Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TES ALERGI

(Dosen Pengampuh; Dewi Purnamawati,M.Kep )

Disusu oleh:

Anggota Kelompok 8:

1. Firman Hadi (P07120122019)


2. Ilyas Restu Maulana (P07120122025)
3. Lolita Intary (P07120122029)
4. Ni Made Devi Trayati (P07120122037)
5. Ryan Ollie Pamungkas (P07120122047)
6. Baiq Novi Farizka Indriani (P07120120054)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


MATARAM
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT.Hanya


kepada- Nya lah kamimemuji dan hanya kepada-Nya lah kamibersyukur, kita meminta
ampunan dan meminta pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Makalah Tentang Tes Alergi ”.Kamipun
menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya.Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan
kualitas makalah askep di masa yang selanjutnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1
A. Pendahuluan......................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................................................2
A. Definsi Alergi......................................................................................................................................2
B. Sistem Imun dan Terjadinya Alergi.....................................................................................................2
C. Jenis – Jenis Alergi..............................................................................................................................3
D. Faktor-faktor Penyebab Alergi............................................................................................................4
E. Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Alergi.........................................................................................4
F. Definisi Injeksi Intrakutan.....................................................................................................................5
G. Indikasi Pemeriksaan...........................................................................................................................5
H. Kontraindikasi Pemeriksaan.................................................................................................................6
I. Prosedur Pemeriksaan........................................................................................................................6
BAB III.............................................................................................................................................................7
PENUTUP........................................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................7

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Alergi termasuk jenis penyakit yang paling sering dijumpai dalam masyarakat.
Ada tiga jenis atau golongan alergi, yakni alergi pada hidung (rinitis), pada saluran napas
bagian bawah (asma), dan pada kulit (eksim/kaligata). Dari seluruh penyakit akibat
alergi, angka kejadian rinitis diperkirakan lebih kurang sebanyak 20%, asma antara 2-
10%, dan eksim 1-2%.
Alergi sudah menjadi penyakit umum dalam masyarakat kita. Hal ini disebabkan
penyebabnya ada di mana-mana, tidak disadari datangnya, dan kurang diperhatikan
masyarakat (padahal alergi adalah salah satu penyakit yang sangat mengganggu).
Masyarakat masih menganggap bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Pada kenyataannya, penyakit ini dapat hilang setelah diobati, kemudian timbul lagi
setelah obatnya habis. Artinya, alergi adalah sebuah penyakit kambuhan yang tidak dapat
diobati. Alergi yang menyerang orang dewasa sering diobati sendiri secara berulang-
ulang,
yang pada akhirnya menyebabkan efek samping yang merugikan penderita. Pada dasarnya,
obat antialergi (antihistamin) memang dapat menimbulkan efek samping, yakni
menimbulkan kantuk, sehingga mengganggu aktivitas pekerjaan di kantor, membahayakan
pengemudi atau mereka yang mempunyai pekerjaan menjalankan alat-alat berat di proyek.
Sakit akibat alergi yang diderita anak sekolah cukup mengganggu, menghambat
daya pikir dan kerajinan anak di sekolah. Celakanya, pada anak sekolah, pengobatan
dengan antihistamin menimbulkan efek samping serius, seperti timbul radang pada usus
yang diikuti dengan gejala rasa mual, muntah, sembelit, dan muncul peradangan pada
mulut. Selain itu, pemakaian antihistamin yang berkepanjangan dapat menyebabkan
kelainan pada sel darah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan alergi ?
2. Bagaimana sistem imun dan terjadinya alergi ?
3. Apa aja jenis alergi ?
4. Apa saja faktor penyebab alergi ?
5. Bagaimana Gejala, penyebab dan pengobatan alergi ?
6. Bagaiman prosedur skin test ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan alergi
2. Untuk mengetahui Bagaimana sistem imun dan terjadinya alergi
3. Untuk mengetahui Apa aja jenis alergi
4. Untuk mengetahui Apa saja faktor penyebab alergi
5. Untuk mengetahui Bagaimana Gejala, penyebab dan pengobatan alergi
6. Untuk mengetahui Bagaiman prosedur skin test

