Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DENGAN DIAGNOSA ALERGI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu: Riska Fauziah,S.kep,.Ners,.M.kep

Disusun oleh:

Agnia Sopia Aeni 701220017

Bilqis Qisha Darmawan 701220038

Enur Anisa 701220023

Mega Evani 701220037

Rifa Andini Natasya 701220026

PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. sederhana. Semoga makalah
makalah ini dapat dipergunakan dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
pengalaman bagi para pembaca, pembaca, sehingga sehingga saya dapat memperbaiki
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Sabtu,17 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................4
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Alergi........................................................................................5
2.2 Penyebab Alergi..........................................................................................5
2.3 Klasifikasi Alergi........................................................................................6
2.4 Jenis-Jenis Alergi........................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................9
2.6 Patofisiologi Alergi...................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................................12
2.8 Pencegahan Alergi....................................................................................12
2.9 Pengobatan Alergi……….........................................................................13
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 pengkajian.................................................................................................14
3.2 diagnosa....................................................................................................23
3.3 intervensi...................................................................................................23
3.4 Implementasi.............................................................................................24
3.5 evaluasi......................................................................................................24
BAB IV Penutup
3.1 Kesimpulan...............................................................................................27
3.2 Saran..........................................................................................................27
Daftar Pustaka......................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka
kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan
kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan
Anak. Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit alergi adalah
adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga.
Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar
80% diantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. BBC
beberapa waktu yang lalu melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat
pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang
berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20%
mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih
dari 9 juta orang (Judarwanto, 2005).
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak
berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal
tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari
berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan,
berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit
seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dan lain-lain. Zat yang paling sering
menyebabkan alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan
tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan
kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang;
kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap,
pewarna dan pengawet.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud alergi?
2. Apa saja penyebab alergi?
3. Bagaimana klasifikasi alergi?
4. Apa saja jeni-jenis alergi?
5. Apa saja manifestasi klinis pada alergi?
6. Bagaimana patofisiologi alergi?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mengetahui alergi?
8. Apa saja pencegahan alergi?
9. Bagaimana pengobata alergi?

1.3. Tujuan
2. Mengetahui apa itu alergi
3. Mengetahui apa saja penyebab alergi
4. Mengetahui bagaimana klasifikasi alergi
5. Mengetahui apa saja jenis-jenis alergi
6. Mengetahui manifestasi klinis pada alergi
7. Mengetahui bagaimana patafisilogi alergi
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang yag dilakukan untuk mengetahui alergi
9. Mengetahui apa saja pencegahan alergi
10. Mengetahui bagaimana pengobatan alergi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem pertahanan alami tubuh yang membantu
melawan infeksi (sistem kekebalan). Sistem kekebalan tubuh biasanya melindungi tubuh dari
virus dan bakteri dengan memproduksi antibodi biasanya menjadi penyebab alergi secara
biologis. Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh mulai melawan zat-zat yang biasanya tidak
berbahaya (seperti debu, serbuk sari, atau obat) seolah-olah zat ini mencoba untuk menyerang
tubuh.
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau dalam
rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang tertentu (alergen). Alergi
dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan
macam ke IV mencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya
nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau
bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan
hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

2.2. Penyebab
1. Debu

2. Makanan

3. Obat-obatan

4. Zat-zat kimia

5. Risiko seseorang terkena alergi berhubungan dengan riwayat alergi dari orang tuanya.
Jika tidak ada satupun orang tua yang mengalami alergi, kesempatan untuk menagalami
alergi adalah kira-kira 15%. Jika satu orang tua alergi, risikonya meningkat sampai 30%
dan jika kedua-duanya alergi, risikonya lebih besar dari 60%.
6. Hal lain yang mempengaruhi alergi adalah lingkungan. Seseorang harus mempunyai
tendensi genetik dan terpapar pada alergen sehingga dapat terkena alergi. Sebagai
tambahan, lebih hebat dan sering paparan terhadap alergen dan lebih awal terjadi didalam
kehidupan, lebih mungkin alergi akan berkembang. Ada pengaruh-pengaruh penting
lainnya yang dapat berkomplot untuk menyebabkan kondisi-kondisi alergi, di antaranya
adalah merokok, polusi, infeksi, dan hormon-hormon.

