Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Genetika dan Bioreproduksi
Dosen Pengampu:
Oleh :
SITI NURMAYANI
22152014068
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatuh
Puji Syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas anugerah-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Bd. Herviza Wulandari, SST, M.Kes,
M.Keb dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan makalah
Penyakit Alergi (Alergi Obat dan Alergi Makanan). Makalah ini juga dirancang
makalah disajikan dalam bentuk materi dengan penjelasan singkat yang mudah
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
makalah yang akan datang. Atas ketersediaan dari pembaca semua untuk
Siti Nurmayani
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
Reaksi...............................................................................................................4
iii
2.2.2 Alergi Makanan.......................................................................................9
BAB III..................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...................................................................................................24
3.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
imunologis, yaitu akibat induksi oleh IgE (IgE- mediated allergy) yang spesifik
terhadap alergen tertentu, yang berikatan dengan sel mast. Reaksi timbul akibat
paparan terhadap bahan yang pada umumnya tidak berbahaya dan banyak
tubuh melalui beberapa cara seperti inhalasi, kontak langsung, saluran cerna, atau
dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat, terjadi silang molekul IgE,
leukotrein, kinin, Plateletes Activating Factor (PAF), dan mediator lain dari
alergi. Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigen atau
Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada umumnya tidak
berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan. Menurut Gell dan Coombs,
v
reaksi hipersensitivitas dibagi dalam 4 tipe, yaitu tipe I, II, III, dan IV, dimana
spesifik yang terjadi setelah terpapar suatu makanan. Alergi terjadi setelah suatu
yang bereaksi dengan antibodi IgE adalah suatu protein (Nuraini, 2015)
kelebihan IgE, kelainan pada mekanisme umpan balik mediator, faktor genetik,
faktor lingkungan seperti debu, tepung sari, tungau, bulu binatang, berbagai jenis
makanan dan zat lain. Alergi dapat terjadi baik sejak janin masih berada di dalam
kandungan maupun di berbagai macam rentang usia. Pada umumnya alergi timbul
vi
3. Bagaimana manifestasi klinis pada elergi obat dan alergi makanan?
1.3 Tujuan
makanan!
makanan!
3. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis pada elergi obat dan alergi
makanan!
makanan!
BAB II
vii
PEMBAHASAN
Reaksi cepat dari hipersensitivitas obat adalah hasil dari produksi IgE oleh
reseptor Fc RI afinitas tinggi pada permukaan sel mast dan basofil, menciptakan
limfosit T. Kulit menjadi target organ yang umumnya terjadi dengan obat yang
responsif terhadap sel T, tetapi organ lain bisa saja terlibat. Diklofenak,
dapat menyebabkan cedera hati melalui sistem imun, dimana dijelaskan dengan
diperhatikan, bahwa obat yang sama dapat menimbulkan gejala dan tanda klinis
viii
yang berbeda pada individu yang berbeda pula, meskipun obat tersebut
menstimulasi sel T naif, sel dendritik proses pertama antigen obat. Antigen lalu
imun yang efektif, sistem imun innate perlu untuk diaktifkan, menyediakan sinyal
maturasi penting, sering ditujukan sebagai sinyal bahaya dimana termasuk obat
langsung atau stres terkait penyakit. Saat tiba di nodus limfa, antigen
dipresentasikan ke sel T naif. Sebagai alternatif, beberapa antigen obat bisa secara
pengerahan untuk sel dendritik dan sel T. Antigen spesifik sel T bermigrasi ke
target organ dan sekali lagi melakukan paparan ulang terhadap antigen, mereka
(Ig) E terhadap alergen. Keadaan alergi makanan mengacu setiap respon imun
yang merugikan yang terjadi setelah konsumsi makanan tertentu. Alergi makanan
yang diperantarai IgE adalah alergi tipe 2 sel T helper (Th2) dan penyakit ini
ix
dekade terakhir. Alergi dapat dibagi menjadi 2 tahap utama, yaitu, fase sensitisasi
dan fase efektor.Pada umumnya alergen adalah protein yang diambil oleh antigen
(Ag) sel presenting (APC), dan kemudian disajikan kepada sel T-helper (Th)
diferensiasi sel Th naif menjadi sel efektor Th2 pada individu yang merupakan
predisposisi genetik (atopik) . Saat ini, tidak diketahui dengan baik bagaimana
spesifik(GATA3) dan menghasilkan sitokin Th2 (IL-4, IL-5, IL-13 dan IL-25).