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definsi Alergi
Alergi adalah perubahan reaksi tubuh/pertahanan tubuh terhadap suatu benda
asing yang terdapat di dalam lingkungan hidup sehari-hari. Agar tidak terkena penyakit,
tubuh mempunyai suatu cara untuk menghadapi benda asing yang masuk. Cara ini
disebut sistem imun. Ada dua macam sistem imun, yakni sistem imun nonspesifik dan
sistem imun spesifik.
a) Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik terjadi di dalam tubuh. Untuk menangkal gangguan
benda asing, tubuh akan mengeluarkan kelenjar limfosit yang berasal dari sel
darah putih untuk melawan gangguan bakteri, kuman, virus, atau jamur.
b) Sistem Imun Nonspesifik
Dalam sistem imun nonspesifik ini, tubuh mengeluarkan tanda-tanda
untuk melawan benda asing berupa kuman, bakteri, virus, jamur, dan alergen
(polutan). Polutan yang meliputi debu rumah, asap pabrik, asap kendaraan, bulu
binatang, serbuk sari bunga yang menimbulkan gejala alergi dan sebagainya
disebut juga anti- gen. Tanda-tanda yang dimaksud adalah bersin dan batuk, yang
berguna untuk merangsang benda asing/lendir yang banyak dan mengganggu
saluran pernapasan agar keluar dari dalam tubuh. Di samping itu, ludah, asam
lambung, keringat, air mata, dan lilin di telinga dibentuk tubuh untuk
menghancurkan kuman atau benda- benda kecil.

B. Sistem Imun dan Terjadinya Alergi


1. Kekebalan Tubuh
Kekebalan tubuh (imunitas) yang terdapat dalam protein pada butir darah putih
(globulin) disebut globulin imun (immu-noglobulin). Immunoglobulin ini merupakan
suatu golongan pro- tein yang mempunyai daya zat anti. Istilah immunoglobulin ini
pertama kali diperkenalkan oleh Hitzig (1955). Immmunoglobu lin (1g) dibagi
menjadi lima kelas atau golongan.
a) Immunoglobulin G (IgG) Komponen fungsionalnya memberi respon antibakteri,
antivirus, antitoksin, dan antijamur.
b) Immunoglobulin M (IgM). Komponen fungsionalnya merupakan antibodi
terhadap polisacharida dan lipo- polisacharida (bentuk gula).
c) Immunoglobulin A (IgA). Terbentuk oleh rangsangan terhadap selaput lendir, dan
memegang peran penting dalam melawan infeksi saluran pernapasan, pencernaan,
dan bagian alat reproduksi.
d) Immunoglobulin D (IgD). Fungsinya belum diketahui dengan pasti.
e) Immunoglobulin E (IgE). sebagai zat antikimia. IgE ini terbentuk pada orang
yang menderita alergi dan dapat terjadi pada pemberian vaksin Pertusis.
2. Terbentuknya Zat Kekebalan Tubuh
Zat kekebalan tubuh terbentuk tidak secara bersamaan. Pada trimester pertama
kehamilan seorang ibu, biasanya belum ada pembentukan Ig. Enam bulan berikutnya
janin baru membentuk sel-sel plasma yang dapat membuat Ig spesifik, seperti IgM
dan
2
IgA. IgM disintesis pada minggu ke-14 kehamilan. Kadar IgM meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan IgA dan IgG. Kadar IgM dapat juga meningkat jumlahnya jika
dalam tubuh ibu terjadi apa perdarahan dan masuk ke dalam sirkulasi janin. Produksi
kadar IgM mencapai jumlah optimal setelah 1-2 tahun sejak IgM dibentuk.
IgG terbentuk sejak kehamilan memasuki usia tiga bulan. IgG diturunkan melalui
placenta. Baru pada minggu ke-20 kehamilan, janin mulai membentuk IgG dalam
jumlah sedikit. Setelah lahir, IgG pada bayi hampir sama dengan IgG pada ibunya.
Kemudian secara progresif, IgG terus bertambah sampai anak berumur tujuh tahun.
Pada usia ini jumlah kadar IgG anak sama dengan IgG orang dewasa. Seperti halnya
IgM, IgA pun mampu dibentuk janin dalam jumlah kecil. Meskipun demikian, pada
waktu lahir tidak ditemukan IgA di dalam darah tali pusat. Kadar optimal serum IgA
baru tercapai setelah anak berumur 12 tahun.
3. Terjadinya Alergi
Di dalam tubuh, sel limfosit membentuk suatu antibodi yang mampu mengikat
antigen seperti kuman dan sebagainya. Jika tubuh dalam keadaan normal, antigen
tersebut tidak akan menyebabkan sakit, karena limfosit memproduksi antibodi yang
dapat melindungi tubuh. Antibodi ini disebut immunoglobulin. Pada tubuh normal,
immunoglobulin yang terbentuk adalah IgA, IgM, dan IgG. Pada orang yang
menderita alergi, immunoglobulin yang terbentuk adalah IgE. Immunoglobulin ini
tidak mampu melindungi tubuh, tetapi justru akan menimbulkan gangguan pada kulit,
saluran pernapasan, atau saluran pencernaan. Gejala yang timbul kemudian disebut
alergi.
IgE akan mengikat alergen di permukaan sel dan melepaskan histamin (zat yang
menimbulkan kepekaan tubuh) yang ada di dalam sel. Histamin menyebabkan hidung
berair, hidung tersumbat, kulit gatal, dan sesak napas. Karenanya, histamin disebut
juga sebagai media- tor (perantara) timbulnya gejala alergi.

C. Jenis – Jenis Alergi


Alergi dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah alergi berdasarkan
penyebabnya. Tipe kedua adalah alergi berdasarkan gejala yang muncul di tubuh.
1) Tipe Pertama (Berdasarkan Penyebab)
Alergi yang dibedakan atas dasar penyebabnya juga terbagi atas dua macam, yaitu
penyebab yang berasal dari luar tubuh (ekstrinsik) dan penyebab yang berasal dari
dalam tubuh (intrinsik) Penyebab yang berasal dari luar tubuh terdiri dari hal- hal
sebagai berikut.
a) Alergi terhadap debu rumah, kapuk, dan serbuk sari bunga, biasanya berupa asma
dan batuk
b) Alergi terhadap makanan, seperti udang, kepiting, susu, dan telur, biasanya
berupa alergi kulit.
c) Alergi terhadap tembaga, kulit, rantai jam tangan, dan sebagainya.
d) Alergi terhadap obat-obat antibiotik, seperti Tetrasiklin.
Sementara itu, penyebab yang berasal dari dalam tubuh (intrinsik) pada umumnya
merupakan faktor keturunan (genetis).
2) Tipe Kedua (Berdasarkan Gejala)
a) Tipe cepat, reaksi timbul 15-20 menit setelah alergen masuk ke dalam tubuh
penderita.
b) Tipe lambat, reaksi baru timbul 2 atau 3 hari setelah tubuh kontak dengan alergen.
3
c) Jika terjadi pada kulit, yang timbul adalah gejala eksim. Jika terjadi pada hidung,
yang timbul adalah rinitis, sinusitis, dan polip hidung. Pada bayi dapat
menyebabkan peradangan usus.
Kedua tipe alergi ini paling banyak ditemui di Indo- nesia. Dibandingkan dengan
alergi tipe lambat, alergi tipe cepat kasusnya lebih banyak terjadi. Di Indonesia,
kemunculan IgE lebih sering dibandingkan dengan di negara maju (Eropa). Hal ini
disebabkan Indonesia terletak di wilayah tropis. IgE juga dapat diproduksi oleh cacing,
virus, dan limfosit.
Alergi tipe cepat biasanya disebabkan alergen hirup, alergen makanan, dan alergen
obat-obatan. Alergi lambat biasanya, selain oleh alergen makanan, juga disebabkan oleh
alergen yang menempel di kulit. Alergen tipe lambat membutuhkan waktu yang agak
lama dan menimbulkan reaksi lokal, seperti gejala eksim dan bintik-bintik berair di
lokasi-lokasi tertentu di tubuh. Misalnya, alergi pada hidung (rinitis), alergi pada saluran
pernapasan (asma bronkial), alergi pada kulit (biduran, kaligata, eksim), dan alergi pada
saluran pencernaan.

D. Faktor-faktor Penyebab Alergi


Gejala alergi jarang menimbulkan kematian. Namun, tetap saja perlu diwaspadai.
Soalnya, sebagai contoh, serangan asma yang berat ditambah reaksi terhadap obat yang
diminum anak-anak akan menimbulkan shock (pingsan). Jika tidak segera ditolong,
serangan ini akan menyebabkan kematian. Berikut ini beberapa faktor penyebab alergi
yang harus diwaspadai.
1. Faktor Keturunan (Genetis)
Walaupun alergi dapat terjadi pada semua orang dan semua golongan umur-sejak
bayi sampai berusia lanjut- risiko terbesar ada pada anak yang membawa bakat
alergi yang diturunkan oleh orangtuanya. Pada anak ini, gejala alergi (seperti asma,
alergi makanan, dan alergi obat) menjadi sering muncul.
Jadi, alergi biasanya hanya terjadi pada orang tertentu, yang mempunyai faktor
penentu yang dibawa sejak lahir (keturunan). Misalnya, seorang anak penderita asma
ternyata mempunyai orangtua (ayah atau ibu) atau saudara (kakak, adik, paman, atau
bibi) yang menderita asma atau alergi jenis lain. Dapat jadi juga, alergi tidak
diturunkan kepada generasi pertama, tetapi kepada generasi berikutnya, seperti cucu.
2. Faktor Kejiwaan
Faktor lain yang juga sering menjadi pencetus alergi adalah gangguan kejiwaan,
seperti rasa cemas, marah, dan takut. Gejala yang paling sering muncul adalah eksim
pada kulit. Pada orang yang memiliki "bakat" alergi, sifat pemarah, pencuriga, dan
emosional akan menyebabkan timbulnya gejala gangguan alergi akut pada kulit. Pada
anak-anak memang jarang terjadi alergi akibat faktor kejiwaan. Alergi pada anak
lebih sering terjadi akibat faktor makanan dan debu rumah. Sebagian anak biasanya
alergi terhadap telur dan laktosa pada susu, debu rumah, tungau di karpet atau sofa,
dan serbuk sari bunga (pollen).

E. Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Alergi


1. Gejala
Gejala alergi yang timbul pada anak bermacam-macam, tergantung dari bagian
tubuh tempat alergen mengadakan kontak.
a) Asma
4
Jika alergen kontak dengan saluran pernapasan, serangan asma dengan
gejala sesak napas akan timbul. Ini akibat terjadinya penyempitan saluran
pernapasan. Alergen biasanya menyebabkan timbulnya banyak lendir di
tenggorokan dan saluran pernapasan. Kejadian ini terutama muncul pada malam
hari. Itulah sebabnya anak yang terkena asma paling sering mengalami gangguan
sesak napas pada malam hari. Gejala yang menonjol dari asma berupa sesak
napas, napas berbunyi (mengik), dan batuk yang berulang-ulang.
b) Rinitis Alergi
Gejalanya berupa hidung tersumbat, gatal dan bersin- bersin, ingus
mengalir terus-menerus, gatal di tenggorokan, dan kadang-kadang batuk akibat
rangsangan dari ingus yang jatuh ke tenggorokan. Gejala rinitis sering pula diikuti
gejala konjungtivitis (peradangan selaput lendir mata).
c) Alergi Saluran Pencernaan
Alergi ini jarang terjadi pada bayi yang minum ASI. Namun, dapat terjadi
jika ibunya minum susu sapi. Intinya, alergi saluran pencernaan paling banyak
terjadi pada anak yang minum susu sapi, dengan gejala berupa muntah, diare, dan
kehilangan nafsu makan.
d) Eksim
Eksim (Dermatitis Atopi)terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 1
tahun. Biasanya terjadi pada bayi berumur 2-4 bulan atau ketika mulai minum
susu sapi. Gejalanya berupa gatal kemerahan di pipi. Jika tangan bayi
menggaruknya, kulit pipi ini akan menjadi basah, mengelupas, dan terinfeksi.
Selain di kulit pipi, eksim pada bayi akan menyebar ke pergelangan tangan, lipat
siku, lutut, dan lipat paha. Jika dibiarkan, dapat menyebar ke seluruh tubuh.
2. Pemeriksaan Medis
Langkah paling utama untuk menunjang keberhasilan pengobatan anak penderita
alergi adalah dengan mengetahui secara pasti alergen yang menjadi penyebabnya.
Dengan begitu dapat segera diambil tindakan medis, sehingga penyakitnya tidak
berlanjut.
Untuk itu, informasi dari orangtua sangat diharapkan. Dalam hal ini, ibu si anak
harus menuturkan riwayat penyakit anaknya ketika berkonsultasi dengan dokter untuk
menelusuri penyebab penyakit anaknya.Dokter kemudian dapat mengadakan
pengetesan melalui tusuk kulit (tusuk- pricktest, tempel-patchtest, dan gores-
schratchtest) atau tes profokasi dan tes laboratorium. Di antara berbagai macam tes
tersebut biasanya tes laboratorium dianggap paling akurat untuk menunjukkan
penyebab gejala alergi dan IgE pada mencegah
3. Pengobatan
Obat antialergi yang diberikan biasanya berupa antihistamin yang bekerja dengan
cara berkompetisi dengan zat histamin. Antihistamin tidak bertindak menghalangi
pembentukan histamin oleh IgE, tetapi menghambat masuknya histamin ke dalam sel
penerima (reseptor). Karena itu, antihistamin diberikan bukan untuk mencegah
serangan. Dalam hal ini, tidak sedikit orang yang menganggap bahwa mengonsumsi
antihistamin sebelum memakan makanan yang mengandung antigen dapat mencegah
serangan alergi. Sesungguhnya, antihistamin itu berupa zat kimia tertentu yang
kerjanya hanya menetralisir gangguan yang terjadi akibat kerja histamin. Contohnya
chlorpheniramin maleat (ctm) dan obat lain sejenisnya. Oleh dokter, obat- obat
tersebut
5
kadang-kadang diberikan dalam bentuk salep dan oral.
Di dalam proses pengobatan dikenal pula pemberian diet ketat untuk beberapa
makanan yang menimbulkan reaksi alergi. Ada makanan yang tidak atau sedikit
menimbulkan reaksi alergi jika dikonsumsi sendiri, tetapi akan menimbulkan
reaksi hebat jika dikonsumsi bersamaan (kombinasi). Hal ini disebut alergi fixed
type. Ada lagi makanan yang jika dihindari dalam tempo lama kemudian dimakan
lagi tidak menimbulkan reaksi alergi. Hal ini disebut clinical typ.

F.Definisi Injeksi Intrakutan


Injeksi intrakutan atau injeksi intradermal adalah injeksi yang disuntikkan pada
lapisan dermis atau di bawah epidermis/permukaan kulit. Perawat memberikan injeksi
intradermal (ID) untuk uji kulit, seperti skrining tuter kuling dan tes alergi. Akibat obat
intradermal yang keras, maka obat tersebut disuntukkan ke dalam dermis. Untuk klien
yang memiliki alergi, dokter seringkali melakukan uji kulit. Pada uji kulit, perawat harus
mampu melihat tempat injeksi dengan jelas supaya dapat melihat perubahan warna
dengan integritas kulit. Daerah ID harus bebas dari luka dan relatif tidak berbulu. Tempat
yang diinjeksi harus dibaca dalam waktu yang diresepkan, seperti 48 jam setelah injeksi.

G.Indikasi Pemeriksaan
Indikasi dalam injeksi intradermal atau intrakutan, anatara lain :
 Pasien yang membutuhkan tes alergi
 Pasien yang akan melakukan vaksinasi
 Mengalihkan diagnosa penyakit
 Diberikan sebelum memasukkan obat

H.Kontraindikasi Pemeriksaan
Kontraindikasi dalam injeksi intradermal atau intrakutan, anatara lain :
 Pasien yang mengalami infeksipada kulit
 Pasien dengan kulit terluka
 Pasien yang telah dilakukan skin test

6
I.Prosedur Pemeriksaan
A. Komunikasi
B. Persiapan Alat
1. Bak injeksi steril
2. Kapas alkohol
3. Spuit injeksi 1 cc
4. Obat dalam sediaan vial/ampule
5. Tempat sampah (infeksius, safety box, non infeksius)
6. Larutan klorin 0,5 %
7. Sarung tangan karet sekali pakai
8. Pulpen/spidol
9. Buku kecil
10. Bengkok.
C. Persiapan Lingkungan.
Jendela dan pintu ditutup.
D. Persiapan Pasien.
1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan tindakan yang akan diberikan.
2. Pasien duduk dengan rileks.
E. Langkah-Langkah.
1. Penolong menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
2. Penolong mencuci tangan.
3. Penolong menyiapkan alat-alat, menyiapkan diri, dan menyiapkan obat.
4. Penolong mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5B (Benar obat, dosis, pasien,
cara pemberian dan waktu)
5. Mengatur posisi senyaman mungkin.
6. Pilih area penyuntikan
7. Pakai sarung tangan
8. Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan sirkuler
9. Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
10. Buka tutup jarum
11. Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm di bawah area penusukan
12. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan masukkan
jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 5-15°
13. Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan sampai adanya bula
7
14. Cabut jarum sesuai sudut masuknya
15. Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alcohol (jangan dimasase)
16. Buat lingkaran pada bula degan menggunakan pulpen/ spidol. Dengan diameter +
5 cm
17. Observasi kulit terhadap kemerahan, bengkak, gatal (10-15 menit)
18. Kembalikan posisi klein
19. Merapikan alat-alat dan cuci tangan
20. Dokumentasi Hasil Tindakan

8
9
1
0
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes alergi dapat dilakukan untuk membantu menentukan alergen pencetus gejala
alergi. Anamnesis yang teliti mengenai gejala klinis pasien dan kemungkinan alergen
pencetus akan sangat membantu untuk memilih jenis tes diagnostik yang diperlukan,
alergen yang akan diuji, dan interpretas

1
1
DAFTAR PUSTAKA

Widjaja, M. C. (2005). Mencegah dan Mengatasi Alergi dan Asma pada Balita. PT. Kawan
Pustaka: Jakarta.
Utam, S. Y. A. (2018). Buku ajar keperawatan medikal bedah sistem respirasi. Deepublish.
Rengganis, I. (2018). Skin Prick Test. Universitas Indonesia Publishing.

1
2
1
3

Anda mungkin juga menyukai