2.3. Klasifikasi alergi


Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral,
sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
 Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen,
di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya,
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin,
serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan dilepaskan
(released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut
ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi
peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-
tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: shok anafilaktis-urtikaria, edema Quincke-
kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale-rinitis vasomotorica.
 Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG
dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi
darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan
penyakit-penyakit autoimun.

 Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex =


precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type
Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses
ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-
komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan.
Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa,
artritis rematoida.

 Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam
atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit
yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan
seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang
bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema,
contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa), dll.).

2.4. Jenis-jenis alergi


Ada banyak jenis alergi, beberapa yang lebih umum meliputi:
1. Alergi Pada Mata
Alergi pada mata (conjunctivitis allergic) adalah peradangan dari lapisan-lapisan jaringan
yang menutupi permukaan dari bola mata dan permukaan bawah dari kelopak mata. Peradangan
terjadi sebagai hasil dari reaksi alergi dan mungkin dapat menghasilkan gejala-gejala berikut:
 Kemerahan dibawah kelopak dan mata keseluruhannya
 Mata menjadi berair dan gatal
 Terjadi pembengkakan
2. Alergi Pada Kulit
Allergic eczema (atopic dermatitis) adalah alergi ruam yang umumnya disebabkan oleh
kontak kulit dengan alergen. Kondisi ini umumnya berkaitan dengan rhinitis alergi atau asma
dan memiliki gejala-gejala sebagai berikut:
 Gatal, kemerahan, dan atau kekeringan dari kulit
 Ruam (Rash) pada muka, terutama anak-anak

 Ruam sekeliling mata-mata, pada lipatan-lipatan sikut, dan dibelakang lutut, terutama
pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
3. Alergi Gatal
Hives (urtikaria) adalah reaksi kulit yang timbul berupa pembengkakkan yang gatal dan
dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja. Hives dapat disebabkan oleh reaksi alergi, seperti
pada makanan atau obat-obatan, namun dapat juga terjadi pada orang-orang yang tidak alergi.
Gejala-gejala hives yang khas adalah:
 Kulit kemerahan
 Gatal yang hebat
4. Allergic Shock
Allergic shock (anaphylactic shock) adalah reaksi alergi yang mengancam nyawa yang
dapat mempengaruhi fungsi beberapa organ pada waktu yang bersamaan. Reaksi ini secara khas
terjadi ketika alergen dimakan (contohnya obat) atau disuntikakan (contohnya obat injeksi).
Beberapa atau seluruh dari gejala-gejala berikut dapat terjadi:
 Hives atau perubahan warna kemerahan dari kulit
 Hidung mampet

 Pembengkakkan dari tenggorokan

 Sakit perut, mual dan muntah

 Napas pendek, mencuit-cuit (wheezing)

