Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ALERGI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK Vl

Muh. FADEL (21010017)

Nurul Azfiyah (21010021)

Rahma B. Kantole (21010024)

Wisnu Pramudya (21010032)

STIKES HUSADA MANDIRI POSO

PRODI S1 KEPERAWATAN

T/A 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa. Atas kasih dan penyertaan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul "ALERGI"
dengan tepat waktu.

Asuhan keperawatan ini di susun dalam bentuk makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Patologi Anatomi dan Klinik. Kami mengucapkan terima kasih kepada Fanny Lairin
Djala, S.Kep.,Ns.,M.Biomed selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Patologi Anatomi dan Klinik

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini, dan jika ada kata-kata yang
kurang berkenan kami mohon maaf. Terima Kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4
B. TUJUAN..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ALERGI........................................................................................5
B. ALERGEN...............................................................................................................5
C. ANTIBIODI.............................................................................................................6
D. FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG TERJADINYA ALERGI.............................7
E. MACAM-MACAM ALERGI.................................................................................7
F. REAKSI ALERGI...................................................................................................9
G. TES ALERGI..........................................................................................................10
H. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN ALERGI.................................................12
I. ALERGI MAKANAN (NUTRISI).........................................................................13
J. FAKTOR YANG BERPERAN DALAM ENERGI MAKANAN..........................15
K. MEKANISME TERJADINYA ALERGI MAKANAN..........................................16
L. PENYEBAB DAN PENCETUS ALERGI MAKANAN........................................17
M. DIAGNOSIS/PEMERIKSAAN ALERGI MAKANAN.........................................17
N. GEJALA ALERGI MAKANAN.............................................................................18

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.......................................................................................................19
B. SARAN....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kita hidup di lingkungan yang sudah banyak tercemar. Kegiatan industri dan
kendaraan bermotor membuat polusi udara, ditambah lagi dengan berbagai bahan kimia yang
terdapat dalam makanan maupun benda di sekitar kita. Hal-hal tersebut dapat menjadi pemicu
terjadinya gangguan kesehatan, terutama bagi orang-orang yang sensitif. Banyak penyakit
yang tidak hanya berasal dari virus, namun karena seseorang dikategorikan sangat rentan
terhadap beberapa jenis benda alias alergi.

Beberapa laporan ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa
angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Menurut survey rumah
tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit alergi adalah satu dari tiga penyebab
yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai
sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar 80% diantaranya
menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. BBC beberapa waktu
yang lalu melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka
kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang
menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai
asma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit), dan penderita Hay Fever lebih dari 9
juta orang.

Di Indonesia sendiri, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Heru
Sundaru dari RSCM/FKUI menunjukkan bahwa angka penderita asma di Indonesia mencapai
8,2%, alergi hidung 17,5%, dan eksim 2,5-4%. Semua ini disebabkan oleh alergi yang
penyebabnya dapat bermacam-macam, seperti faktor genetik, pola hidup, dan lingkungan.

B. Tujuan
 Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan alergi, mulai dari pengertian, penyebab,
gejala, sampai pengobatan alergi secara umum.
 Mempelajari sebab-sebab terjadinya hipersensivitas makanan pada tubuh , gejalanya,
langkah-langkah pencegahannya, dan cara pengobatannya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian alergi

Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau dalam
rentang waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang tertentu (alergen).
Ketika sebuah substansi tak dikenal masuk, tubuh serta merta akan meningkatkan daya
imunitasnya untuk bekerja lebih giat. Normalnya, sistem kekebalan tubuh akan memproteksi
tubuh dari daya rusak yang dilakukan benda asing tersebut. Akan tetapi, jika tubuh
melakukan reaksi yang berlebihan atas substansi pelemah tersebut, terjadi hipersensitifitas.
Reaksi abnormal terhadap zat asing bisa menyebabkan berbagai macam reaksi dari gatal-
gatal minor hingga kematian. Contoh alergi termasuk :