Sitokin IL-4 dan IL-13 sangat penting untuk sintesis Imunoglobulin E (IgE),
imunoglobulin (Ig) yang merupakan kunci pokok dalam reaksi alergi yang segera.
faktor transkripsi, kondisi ini disebut transduksi sinyal dan aktivasi transkripsi
tambahan untuk sintesis IgE yang diekspresikan pada masing-masing oleh sel Th
dan sel B. Inti sel, memulai transkripsi oleh dua enzim yang penting pada reaksi
ini (aktivasi yang diinduksi Cytidine deaminase dan Urasil nukleotida glikosilase),
x
Alergi makanan yang diperantari Non IgE mencakup berbagai gangguan
yang disebabkan kekurangan zat besi pada alergi susu sapi anemia), kulit
diperantarai non IgE merupakan suatu kelompok alergi dengan hasil tes kulit
negatif begitu juga dengan test Ig E pada makanan yang spesifik tetapi jika
alergi maka dijumpai test yang positif. Reaksi dapat bervariasi oleh sistem dari
gastrointestinal (GI) pada kulit dan juga pada pernapasan tetapi reaksi
gastrointestinal adalah reaksi yang paling umum. Barier mukosa saluran cerna
mempunyai peranan dalam proses pencernaan dan juga penyerapan tanpa memicu
reaksi imun dan dapat hidup bersama secara komensal dengan flora saluran cerna
makanan.
Imun toleransi ini diatur oleh mekanisme spesifik sel T dimana keadaan
alergi tersebut dapat akibat dari konsekuensi dari gagal toleransi imunologi, baik
karena tidak dibentuknya toleransi imunologi atau karena rusak setelah dibentuk
xi
bersamaan pada kondisi ini kasus.Pembentukan toleransi kekebalan diduga
makrofag). Saat ini, reaksi gastrointestinal terhadap protein oleh karena non-IgE
kurang begitu diteliti dari alergi makanan lainnya. Sebagai alasan utama
pemahaman yang terbatas pada reaksi makanan non-IgE adalah kurangnya akses
polimorfisme genetik, infeksi virus dan faktor terkait obat (frekuensi paparan, rute
administrasi, berat molekul). Alergi obat secara khas terjadi pada usia muda dan
dewasa, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Polimorfisme
genetik dalam human leukocyte antigen (HLA) dan infeksi virus seperti human
obat.
Selain itu, rute administrasi seperti, topikal, intramuskular, dan intravena lebih
Dosis berlebihan dalam jangka waktu yang panjang atau frekuensi dosis dapat
xii
menyebabkan reaksi hipersensitivitas lebih besar daripada dosis tunggal.
Selanjutnya, obat dengan makromolekular atau obat hapten seperti penisilin, juga
pola makan, jenis makanan awal, jenis makanan, dan faktor lingkungan.Penyakit
alergi merupakan gangguan kronik yang umum terjadi pada anak-anak dan
penelitian tahun 2007 di dapatkan data bahwa 400 anak umur 3-12 tahun sebesar
60% penderita alergi makanan adalah perempuan dan 40% laki-laki (Yolanda dkk,
2011).
atau lebih dikenal dengan alergen. Alergen pangan berupa protein yang tidak
rusak pada saat proses pemasakan dan saat berada di keasaman lambung. Secara
struktural protein makanan (alergen) tidak sama dengan struktur protein tubuh
manusia sehingga dideteksi oleh sistem imun tubuh sebagai protein asing.
Akibatnya alergen dapat masuk ke dalam tubuh melalui peredaran darah mencapai
menimbulkan reaksi alergi. Gejala reaksi alergi dapat terlihat sebagai timbulnya
gangguan kulit berupa bercak-bercak merah yang gatal pada permukaan kulit,
gangguan saluran pencernaan berupa diare dan muntah, sesak nafas sampai syok
xiii
Pada dasarnya semua makanan dapat menimbulkan reaksi alergi, yang
membedakan hanya kadar protein di dalamnya dan kondisi tubuh seseorang dalam
menerima pasokan protein tersebut. Sekitar 90% reaksi alergi pangan disebabkan
oleh kacang tanah, susu, telur ayam, kedelai, ikan, kerang dan gandum.Ikan dan
merupakan sumber protein yang sangat berharga dan mengandung sejumlah besar
asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) dan vitamin larut lemak. Namun, makanan
laut juga merupakan salah satu jenis pangan penyebab terpenting timbulnya alergi,
dapat terlihat. Klinis yang terlihat, dapat membantu untuk melakukan penegakkan
yang bervariasi, seperti urtikaria yang lambat terjadi, erupsi makulopapular, fixed
xiv
drug eruptions (FDE), vaskulitis, penyakit blistering (Toxic Epidermal Necrosis
(TEN), Steven Jonhson Syndrome (SJS) dan FDE bula general), sindrom
Organ internal yang bisa terkena baik secara tunggal atau dengan gejala pada kulit
xv
Oral allergy syndrome (Pollen-food syndrome). Pada anak dengan
oral allergy syndrome (OAS) setelah makan sayur dan atau buah
hingga 1-2 jam, berupa mual, muntah dan nyeri perut. Diare dapat
yang tersering adalah alergi terhadap susu sapi, telur, kacang tanah,
Bayi-bayi ini secara umum tampak sehat namun pada feses dapat
xvi
endoskopi ditemukan kolitis fokal atau difus dengan udem dan
hiperplasia nodular.