 Tekanan darah rendah atau shock


5. Alergi makanan
yang lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Alergi makanan
biasanya terjadi pada orang-orang yang punya keturunan alergi dalam keluarganya. Orang-orang
seperti ini juga memiliki kemungkinan besar terserang asma serta alergi lainnya.
6. Alergi obat.
Banyak resep dan obat-obatan nonprescription dapat menyebabkan reaksi alergi. Reaksi
alergi terhadap obat ini sangat umum dan kadangkala tak terduga.
7. Alergi terhadap racun serangga
bila Anda tersengat oleh serangga, racun dan toksin lainnya yang ada pada sengatan lebah
yang mungkin masuk ke kulit. Normalnya Anda akan mengalami bengkak kemerahan, nyeri
ataupun gatal-gatal pada tempat sengatan. Reaksi alergi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
Anda bereaksi berlebihan terhadap racun yang dihasilkan oleh sengatan serangga tersebut.
8. Alergi terhadap hewan.
Alergi ini lebih banyak menyebabkan masalah pernapasan dari masalah kulit. Anda
mungkin alergi terhadap kulit mati hewan peliharaan Anda (bulu), urin, air liur kering, atau
rambut.
9. Alergi terhadap karet alam (lateks)
Beberapa orang mengalami reaksi alergi setelah kontak berulang dengan lateks, terutama
sarung tangan lateks.
10. Alergi yang berkembang dari paparan zat yang dihirup di tempat kerja. Ini disebut asma
pekerjaan.
11. Alergi terhadap kosmetik, seperti kuku buatan, ekstensi rambut, dan tato henna.
12. Alergi musiman muncul pada waktu yang sama tahun setiap tahun dan disebabkan oleh
paparan terhadap serbuk sari dari pohon, rumput, atau gulma.

2.5. Manifestasi Klinik


1. Mata gatal, bersin-bersin, mengeluarkan ingus, batuk, gejala nafas sesak sampai terjadi
serangan asma.
2. Sering pula muncul keluhan mual, muntah dan diare.
3. Penyakit rinitis alergi biasanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung terasa gatal, hidung
berair atau tersumbat dan sukar bernapas, sedangkan pada mata akan terasa gatal,
kemerahan dan berair. Bila penyakit ini dibiarkan, kemungkinan akan berkembang
menjadi sinusitis.
2.6. Patofisiologi
Pada reaksi alergi dilepaskan berbagai zat mediator yang akan menimbulkan gejala klinis.
Zat mediatior utama dan terpenting adalah histamine yang memiliki efek dilatasi pembuluh
darah, peningkatan permeabilitas kapiler, iritasi ujung-ujung saraf sensoris, dan aktivitas sel-sel
kelenjar.
 Di dalam Udara Pernapasan
Bernapas dapat penuh risiko jika anda alergi. Disamping oksigen, udara mengandung
beberapa partikel tidak berbahaya termasuk alergen. Penyakit-penyakit yang umum yang berasal
dari alergen udara adalah hay fever, asma, dan conjunctivitis. Alergen berikut umumnya tidak
berbahaya, namun dapat memicu reaksi alergi ketika dihirup oleh individu-individu yang
sensitif.
 Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
 Tungau Protein-protein binatang: bulu, kulit, dan/atau urin

 Spora-spora jamur

 Bagian-bagian tubuh serangga


 Di dalam Yang Kita Makan
Ketika makanan-makanan dan obat-obatan dicerna, alergen mungkin dapat masuk
kedalam aliran darah dan menjadi terpasang pada IgE tertentu didalam sel-sel pada tempat-
tempat yang jauh seperti kulit atau mukosa hidung. Kemampuan dari alergen tersebut
menjelaskan bagaimana gejala-gejala dapat terjadi pada area-area yang berlainan dari saluran
pencernaan. Reaksi-reaksi alergi makanan dapat berupa pembengkakan lidah atau tenggorokan
dan mungkin diikuti oleh mual, diare, atau kram perut. Kesulitan bernapas dengan hidung atau
reaksi-reaksi kulit mungkin juga dapat terjadi. Dua kelompok utama alergen yang dicerna
adalah:
 Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi alergi adalah
susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur, kacang-kacangan, kedelai, dan gandum.
 Obat-obatan (ketika diminum), contohnya antibiotic, anti inflamasi, anti piretik (penurun
panas), dll.
 Menyentuh kulit Kita
Allergic contact dermatitis adalah peradangan kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi
lokal. Mayoritas dari reaksi-reaksi kulit lokal ini tidak melibatkan IgE, namun disebabkan oleh
sel-sel peradangan. Harus dicatat bahwa ketika beberapa alergen (contohnya, latex) bersentuhan
dengan kulit, mereka diserap oleh kulit dan dapat juga berpotensi menyebabkan reaksi-reaksi
keseluruh tubuh, tidak hanya pada kulit saja.. Contoh-contoh allergen yang mempengaruhi
melalui kontak kulit adalah :
 Kain
 Tumbuh-tumbuhan

