Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANEMIA PADA TN. E


DI RUANGAN INTERNE PRIA
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2023

Kelompok 2

1. A g u n g S i s w a n t o
2. A l f i t a S a r i
3. D w i f a M a h a r a n i
4. N u r h o f i f a h H i d a y a t i
5. Sri Rahma Hosen

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Rahmawati, S. Kep) (Hj. Harmawati,S.Kp,M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes SYEDZA SAINTIKA PADANG
KATA PENGANTAR

dapat menyelesaikan Seminar Kasus Keperawatan Medikal Bedah dalam rangka


memenuhi tugas Profesi Ners STIKes Syedza Saintika Padang dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANEMIA PADA TN. E DI
RUANGAN INTERNE PRIA RSUP DR. M.DJAMIL PADANG TAHUN
20223“.
Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupu materil
sehingga Seminar Kasus ini dapat selesai. Ucapan terima kasih kami ajukan
kepada:
1. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M. Kep selaku pembimbing Klinik Keperawatan
medikal Bedah di STIKes Syedza Saintika padang.
2. Ibu Ns.Dwi Christina Rahayuningrum, M. Kep selaku pembimbing
Klinik Keperawatan medikal Bedah di STIKES Syedza Saintika Padang
3. Ibu Ns. Sandra Hardini, M. Kep selaku pembimbing Klinik Keperawatan
medikal Bedah di STIKES Syedza Saintika Padang
4. Ibu Ns. Roza Marlinda, MN selaku pembimbing Klinik Keperawatan
medikal Bedah di STIKES Syedza Saintika Padang
5. Ibu Ns. Rahmawati, M. Kep. SP. Kep. MB selaku pembimbing Klinik di
Interne Pria RSUP Dr. M.DJAMIL PADANG.
Kelompok menyadari bahwa seminar kasus ini masi banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala
kekurangan dalam penyusunan laporan seminar kasus ini

Padang, 31 Maret 2022

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 3
A. Latar Belakang........................................................................... 3
B. Tujuan........................................................................................ 5
C. Manfaat...................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 7


1. Pengertian.................................................................................. 7
2. Etiologi...................................................................................... 7
3. Klasifikasi................................................................................. 14
4. Anatomi Fisiologi..................................................................... 16
5. Patofisiologi ............................................................................. 19
6. Manifestasi klinis...................................................................... 22
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 23
8. Penatalaksanaan........................................................................ 24
9. Komplikasi................................................................................ 24

BAB III LAPORAN KASUS.............................................................. 25


A. Pengkajian................................................................................. 25
B. Diagnosa .................................................................................. 31
C. Implementasi............................................................................. 36

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................... 43
BAB V PENUTUP............................................................................... 48
A. Kesimpulan............................................................................... 48
B. Saran......................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi


di Indonesia. Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin
(Hb) di dalam darah lebih rendah dari pada normal untuk
kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin (WHO,
2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel
darah merah/ eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen
dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.
Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan
menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan
kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin
dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk
sel darah merah/ eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala
yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya
dilakukan sesuai dengan penyebabnya (Kemenkes RI, 2018).

World Health Organization (WHO) (2019), Prevelensi


anemia dunia berkisar 40-88%. Jumlah Perempuan 50,9% dan
Laki-laki berjumlah 49,1%. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Rikesdas) pada Tahun 2019 didapatkan bahwa prevelensi
Anemia pada perempuan sekitar 22,7% dan pada laki-laki
sekitar 12,4%. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat tahun 2021 terdapat 1.833 perempuan dan 1.518 Laki-
laki

Dari hasil yang telah didapatkan selama penelitian


diruangan interne pria dalam kasus Anemia di Rekam Medis
ruangan interne pria RSUP dr. M. Djamil Padaang.
Menunjukkan rat-rata pasien dirawat pada 3 bulan terakhir
sebanyak 143 pasien yang dirawat, dengan latar belakang
pengetahuan kurang, mereka tidak mengetahui dengan
penyakit yang dideritanya.

Penyebab Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan


kronik. Gizi yang buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh
usus. Juga adapat menyebabkan seseorang mengal;ami
kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau
menyusui, jika asupan zat  besi berkurang, besar kemungkinan
akan terjadi anemia. Pendarahan saluran pencernaan,
kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang
berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.

