Kelompok 2
1. A g u n g S i s w a n t o
2. A l f i t a S a r i
3. D w i f a M a h a r a n i
4. N u r h o f i f a h H i d a y a t i
5. Sri Rahma Hosen
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 3
A. Latar Belakang........................................................................... 3
B. Tujuan........................................................................................ 5
C. Manfaat...................................................................................... 6
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................... 43
BAB V PENUTUP............................................................................... 48
A. Kesimpulan............................................................................... 48
B. Saran......................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Anemia
2. WOC
3. Etilogi Anemia
4. KLASIFIKASI
a) Anemia Defisiensi zat besi
c) Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12
atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang
normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean
Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah.
Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan
vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia
ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan
tangan seolah mati rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat
terlihat diantaranya adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan
biru,luka terbuka dilidah atau lidah seperti terbakar,penurunan berat
badan,warna kulit menjadi lebih gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi
intelektual. Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada
pemeriksaan darah rutin untuk anemia.pada contoh darah yang
diperiksadibawah mikroskop ,tampak selah merah berukuran besar .juga
dapat dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit,terutama jika
penderita anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika diduga terjadi
kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam darah.
d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh
lebih cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada
anemia hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum
tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan sel darah merah.
f) Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam
jiwa. Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan
darah merah terganggu .Pada anemia aplastik, terjadi penurunan
produksi sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit). Anemia aplastik
disebabkan oleh bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan
penyakit-penyakit yang lain.
4. Anatomi Anemia
5. Patofisologi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
a) Bilirubin serum meningkat.
b) Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat.
c) Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam.
b. Gambaran peningkatan produksi eritrosit.
a) Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital.
b) hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang.
c. Gambaran rusaknya eritrosit:
a) morfologi: mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell,
hipokrom mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.
b) fragilitas osmosis, otohemolisis
c) umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan
labeling crom. persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan
sebanding dengan umur eritrosit. semakin cepat penurunan
aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit.
8. Penatalaksanaan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Pendidikan : SMA/sederajat
Suku bangsa : Melayu/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa Mekar Limau Manih Tabir Siur,
Merangin Jambi
No. MR : 00.97.00.75
Ruang Rawat : Ru. 8 Hematologi
Gol. Darah : A+
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Mekar Limau Manih Tabir Siur,
Merangin Jambi
No telepon :-
Keterangan:
Meninggal
Laki-laki
Perempuan
Tinggal serumah
Pasien
7. Pola Kesehatan Fungsional
Pola Nutrisi Dan Cairan : Klien mengatakan mengalmi penurunan nafsu
makan, Tn.E mengatakan hanya menghabiskan makan 1-2 sendok makan,
minum 600 ml/hari, jenis makanan ML.
8. Pola Eliminasi
a. BAB : Klien mengatakan sering BAB, bentuk padat, warna kuning,
Bau khas, setiap apa yang dimakan/minum selalu keluar lagi.
b. BAK : klien mengatakan sering BAK kalau banyak minum frekuensi
6-7 x/hari, bau khas.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran :Compos Mentis
c. Tinggi badan :160 cm
d. Berat Badan :60kg
2. Tanda Tanda Vital
TD : 139/88 mmHg
Nadi : 97x/menit
Pernafasan : 34x/menit
Suhu : 36.7°C
SpO2 : 99%
3. Integumen : integumen kulit kurang bagus
4. Rambut dan Kepala
Inspeksi : Kepala simetris, keadaan rambut alopesia
Palpasi : tidak ada masa, dan nyeri tekan
5. Mata
Inspeksi :keadaan mata bersih, bentuk mata
normal, sclera tidak ikterik, konjungtiva
anemis, pupil isokor, reaksi pupil terhadap
cahaya mengecil.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi :bentuk telinga normal, keadaan telinga
bersih, pendengaran normal, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran
7. Hidung
Inspeksi :simetrsi, tampak pernapasan cuping
hidung, keadaan hidung bersih, tidak ada
pembengkakan
8. Thorax, Dada/ Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada normal. Sifat pernapasan
dada, tampak pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu nafas, batuk
dengan sputum
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : normal
Palpasi : supel
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus terdengar
10. Ekstremitas
a. Atas : Normal
b. Bawah : Tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada kontraktur, tapi
klien mengatakan ektremitas bawah terasa lemah saat berjalan, akral
terba dingin, crt <3 detik, dengan kekutan otot:
555 555
333 333
C. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal: 15-03-2022
Tanggal :17-03-2022
B.Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
.
1. DS: klien mengeluh nyeri Penurunan SDM Perfusi perifer
dibagian ekstremitas tidak efektif
HB kurang
DO: - pengisian kapiler >3 detik
-akral terba dingin Anemia
-warna kulit pucat
-turgor kulit menurun Suplai O2 dan nutrisi
TD: 139/88 mmHg kejaringan berkurang
N : 89x/menit
RR: 34x/menit Sistem saluran
S : 36,8ºc pernafasan
DO:
Mekanisme Anaerob
- Tekanan darah
berubah 20%
kelelahan
- Sianosis
Intoleransi Aktifitas
333 333
555 555
3. Intervensi Keperawatan
Terapeutik:
Lakukan
gerakan gerak
pasif/aktif
4. Implementasi Keperawatan
2. 5. Monitor TTV
S: pasien mengatakan
6. Mengidentifikasi
enggan untuk
status nutrisi
makan, selera makan
7. Identifikasi makanan
menurun
yang disukai
O: wajah tampak pucat,
8. Monitor asupan
mukosa kering, barat
makanan
badan menurun 10%
9. Monitor BB
dari BB normal
TTV
TD: 129/74 mmHg
N: 89 x/menit
P: 22x/menit
S: 37,5°c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3.
