Dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kasus ini, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan dimulai
dari pengkajan, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

1. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10-12 Februari 2020. Klien bernama Ny. M
berumur 62 tahun, tempat/tanggal lahir Tarakan 24 Agustus 1958, status perkawinan
menikah, jenis kelamin perempuan, beragama Islam, Pendidikan terakhir SD, Pekerjaan
ibu rumah tangga, alamat Kampung Empat Jl. Masjid Istiqlal Rt. 11. Klien masuk rumah
sakit pada tanggal 9 Februari 2020 dengan diagnosis anemia.
Keluarga yang bertanggung jawab bernama Tn. B, tempat/tanggal lahir Tarakan 24
September 1951, jenis kelamin laki-laki, hubungan dengan klien yaitu adik kandung,
beragama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan Security, alamat Kampung Empat
Jl. Masjid Istiqlal Rt. 11.

2. Alasan Masuk Rumah Sakit


Klien di antar ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dengan keluhan nyeri
perut dan perut terasa tertusuk-tusuk.

3. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan perutnya terasa nyeri.
2) Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan perutnya terasa nyeri pada bagian ulu hati dan tidak ada
penyebaran, nyeri timbul saat bergerak dan nyeri akan hilang bila klien
berbaring, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 4 dengan durasi 5-10
menit, klien tampak meringgis.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara dengan keluhan nyeri perut, badan terasa lemes dan pusing,
klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, saat ditanya tentang penyakitnya
klien tidak tahu dan tampak binggung, klien tampak pucat dan lemah, jika
berjalan klien merasa badan suka bergetar.
24
4) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, klien
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena operasi katarak pada mata,
klien tidak pernah jatuh sebelumnya. Klien mengatakan tidak alergi terhadap
makanan maupun obat-obatan.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit anemia
dan tidak ada penyakit menular dalam keluarga.
Genogram :

Keterangan:

Genogram keluarga Ny. M dengan Anemia

25
4. Riwayat psikososial
Klien mengatakan ingin segera sumbuh dan sehat, klien tinggal bersama suami dan
anak-anaknya, rumah yang di tempati saat ini adalah rumah sendiri. Hubugan
keluarga selalu harmonis, hubungan klien dengan tetangga sekitar klien baik, klien
sering mengikuti kegiatan masyarakat disekitarnya.

5. Riwayat spiritual
Klien mengatakan selalu melaksanakan sholat 5 waktu sebelum sakit, namun pada
saat sakit klien hanya berzikir, sholawat, dan berdoa di atas tempat tidur klien.

6. Pola kognitif
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan penglihatan kurang jelas, pendengaran klien cukup baik,
pengecapan klien cukup baik, kemampuan klien berbicara cukup baik.
2) Saat sakit
Klien mengatakan penglihatan klien kurang jelas, pendengaran klien baik,
kemampuan klien berbicara cukup baik.

7. Pola konsep diri


1) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit klien merasa adalah orang yang kuat, klien dapat
beraktifitas dengan baik, sebelum sakit klien bisa bekerja dengan baik.
2) Saat sakit
Klien mengatakan merasa dirinya itu lemah tidak bisa melakukan aktifitas seperti
sebelumnya.

8. Pola koping
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit tidak merasa kehilangan, pandangan klien terhadap
masa depannya ingin yang terbaik.
2) Saat sakit
Klien mengatakan penyakit yang dideritanya diserahkan saja pada Tuhan dan klien
terus berdoa, berharap agar sembuh dari sakit.

26
9. Aktifitas sehari-hari
1. Nutrisi
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan selera makan baik, makan klien dengan teratur 3 kali dalam
sehari dengan porsi makan dihabiskan. Menu makan nasi, sayur, telur, daging,
dan ikan. Klien mengatakan menyukai semua makanan.
2) Saat sakit
Klien mengatakan selera makan sedikit berkurang, klien makan dengan teratur 3
kali dalam sehari, porsi makan dihabiskan dengan menu makan bubur, sayur dan
daging.
2. Cairan
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan selalu minum air putih. Dalam sehari klien minum 6-7 gelas (1
gelas 250 ml), klien juga minum kopi 1-2 gelas dalam sehari.
2) Saat sakit
Klien mengatakan selama sakit klien minum air putih 6 gelas dalam sehari (220
ml), klien minum dengan cara oral, klien terpasang infus (NaCl 500 ml/6 jam),
klien terpasang transfusi darah B+ habis dengan 1 kantong dalam sehari 180
cc/hari.
3. Eliminasi
1) BAB (Sebelum sakit)
Klien mengatakan buang air besar lancar setiap hari, klien buang air besar 2 kali
dalam sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning, tidak mengalami
kesulitan dalam buang air besar.
2) BAB ( Saat sakit)
Klien mengatakan buang air besar lancar dalam sehari, klien buang air besar 2
kali dalam sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning, tidak mengalami
kesulitan dalam buang air besar.
3) BAK (Sebelum sakit)
lancar buang air kecil dalam sehari, dalam sehari klien buang air kecil 4-5 kali
(200 cc) berwarna kuning jernih, klien mengatakan tidak mengalami kesulitan
buang air kecil.
4) BAK (Saat sakit)
Klien mengatakan lancar buang air kecil, dalam sehari klien buang air kecil 5 kali
dalam sehari (200 cc) berwarna kuning jernih, klien mengatakan tidak mengalami
kesulitan dalam buang air kecil.

27
4. Istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan jam tidur siang 12.00-13.00 Wita, pada malam hari 22.00-
05.00 wita, satu hari klien tidur 7 jam/hari, pola tidur klien teratur, kebiasaan
klien sebelum tidur adalah berdoa, klien tidak mengalami kesulitan tidur.
2) Saat sakit
Klien mengatakan tidur siang kurang karena klien merasa sakit pada saat transfusi
darah, pada malam hari klien tidur jam 22.00-00.00, klien tidur hanya 4 jam/hari,
klien mengalami kesulitan tidur dikarenakan hambatan lingkungan yang kurang
nyaman (kebisingan), klien suka terbangun tengah malam, kebiasaan klien
sebelum tidur adalah berdoa.
5. Olahraga
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan berolahraga seperti jalan-jalan santai depan rumah, klien
mengatakan setelah selesai berolahraga tubuh klien terasa segar dan baik.
2) Saat sakit
Klien mengatakan selama sakit klien tidak bisa berolahraga klien hanya bisa
berbaring dan duduk diatas tempat tidur, klien mengatakan selama sakit
hanya menjalani pengobatan.
6. Personal hygiene
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari dan selalu cuci rambut, klien selalu
gosok gigi setiap kali mandi, klien potong kuku seminggu 1 kali.
2) Saat sakit
Klien mengatakan tidak mandi selama dirawat di rumah sakit, klien tidak cuci
rambut dan gosok gigi selama dirawat di rumah sakit.
7. Aktivitas atau mobilitas fisik
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan kegiatan sehari-hari hanya bekerja sebagai ibu rumah
tangga, klien tidak menggunakan alat bantu gerak di rumah, klien tidak
mengalami kesulitan bergerak.
2) Saat sakit
Klien mengatakan selama sakit tidak melakukan aktivitas apapun, klien hanya
pergi ke kamar mandi, klien tidak mengalami kesulitan saat bergerak tetapi hanya
merasa lemes dan bergetar.