Berdasarkan data-data yang kelompok temukan di RSUP


dr. M. Djamil Padang dan di Ruangan Interne Pria, maka
kelompok tertarik mendalami dan meganalisa kasus Anemia
ini.
B. Tujuan
1. Tujuan umum

Untuk melakukan asuahan keperawatan pada Tn. H dengan


Anemia di Ruangan Ranwap Inap Interne Pria RSUP dr. M. Djamil
Padang
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengakajian secara menyeluruh pada klien
dengan anemia
b) Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien degan
Anemia
c) Mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien Anemia
d) Mampu melakukan evaluasi terhadap klien dengan Anemi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel


darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di  bawah normal
(Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian
anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama,  pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah
yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.Jika kadar hemoglobin
kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41%  pada pria , maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula  pada wanita , wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari
37% , maka wanita itu dikatakan anemia. Berikut ini katagori tingkat
keparahan pada anemia.
1) Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
2) Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
3) Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.\

Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap


ganguan pembentukan sel darah merah , baik ukuran maupun  jumlahnya,
dapat menyebabkan terjadinya anemia. ganguan tersebut dapat terjadi
‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum tulang) maupun gangguan karena
kekurangan komponen penting seperti zat besi , asam folat maupun
vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara Mudah Mengatasi Problem
Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2009)

2. WOC
3. Etilogi Anemia

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang


buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat
menyebabkan seseorang mengal;ami kekurangan darah. Demikian juga
pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat  besi berkurang, besar
kemungkinan akan terjadi anemia. Pendarahan saluran pencernaan,
kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlerbihan,
serta para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik
dapat mjemiliki resiko anemia.
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada
saat terjadi pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak
transfusi darah merupakan tindakan  penanganan terutama jika terjadi
pendarahan akut. Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari.
Pengeluaran darah biasanya  berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam
waktu yang lama.Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia :
1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.

 Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah


dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya
120 hari).Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
2. Kehilangan darah.

Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena  perdarahan


berlebihan,pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja
atau perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini
akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi ,karena zat besi
dibutuhkan untuk membuat sel darah merah baru.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
 Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh
merah dalam jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan
terhadap kimia beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau
obat kanker).

4. KLASIFIKASI
a) Anemia Defisiensi zat besi

Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat


kurangnya zat besi . Zat besi merupakan bagian dari molekul
hemoglobin.Oleh sebab itu , ketika tubuh kekurangan zat besi , produksi
hemoglobin akan menurun. Meskipun demikian , penurunan hemoglobin
sebetulnya  baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah
benar-benar habis .Kurangnya zat besi dalam tubuh  bisa disebabkan
banyak hal .Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan
prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita
kekurangan zat besi.Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan
makanan yang kurang mengandung zat besi . Sedabgkan pada orang
dewasa , kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan
oleh pendaraah menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua
bagian tubuh.
Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar  pada
perempuan di bandingkan kaum pria .cadangan besi dalam tubuh
perempuan lebih sedikit daripada pria ,sedangkan kebutuhan perharinya
justru lebih tinggin .setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar
1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal .pada saat
mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1 mg lagi.
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat  pada saat hamil
dan melahirkan .ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi
kebutuhan zat besi untuk dirinya,tetapi juga harus memenuhi kebutuhan
zat besi untuk pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat
melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan
banyak zat besi.

b) Anemia Defisiensi Vitamin C


Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang
jarang terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat
dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya
adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.
Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat
besi,sehingga jika terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat  besi
yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa
penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada
anemia jenis ini sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran
kecil.

c) Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12
atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang
normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean
Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah.
Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan
vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga  penderita anemia
ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan
tangan seolah mati rasa,serta kaki dalam  bergerak.gejala lain yang dapat
terlihat diantaranya adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan
biru,luka terbuka dilidah atau lidah seperti terbakar,penurunan berat
badan,warna kulit menjadi lebih gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi
intelektual. Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada
pemeriksaan darah rutin untuk anemia.pada contoh darah yang
diperiksadibawah mikroskop ,tampak selah merah berukuran besar .juga
dapat dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit,terutama jika
penderita anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika diduga terjadi
kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam darah.