 Zat pewarna
 Bahan-bahan kimia
 Logam
 Kosmetik
Allergic contact dermatitis tidak melibatkan antibodi IgE, namun melibatkan sel-sel dari
sistem imun yang diprogram untuk bereaksi ketika dipicu oleh alergen. Menyentuh atau
menggosok unsur/bahan yang pernah membuat anda sensitif sebelumnya dapat memicu rash
kulit (skin rash).

 Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh


Reaksi yang paling berat dapat terjadi ketika alergen disuntikan kedalam tubuh dan
mendapat akses langsung ke dalam aliran darah. Akses ini membawa risiko dari reaksi umum,
seperti anaphylaxis, yang dapat membahayakan nyawa. Berikut adalah alergen yang paling
umum disuntikan yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang berat:

 Racun serangga
 Obat-obatan

 Vaksin-vaksin

 Hormon-hormon (contohnya, insulin)


Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita periksa kadar
Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Untuk mengetahui alergen penyebab
alergi, kita bisa melakukan tes alergi.
2.7. Pemeriksaan Penunjang
 Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked
immuno assay).
 Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test), uji
provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi untuk
alergi makanan.
2.8. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:
 Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar rumah. Hal ini termasuk tidak
menumpuk banyak barang di dalam rumah ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang
bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi.Usahakan jangan
memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di
sekitar rumah anda.
 Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat
pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi.Untuk mandi, usahakan
menggunakan air hangat, dan usahakan mandi sore sebelum pukul.17.00′. Sabun dan
shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi.

 Batasi penggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, juga obat-obat anti nyamuk. Jika di
rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.

 Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.

 Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali dengan air hangat.

 Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian dari bahan katun.

 Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin.

 Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat-obatan yang menimbulkan reaksi alergi.
Hindarilah bahan manakan, minuman, maupun obat-obatan tersebut. Anda harus mematuhi
aturan diet alergi anda.

 Temui ahli. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan
yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk
melakukan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu
reaksi alergi.
2.9. Pengobatan
 Salah satu pengobatan yang dianjurkan dalam penanganan alergi adalah dengan
pemberian obat anti histamin dari generasi terbaru seperti cetirizine dihidroklorida.
 Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebab dan eliminasi.
 Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan dilakukan
imunoterapi melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau netralisasi
BAB III
Tinjauan Kasus
Seorang anak laki-laki berumur 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan
seluruh badannya gatal dan bintik-bintik merah. Terdapat riwayat anak tersebut memakan ayam
yang dimasak oleh ibunya. Setelah memakan ayam yang dimasak oleh ibunya seluruh badan
anak tersebut gatal dan bintik-binti merah. Hasil pemeriksaan TD: 110/80, HR: 86x/I, RR: 24x/I,
Temp : 36,8oC, dan wajah terlihat bintik-bintik merah.
1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 18-04-2020
No. register : 803625
Diagnose medis : FOOD ALERGI
Tanggal periksa : 18-04-2013
A. Identitas klien
Nama : An. R
Umur : 11 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SD kelas 6
Pekerjaan : pelajar
Alamat : desa ujung serdang dusun IV
B. Identitas orang tua
Nama ibu : Tn. “B”
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : islam
Pendidikan : S1
Alamat : desa ujung serdang dusun IV
C. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya pada saat ini tanggal 18-04-20120 waktunya suntik
terapi (imonoterapi)
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan pasien sering biduran, sesak nafas, dan diare setelah makan-makanan
tertentu salah satunya adalah ayam. Sebelum diperiksakan ke poli anak RSUD Deliserdang
E. Riwayat Pasien Masa Lalu
Ibu pasien mengatakan pasien dari bayi sudah sering gatal-gatal dan sesak nafas, tapi tidak
pernah sampai dirawat inap di rumah sakit. Ibu pasien juga mengatakan tidak pernah menderita
penyekit menular seperti hepatitis, TBC, herpes, penyakit menahun seperti hipertensi, asma dan
jantung.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat alergi, juga
tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti jantung, asma, hipertensi,. Penyakit menular
seperti hepatitis, TBC herpes, dan HIV/AIDS.