Hay fever : alergi hidung


Asma : alergi paru-paru
Eksim : alergi kulit
Kaligata : alergi kulit
Alergi makanan : alergi usus
Konjungtivitis : alergi mata

Sifat-sifat alergi :

a. Pencetus suatu alergi disebut alergen. Debu, pollen, tumbuh-tumbuhan tertentu, obat-
obatan, jenis makanan spesifik, bulu serangga, virus, atau bakteri tergolong dalam hal
ini.
b. Reaksi yang terjadi bisa timbul di satu titik, seperti di kulit, bulu mata, atau mungkin
juga di sekujur tubuh.
c. Biasanya timbul satu atau beberapa gejala pengiring yang mengikuti reaksi alergi.

B. Alergen

Menurut ilmu imunologi, alergen adalah senyawa yang dapat menginduksi


imunoglobulin E (IgE) melalui paparan berupa inhalasi (dihirup), ingesti (proses menelan),
kontak, ataupun injeksi. Respon tubuh terhadap suatu alergen terjadi melalui proses yang

5
kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat inang, lingkungan, dan sifat fisik
dari alergen. Sebagian besar alergen merupakan protein yang dapat merangsang respon imun
tubuh melalui reaksi enzimatik atau aktivasi reseptor pada sel epitelium mukosa secara
langsung.

a. Alergen inhalatif atau alergen yang masuk melalui saluran pernafasan. Contohnya:
serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb), spora jamur
(aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb), debu atau bubuk bahan-bahan
kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb),
uap formalin dll.
b. Alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui saluran pencernaan: susu, putih
telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan,
arbei, madu dsb), obat-obat telan.
c. Alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi waktu bersentuhan dengan
kulit atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan
desinfeksi dll), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll) atau dari
tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb).
d. Alergen yang memasuki tubuh melalui suntikan atau sengatan: obat-obatan, vaksin,
racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah).
e. Implant dari bahan sintetik atau logam (tertentu), bahan-bahan yang digunakan
dokter gigi untuk mengisi lubang di gigi.
f. Autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak
atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi atau reaksi toksik/keracunan.

C. Antibodi

Antibodi (bahasa Inggris: antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan


struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel
plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Sistem
imunitas manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk
melawan antigen. Antibodi dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata
lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan
menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi beredar di dalam
pembuluh darah dan memasuki jaringan tubuh melalui proses peradangan. Mereka terbuat

6
dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar
dan dua rantai ringan.

Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi
yang berbeda, yang dimasukan ke dalam kelas (en:isotype) yang berbeda berdasarkan pada
tiap rantai berat. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia
dan memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat
untuk tiap tipe benda asing berlainan yang masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD
dan IgE.

D. Faktor-faktor pendukung terjadinya alergi

 Kesediaan atau kecenderungan sebuah organisme untuk bereaksi secara berlebihan


terhadap zat-zat asing akibat kemampuan organisme itu untuk memproduksi antibodi
dengan berlebihan. Kelabilan struktur pembuluh daah ikut mendukung hal ini.
 Terjadi kontak dengan antigen dalam jumlah tinggi sekali (extreme exposure).
 Kecenderungan untuk menjaga kebersihan secara berlebihan juga bisa mendukung
terbentuknya penyakit alergi, karena kemungkinan tubuh tidak terbiasa lagi kontak
dengan antigen sebagai akibat disingkirkannya antigen-antigen tersebut secara
“mutlak”.

Orang-orang tertentu yang mudah terjangkiti reaksi alergi :

 Pernah mengalami alergi tertentu pada masa sebelumnya


 Penderita asma
 Orang yang mengalami gangguan pada saluran pernapasannya
 Penderita polip
 Penderita infeksi pada sinus, telinga, atau pangkal tenggorokkan
 Orang yang memiliki kulit sensitif

E. Macam-macam alergi

a. Alergi makanan
Alergi makanan adalah respon tubuh yang tidak wajar terhadap suatu makanan
yang diakibatkan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang
spesifik pula. Zat penyebabnya (alergen) dapat berupa protein yang tidak rusak