d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan  jauh
lebih cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada
anemia hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum
tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan sel darah merah.

e) Anemia Sel Sabit


Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit
keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk
sabit ,kaku ,dan anemia hemolitik kronik.pada penyakit sel sabit,sel
darah merah memiliki hemoglobin(prootein pengangkut oksigen) yang
bentuknya abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel
dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.sel yang berbentuk
sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam
limpa ,ginjal,otak,tulang,dan organ lainnya ,dan menyebabkan
kurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan
akan pecah pada saat melewati  pembuluh darah,kerusakan
organ ,bahkan sampai pada kematian.

f) Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam
jiwa. Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan
darah merah terganggu .Pada anemia aplastik, terjadi penurunan
produksi sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit). Anemia aplastik
disebabkan oleh bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan
penyakit-penyakit yang lain.

4. Anatomi Anemia

5. Patofisologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum


tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi
tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin
yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin
akan muneul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan ke dalam urine.
6. Manifestasi Klinis

Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di


antaranya:
1) Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.
2) Wajah tampak pucat.
3) Mata berkunang-kunang.
4) Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
5) Sering sakit.  
6) Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit  pucat
atau berkurangnya warna merah muda pada bibir dan  bawah
kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit
disadari.  
7) Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah
merah ,maka terdapat gejala lain seperyi  jaundice,warna kuning
pada bagian putih mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti
teh.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
a) Bilirubin serum meningkat.
b) Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat.
c) Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam.
b. Gambaran peningkatan produksi eritrosit.
a) Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital.
b) hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang.
c. Gambaran rusaknya eritrosit:
a) morfologi: mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell,
hipokrom mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.
b) fragilitas osmosis, otohemolisis
c) umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan
labeling crom. persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan
sebanding dengan umur eritrosit. semakin cepat penurunan
aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit.

8. Penatalaksanaan

Pengobatan anemia bertujuan untuk mencukupi asupan


zat besi pasien dan mengatasi penyebab anemia tersebut. Di
bawah ini adalah beberapa metode yang dapat dilakukan untuk
menangani anemia:
1. Mengonsumsi suplemen penambah zat besi

Suplemen penambah zat besi merupakan metode


utama yang disarankan oleh dokter untuk mengatasi anemia
defisiensi zat besi. Umumnya, pasien akan diminta untuk
mengonsumsi 150–200 mg zat besi setiap hari. Akan tetapi,
dokter akan menyesuaikan dosisnya berdasarkan kadar zat
besi dalam tubuh pasien. Konsumsi suplemen sebaiknya
dilakukan dalam keadaan perut kosong. Namun, jika terjadi
gangguan pada lambung, suplemen sebaiknya dikonsumsi
saat makan. Jika pasien tidak bisa mengonsumsi suplemen
zat besi dengan diminum, penambah zat besi dapat
diberikan melalui infus atau suntikan. Pasien biasanya akan
membaik dalam waktu 1 minggu setelah mengonsumsi
suplemen. Namun, umumnya pasien tetap harus
mengonsumsi suplemen zat besi hingga 6–12 bulan untuk
mencukupi cadangan zat besi di sumsum tulang.
2. Meningkatkan asupan zat besi
Penderita anemia defisiensi zat besi memerlukan
tambahan asupan zat besi dari makanan. Oleh karena itu,
penderita disarankan untuk lebih banyak mengonsumsi
makanan, seperti:
a. Daging merah, ayam, atau hati ayam

b. Kacang-kacangan, seperti kacang hitam, kacang hijau, dan


kacang merah

c. Makanan laut, seperti ikan, tiram, dan kerrang

d. Sayuran hijau, seperti bayam dan brokoli

e. Sereal yang diperkaya dengan zat besi

f. Buah kering, seperti kismis atau apricot

3. Mengonsumsi vitamin C dan membatasi beberapa jenis makanan

Di samping mengonsumsi makanan sarat zat besi dan


suplemen zat besi, pasien juga dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan atau minu
yang mengandung vitamin C untuk meningkatkan
penyerapan zat besi pada usus.
Selain itu, pasien juga disarankan untuk membatasi
makanan atau minuman yang dapat menghambat
penyerapan zat besi, seperti kopi, susu, teh, dan anggur
merah saat makan.
4. Memberikan transfusi sel darah merah