¤ Genogram
Keluarga Suami keluarga istri

Kakek/ nenek kakek/ nenek


Ayah ibu

Ket :

: laki- laki
: perempuan
: anak 1

: anak ke 2 (pasien)

1. Tipe keluarga
Keluara Bp.B adalah keluarga dengan tipe keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu dan anak.
2. Suku
Keluarga Bp.B adalah suku sunda kebiasaan dalam keluarga apabila ada yang sakit berobat ke
klinik atau langsung membeli obat diapotik sesuai dengan resep dokter (resep ditebus ulang
apabi la anaknya sakit)
3. Agama
Keluarga Bp.B menganut agama islam dan menjalankan kewajiban solat 5 waktu, Semua
aktifitas yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama islam.
4. Satus social Ekonomi keluarga
Ibu. T mengatakan penghasilan suaminya belum cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari
karena suaminya kerjanya jauh sehingga butuh dana untuk tranportasi ke tempat kerja. Oleh
karena itu Ibu.T dan suami masih tinggal bersama orang tua/mertua, untuk mengurangi
pengeluaran dana. Apabila mengontrak rumah Ibu.T tidak punya simpanan uang, karena
penghasilan suaminya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak ada
dana lebih. Apabila ada pengeluaran yang berlebihan dan tidak dapat dipenuhi keluarga
biasanya dibantu oleh orang tua.
5. Aktivitas rekreasi keluarga / waktu keluarga
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreasi keluar kota. Biasanya hanya
menonton televisi sambil bercerita.
I. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini.
Keluarga dengan anak pra sekolah dengan tugas perkembangan keluarga : menanamkan
norma dan nilai agama, mengatur waktu bermain, bersosialisasi, menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan.
Komunikasi antara suami dan istri tidak ada masalah dan hubungan dalam keluarga Bp.B
baik.
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Segala kebutuhan anak yang diperlukan sudah dipenuhi oleh orang tua.
3. Riwayat Keluarga Inti
Ibu.T mengatakan bahwa waktu SMA pernah satu sekolah dengan suami. Suami adalah
pilihan sendiri dan disetujui oleh orang tua dan akhirnya menikah.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat orang tua baik dari pihak suami/istri tidak mempunyai kebiasaan kawin cerai,
pemabuk ataupun penjudi.
II. Data Lingkungan
1. Karaktersitik Rumah
Rumah yang ditempati keluarga Bp.B adalah milik mertuanya yaitu Bp.S dengan luas
rumah 6x2 m2. Rumah terdiri atas dua lantai,lantai keramik dalam keadaan bersih. Penataan
peralatan rumahtangga tertata rapi. Ventilasi dan pencahayaan rumah baik keluarga memiliki
kamar mandi sendiri dan jamban sendiri, keadaan bersih, sumber air dari PAM untuk air minum
dan pompa listrik untuk kebutuhan air selain untuk minum. Air tidak berasa,berbau dan dalam
keadaan bersih. Pada lantai dua terdapat 2 kamar dan ruangan bersekat untuk tidur kakak ipar
dan adik ipar. Tempat menjemur pakaian dilantai dua, ventilasi dan pencahayaan di lantai dua
baik. Cahaya matahari dapat masuk terutama dilantai dua dari arah depan dan belakang.