7
ketika proses memasak atau saat berada di keasaman lambung. Akibatnya, alergen
dapat masuk ke peredaran darah hingga mencapai organ tertentu dan
menimbulkan reaksi alergi.
Alergi makanan ini bisa dialami oleh siapa saja. Umumnya makanan seperti susu,
telur, seafood, kacang-kacangan, makanan berpengawet, dan wijen sering
menimbulkan reaksi alergi. Indikasi bahwa seseorang mengalami alergi makanan,
diantaranya terdapat tanda-tanda sebagai berikut :
 Lidah dan tenggorokkan terasa kering dan gatal
 Napas menjadi tersengal-sengal dan sesak
 Perut mual, kembung, nyeri ulu hati
 Diare dan/atau muntah
 Kulit menjadi gatal-gatal atau ruam
 Mata terasa gatal, merah, dan perih
 Batuk
 Bibir dan tenggorokkan bengkak
 Hidung berair dan tersumbat
b. Alergi debu
Orang yang memiliki alergi debu akan sangat rentan terhadap debu yang umum
dijumpai di rumah atau di luar rumah. Namun sebetulnya, yang harus diwaspadai
adalah tungau debu penyebab alergi. Tungau debu adalah komponen debu yang
berupa sejenis binatang yang sangat kecil. Biasanya ia hidup di kasur atau bantal
berisi kapuk, kain, karpet, tirai, mainan berbulu, selimut dan sebagainya.
Debu yang tersebar di berbagai sudut rumah akan terhirup oleh penderita ketika ia
menghirup napas. Hal inilah yang akan memicu terjadinya alergi. Gejala yang
umum terjadi pada penderita alergi debu rumah adalah bersin-bersin dengan
frekuensi yang sering, pilek, hidung berair, rasa gatal pada hidung, dan hidung
tersumbat.
c. Alergi kulit
Penderita alergi kulit sangat rentan terhadap zat-zat atau bahan kimia tertentu
yang biasa terkandung dalam kosmetik, detergen, sabun mandi, karet, perhiasan
imitasi, dan sebagainya yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Alergi kulit ini
cenderung bersifat penyakit turunan.

8
Gejala pada alergi kulit ditandai dengan gatal-gatal atau ruam pada kulit, kulit
berwarna kemerahan, bengkak, dan lecet. Bagi penderita sebaiknya menghindari
kontak langsung dengan bahan atau senyawa yang dapat menimbulkan iritasi pada
kulit. Lebih baik untuk tidak menggaruk kulit jika terasa gatal.
d. Alergi udara dingin
Alergi terhadap udara dingin merupakan peradangan di sekitar saluran hidung
(mukosa) yang ditimbulkan oleh alergen berupa udara dingin. Alergi udara dingin
ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang bisa mengakibatkan bengkak pada
jaringan dalam hidung, sehingga hidung pun tersumbat.
Alergi udara dingin seringkali diidentikkan dengan penyakit flu. Padahal
keduanya adalah penyakit yang berbeda. Pada penderita alergi gejala dingin tidak
menunjukkan gejala demam. Namun, penderita sering mengalami bersin-bersin,
tenggorokkan terasa gatal, dan biasanya disertai mata merah dan berair.

F. Reaksi alergi

Saat antigen memasuki tubuh, secara otomatis seluruh jaringan tubuh akan melakukan
suatu proses kompleks untuk mengenali benda asing tersebut. Sel darah putih akan
menghasilkan antibodi spesifik untuk melawan antigen. Proses ini disebut sensitisasi.
Antibodi bekerja dengan mendeteksi dan merusak substansi yang menyebabkan penyakit.
Pada reaksi alergi, antibodi dikenal sebagai Immunoglobulin E atau IgE.

Antibodi ini memerintah para mediator untuk memproduksi semacam zat yang
mampu mengurangi kadar kimia dan hormon yang dimiliki antigen. Mediator yang umum
dikenal diantaranya adalah histamin. Mediator mempunyai efek meningkatkan aktivitas sel
darah putih. Inilah yang memungkinkan terjadinya gejala yang mengikuti. Jika hadirnya
mediator dirasa sudah cukup, reaksi alergi bisa dikatakan telah berakhir.