Transfusi sel darah merah mungkin dibutuhkan pada


anemia defisiensi zat besi yang disebabkan oleh perdarahan
aktif atau yang menimbulkan gejala berat, seperti sesak
napas, nyeri dada, dan penurunan kesadaran.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Pendidikan : SMA/sederajat
Suku bangsa : Melayu/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa Mekar Limau Manih Tabir Siur,
Merangin Jambi
No. MR : 00.97.00.75
Ruang Rawat : Ru. 8 Hematologi
Gol. Darah : A+

2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Mekar Limau Manih Tabir Siur,
Merangin Jambi
No telepon :-

3. Data Saat Masuk RS


Tanggal masuk : 08-02-2023
Jam masuk RS : 19.30 WIB
4. Riwayat Kesehatan Sekarang: Pada saat pengkajian pada tanggal 20
Februari 2023 pasien mengatakan badan terasa lemah, letih selera makan
tidak da, enggan untuk makan makanan rumah sakit.

5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu: Pada saat pengkajian pada tanggal 20


Februari 2023 keluarga pasien mengatakan mempunyai riwayat
Thalassemia sejak kelas 4 SD. Tetapi sudah tidak kontrol lagi sejak 2017
yang lalu.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Keluarga pasien mengatakan tidak ada penyakit yang sama dengan Tn. E.
Tdak ada riwayat penyakit keturunan seperti Dm, HT, tidak ada riwayat
penyakit menular lainnya.
Genogram :

Keterangan:
Meninggal
Laki-laki
Perempuan
Tinggal serumah
Pasien
7. Pola Kesehatan Fungsional
Pola Nutrisi Dan Cairan : Klien mengatakan mengalmi penurunan nafsu
makan, Tn.E mengatakan hanya menghabiskan makan 1-2 sendok makan,
minum 600 ml/hari, jenis makanan ML.
8. Pola Eliminasi
a. BAB : Klien mengatakan sering BAB, bentuk padat, warna kuning,
Bau khas, setiap apa yang dimakan/minum selalu keluar lagi.
b. BAK : klien mengatakan sering BAK kalau banyak minum frekuensi
6-7 x/hari, bau khas.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran :Compos Mentis
c. Tinggi badan :160 cm
d. Berat Badan :60kg
2. Tanda Tanda Vital
TD : 139/88 mmHg
Nadi : 97x/menit
Pernafasan : 34x/menit
Suhu : 36.7°C
SpO2 : 99%
3. Integumen : integumen kulit kurang bagus
4. Rambut dan Kepala
Inspeksi : Kepala simetris, keadaan rambut alopesia
Palpasi : tidak ada masa, dan nyeri tekan
5. Mata
Inspeksi :keadaan mata bersih, bentuk mata
normal, sclera tidak ikterik, konjungtiva
anemis, pupil isokor, reaksi pupil terhadap
cahaya mengecil.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi :bentuk telinga normal, keadaan telinga
bersih, pendengaran normal, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran
7. Hidung
Inspeksi :simetrsi, tampak pernapasan cuping
hidung, keadaan hidung bersih, tidak ada
pembengkakan
8. Thorax, Dada/ Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada normal. Sifat pernapasan
dada, tampak pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu nafas, batuk
dengan sputum
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : normal
Palpasi : supel
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus terdengar
10. Ekstremitas
a. Atas : Normal
b. Bawah : Tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada kontraktur, tapi
klien mengatakan ektremitas bawah terasa lemah saat berjalan, akral
terba dingin, crt <3 detik, dengan kekutan otot:

555 555
333 333
C. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal: 15-03-2022

Pemeriksaan Hasil Satuan nilai normal

Hemoglobin 4,2 g/dL 13-16.0


Eritrosit 3,24 10´3/mm³ 4.50-5.50
retikulosit 2,73 % 0.5-2.0
MCH 25 pg 27-31.0
MCHC 31 % 32.0-36.0
RJW-CV 17,0 % 11.5-14.5
NEUTROFIL 77 % 50.0-70.0
Limfosit 12 % 20.0-40.0
Monosit 11 % 2.0-8.0