1. Monitor TTV
S: klienmengatakan
2. Monitor kelelahan
badannnya lemah,
fisik
klien mengatakan
3. Monitor lokasi dan
jika ingin mandi,
ketidaknyamanan
toileting harus
selama melakukan
dibantun oleh
aktifas.
keluarga
O: TTV
TTV
TD: 129/74 mmHg
N: 89 x/menit
P: 22x/menit
S: 37,5°c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S: pasien mengatakan
2. 1. Monitor TTV enggan untuk
2. Mengidentifikasi makan, selera makan
status nutrisi menurun
3. Identifikasi makanan O: wajah tampak pucat,
yang disukai mukosa kering, barat
4. Monitor asupan badan menurun 10%
makanan dari BB normal
5. Monitor BB TTV
TD: 112/82 mmHg
N: 90 x/menit
P: 20x/menit
S: 36,8°c
A: Masalah sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
C. Intervensi Keperawatan
Kelompok merumuskan perencanaan dengan mengacu pada
tinjauan kepustakaan yang sudah ada, namun tidak semua perencanaan
yang di tinjauan kepustakaan dapat diterapkan pada perencaan di tinjauan
kasus .hal ini disebabkan karena kekurangan kemampuan kelompok dan
ketersediaan sarana pendukung di ruangan inap interne pria
Perencanaan yang dapat dilakukan ini didukung oleh beberapa faktor
pendukung antara lain :
1. Adanya literatur yang cukup sehingga memudahkan kelompok
menyusun perencanaan tersebut
2. Adanya bantuan dari perawat yang bertugas di ruang Interne Pria
dalam penyusunan perencanaan tersebut
3. Adanya kemungkinan kelompok untuk melakukan proses
keperawatan pada klien dengan Anemia yang sesuai dengan teori,
baik yang telah diperoleh maupun diperoleh dari buku sumber.
4. Dukungan dari keluarga dan klien yang kooperatif serta keinginan
klien yang ingin cepat sembuh Setelah dilakukan tindakan
keperawatan maka rencana tersebut dalam tindakan nyata. Dalam
menerapkan proses keparawatan, kelompok melakukan tindakan
secara mandiri. Pelaksanaan mandiri yang kelompok laksanakan
antara lain seperti: membina hubungan saling percaya dengan klien
dan keluarga, menciptakan lingkungan terapeutik untuk komunikasi
dengan klien dan keluarga. Hal ini perlu dilakukan agar klien dapat
terbuka dalam mengungkapkan masalah dan bersama-sama mencari
solusinya.
D. Implementasi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang diberikan pada pasien Tn. H antara lain
adalah:
1. Perfusi perifer tidak efektif Implementasi yang di berikan oleh kelompok
yaitu manajemen terapi tranfusi, memberikan obat sesuai dosis, monitor
TTV.
2. Defisit nutrisi Implementasi yang diberikan pada pasien Tn. H antara lain
manajemen status nutrisi, supaya status nutrisi pada Tn. H membaik.
Degan memberikan makanan yang disukai pasien.
3. Intoleransi aktifitas Implementasi yang diberikan pada Tn. H adalah
mengajarkan pasien atau melatih pasien untuk melakukan ROM
pasif/aktif. Agar sendi tidak kaku pada saat sudah pulang dari rumah
sakit.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien.Tujuan Untuk melihat kemampuan klien dalam
mecapai tujuan.Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Bagi RSUP dr. Mdjamil Padang Pengkajian pada pasien dilakukan
secara head to-toe dan selalu berfokus pada keluhan pasien saat pengkajian
(here and now). Selain itu, tindakan mandiri perawat perlu ditingkatkan
dalam perawat pasien.
DAFTAR PUSTKA
Mansjoer, dkk, 2001, kapita selekta kedokteran jilid I, media aesculapius fakultas
universitas indonesia, Jakarta.
Mansoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3.Media Aesculapius.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000.
Sylvia A.Price. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2.EGC.
Jakarta. 1995.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1.Percetakan Info Medika.
Jakarta. 2002.
Rita Nanda, MD. Departement of Hematology/Oncology.University of Chicago
Medical Centre. Chicago. Review provided by VeriMed Healthcare Network.
Stephen Grund, MD, PhD. Chief of Hematology/Oncology and Director of The
George Bray Cancer Center at New Britain General Hospital. New Britain.
Review provided by VeriMed Healthcare Network.
Marcia S.Brose, MD, PhD. Assistant Profesor Hematology/Oncology. The
University of Pennsylvania Cancer Center. Philadelphia. Review provided by
VeriMed Healthcare Network.
Mehta A, Mason PJ, Vulliamy TJ. Glucose-6-phosphate dehydrogenase
deficiency. Baillieres Best Pract Res Clin Haematol 2000;13:21-38.
Maggio A, D’Amico G, et al. Deferiprone versus deferoxamine in patients with
thalassemia major: a randomized clinical trial. Blood Cells Mol Dis. 2002 Mar-
Apr;28(2):196-208