Dikenal 4 macam mekanisme terjadinya alergi, yaitu:

a. Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di


tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya,
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator
(histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan
dilepaskan ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat

9
tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi).
Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga
cairan plasma darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini
mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-
gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: – shok anafilaktis – urtikaria,
edema Quincke – kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale – rinitis vasomotorica
b. Type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan
IgM atau IgA dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer yang akan menyebabkan lisis
sel. Contoh: reaksi setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia
hemolitis, leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.
c. Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex = precipitate):
Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type Arthus)
setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini
berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terjadi interaksi antara
antibodi IgG dengan antigen dalam sirkulasi, terbentuk komplemen-komplemen
intravasal yang melekat pada jaingan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan
endotelium kapiler dan kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus,
serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
d. Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau
sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit
yang telah tersensibilisasi oleh kompleks antigen-hapten-protein. Prosesnya
merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan
pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi
tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit
autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll).

G. Tes alergi

 Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi
alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk
tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat
secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terdapat
alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan

10
akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya merah)
dalam waktu 15-20 menit.
 Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam
darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis
reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika.
 Tes epikutan: pembubuhan alergen-alergen yang dicurigai bisa menjadi penyebabnya
ke atas foil khusus, yang kemudian ditempelkan (biasanya) ke punggung penderita.
Pada reaksi positif, maka akan timbul bercak merah pada alergen atau alergen-alergen
tersebut.
 Tes intrakutan: setelah kulit di lengan bawah (lihat gambar) ditoreh dengan jarum
dan ditandai, lalu pada luka-luka torehan dibubuhkan alergen-alergen yang dipilih
(biasanya dipilih yang paling sering menjadi penyebab). Setelah beberapa waktu, jika
ternyata positif, maka pada alergen tersebut akan timbul indurasi yang dikelilingi
bercak merah. Tergantung garis tengah indurasi masing-masing, maka gradasi atau
tingkat kepekaan terhadap alergen tersebut disebutkan dengan: negatif/tidak
pasti/lemah/positif/positif kuat atau dengan – / (+) / + / ++ / +++ / ++++ .
 tes eksposisi inhalatif: khusus bagi penderita yang dicurigai menderita ekstrinsik atau
alergik bronkial asma, kecuali jika dalam anamsesa (pemeriksaan riwayat penyakit)
sudah terbukti bahwa penderita tersebut mengalami sesak napas terhadap eksposisi
suatu alergen. Tes eksposisi inhalatif dengan alergen tersebut tidak dianjurkan, karena
jelas berbahaya dengan memungkinkan timbulnya reaksi yang parah dengan sesak
nafas berat yang bisa sampai menyebabkan kematian. Karena itu sebelum tes ini harus
dipastikan, bahwa obat-obatan seperti kortison, antihistaminikum, epinefrin, cairan
infus serta alat-alat untuk resusitasi termasuk intubasi sudah tersedia lengkap. Setelah
persiapan-persiapan di atas, pemeriksaan dimulai dengan pelaksanaan spirometri. Jika
ternyata pada pasien sudah dapat dibuktikan adanya obstruksi bronkial, maka tes
tidak boleh dilaksanakan. Kecuali kalau obstruksinya hanya ringan sekali. Dalam hal
ini dan jika tidak ada obstruksi, maka tes bisa dimulai dengan menyemprotkan alergen
ke lubang hidung atau pasien harus menghirup alergen tersebut dari nebulizer.