Tanggal :17-03-2022

Pemeriksaan Hasil Satuan nilai normal

Hemoglobin 6,2 g/dL 13-16.0


Eritrosit 3,24 10´3/mm³ 4.50-5.50
retikulosit 2,73 % 0.5-2.0
MCH 25 pg 27-31.0
MCHC 31 % 32.0-36.0
RJW-CV 17,0 % 11.5-14.5
NEUTROFIL 77 % 50.0-70.0
Limfosit 12 % 20.0-40.0
Monosit 11 % 2.0-8.0
Tanggal : 19-03-2022

Pemeriksaan Hasil Satuan nilai normal

Hemoglobin 8,1 g/dL 13-16.0


Eritrosit 3,24 10´3/mm³ 4.50-5.50
retikulosit 2,73 % 0.5-2.0
MCH 25 pg 27-31.0
MCHC 31 % 32.0-36.0
RJW-CV 17,0 % 11.5-14.5
NEUTROFIL 77 % 50.0-70.0
Limfosit 12 % 20.0-40.0
Monosit 11 % 2.0-8.0

D. TERAPI YANG DIBERIKAN


- Diet MCG x 200 cc
- 2 putih telur dalam diet
- Trf PRC 2 kantong
- O² 5L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 8 jam /kolf
- Inf. Levoflaxacim 1x 750 mg (IV)
- Lansoparazol 1x 30 Mg
- Donperidon 3x10 mg
- Suklaflat 3x10cc
- INH 1x300mg
- Rimfamisin 1x450 mg
- Prednison 4x5 tab
- Sertralin 1x25 mg
- Clokazam 2x10 mg
- Mertopam 1x 0,5

B.Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
.
1. DS: klien mengeluh nyeri Penurunan SDM Perfusi perifer
dibagian ekstremitas tidak efektif
HB kurang
DO: - pengisian kapiler >3 detik
-akral terba dingin Anemia
-warna kulit pucat
-turgor kulit menurun Suplai O2 dan nutrisi
TD: 139/88 mmHg kejaringan berkurang
N : 89x/menit
RR: 34x/menit Sistem saluran
S : 36,8ºc pernafasan

Perfusi perifer tidak


efektif

2. DS: - klien mengatakan selera Anemia Defisit Nutrisi


makan ada, akan tetapi setiap
apa yang dimakan/minum, Suplai O2 dan nutrisi
langsung keluar melalui BAB kejaringan berkurang’

DO: -klien tampak pucat Gastrointestinal


- Klien tampak lesu Kerja lambung
- Klien tampak lemah menurub

TD: 101/59 mmHg


Anorekisia
N : 89x/menit
RR: 34x/menit
Defisit nutrisi
S : 36,8ºc
BB: 45 Kg
TB: 155 cm
IMT: 14,70 ( Berat badan
dibawah normal)

3. DS: HB berkurang Intoleransi


- Klien mengeluh lelah aktifitas
- Klien mengatakan Suplai O2 dan nutrisi
saat/setelah aktifitas kejaringan berkurang
sesak (dispnea)
- Klien merasa lemah Hipoksia

DO:
Mekanisme Anaerob
- Tekanan darah
berubah 20%
kelelahan
- Sianosis

Intoleransi Aktifitas
333 333
555 555

2. Diagnosa prioritas keperawatan


a. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin
b. Risiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
mis: penurunan hemoglobin)
c. Risiko Defisit Nutrisi d/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan

1. Perfusi perifer tidak  Perfusi perifer tidak  Manjemen sensasi


efektif b/d penurunan efektif perifer
konsentrasi  Denyut nadi Observasi:
hemoglobin perifer cukup  Identifikasi
menurun (2) perubahan
 Sensasi sensasi
sedang (3)  Monitor
 Wrna kulit perubahan
pucat cukup kulit
menurun (3)  Monitor
 Edema perifer tromboflebitis
cukup
menurun (2)

2. Defisit nutrisi b/d  Status nutrisi  Manajemen nutrisi


faktot psikologis (mis:  Porsi makan Observasi:
keenganan untuk yang  Identifikasi
makan) dihabiskan status nutrisi
cukup  Identifikasi
mningkat (3) makanan yang
 Kekutan otot
mengunyah disukai
sedang (3)  Moitor asupan
 IMT cukup makanan
membaik (3)  Monitor BB
 Nafsu makan
Edukasi:
cukup
 Ajarkan diet yang
membaik (4)
diprogramkan

3. Intoleransi aktifitas  Toleransi aktifitas  Manajemen energi


b/d  Frekuensi menurun Observasi:
ketidakseimbangan (1)  Monitor
antara suplai dan  Status oksigen cukup kelelahan fisik
kebutuhan O2 menurun (2)  Monitor lokasi
 Kekuatan tubuh dan
bagian atas sedang ketidakyamana
(3) n selama
 Kekuatan tubuh melakukan
bagian bawah sedang aktifitas
(3)

Terapeutik:
 Lakukan
gerakan gerak
pasif/aktif
4. Implementasi Keperawatan

Hari/tanggal DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

Senin, 20 1 1. Monitor TTV S: pasien mengatakan badan


Februari 2. Manajemen terapi terasa lemah dan letih
2023 tanfusi O: Kes: CMC
3. Monitor perubahan TTV
sensasi TD: 139/88 mmHg
4. Monitor N: 97 x/menit
tromboflebitis P: 23x/menit
S: 36,7°c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

2. 1. Monitor TTV S: pasien mengatakan


2. Mengidentifikasi enggan untuk
status nutrisi makan, selera makan
3. Identifikasi makanan menurun
yang disukai O: wajah tampak pucat,
4. Monitor asupan mukosa kering, barat
makanan badan menurun 10%
5. Monitor BB dari BB normal
TTV
TD: 139/88 mmHg
N: 97 x/menit
P: 23x/menit
S: 36,7°c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

3. 1. Monitor TTV S: klienmengatakan


2. Monitor kelelahan badannnya lemah,
fisik klien mengatakan
3. Monitor lokasi dan jika ingin mandi,
ketidaknyamanan toileting harus
selama melakukan dibantun oleh
aktifas. keluarga
O: TTV
TD: 139/88 mmHg
N: 97 x/menit
P: 23x/menit
S: 36,7°c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Selasa, 21 1. 1. Monitor TTV S: pasien mengatakan badan


Februari
2. Manajemen terapi terasa lemah dan letih
2023
3. Monitor perubahan O: Kes: CMC
sensasi TTV
4. Monitor TD: 129/74 mmHg
tromboflebitis N: 89 x/menit
P: 22x/menit
S: 37,5°c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

2. 5. Monitor TTV
S: pasien mengatakan
6. Mengidentifikasi
enggan untuk
status nutrisi
makan, selera makan
7. Identifikasi makanan
menurun
yang disukai
O: wajah tampak pucat,
8. Monitor asupan
mukosa kering, barat
makanan
badan menurun 10%
9. Monitor BB
dari BB normal
TTV
TD: 129/74 mmHg
N: 89 x/menit
P: 22x/menit
S: 37,5°c
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

3.
1. Monitor TTV
S: klienmengatakan
2. Monitor kelelahan
badannnya lemah,
fisik
klien mengatakan
3. Monitor lokasi dan
jika ingin mandi,
ketidaknyamanan
toileting harus
selama melakukan
dibantun oleh
aktifas.
keluarga
O: TTV
TTV
TD: 129/74 mmHg
N: 89 x/menit
P: 22x/menit
S: 37,5°c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Rabu, 22 1. 1. Monitor TTV S: pasien mengatakan badan


Februari 2. Manajemen terapi terasa lemah dan letih sudah
2023 tanfusi tidak terasa, dan badan
3. Monitor perubahan sudah terasa enakan
sensasi O: Kes: CMC
4. Monitor TTV
tromboflebitis TD: 112/82 mmHg
N: 90 x/menit
P: 20x/menit
S: 36,8°c
A: Masalah sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan

S: pasien mengatakan
2. 1. Monitor TTV enggan untuk
2. Mengidentifikasi makan, selera makan
status nutrisi menurun
3. Identifikasi makanan O: wajah tampak pucat,
yang disukai mukosa kering, barat
4. Monitor asupan badan menurun 10%
makanan dari BB normal
5. Monitor BB TTV
TD: 112/82 mmHg
N: 90 x/menit
P: 20x/menit
S: 36,8°c
A: Masalah sudah teratasi

P: Intervensi dihentikan

1. Monitor TTV S: klienmengatakan


3.
2. Monitor kelelahan badannnya lemah,
fisik klien mengatakan jika
3. Monitor lokasi dan ingin mandi, toileting
ketidaknyamanan harus dibantun oleh
selama melakukan keluarga
aktifas. O: TTV
4. TTV
TD: 112/82 mmHg
N: 90 x/menit
P: 20x/menit
S: 36,8°c
A: Masalah sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
-

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, kelompok tidak


banyak menemukan kesulitan, hal ini yang didukung oleh keluarga klien
yang kooperatif serta kemampuan kelompok dalam melakukan pendekatan
terhadap pasien dan keluarga dengan sikap hati-hati, ramah, dan
bersahabat. Pada saat menggali permasalahan dan memotivasi pasien dan
keluarga untuk mengekspreikan perasaannya pasien masih tampak ragu-
ragu untuk menceritakan keluhan serta masalahnya, tetapi setelah
diberikan semangat dan dukungan serta terbinanya hubungan saling
percaya akhirnya pasien dan keluarga mampu menceritakan setiap keluhan
yang dirasakann Pada saat melakukan pengkajian, data yang didapatkan
kelompok yaitu Pasien mengatakan kepala terasa sakit, keluarga
mengatakan pasien mudah lelah, keluarga mengatakan nafas pasien sesak,
pasien tampak letih, pasien tampak lemah, pasien tampak sesak ditandai
dengan frekuensi nafas 32x permenit, dari pemeriksaan EKG tampak
adanya pembesaran jantung, pada saat auskultasi terdapat bunyi tambahan
S3, TTV : TD : 139/88mmHg, N : 97x/i, RR: 23x/i , S: 37,6
Manifestasi klinis yang terdapat pada pasien dengan anemia
aplastik dapat berupa sindrom anemia secara umum seperti: badan terasa
lesu, cepat lelah, sesak napas intoleransi terhadap aktivitas fisik, palpitasi,
angina pectoris hingga gejala payah jantung. Gejala pada susunansyaraf
dapat berupa sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang–
kunang terutama terjadi pada perubahan posisi dari jongkok ke posisi
berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada ekstremitas (Sudoyo, 2001).
Data kedua yang kelompok dapatkan keluarga klien mengatakan
nafsu makan berkurang, setiap apa yang dimkan langsung keluar lagi,
melalui BAB, porsi makanan hanya separoh yang dihabiskan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif
Berdasarkan pengkajian dan data yang didapatkan oleh kelompok,
kelompok menegakkan diagnosa perfusi perifer tidak efektif yang ditandai
dengan klien mngeluh nyeri dibagian ektremitas, turgor kulit menurun,
warna kulit pucat, akral teraba dingin.
Data yang didapatkan sejalan dengan penelitian Lince Amelia, ddk
tahun 2021 yaitu masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan
anemia berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.
Ketidakefektifan perifer, terjadi karena adanya penurunan kadar
hemoglobin yang terus menerus, sehingga mengganggu pemenuhan
oksigen ke seluruh tubuh.
2. Defisit nutrisi
Berdasarkan pengkajian dan data yang didapatkan oleh kelompok,
kelompok menegakkan diagnosa defisit nutrisi yang ditandai dengan klien
mengatakan selera makan ada, akan tetapi setiap apa yang dimakan/minum
langsung keluar melalui BAB nya.
Data yang didpatkan sejalan dengan penelitian Lince Amelia, ddk
tahun 2021 yaitu masalah keperawatan yang muncul defisit nutrisi
3. Intolransi aktifitas
Berdasarkan pengkajian dan data yang didapatkan oleh kelompok,
kelompok menegakkan diagnosa intolerasi aktifitas yang ditandai dengan
klien mengeluh lelah, klien mengatkan saat/setelah aktfitas sesak
(dispnea), klien merasa badan lemah.
Data yang didapatkan sejalan dengan penelitian Lince Amelia, ddk
tahun 2021 yaitu masalah keperawatan yang muncul intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan.