pada bayi adalah muntah dan diare hebat sehingga dapat terjadi
xvii
bereaksi terhadap kedelai. Beberapa jenis makanan tambahan yang
melakukan biopsi.
mual, muntah, diare, dan gagal tumbuh. Gejala awal bisa tampak
c) Alergi makanan yang merupakan kombinasi IgE mediated dan non IgE
mediated
epigastrium yang hebat dan jika terjadi inflamasi yang luas dapat
xviii
Strategi yang efektif untuk manajemen alergi obat adalah dengan
dihentikan. Tetapi bila tidak, dapat diberikan obat yang esensial saja dan
tergantung atas berat ringannya reaksi alergi obat. Gejala yang ringan
lebih berat tergantung pada erupsi kulit yang tejadi dan derajat berat
subkutan dan diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali. Pada
xix
urtikaria dan angioedema pemberian antihistamin saja biasanya
sebagai berikut:7
a) Penisilin
xx
dianggap mutlak diperlukan pada pasien alergi terhadap
a) Sulfonamid
b) Cephalosporin
xxi
kulit positif dan tidak ada alternative obat, induksi dengan
c) Media radiokontras
tersebut.7
d) Anastesi lokal
e) Anastesi umum
xxii
ahli alergi penting untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis alergi
aman.
xxiii
mengalami reaksi ini seringkali tahan terhadap NSAIDs lainnya.
dengan gejala seperti gatal-gatal, seluruh badan, kemerahan pada kulit wajah,
bengkak pada bibir, lidah, dan uvula diikuti 1 dari: gangguan pernapasan
flow rate, dan hipoksemia) atau penurunan tekanan darah disertai gejala-
terapi saat ini diarahkan pada perbaikan homoestasis sistem biologis penderita
menyeimbangkan respons imun Th1 dan Th2, sehingga reaksi alergi dapat
rangsangan alergen. Sampai saat ini belum ada satu pun terapi yang dapat
terhadap alergen, juga terapi herbal dan alternatif lainnya yang diharapkan
dapat berhasil untuk menghilangkan reaksi alergi yang timbul terhadap jenis
xxiv
makanan tertentu.
c) Allergen Immunotherapy
tersebut.
xxv
Tabel: Perbandingan perubahan imunologi dalam
imunoterapi
1. Antibodi penghalang
2. Penurunan IgE
pelepasan mediator oleh sel mast dan basofil. Akhirnya penurunan IgE
26
3. Modulasi sell mast dan basofil
T regulator yg spesifik terhadap alergen menekan sel Th1 dan Th2, secara
langsung dan tidak langsung menekan sel mast dan basofil. Terjadi supresi
IgE, induksi IgG4, mengarah pada supresi terhadap sel T efektor dan
dendritik.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alergi obat secara khas terjadi pada usia muda dan dewasa, dan lebih sering
leukocyte antigen (HLA) dan infeksi virus seperti human immunodeficiency virus
(HIV) dan Epstein-Barr virus (EBV), juga berkaitan dengan peningkatan risiko
lebih dikenal dengan alergen. Alergen pangan berupa protein yang tidak rusak
pada saat proses pemasakan dan saat berada di keasaman lambung. Secara
struktural protein makanan (alergen) tidak sama dengan struktur protein tubuh
manusia sehingga dideteksi oleh sistem imun tubuh sebagai protein asing.
Akibatnya alergen dapat masuk ke dalam tubuh melalui peredaran darah mencapai
3.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
10- 18.
URL https://www.worldallergy.org/education-and-programs/education/allergic-
2015)
29