11
H. Pencegahan dan Pengobatan alergi

 Menghindari alergen
 Imunoterapi
Terapi ini melakukan pemberian ulang jenis zat yang diketahui menimbulkan
reaksi alergi pada pasien tersebut. Pendekatan imunoterapi merupakan pencegahan
dan perlindungan dari gejala alergi dan reaksi radang yang dapat timbul bila pasien
kontak dengan alergen.
Terapi terkini adalah bioresonansi. Cara ini dapat mengatasi gejala alergi.
Terapi ini menggunakan pendekatan ilmu fisika gelombang/kuantum. Dalam
biofisika, setiap substansi terdiri dari energi, juga menghasilkan energi. Dengan
energi yang berupa gelombang/resonansi (getaran) inilah, sel-sel tubuh berkomunikasi
satu sama lain pada frekuensi tertentu. Jika komunikasi antarsel ini berjalan harmonis,
berarti orang itu berada dalam kondisi sehat. Namun jika komunikasi antarsel ini
terganggu oleh substansi yang memiliki frekuensi gelombang lain, fungsi organ tubuh
juga dapat terganggu. Dalam kasus alergi, gangguan ini berkenaan dengan sistem
kekebalan tubuh.
Dengan menggunakan alat Bicorn Bioresonance, pola frekuensi yang
menimbulkan penyakit dapat diubah menjadi pola frekuensi yang efektif dalam
pemulihan fungsi kekebalan tubuh. Metode ini mampu mengeliminasi gelombang
abnormal dari bahan asing/alegen dan mengalirkan gelombang normal tubuh sehingga
akhirnya menghilangkan sensitivitas yang berlebihan terhadap alergen tersebut.
Dengan demikian, terapi ini merangsang tubuh untuk memulihkan fungsinya sendiri.
Selain itu, imunoterapi juga dapat dilakukan dengan suntikan alergi
(imunoterapi alergen). Dengan imunoterapi, sejumlah kecil alergen disuntikkan di
bawah kulit dan dosisnya dinaikkan secara bertahap sampai tercapai dosis
pemeliharaan. Pengobatan ini merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi
penghalang atau antibodi penetralisir yang bertindak sebagai pencegah terjadinya
reaksi alergi. Pada akhirnya kadar antibodi IgE dalam darah (sebagai antigen) juga
turun (nilai normal 0,1-0,4 ug/ml dalam serum).
Imunoterapi harus dilakukan secara hati-hati karena pemberian alergen dosis
tinggi yang terlalu cepat bisa menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Imunoterapi
paling sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk tanaman, partikel

12
debu rumah, racun serangga dan bulu binatang. Imunoterapi tidak dianjurkan untuk
dilaksanakan pada penderita alergi makanan karena resiko terjadinya anafilaksis.

 Ada beberapa cara untuk mengobati reaksi alergi. Pilihan tentang pengobatan dan
bagaimana cara pemberian disesuaikan dengan gejala yang dirasakan.
 Untuk alergi jenis biasa seperti debu atau bulu binatang, pengobatan yang
disarankan adalah:
- Precription antihistamines, seperti cetirize (Zytrec), fexofenadine
(Allegra), ioratadine (Claritin), dapat mengurangi gejala tanpa
menyebabkan rasa kantuk. Pengobatan ini dilakukan sesaat penderita
mengalami reaksi alergi. Jangka waktu pemakaian hanya dalam satu hari
(24 jam).
- Nasal costicoroid semprot. Cara pengobatan ini dimasukkan ke dalam
mulut atau melalui injeksi. Bekerja cukup ampuh dan aman dalam
penggunaan, pengobatan ini tidak menyebabkan efek samping. Alat
semprot dapat digunakan beberapa hari untuk meredakan reaksi alergi, dan
harus digunakan setiap hari. Contoh : fluticasone (flonase), mometasone
(nasonex), dan triamcinolone (nasacort).
 Untuk reaksi alergi spesifik :
- Epinephrine
- Antihistamines, seperti diphenhydramine (Benadryl)
- Corticosteroids

I. Alergi makanan (Nutrisi)

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan
sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Tidak semua reaksi yang tidak
diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter atau
masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak
diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologik (intoleransi makanan).

Reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan seringkali terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Reaksi tersebut dapat diperantarai oleh mekanisme yang bersifat imunologi,
farmakologi, toksin, infeksi, idiosinkrasi, metabolisme, serta neuropsikologis terhadap

13
makanan. Dari semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan dan zat aditif makanan,
sekitar 20% disebabkan karena alergi makanan.

Reaksi simpang makanan (adverse food reactions)

Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini
dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan atau intoleransi makanan.

Alergi makanan (Food Alergy)

Alergi makanan adalah reaksi imunologis (kekebalan tubuh) yang menyimpang karena
masuknya bahan penyebab alergi dalam tubuh.

Intoleransi makanan (Food intolerance)

Intoleransi makanan adalah reaksi makanan non-imunologik dan merupakan sebagian besar
penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh
zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik dan zat farmakologik yang
terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju atau kafein pada kopi.

14
J. Faktor yang berperan dalam alergi makanan

 Imaturitas usus. Secara mekanik, integritas mukosa usus dan gerakan peristaltik
menjadi pelindung dari masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi, asam
lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi alergen. Secara imunologik,
IgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal
alergen yang masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur (tidak matang), sistem
pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan
alergen masuk ke dalam tubuh. Dengan pertambahan usia, IgA, yang merupakan
imunoglobulin utama dalam sekresi internal akan meningkat jumlahnya sesuai dengan
maturasi (kematangan) sistem kekebalan tubuh.

15
 Genetik. Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek penderita. Bila
salah satu dari orang tua menderita gejala alergi, maka anaknya beresiko sekitar 20-
40%, sedangkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua, maka resiko anak
adalah 5-5%.

 Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau
beban latihan (lari, olah raga).

K. Mekanisme terjadinya alergi makanan

Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T secara langsung atau melalui sitokin. Sel-T tersensitisasi dan
akan merangsang sel-B menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe. Alergen yang intak
diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai sel-sel pembentuk antibodi di
dalam mukosa usus dan organ limfoid usus. Selanjutnya terjadi sensitisasi sel mast pada
saluran cerna, saluran nafas dan kulit. Kombinasi alergen dengan IgE pada sel mast bisa
terjadi pada IgE yang telah melekat pada sel mast atau komplek IgE-Alergen terjadi ketika
IgE masih belum melekat pada sel mast atau IgE yang telah melekat pada sel mast diaktifasi
oleh pasangan non spesifik, akan menimbulkan degranulasi mediator. Pembuatan antibodi
IgE dimulai sejak paparan awal dan berlanjut walaupun dilakukan diet eliminasi. Komplemen
akan mulai mengalami aktivasi oleh kompleks antigen antibodi. Pada paparan selanjutnya
mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin mempunyai berbagai efek terhadap berbagai
sel terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga
menimbulkan reaksi peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan
menarik netrofil. Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan
kerusakan jaringan yang ditimbulkannya.

Menurut kecepatan timbulnya reaksi, maka alergi terhadap makanan dapat dibedakan
menjadi reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat
(delayed onset reaction). Reaksi cepat, reaksi terjadi berdasarkan reaksi kekebalan tubuh tipe
tertentu. Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan. Reaksi lambat, terjadi
lebih dari 8 jam setelah memakan bahan penyebab alergi.

16
L. Penyebab dan pencetus alergi makanan

Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikopotein, atau polipeptida


dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas, dan tahan enzim proteolitik.
Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000 sampai
40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan kepekaan (sensitisasi)
baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-carrier.

Timbulnya gejala alergi bukan saja dipengauhi oleh penyebab alergi, tapi juga
dipengaruhi oleh pencetus alergi. Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya
alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti tubuh
sedang terinfeksi virus atau bakteri, minuman dingin, udara dingin, panas atau hjan,
kelalahan, aktivitas tertawa berlebihan, menangis, berlari, olahraga. Faktor psikis berupa
kecemasan, sedih, stress, atau ketakutan.

Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut


terjadinya serangan alergi. Tanpa paparan alergi, maka faktor pencetus tidak akan terjadi.
Bila seseorang mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus,
maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak mengkonsumsi
makanan penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul.

M. Diagnosis / pemeriksaan alergi makanan

Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa


(mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat
keluarga, tanda, dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mencari penyebab alergi sangat banyak dan
beragam. Diantaranya adalah uji kulit alergi, pemeriksaan darah (IgE, RASt, dan IgG),
pemeriksaan lemak tinja, antibody monoclonal dalam sirkulasi, pelepasan histamine oleh
basofil (basofil histamine release assay/BHR), kompleks imun dan imunitas seluler, intestinal
mast cell histamine release (IMCHR), provokasi intragastral melalui endoskopi, biospi usus
setalah dan sebelum pemberian makanan.

17
Selain itu terdapat juga pemeriksaan alternatif untuk mencari penyebab alergi
makanan, diantaranya adalah kinesiology terapan (pemeriksaan otot), alat vega (pemeriksaan
kulit elektrodermal), metode refleks telinga jantung, cytotoxic food testing, ELISA/ACT,
analisa rambut, iridology, dan tes nadi.

Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan


secara buta (Double Blind Placebo Controlled Food Challenge). Dalam det sehari-hari
dilakukan eliminasi atau dihindari beberapa makanan penyebab alergi selama 2-3 minggu.
Setelah 3 minggu, bila keluhan menghilang, maka dilanjutkan dengan provokasi makanan
yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu, bila
timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi
menimbulkan gejala.

N. Gejala alergi makanan

Kompleksnya proses pencernaan makanan akan mempengaruhi waktu, lokasi dan


gejala alergi makanan. Gejala dapat muncul beberapa menit setelah makan atau berjam jam
kemudian. Gejala awal dari alergi makanan dapat berupa rasa gatal pada mulut, kesulitan
menelan dan bernafas. Saat makanan sudah mencapai lambung dan usus halus, gejala yang
timbul berupa rasa mual, muntah, diare, dan nyeri perut.

Alergen akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Saat mereka mencapai
kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya eksim. Pada saat mereka mencapai paru paru,
alergen dapat mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal
dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun,
kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian. Gejala
klinis alergi makanan biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran nafas,
saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala
sering kali sudah dijumpai pada masa bayi.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau dalam
rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang tertentu (alergen).
 Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan
sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan.

19
 Intoleransi makanan adalah reaksi makanan non-imunologik dan merupakan sebagian
besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan.
 Makanan yang sering menyebabkan alergi adalah susu sapi, sereal, kacang-kacangan,
putih telur, udang dan ikan.  Alergi juga dapat disebabkan oleh sulfida atau salisilat
dalam makanan dan obat, penyedap masakan, zat pengawet dan pewarna sintetis.

B. Saran

Alergi ternyata dapat disebabkan oleh banyak faktor dengan berbagai gejala yang
ditimbulkan. Gajala alergi harus disadari sejak dini agar dapat diberikan penanganan yang
tepat. Untuk alergi makanan sendiri, penanganan terbaik pada penderita alergi makanan
adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan anti alergi dalam
jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi.
Mengenali secara cermat gejala alergi dan megidentifikasi secara tepat penyebabnya dapat
mengurangi timbulnya gejala alergi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/macam-macam-alergi.htm

http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/alergi.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Alergen

http://amargiamargo.wordpress.com/2007/02/15/alergi-bagian1/

20
http://medicastore.com/penyakit/791/Reaksi_Alergi.html

http://www.blogdokter.net/2008/04/12/alergi-makanan/

http://medicastore.com/artikel/255/Tes_Alergi.html

http://ummusalma.wordpress.com/2007/02/17/alergi-makanan/

http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=168

http://books.google.com/books?
id=lAikbEyWTpcC&pg=PA59&lpg=PA59&dq=alergi&source=vrt&ots=a2W-
_G9JYY&sig=5dLZOphzOUEfW1I25itm9TmXx28&hl=en&ei=YrWKTY2KBsLqrAeT0PH
fDg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=11&ved=0CJABEOgBMAo#v=onepage&q
=alergi&f=false

21

Anda mungkin juga menyukai