Denah Rumah :

Lantai I Lantai II
1 2 3 9 10 11

0 4 5 12

6 7 8 13 14 15

6m 6m

Keterangan :
 Ruang tamu : 4
 Kamar tidur : 7, 10, 11, 13
 WC : 8
 Tempat jemuran : 15
 Jendela : 5, 12, 14
 Dapur : 3
 Tangga dan Rak-rak : 2 dan 1, 6
Ventilasi menurut keluarga berasal dari kaca nako yang dapat dibuka,dari pintu sehingga
sirkulasi udara bias berganti, penerangan terang dengan neon. Air yang dipakai dapat mencukupi
kebutuhan keluarga.

2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas


RT 05, RW 03 berpenduduk padat khusus keluarga Bp.B sebagian besar pedagang gado-
gado, walaupun ada yang bekerja sebagai pegawai dan guru mengaji. Keluarga Bp.B tinggal 1
blok,dimana terdapat 15 rumah dan sebagian besar masih berstatus saudara dan berasal dari
daerah yang sama. Kehidupan antar keluarga terjalin akrab dan saling mengunjungi.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Bp.B tidak pernah pindah rumah sebelumnya, dari awal tinggal sampai sekarang
bapak B tinggal dirumah itu.
4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat.
Bp.B tidak aktif diwilayahnya karena sibuk bekerja. Tempat kerja jauh sehingga pagi-pagi
sudah berangkat dan pulang malam. Ibu.T mengatakan tidak mengikuti kegiatan seperti arisan
atau pengajian karena harus mengurus ke2 anaknya.
5. System Pendukung Keluarga
Keluarga Bp.B tinggal tidak tinggal bersama orang tua. Menurut Ibu.T dengan tidak tinggal
bersama orang tua mereka menjadi mandiri.
III. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam kegiatan BP.B apabila ada masalah
didiskusikan dengan Ibu.T dan terkadang meminta nasehat dari orang tua/ mertua terutama
Ibu.P dalam keluarga semua anggota keluarga bebas menyatakan pendapat tetapi yang
mengambil keputusan adalah Bp.B sebagai kepala keluarga. Pengambilan keputusan didahului
dengan cara diskusi.
2. Sruktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Bp.B saling menghargai satu sama lain,saling membantu serta saling mendukung.
Bp.B dan Ibu.T mampu untuk merawat diri sendiri dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk
An.G dan AN.R untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari ataupun apabila sedang sakit dirawat
oleh Ibu.T dan di bantu oleh orang tua (Ibu.P). apabila ada masalah Ibu.T diskusi dengan suami
dan juga minta nasehat kepada orang tua.
3. Struktur Peran
- Bp.B adalah kepala keluarga dan bekerja sebagai wiraswasta. Apabila dirumah turut
membantu mengasuh kedua anaknya
- Ibu.T adalah seorang Ibu rumah tangga dan merawat kedua anak yang masih balitaselain itu
Ibu.T juga turut membantu mempersiapkan berjualan gado-gado orang tunya.
- Dalam menjalankan peran masing-masing tidak ada masalah.
4. Nilai Atau Norma Budaya
Keluarga Bp.B menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran agama islam dan
mengharapkan kedua anaknya nanti menjadi anak yang taat dalam menjalankan ajaran agama. Di
keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci tangan sebelum makan.
IV. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Bp.B saling menyayangi satu sama lain. Tempat tinggal saudara-
saudara saling berdekatan, saudar-saudara Ibu.T bersebelahan tinggalnya. Apabila ada yang
menderita sakit mereka saling membantu.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Bp.B menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain, mereka membiasakan
anak-anak mereka bermain dengan teman-temanya.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ibu.T mengatakan An.R sering alergi jika makan ayam. Ibu. T mengatakan jika An. R
memakan ayam maka beberapa jam kemudian An. R mengalami gatal-gatal diseluruh tubuh,
bintik-bintik merah bahkan An. R juga merasakan sesak.
Ibu T mengatakan jika An.R sudah mengalami alergi maka keluarga segera membawa An. R
ke rumah sakit untuk berobat.
V. Stress Dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka panjang dan pendek.
Keluarga ibu T mengatakan An.R sering sesak napas dan berharap supaya sembuh. Ibu
mengatatakan bahwa ingin dapat tinggal mandiri tanpa bergantung dengan orang tuanya
2. Respon terhadap stressor.
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya didiskusikan bersama suami. Apabila perlu
nasihat biasanya keluarga Bp.B minta nasehat orang tuanya.
3. Strategi koping
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam keluarga sehingga
masukan dari keluarga ( terutama orang tua ) dapat membantu menyelesaikan masalahnya.