28
10. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Klien terlihat lemah
2) Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,4 ºC
2) Nadi : 93 x/menit
3) Respirasi : 20 x/menit
4) Tekanan darah : 160/70 mmHg
MAP : Tekanan darah 160/70 mmHg
= Sistol + (2 x Diastol)
3

= 300/3

= 100 mmHg

5) Tekanan Nadi : Sistol-Diastol


: 160-70
: 90 mmHg
3) Antropometri
1) Tinggi badan : 155 cm
2) Berat badan : 53 kg
3) Indeks Masa Tubuh : ────
────
= 22,06 Kg/M² (normal)

4) Sistem pernafasan
1) Hidung : Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada
secret, tidak terdapat polip
2) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat massa
3) Dada : Bentuk dada normo chest, gerakan dada simetris tidak ada otot bantu
pernafasan. Vocal premitus kiri dan kanan teraba sama, Rr 20 x/menit.
Suara paru sonor, bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat suara nafas
tambahan.

29
5) Sistem kardiovaskular
Conjungtivia pucat, bibir tampak pucat kering, arteri carotis kuat, nadi
93 x/menit capillary refill time 4 detik. Ukuran jantung, batas jantung kanan atas
ICS 2 parasternalis dextra, kanan bawah ICS 4 parasternal dextra, batas kiri ICS
2 parasternal sinistra, dan batas kiri bawah ICS 4 intra clavicula. Suara jantung
S1 ( aorta dan pulmonal ) lup dan S2 (mitral dan tikuspid) dup.
6) Sistem pencernaan
Scelera tidak ikterik bibir pucat kering, tidak terdapat stomatitis, klien tidak
mengalami gangguan menelan. Bising usus 25 x/menit, tidak ada nyeri tekan
pada hepar, ginjal, dan linen.
7) Sistem pengindraan
1) Mata : Kelopak mata simetris, kiri dan kana dapat membuka kelopak
mata secara bersamaan dengan spontan, penyebaran bulu mata merata.
2) Hidung : Fungsi penciuman baik, pasien dapat membedakan aroma minyak
kayu putih dan parfum, tidak mengalami deviasi septum, tidak terdapat polip,
warna membran glukosa pucat, terdapat silia.
3) Telinga : Daun telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat serumen,
pendengaraan baik, klien dapat mengikuti arahan dari perawat
8) Sistem persyarafan
1) Nervus okulomotor : Pasien dapat mengikuti 4 arah jari tangan ke atas,
bawah, kanan, kiri. Pupil mengecil ( miosis ) ketika diberi cahaya.
2) Nervus troklearis: Klien dapat mengikuti gerakan arah tangan perawat.
3) Nervus trigeminalis : Pasien dapat merasakan sentuhan rabaan pada pipi
dengan menggunakan kapas.
4) Nervus abdusens: Klien dapat dapat menggerakan bola mata ke arah lateral.
5) Nervus fasialis : Klien dapat melawan tahanan pada kelopak mata.
6) Nervus vestibulokoklearis: Klien dapat mendengar suara detak jarum
jam.
7) Nervus glossofatingseus : Klien dapat membedakan rasa manis dan asam.
8) Nervus vagus : Klien dapat menelan Nervus olfaktorius : Pasien dapat
membedakan bau minyak kayu putih dan parfum, dengan cara meminta
klienuntuk menutup matanya dan membedakan antara minyak kayu putih dan
parfum.
9) Nervus optikus : Klien dapat melihat dari jarak lebih 30 cm dan tidak mudah
beralih
10) dengan baik.
11) Nervus assesorisl : Pasien dapat menggerakan kepala ke kanan dan ke kiri.
Pasien dapat mekawan tahanan pada bahu.
12) Nervus hipoglossus : Pasien dapat menjulurkan lidahnya dan dapat
digerakkan dari sisi kiri kekanan.

30
9) Sistem Muskuloskeletal
1) Kepala : Bentuk kepala normochepale, dapat di gerakkan.
2) Vertebra : Klien tidak mengalami kelainan tulang belakang, dan dapat
bergerak dengan bebas.
3) Lutut : Tidak bengkak dan tidak mengalami kekakuan, kaki dapat
digerakkan.
4) Kaki : Tidak ada nyeri tekan atau massa, tidak bengkak, dapat digerakkan,
mampu berjalan.
5) Tangan : Tidak ada nyeri tekan atau massa, terdapat
pembengkakan pada tangan sebelah kiri pasien karena plebitis, terpasang
infus pada tangan sebelah kiri, akral teraba dingin.
10) Sistem integument
1) Rambut : Berwarna hitam ada putih sedikit, kering, distribusi merata
di seluruh kepala, tidak mudah dicabut dan tidak berketombe.
2) Kulit : Warna kulit coklat, temperaturnya dingin, kulit tampak pucat,
terdapat bulu pada kulit
3) Kuku : Warna kuku putih, permukaan kuku halus, tidak mudah patah, dan
bersih.
11) Sistem endokrin
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, klien tidak mengalami sekresi urin
berlebihan, tidak mengalami polydipsia dan polyfagia, suhu 36,4ºc, tidak
mengalami keringat yang berlebihan.
12) Perkemihan
Tidak ada kesulitan pada saat berkemih, keadaan kandung kemih tidak distensi,
klien tidak mengalami kencing batu.
13) Sistem imun
Klien mengatakan tidak alergi terhadap cuaca maupun debu, klien mengatakan
jarang mengalami flu karena perubahan cuaca.

11. Pemeriksaan Penunjang


pemeriksaan darah lengkap dan urine Ny, M pada tanggal 10 Februari 2020 Rumah
Sakit Umum Daerah Tarakan.

31
32
12. Terapi saat ini
Pengobatan pada Ny. M tanggal 10 Februari 2020.

2. Klasifikasi Data
Data subjektif
1. Klien mengatakan nyeri pada perut
2. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan nyeri hilang timbul
4. Skala nyeri 4
5. Klien mengatakan mudah terbangun saat tidur karena kebisingan
6. Klien tidur jam 22.00-00.00
7. Klien mengatakan sulit tidur
8. Klien mengatakan pusing
9. Klien mengatakan mual
10. Klien mengatakan badannya lemes karena kurang darah
11. Klien mengatakan saat berjalan badannya gemetar
12. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya

Data objektif
1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak pucat
3. Klien tampak gelisah
4. Klien tampak mengantuk
5. TD.160/70mmHg
6. Conjungtiva pucat
7. Tekanan nadi 90 mmHg
8. Kulit pucat
9. Hb = LL 6.9
10. Leukosit = 7.49

33
11. Eritrosit = L 3.90
12. Hematokrit = L 23.8
13. Trombosit = H 352
14. Suhu 36,4ºc
15. Klien terpasang transfusi darah B+ 180 cc/hari
16. Bibir pucat
17. Klien tampak meringgi
18. Klien tampak kebinggungan

3. Analisa data

1. Pengelompokan data 1
1) Data subjektif
(1) Klien mengatakan nyeri pada perut dan lambunganya
(2) Klien mengatakan nyeri hilang timbul
(3) Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
(4) Skala nyeri 4
2) Data objektif
(1) Klien tampak meringgis
3) Etiologi : Agen pencedera fisiologis
4) Masalah : Nyeri akut
2. Pengelompok data 2
1) Data subjektif
(1) Klien tampak pusing
(2) Klien mengatakan saat berjalan badannya gemetar
(3) Klien mengatakan badannya lemes karena kurang darah
2) Data objektif
(1) Klien tampak lemah
(2) Klien tampak pucat
(3) Conjugtiva pucat
(4) Hb : LL.69
(5) Leukosit : 7.49
(6) Eritrosit : L 3.90
(7) Hematokrit : L 23.8
(8) Trombosit : H 352
3) Etiologi : Perfusi perifer tidak efektif
4) Masalah : Penurunan konsentrasi hemoglobin

34
3. Pengelompokan data 3
1) Data subjektif
(1) Klien tampak pusing
(2) Klien mangatakan mual
2) Data objektif
(1) Klien tampak pucat
(2) klien tampak lemah
(3) Hb. 6.9 g/dL
(4) Klien terpasang transfusi darah 180 cc/hari
3) Etiologi : Kondisi fisologis
4) Masalah : Keletihan
4. Pengelompokan data 4
1) Data subjektiif
(1) Klien mengatakan sulit tidur karena kebisingan
(2) Klien tidur jam 22.00-00.00
(3) Klien mengatakan mudah terbagun
2) Data objektif
(1) Klien tampak mengantuk
(2) klien tampak gelisah
(3) Conjungtiva pucat
(4) TD. 160/70 mmHg
3) Etiologi : Hambatan lingkungan
4) Masalah : Gangguan pola tidur
5. Pengelompokan data 5
1) Data subjektif
(1) Klien mengatakan kurang paham tentang penyakit yang dialaminya
2) Data objektif
(1) Klien tampak kebingungan
(2) Saat ditanya tentang penyakitnya klien tidak tahu
3) Etiologi : Kurang terpapar informasi
4) Masalah : Defisit pengetahuan

4. Diagnosis keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak meringis dan klien tampak gelisah.
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
3) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis dibuktikan dengan klien tampak
lemah

35
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan
klien tampak mengantuk
5) Defisit pengetahuan tentang manajemen anemia berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan klien tampak kebingungan

5. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak meringis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka tingkat
nyeri menurun
dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun 4 ke 2
2) Meringgis menurun 5
3) Prilaku membaik 5
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, skala dan faktor memperberat dan meringankan nyeri
2) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
3) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik dengan tim medis
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka perfusi
perifer meningkat
dengan kriteria hasil:
1) Warna kulit tidak pucat menurun 5
2) Kekuatan otot meningkat 5
3) Pengisian kapiler membaik 5
4) Kekuatan nadi perifer meningkat 5
Intervensi :
1) Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, pengisian kapiler, suhu)
2) Pemantauan tanda-tanda vital
3) Evaluasi edema perifer dan nadi
4) Anjurkan rehabilitasi vaskular
3. Keletihan berhubungan dengan kondis fisiologis dibuktikan dengan klien tampak
lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, maka tingkat
keletihan menurun dengan kriteria hasil:
1) Tidak gelisah menurun 5
2) Lesu menurun 5

36
3) Verbalisasi lelah menurun 5
Intervensi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
3) Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
4) Anjurkan tirah baring
5) Kolaborasi pemberian transfusi darah

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan


dengan klien tampak mengantuk
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka pola tidur
membaik dengan kriteria hasil:
1) Keluhan kesulitan tidur menurun 5
2) Keluhan sering terjaga menurun 5
3) Keluhan tidak puas tidur menurun 5
4) Keluhan istirahat tidak cukup menurun 5
5) Keluhan pola tidur berubah menurun 5
Intervensi :
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Modifikasi lingkungan
3) Tetapkan jadwal tidur rutin
4) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
5) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

5. Defisit pengetahuan tentang manajemen anemia berhubungan dengan kurang terpapar


informasi dibuktikan dengan klien tampak kebingungan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, maka tingkat
pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil:
1) Klien mengatakan minat dalam belajar meningkat 5
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 5
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 5
Intervensi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
4) Jelaskan fakor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

37
6. Implementasi keperawatan
Tanggal 10 Februari 2020
1) Diagnosis keperawatan 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
klien tampak meringgis
(1) Jam 14.00
Mengidentifikasi lokasi, skala dan faktor memperberat dan
meringankan nyeri
Data subjektif: Klien mengatakan nyeri pada perut berkurang saat
bergerak, skala nyeri 4 menjadi 2
Data objektif: Klien tampak tidak meringgis
(2) Jam 14.10
Memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Data subjektif: Klien mengatakan nyerinya berkurang, setelah
melakukan manajemen nyeri
Data objektif: Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam
(3) Jam 14.15
Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak memahami penjelasan penyebab dan
pemicu nyeri
(4) Jam 14.25
Mengkolaborasi pemberian obat ranitidine 25 mg/dl
Data subjektif: -
Data objektif: Klien diberikan obat ranitidine melalui IV
2) Diagnosis keperawatan 2
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
(1) Jam 16.20
Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer (nadi, edema, suhu) Data subjektif: -
Data objektif: Nadi 84 x/menit, 36,0ºC
(2) Jam 16.20
Melakukan pemantauan tanda-tanda vital
Data subjektif: -
Data objektif: 140/70 mmHg, 84 x/menit, 20 x/menit
(3) Jam 16.25
Mengevaluasi edema perifer dan nadi
Data subjektif: -
Data objektif: Tidak terdapat edema, nadi 84 x/menit

38
(4) Jam 16.30
Menganjurkan rehabilisasi vaskular
Data subjektif: -
Data objektif: -
3) Diagnosis keperawatan 3
Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis dibuktikan dengan klien tampak
lemah
(1) Jam 16.40
Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan untuk menerima informasi
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak menerima informasi yang di beritahukan
(2) Jam 16.45
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
Data subjektif: Klien mengatakan seluruh badan terasa lemes
Data objektif: Klien tampak lemah
(3) Jam 16.50
Menganjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
Data subjektif: -
Data objektif: Klien mampu menyusun jadwal aktifitas istirahat
(4) Jam 16.55
Menganjurkan tirah baring
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak gelisah
(5) Jam 17.00
Mengkolaborasi pemberian transfusi darah B+ 180 cc/hari
Data subjektif : -
Data objektif: Klien masih tampak lemah
4) Diagnosis keperawatan 4
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk
(1) Jam 17.00
Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur
Data subjektif: -
Data objektif: Klien mengatakan tidur yang nyaman
(2) Jam 17.05
Memodifikasi lingkungan
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak nyaman

39
(3) Jam 17.10
Menetapkan jadwal tidur yang rutin
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak menerapkan pola tidur yang rutin
(4) Jam 17.15
Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Data subjektif: -
Data objektif: klien tampak mengerti setelah dijelaskan pentingnya tidur yg
cukup selama sakit
(5) Jam 17.20
Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak menerapkan waktu tidur yang cukup

5) Diagnosis keperawatan 5
Defisit pengetahuan tentang manajemen anemia berhubungan dengan kurang
terpapar informasi dibuktikan dengan klien tampak kebinggungan
(1) Jam 17.30
Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Data subjektif: Klien mengatakan tidak memahami tentang
penyakitnya
Data objektif: Klien siap menerima informasi yang diberikan
(2) Jam 17.35
Menyediakan materi dan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Data subjektif: -
Data objektif: -
(3) Jam 17.40
Memberikan kesempatan untuk bertanya
Data subjektif: -
Data objektif: Klien masih tampak binggung
(4) Jam 17. 45
Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tidak mampu menjelaskan faktor resiko yang
mempengaruhi kesehatan

40
Implementasi keperawatan
Tanggal 11 Februari 2020
1) Diagnosis keperawatan keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis.
Anemia) dibuktikan dengan klien tampak lemah
(1) Jam 14.00
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan Data
subjektif: Klien mengatakan tidak ada lagi rasa lemes di badan klien Data objektif:
Klien tampak rileks
(2) Jam 14.10
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak nyaman
(3) Jam 14.15
Menganjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
Data subjektif: Klien tampak menyusun jadwal aktivitas istirahat tidur
Data objektif: Klien tampak nyaman
(4) Jam 14.20
Menganjurkan tirah baring
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak lebih nyaman
(5) 14.30
Mengkolaborasi pemberian transfusi darah 180 cc/hari\ Data subjektif : Klien tampak
nyaman
Data objektif : Darah yang masuk B+ 180 cc

2) Diagnosis keperawatan defisit pengetahuan tentang manajemen anemia berhubungan


dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan klien tampak kebingunggan
(1) Jam 15.00
Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Data subjektif: -
Data objektif: Klien siap menerima informasi yang akan di informasikan
(2) Jam 15.05
Menyediakan materi dan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Data subjektif: -
Data objektif: -
(3) Jam 15.10
Memberikan kesempatan untuk bertanya
Data subjektif: Klien mengatakan memahami tentang penyakitnya
Data objektif: Klien tampak mengulangi kembali penjelasan tentang penyakitnya

41
(4) Jam 15.15
Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Data subjektif: Klien mampu menyebutkan faktor resiko tentang penyakitnya,
menggunakan bahasanya sendiri
Data objektif: Klien tampak mengerti

7. Evaluasi
1) Diagnosis keperawatan 1 jam 08:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada perut berkurang skala nyeri 2
Objektif : Klien tampak tidak meringgis
Assesment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi di lanjutkan
2) Diagnosis keperawatan 2 jam 11:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak pusing
Objektif : Klien tampak rileks
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dihentikan
3) Diagnosis keperawatan 3 jam 13:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan tidak merasa keletihan
Objektif : Klien tampak nyaman
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan
4) Diagnosis keperawatan 4 jam 15:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak terbangun lagi tengah malam
Objektif : Klien tampak nyaman
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi di lanjutkan
5) Diagnosis keperawatan 5 jam 14:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : -
Objektif : Klien tampak menerima penjelasan
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan

42
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan yang terjadi antara teori pada asuhan
keperawatan Ny.M dengan anemia di ruang perawatan dahlia Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara, untuk memudahkan dalam membahas
kesenjangan yang terjadi penulis akan membagi pembahasan tahapan proses keperawatan
yang dimulai dari pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, sampai dengan
evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
menyeluruh. Pengkajian dilakukan secara komprehensif dan menghasilkan kumpulan data
mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan bio, psiko,
sosial, dan spiritual. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang klien dibutuhkan,
dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Dalam tahap ini,
penulis tidak mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan klien, sehingga penulis bisa
mendapatkan data, baik data subjektif dan data objektif dari klien dan keluarga klien. Klien
dan keliarga sangat komperatif dan menerima kehadiran penulis dalam proses pengumpulan
data.

Pada proses pengkajian pada Ny. M dengan anemia di ruang perawatan Dahlia Rumah
Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara tanggal 10 februari 2020 di
dapatkan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yang diperoleh dilahan praktek
sebagai berikut:

1. Aktifitas/istirahat
Dari data pengkajian pada pasien anemia yang terdapat pada Doenges, Moorhouse,
dan Geissler (2014) ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti : menarik diri,
takikardi, dispnea, dan ataksia.
1) Menarik diri
Menurut Muhith (2015), menarik diri adalah suatu keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan
orang lain. Menarik diri dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan sosial budaya.
Faktor perkambangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga terjadi
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain dan gangguan konsep diri, di mana klien merasa
dirinya tidak berharga, pada pasien anemia hal ini tidak terjadi karena individu
menarik diri cenderung untuk menghindar interpersonal dalam menghadapi
realitas.

43
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ada
ditemukan adanya menarik diri dengan gejala yang timbul seperti tidak percaya
terhadap orang lain, ragu, takut salah, pesimis dan putus asa.
2) Takikardi
Menurut Willy (2018), takikardia adalah keadaan dimana detak jantung
melebihi 100 kali per menit. Dalam keadaan normal, jantung berdetak sebanyak
60 sampai 100 kali per menit. Kondisi percepatan detak jantung tersebut normal
terjadi saat seseorang sedang berolahraga, atau merupakan respon tubuh
terhadap stress, trauma, serta penyakit. Keadaan ini disebut sinus takikardia, pada
pasien anemia hal ini terjadi karena gangguan pada sinyal elektrik yang mengatur
detak jantung untuk memompa darah.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya takikardi pada pasien. Hal ini tidak terjadi karena pasien tidak
menunjukan adanya gejala seperti jantung berdebar-debar, nyeri dada, stress, dan
trauma.
3) Dispnea
Dispnea merupakan kesukaran bernafas dan keluhan subjektif akan
kebutuhan oksigen yang meningkat (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini
terjadi karena hipotensi atau tekanan darah berisi oksigen dan nutrisi ke seluruh
tubuh, pasokan darah yang kurang ini akan menyebabkan seseorang
mengalami dispnea.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya dispnea, tidak adanya sesak nafas di klien, frekuensi
pernafasan 18 kali per menit.
4) Ataksia
Menurut Willy (2018), Ataksia adalah gangguan gerakan tubuh yang
disebabkan masalah pada otak. Saat terserang ataksia, seseorang sulit
menggerakkan tubuh seperti yang diinginkan atau anggota tubuh dapat bergerak
di saat tidak diinginkan. Dengan kata lain, ataksia berarti juga gangguan saraf atau
neurologis yang berpengaruh pada koordinasi, keseimbangan, dan cara bicara.
Pada pasien anemia hal ini terjadi karena ketika ataksia dan gangguan koordinasi
gerakan tubuh, seseorang akan mengalami berbagai keluhan yang dapat
membuatnya sulit untuk bekerja atau beraktivitas, misalnya tubuh gemeteran atau
tremor, otot lemah (Adrian, 2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya ataksia, nadi 94 kali per menit. Hal ini terjadi karena pasien
tidak menunjukan gejala seperti kehilangan sensasi dan kekuatan pada tungkai.

44
2. Sirkulasi
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse, dan Geissler (2014), ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti:
angina dan palpitasi.
1) Angina
Angina adalah nyeri dada atau rasaa tidak nyaman yang biasanya
disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke jantung. Biasanya penyebab angina
adalah disebabkan karena penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
dalam tubuh. Tanda timbulnya angina yang khas adalah timbulnya nyeri dada
setelah pengarahan tenaga dan menghilang dalam waktu lima menit bila
beristirahat. Besarnya pengarahan tenaga yang dapat menimbulkan nyeri dapat
diprediksi oleh klien (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini terjadi karena
selama anemia, jantung harus bekerja lebih keras untuk memasok darah yang
kayak oksigen ke jaringan dan organ tubuh lainnya. Hal ini yang mendasari
mengapa orang anemia sering mengalami sesak nafas dengan mudah lelah setelah
beraktifitas.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya angina. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan gejala
seperti nyeri dada.
2) Palpitasi
Palpitasi adalah suatu kondisi detak jantung yang tidak normal, jantung
berdetak lebih cepat atau lebih lambat dari pada detak normalnya atau berdetak
tidak teratur. Palpitasi bukan merupakan istilah yang tepat. Istilah biasanya
digunakan untuk beberapa kelainan denyut jantung. Biasanya hal ini dapat
langsung dirasakan penderitanya atau dipastikan melalui pemeriksaan medis. Efek
samping palpitasi adalah perasaan yang gelisah, tidak bisa konsentrasi, sesak
nafas, dan tidak nyaman (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini terjadi
karena gejala anemia akibat kekurangan zat besi biasanya menimbulkan sensasi
jantung berdebar kencang, yang disebut palpitasi. Jantung menjadi berdetak lebih
cepat dan kencang dari biasanya karena tubuh kekurangan hemoglobin (Indra,
2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya palpitasi. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan gejala
seperti jantung berdetak lebih cepat atau lebih lambat dari pada detak normalnya
atau tidak teratur.

45
3. Eliminasi
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doengess,
Moorhose, dan Geissler (2014), ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti: diare,
konstipasi, dan gagal ginjal.
1) Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau ml/24 jam dengan frekuensi lebih dari 3 kali
per hari (Nurarif & Kusuma, 2015). Pada pasien anemia hal ini terjadi karena
Pada saat diare, proses penyerapan zat besi terganggu, akibatnya kadar
hemoglobin (Hb) akan menurun dan akan mempengaruhi lama rawat pasien diare
(Gunawan, 2014).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya diare. Hal ini terjadi karena tidak menunjukan gejala seperti
BAB berbentuk cair, BAB sehari lebih dari 3 kali.
2) Konstipasi
Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang tidak normal
padaseseorang, disertai dengan kesulitan keluarkan feses yang tidak lengkap
ataukeluarnya feses yang keras dan kering (Wilkinson, 2006). Pada pasien
anemia hal ini terjadi karena Pada pasien dengan anemia, kebutuhan akan zat besi
akan semakin meningkat, sehingga dokter memberikan perawatan dan pengobatan
kepada pasien berupa penambahan zat besi di dalam obat multivitamin yang
diberikan atau obat lain dengan kandungan zat besi atau asam folat di dalamnya
(Umroni, 2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya konstipasi. Hal ini terjadi karena klien BAB 1-2 kali sehari
dengan konstipasi lunak
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk
menyaring zat sisa dari darah dengan baik. Jika ginjal kehilangan kemampuan
untuk menyaring, akan terjadi penumpukan limbah dan zat kimia pada darah
menjadi tidak seimbang. Pada psien anemia hal ini terjadi karena Anemia pada
pasien dengan gagal ginjal utamanya disebabkan kurangnya produksi
eritropoetin oleh karena penyakit ginjalnya. Faktor tambahan lainnya yang
mempermudah terjadinya anemia antara laindefisiensi zat besi, inflamasi akut
maupun kronik, inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
eritrosit.
Pengkajian tersebut tidak ditemukan pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya gagal ginjal. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan
gejala seperti anoreksia, kelebihan volume cairan.

46
4. Makanan dan cairan
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse dan Geissler (2014) ada yang tidak di temukan pada pasien seperti :
mual/muntah.
1) Mual/muntah
Mual adalah sensasi seperti gelombang di belakang tenggorok,
epigastrium, atau abdomen yang bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang
dapat menyebabkan dorongan atau keinginan untuk muntah (Herdman,
2012).pada pasien anemia hal ini terjadi karena Mereka yang menderita anemia
seringkali mengalami gejala morning sickness atau mual.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya mual/muntah. Klien masih mampu dalam mencerna makanan.
Klien menghabiskan makanan yang di sajikan.
5. Neurosensori
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse dan Geissler (2014) ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti :
depresi.
1) Depresi
Depresi adalah gangguan mood. Kata mood menggambarkan
emosi seseorang. Serangkaian perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau
ketidaknyamanan emosi. Kadang-kadang, mood diartikan sebagai emosi yang
bertahan lama yang mewarnai kehidupan dan keadaan kejiwaan seseorang
(Lubis, 2016). Pada pasien anemia hal ini tidak terjadi karena anemia juga dapat
menyebabkan kulit terlihat pucat atau kekuningan, detak jantung tidak beraturan,
napas pendek, pusing dan berkunang-kunang, nyeri dada, tangan dan kaki terasa
dingin, sakit kepala, dan sulit berkonsentrasi. Kesemua rangkaian gejala ini
menyertai rasa cemas yang berlebihan.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak di
temukan adanya depresi. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan gejala
seperti emosi, mood yang tidak nyaman.
6. Pernapasan
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse dan Geissler (2014) ada yang tidak di temukan pada pasien seperti : abses
paru, takipnea dan ortopnea.
1) Abses paru
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulen berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
infeksi. Bila diameter kavitas <2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan necroting pneumonia (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia
hal ini terjadi karena tanda dan gejala awal dari abses paru biasanya tidak terlalu

47
berbeda dengan infeksi paru pada umumnya, yaitu demam, menggigil, batuk,
keringat terutama pada malam hari, sesak napas, penurunan berat badan dan
lemas, nyeri dada dan anemia.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak di
temukan adanya abses paru.
2) Takipnea
Takipnea merupakan peningkatan frekuensi pernapasan memerhatikan ada atau
tidaknya perubahan ventilasi paru secara keseluruhan (Muttaqin, 2009). Pada
pasien anemia hal ini terjadi karena adanya penumpukan karbon dioksida di paru-
paru yang mengakibatkan peningkatan karbon dioksida dalam darah (Barry,
2018).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. M tidak di temukan
adanya takipnea, nadi 84 x/menit.
3) Ortopnea
Ortopnea adalah sesak nafas yang terjadi bila penderita berada dalam
posisi berbaring dan berkurang bila berada dalam posisi tegak (duduk atau
berdiri) (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini terjadi karena pentingnya
darah dalam tubuh adalah mengedarkan oksigen ke seluruh sel dan jaringan
tubuh. Ketika seseorang mengalami anemia, darah tidak membawa cukup
oksigen. Hal ini membuat seseorang merasa lelah, pucat, sakit kuning, pusing,
hingga sesak napas(Makkarim, 2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya sesak nafas pada pasien.

2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan maka penulis menyusun diagnosis
keperawatan pada Ny. M dengan anemia. Terdapat lima diagnosis keperawatan yang muncul
pada Ny. M dengan anemia yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak meringgis
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubugan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dibuktikan dengan penurunan sirkulasi darah
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia) dibuktikan dengan
klien tampak lemah
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan
klien tampak mengantuk
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
klien tampak kebinggungan.
Dari ke lima diagnosis keperawatan menurut Doenges, Moorhouse, dan Geissler
(2014) tersebut terdapat 1 diagnosis keperawatan yang sama. Adapun 4 diagnosis

48
keperawatan tersebut ada pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) tetapi tidak
terdapat pada klien Ny. M dengan anemia adalah :
1) Pola nafas efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
oksigen ke paru.
Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan ekspirasi
tidak adekuat (Santoso, 2006). Pola nafas tidak efektif suatu keadaan dimana inspirasi
atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (Tim pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. M tidak ditemukan tanda dispnea,
Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memmanjang dan pola nafas abnormal,
oleh sebab itu diagnosis keperawatan ini tidak diangkat pada pasien.
2) Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
anoreksia
Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme dengan karakteristik kram abdomen, nyeri abdomen,
menghindari makanan, berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang normal,
cepat kenyang setelah makan, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot menelan
lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin menurun, rambut rontok
berlebihan dan diare (Tim Pokja DPP PPNI, 2016). Dari hasil pengkajian yang dilakukan
pada Ny. M tidak ditemukan adanya Berat badan menurun, kram perut, nafsu makan
menurun dan bising usus hiperaktif, oleh sebab itu diagnosisi keperawatan ini tidak
diangkat pada pasien.
3) Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin
Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik,
dengan faktor resiko seperti penyakit kronis (misalnya, diabetes melitus), efek prosedur
infasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan,
ketidakadekuatan ketahanan tubuh primer (misalnya gangguan paristaltik, kerusakan
integritas kulit, perubahan sekresi pH, ketuban pecah lama, statis cairan tubuh), dan
ketidakadekuatan ketahanan tubuh sekundr (misalnya penurunan hemoglobin,
leukopenia, suprei respon inflamasi dan vaksinasi tidak adekuat) (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016). Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny.M tidak ditemukan faktor
resiko seperti, penyakit kronis (mis. Diabetes melitus), malnutrisi, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan dan ketidak adekuatann pertahanan tubuh primer, oleh
sebab itu diagnosis tersebut tidak diangkat pada pasien ini.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Defisit perawatan diri adalah sala satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melewati aktifitas perawatan secara
mandiri. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. M tidak ditemukan adanya
kelemahan atau kemampuan tidak melakukan perawatan diri secara mandiri.

49
Terdapat 4 diagnosis keperawatan yang terdapat pada klien Ny. M dengan anemia
namun tidak terdapat pada teori menurut Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak meringgis dan klien tampak gelisah
Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak nyaman
atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang telah rusak
atau yang berpotensi untuk rusak. Sedangkan definisi saraf adalah serat serat yang
menghubungkan organ tubuh dengan sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. M ditemukan beberapa batasan
karakteristik yaitu, mengeluh kesakitan, gelisah, klien tampak meringgis, mengeluh nyeri,
sulit tidur. Dari batasan karakteristik yang terdapat pada pasien, maka diagnosis
keperawatan ini menunjang untuk diangkat pada pasien ini.
2) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia)
Keletihan adalah suatu kondisi pada tubuh manusia merasa lelah secara alami, yang biasa
terjadi setelah latihan fisik atau mental yang berat. Kelelahan dapat akut dan datang tiba-
tiba atau kronis dan bertahan. Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. M ditemukan
batasan karakteristik klien tampak lemah dan lesu. Dari batasan karakteristik yang
terdapat pada pasien, maka dagnosis ini menunjang untuk diangkat pada pasien ini.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan
klien tampak mengantuk
Gangguan pola tidur adalah secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola
istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan atau menganggu gaya hidup yang di
inginkan. Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. M ditemukan adanya gangguan pola
tidur dan susah tidur, dikarenakan hambatan lingkungan yang tidak nyaman. Dari batasan
karakteristik yang terdapat pada pasien maka diagnosis ini menunjang untuk diangkat
pada pasien ini.
4) Defist pengetahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan klien tampak kebinggungan.
Defisit pengetahuan adalah kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu. Dengan batasan karakteristik yaitu, menanyakan maslah yang dihadapi,
menunjukkan perilaku tidaak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah, menjalani pemerikasaan yang tidak tepat, menunjukan perilaku yang
berlebihan (misalnya apatis, permusuhan, dan agitasi) (PPNI, 2016). Pada saat dilakukan
pengkajian pada Ny. M ditentukan beberapa batasan karakteristik yang terdapat pada Ny.
M yaitu, menyatakan masalah yang dihadapi, menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah. Dari batasan karakteristik yang terdapat pada pasien, maka diagnosis ini sangat
menunjangb untuk diangkat pada pasien ini.

50
3. Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan setelah


merumuskan diagnosis keperawatan. Rencana keperawatan yang dilakukan penulis sesuai
Doenges, Moorhouse dan Geissler (2014).

Pada tahapan perencanaan ini penulis tidak menemukan banyak kesulitan karena penulis
memiliki sumber banyak. Semua tindakan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
ditentukan sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi klien. Adapun beberapa tidakan yang
tidak dimasukan dalam perencanaan yaitu:

1. perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin dalam
tubuh
pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi, namun
penulis hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi yang tidak diambil
tersebut adalah
1) monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin, tajam, dan
tumpul, misalnya daerah kaki atau tangan.
Penulis tidak mengambil intervensi tersebut karena pada saat melakukan pengkajian
klien dapat merasakan sensasi panas, dingin, tajam, dan tumpul. Oleh karena itu
intervensi tersebut tidak perlu diangkat pada pasien ini.
2) Monitor kemampuan BAB
Penulis tidak mengambil intervensi tersebut dikarenakan pada saat pengkajian klien
tidak mengalami kesulitan dalam buang air besar, oleh karena itu intervensi
tersebut tidak perlu diangkat pada pasien ini.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi, namu
penulis hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi yang tidak
diambil tersebut adalah:
1) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian
tidak terdapat luka pada tubuh pasin yang meenyebabkan nyeri. Oleh sebab itu
intervensi tersebut tidak perlu diangkat pada pasien ini.
2) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian
tidak ada pengalaman nyeri yang pernah pasien rasa kan dahulu. Oleh sebab itu,
intervensi tersebut tidak perlu diambil pada pasien ini.
3) Cek adanya alergi
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian
pasien telah dilakukan pengecekan alergi terhadap obat-obatan yang diberikan kepada
pasien. Oleh sebab itu, intervensi ini tidak perlu diangkat pada pasien ini.

51
3. keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia) dibuktikan dengan
klien tampak lemah
pada Doenges, Morhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi, namun
penulis hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi yang tidak diambil
tersebut adalah:
1) kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian
pasien tidak ditemukan adanya penurunan asupan makanan. Oleh sebab itu, intervensi
ini tidak perlu diambil pada pasien ini.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan ditandai dengan klien
tampak mengantuk
Pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi, namun
penulis hanya mengambil sebagian intervensi tersebut. Intervensi yang tidak diambil
tersebut adalah:
1) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang menganggu tidur
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian
pasien tidak ditemukan adanya mengkonsumsi makanan atau minuman yang
menganggu tidur. Oleh sebab itu, intervensi ini tidak perlu diangkat pada pasien ini.
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
klien tampak kebingungan.
Pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi, namun
penulis hanya mengambil sebagian intervensi tersebut. Intervensi yang tidak diambil
tersebut adalah:
1) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku bersih dan sehat.
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian
pasien tidak ditemukan adanya penurunan minat untuk melakukan perilaku hidup
sehat. Oleh sebab itu, intervensi ini tidak perlu diangkat pada pasien ini.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan bentuk dinamis dari tahap atau proses


keperawatan berdasarkan pada intervensi keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada tahap ini penulis berusaha melaksanakan asuhap keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOAP) tindakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat profesional. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan
observasi dan pengumpulan data untuk melihat perkembangan selanjutnya. Pada tahap
implementasi penulis melakukan tindakan mandiri berdasarkan teori Nurarif (2015) & SDKI
(2017), yaitu mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.

52
Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, agar
membuat pasien lebih nyaman. Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawataan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan selain dapat menurunkan intensitas nyeri, tehnik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenisasi
darah (Smeltzer & Bare, 2014). Tujuan tehnik relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Setelah tindakan ini dilakukan
penulis mendapatkan respon klien yaitu: klien mengatakan masih terasa nyeri, klien terlihat
meringgis, klien dapat melakukan relaksasi nafas dalam dengan bantuan perawat.