C. Intervensi Keperawatan
Kelompok merumuskan perencanaan dengan mengacu pada
tinjauan kepustakaan yang sudah ada, namun tidak semua perencanaan
yang di tinjauan kepustakaan dapat diterapkan pada perencaan di tinjauan
kasus .hal ini disebabkan karena kekurangan kemampuan kelompok dan
ketersediaan sarana pendukung di ruangan inap interne pria
Perencanaan yang dapat dilakukan ini didukung oleh beberapa faktor
pendukung antara lain :
1. Adanya literatur yang cukup sehingga memudahkan kelompok
menyusun perencanaan tersebut
2. Adanya bantuan dari perawat yang bertugas di ruang Interne Pria
dalam penyusunan perencanaan tersebut
3. Adanya kemungkinan kelompok untuk melakukan proses
keperawatan pada klien dengan Anemia yang sesuai dengan teori,
baik yang telah diperoleh maupun diperoleh dari buku sumber.
4. Dukungan dari keluarga dan klien yang kooperatif serta keinginan
klien yang ingin cepat sembuh Setelah dilakukan tindakan
keperawatan maka rencana tersebut dalam tindakan nyata. Dalam
menerapkan proses keparawatan, kelompok melakukan tindakan
secara mandiri. Pelaksanaan mandiri yang kelompok laksanakan
antara lain seperti: membina hubungan saling percaya dengan klien
dan keluarga, menciptakan lingkungan terapeutik untuk komunikasi
dengan klien dan keluarga. Hal ini perlu dilakukan agar klien dapat
terbuka dalam mengungkapkan masalah dan bersama-sama mencari
solusinya.

D. Implementasi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang diberikan pada pasien Tn. H antara lain
adalah:
1. Perfusi perifer tidak efektif Implementasi yang di berikan oleh kelompok
yaitu manajemen terapi tranfusi, memberikan obat sesuai dosis, monitor
TTV.
2. Defisit nutrisi Implementasi yang diberikan pada pasien Tn. H antara lain
manajemen status nutrisi, supaya status nutrisi pada Tn. H membaik.
Degan memberikan makanan yang disukai pasien.
3. Intoleransi aktifitas Implementasi yang diberikan pada Tn. H adalah
mengajarkan pasien atau melatih pasien untuk melakukan ROM
pasif/aktif. Agar sendi tidak kaku pada saat sudah pulang dari rumah
sakit.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien.Tujuan Untuk melihat kemampuan klien dalam
mecapai tujuan.Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia.


Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih
rendah dari pada normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis
kelamin (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel
darah merah/ eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh
jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam
jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya
konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin
dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/
eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan
penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya (Kemenkes RI,
2018).

B. SARAN
Bagi RSUP dr. Mdjamil Padang Pengkajian pada pasien dilakukan
secara head to-toe dan selalu berfokus pada keluhan pasien saat pengkajian
(here and now). Selain itu, tindakan mandiri perawat perlu ditingkatkan
dalam perawat pasien.

DAFTAR PUSTKA

Mansjoer, dkk, 2001, kapita selekta kedokteran jilid I, media aesculapius fakultas
universitas indonesia, Jakarta.
Mansoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3.Media Aesculapius.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000.
Sylvia A.Price. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2.EGC.
Jakarta. 1995.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1.Percetakan Info Medika.
Jakarta. 2002.
Rita Nanda, MD. Departement of Hematology/Oncology.University of Chicago
Medical Centre. Chicago. Review provided by VeriMed Healthcare Network.
Stephen Grund, MD, PhD. Chief of Hematology/Oncology and Director of The
George Bray Cancer Center at New Britain General Hospital. New Britain.
Review provided by VeriMed Healthcare Network.
Marcia S.Brose, MD, PhD. Assistant Profesor Hematology/Oncology. The
University of Pennsylvania Cancer Center. Philadelphia. Review provided by
VeriMed Healthcare Network.
Mehta A, Mason PJ, Vulliamy TJ. Glucose-6-phosphate dehydrogenase
deficiency. Baillieres Best Pract Res Clin Haematol 2000;13:21-38.
Maggio A, D’Amico G, et al. Deferiprone versus deferoxamine in patients with
thalassemia major: a randomized clinical trial. Blood Cells Mol Dis. 2002 Mar-
Apr;28(2):196-208

Anda mungkin juga menyukai