4. Strategi adaptasi disfungsional.


Dari hasil pengkajian didapatkan adanya cara-cara keluarga dalam mengatasi masalah
maladaptive.
VI. Harapan Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa keluarga sangat berharap An. R dapat sembuh dari penyakit
yang dialaminya.
 Pengkajian An. R
G. Pola Aktivitas Sehari-Hari
1. Pola istirahat
Tidur malam : pukul 20.15 – 05.00 WIB
Tidur siang : pukul 13.30 – 15.30 WIB
2. Pola eliminasi
BAK : ± 4-5 x/hari
BAB : 1 x/hari
3. Pola makan dan minum
Makan : 3 x/hari dengan menu : nasi, sayur dan buah makan-makanan yang tidak
menyebabkan alergi.
Minum : 7-8 gelas per hari.
4. Pola kebersihan diri
Pasien mandi 2 x/hari, ganti baju 2 x/hari, keramas 2x/minggu, gosok gigi 2x/hari.
H. Data Psikologi
Ibu pasien mengatakan cemas dengan kondisi ankanya apabila alerginya kambuh lagi.
I. Pemeriksaan Fisik
a. Kedaan umum : cukup
 Kesadaran : composmentis
b. TTV
 Tensi : 110/80 mmHg
 Nadi : 84 x/mnt
 Suhu : 36, 8 0 c
 RR : 24 x/mnt
 BB : 35 kg
 TB : 140 cm
c. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
 Muka : terlihat bintik-bintik merah, tidak ada lesi.
 Mata : conjungtiva merah mudah, seklera putih, simetris.
 Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ganguan pernafasan.
 Mulut : simetris, tidak labiokisis dan palatokisis.
 Telingga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
 Thorak : simetris tidak ada retraksi pada dinding dada.
 Abdomen : tidak ada pembesaran pada perut.
 Ekstermitas atas : tidak gangguan pada ekstermitas atas, jumlah jari-jari lengkap,
tidak odem.
 Ekstermitas bawah : tidak ada gangguan pada ekstermitas bawah, jumlah jari-jari
lengkap, tidak odem pada ekstermitas bawah.
2. Palpasi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada
nyeri tekan.
 Thorax :tidak ada benjolan / odem paru (efusi pleura), tidak ada nyeri
tekan
 Abdomen : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
organ ginjal dan hati
 Ekstermitas atas : tidak ada benjolan/odem, tidak ada nyeri tekan
 Ekstermitas bawah : tidak ada benkolan/odem, tidak ada nyeri tekan
3. Auskultasi
 Thorak : tidak ada suara ronchi dan wheezing
 Abdomen : bising usus +
4. Perkusi
 Reflek patella : +/+
 Analisa data
No Data Masalah
1DS DS: ibu pasien mengatakan pasien
gatal-gatal. Kerusakan integritas kulit
DODO : keadaan composmentis adanya
kemerahan pada kulit