Dalam melakukan implementasi penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti,


semua intervensi dapat terlaksanakan dengan melibatkan klien dan keluarganya, klieb
bersikap terbuka, kooperatif dan mudah di ajak kerjasama, mudah menerima penjelasan dan
saran, klien berpartisipasi aktif dalam tindakan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dalam


mengevaluasi respon klien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa
tujuan dan kriteria hasil telah tercapai. Hal-hal yang mengevaluasi adalah keakurata,
kelengkapan dan kualitas data, masalah klien yang teratasi seluruhnya teratasi, dan yang
belum teratasi.

Penulis menemukan 5 diagnosis keperawatan yang teratasi seluruhnya. Pada tahap


evaluasi ini 5 diagnosis keperawatan tersebut adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak meringgis dan tampak gelisah, diagnosis ini teratasi seluruhnya pada hari ketiga
dengan indikator nyeri berkurang, skala nyeri 2, klien terlihat rileks. Dan tidak meringis
kesakitan

2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin
dalam darah. Masalah teratasi ditandai dengan tidak ada tanda-tanda edema pada daerah
perifer, nadi 64x/menit. Hal ini terjadi karena pasien mendapatkan transfusi darah untuk
meningkatkan kadar hemoglobin, pasien juga mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi, asam folat dan B12 dan pasien diberikan obat penambah darah Biosanbe 2x1
tablet/12jam.

53
3) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia) dibuktikan dengan klien
tampak lemah. Masalah teratasi ditandai dengan tidak ada tanda- tanda keletihan, klien
tampak nyaman.

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan klien
tampak mengantuk. Masalah teratasi ditandai dengan tanda-tanda klien tampak
mengantuk, keluhan suka terjaga.

5) Defisit pengetahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang terpapar informasi


dibuktikan dengan klien tampak kebingungan. Masalah teratasi ditandai dengan klien
dapat menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, penyebab penyakitnya serta
makanan yang dapat menambah kadar zat besi dalam tubuh. Hal ini terjadi karena
pada saat melakukan penyuluhan tentang penyakit dan nutrisi untuk anemia pasien
menyimak materi yang disampaikan oleh perawat.

54
BAB V

PENUTUP

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan anemia dapat dilakukan
beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan landasan teori dan tujuan yang telah ditetapkan.
Penulis juga mengemukakan saran demi perbaikan asuhan keperawatan khususnya pada klien
dengan penyakit anemia.

1. Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan anemia selama tiga hari
terhitung dari tanggal 10-12 Februari 2020 di ruang perawatan dahlia Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan Provensi Kalimantan Utara, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut:

Melakukan proses keperawatan asuhan keperawatan pada Ny. M di ruang Dahlia B


Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Setiap tahap dari
proses keperawatan yang terangkai mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Dalam proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. M dengan anemia terdapat
prioritas masalah yaitu perfusi jaringan perifer tidak efektif ditandai dengan penurunan
kadar hemoglobin dalam darah.

Membandingkan antara teori dan praktek asuhan keperawatan dengan melakukan tahapan
proses keperawatan penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yaitu:

1) Pada proses pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada
klien Ny. M adalah sebagai berikut: Aktivitas/istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan/cairan,
neurosensori, pernafasan.

2) Adapun diagnosis keperawatan yang terdapat diteori namun tidak di temukan pada kasus,
yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi, penurunan
transfer oksigen keparu, penurunan transport oksigen ke paru. Defisit nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia. Resiko infeksi ditandai
dengan penurunan hemoglobin. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
fisik.Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny. M dilakukan dengan baik berdasarkan
rencana yang telah disusun. Pada tahan evaluasi terdapat lima diagnosis yang di temukan,
lima diagnosis dinyatakan teratasi. Semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dapaat
di dokumentasi dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan penulis. Adapun beberapa
diagnosis keperawatan yang tidak ada di teori namun ditemukan pada kasus, nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologi dibuktikan dengan klien tampak meringgis,
keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis mis. Anemia, dibuktikan dengan klien

55
tampak lemah, gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk.

Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien adalah sikap klien
dan keluarga yang ramah dan koperatif pada setiap tindakan yang dilakukan, berperan aktif
dalam setiap tindakan yang dilakukan serta menerima saran masukan dari perawat tentang
penyakitnya, izin yang diberikan pihak rumah sakit serta tersedianya fasilitas dari institusi
yang menunjnag pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien.

Melakukan pemecahan masalah pada Ny. M dengan anemia

Adapun pemecahan masalah yang dilakukan pada pasien yaitu dengan memperdalam
literatur-literatur mengenai penyakit Ny. M sehungga dapat dilaksanakan intervensi yang
telah direncanakan meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, dan tindakan kolaboratif
dengan tim kesehanatan lainnya.

2. Saran

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan anemia, diharapkan


asuhan keperawatan pasien dengan anemia dapat dilakukan secara menyeluruh. Penulis
menyarankan kepada pembaca yaitu:

1) Bagi klien dan keluarga


Untuk Ny. M yang merupakan sala satu pasien dengan anemia yang di rawat di ruang
dahlia Rumah Sakit Umum Daeraah Tarakan agar lebih memperhatikan kesehatannya
terutama agar mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan tidak melakukan
banyak aktifitas.
2) Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan yang
dilaksanakan pada Ny. M dengan anemia. Mahaiswa juga mampu membuka wawasan
dan keterampilan dasar untuk memperbaharui ilmu tentang proses keperawatan yang
dinamis.
3) Bagi institusi
Diharapkan untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pada mahasiswa dalam
pembekalan, pengetahuan serta menyediakan sumber referensi yang cukup untuk
mendukung mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dalam hal ini juga menyusun laporan
tugas akhir.
4) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan
hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun pada pasien serta rumah sakit
mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pada pasien
dengan anemia.

56
DAFTAR PUSTAKA

Barasi, (2016). Dampak Anemia pada Remaja Putri. Jayapura: In Media.

Doenges, Moorhouse dan Geissler. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi


3. Jakarta: EGC

Fadli, (2021). Menarik Diri Pada Pasien Anemia. Diakses dari:


https://www.alodokter.com. Diunduh pada tanggal 4 juli 2021.

Handayani dan Haribowo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, (2016). Gagal Ginjal Pada Pasien Anemia. Diakses dari:


httsp://Jurnal.fk.unand.ac.id

Jitowiyono, S. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


hematologi. Yogyakarta

Smeltzer dan Bare. (2002). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Sandra, (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers

57

Anda mungkin juga menyukai