2DS DS: ibu pasien menggatakan anaknya


sedikit sesak Ganguan pola nafas
DODO : anak terlihat sesak,
RR : 24 x/mnt

3.1. Diagnosa keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen
3.2. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Kerusakan integritas kulit Kriteria hasil :  Lihat kulit, adanya
berhubungan dengan  Tidak terdapat edema, area
infalamasi kemerahan,bentol- sirkulasinya terganggu
dermal,intrademal bentol dan odema atau pigmentasi
sekunder  Tidak terdapat  Hindari obat
tanda-tanda intramaskular
urtikaria,pruritus  Kolaborasi dengan
dan angioderma dokter dalam
 Kerusakan pemberian obat
integritas kulit
berkurang
2. Gangguan pola nafas Kriteria hasil :  Kaji frekuensi,
berhubungan dengan  Frekuensi kedalaman pernapasan
terpajan allergen pernapasan pasien dan ekspansi paru.
normal (16-20 kali  Auskultasi bunyi napas
per menit) dan catat adanya bunyi
 Pasien tidak merasa napas adventisius
sesak lagi seperti krekels, mengi,
 Pasien tidak tampak gesekan pleura.
memakai alat bantu  Tinggikan kepala dan
pernapasan bantu mengubah posisi.
 Tidak terdapat tanda- Bangunkan pasien turun
tanda sianosis dari tempat tidur dan
ambulansi sesegera
mungkin.
 Observasi pola batuk
dan karakter secret.
 Berikan oksigen
tambahan
 Berikan humidifikasi
tambahan, mis:
nebulizer ultrasonic
3.3. Implementasi Keperawatan
3.4. Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Kerusakan integritas  Melihat kulit, adanya S : Pasien mengatakan
kulit berhubungan edema, area kulitnya sudah tidak
dengan infalamasi sirkulasinya terganggu merah-merah lagi
dermal,intrademal atau pigmentasi O : kerusakan integritas
sekunder  Menghindari obat kulit pada pasien
intramaskular berkurang,tanda-tanda
 Melakukan Kolaborasi angioderma,pruritus
dengan dokter dalam dan urtikaria sudah
pemberian obat mulai berkurang,kulit
pasien tidak terdapat
kemerahan.
A:tujuan tercapai
sebagian
P: lanjutkan intervensi
2 Kerusakan integritas  Mengkaji frekuensi, S : pasien mengeluh
kulit berhubungan kedalaman pernapasan tidak sesak lagi
dengan infalamasi dan ekspansi paru. O : pasien bernafas
dermal,intrademal  Mengauskultasi bunyi normal (16-24
sekunder napas dan catat adanya x/menit),tidak terdapat
bunyi napas adventisius tanda-tanda
seperti krekels, mengi, sianosis,pasien tidak
gesekan pleura. mengalami gangguan
 meninggikan kepala pola nafas,pasien tidak
dan bantu mengubah tampak menggunakan
posisi. Bangunkan alat bantu pernapasan
pasien turun dari tempat A : tujuan tercapai
tidur dan ambulansi P : Pertahankan kondisi
sesegera mungkin. pasien
 Mengobservasi pola
batuk dan karakter
secret.
 Memberikan oksigen
tambahan
 Memberikan
humidifikasi tambahan,
mis: nebulizer
ultrasonic
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem pertahanan alami tubuh yang membantu
melawan infeksi (sistem kekebalan). Sistem kekebalan tubuh biasanya melindungi tubuh dari
virus dan bakteri dengan memproduksi antibodi biasanya menjadi penyebab alergi secara
biologis. Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh mulai melawan zat-zat yang biasanya tidak
berbahaya (seperti debu, serbuk sari, atau obat) seolah-olah zat ini mencoba untuk menyerang
tubuh.
Pada reaksi alergi dilepaskan berbagai zat mediator yang akan menimbulkan gejala klinis.
Zat mediatior utama dan terpenting adalah histamine yang memiliki efek dilatasi pembuluh
darah, peningkatan permeabilitas kapiler, iritasi ujung-ujung saraf sensoris, dan aktivitas sel-sel
kelenjar.

4.2. Saran
Setelah megetahui apa itu alergi, penyebab alergi, dan cara mengobati alergi sebaiknya kita
lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang dapat menimbulkan alergi pada kita

Daftar pustaka

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3. Jakarta : EGC

Carpenito LD. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta : EGC.

Marilyn E, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta
Marilyn E, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta

Nanda. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Prima Medika :
Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai