Anda di halaman 1dari 24

A.

Reaksi Alergi
1. Pengertan
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap
asing, baik berbahaya atau pun tidak. Ini bisa berupa substansi yang masuk atau
bersentuhan dengan tubuh.
Alergen atau substansi pemicu alergi hanya berdampak pada orang yang
memiliki alergi tersebut. Pada orang lain, alergen tersebut tidak akan memicu reaksi
kekebalan tubuh. Beberapa jenis substansi yang dapat menyebabkan reaksi alergi
meliputi gigitan serangga, tungau debu, bulu hewan, obat-obatan, makanan tertentu,
serta serbuk sari.
Saat tubuh pertama kali berpapasan dengan sebuah alergen, tubuh akan
memproduksi antibodi karena menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya. Jika
tubuh kembali kontak dengan alergen yang sama, tubuh akan meningkatkan jumlah
antibodi terhadap jenis alergen tersebut. Hal inilah yang memicu pelepasan senyawa
kimia dalam tubuh (histamin) dan menyebabkan gejala-gejala alergi.

2. Faktor Penyebab
Penyebab atau alergen biasanya tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan
gejala alergi pada orang lain. Beberapa jenis alergen yang umumnya dapat
menyebabkan alergi meliputi:
 Gigitan serangga, misalnya sengatan lebah.
 Makanan tertentu, misalnya kacang-kacangan, makanan laut, serta susu.
 Substansi di udara, misalnya bulu hewan, tungau debu atau serbuk sari.
 Obat-obatan, misalnya antibiotik penisilin.
 Alergen yang bersentuhan dengan kulit secara langsung, misalnya bahan kimia
pada parfum, sabun, sampo atau bahan lateks.

Reaksi alergi muncul saat sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap alergen
yang dianggapnya berbahaya, walau sebenarnya tidak. Karena itu, terbentuklah
antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE). Saat kontak antara tubuh dan alergen
kembali terjadi, tubuh akan memproduksi lebih banyak IgE. Kemudian IgE akan
memicu pelepasan zat-zat kimia alami seperti histamin yang menyebabkan gejala-
gejala alergi.
Risiko seseorang untuk mengalami alergi juga dapat meningkat karena faktor
keturunan serta lingkungan. Hal ini umumnya terjadi pada anak-anak. Jika ayah atau
ibu Anda memiliki alergi tertentu, anak juga berisiko tinggi memiliki alergi, meski
jenis alerginya tidak selalu sama.

Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi risiko alergi. Penelitian


menunjukkan bahwa semakin lama dan sering seseorang terpajan alergen tertentu
maka risikonya untuk memiliki alergi akan makin tinggi. Hal lain yang dapat
menjurus pada alergi adalah merokok, polusi, infeksi, dan hormon.

3. Komplikasi Dampak
 Anafilaksis. Anafilaksis merupakan penyakit alergi yang serius dan reaksinya
dapat mengancam jiwa. Jenis penyakit alergi ini melibatkan cukup banyak
organ tubuh kita dan dapat bereaksi dengan sangat cepat.
 Asma. Asma adalah penyakit kronis yang dapat mempersempit saluran udara
dalam paru-paru, menyebabkan mengi, sesak napas, sesak dada dan batuk.
Asma biasanya disebabkan oleh substansi pemicu alergi alias alergen.
 Dermatitis atopik (eksim). Dermatitis atopik atau yang dikenal dengan eksim
adalah kondisi kulit yang mengalami peradangan namun tidak menular. Kulit
yang mengalami inflamasi ditandai dengan kulit kering, gatal dan mengeluarkan
cairan ketika tergores.
 Alergi lingkungan. Alergi lingkungan dapat terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh bereaksi secara abnormal pada zat-zat berbahaya seperti debu atau bulu
binatang. Zat-zat berbahaya dapat memicu reaksi alergi pada hidung dan paru-
paru.
 Alergi makanan. Alergi terhadap makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
merespon makanan yang tidak berbahaya dan melawan makanan tersebut
seakan-akan makanan itu adalah sebuah ancaman. Beberapa macam makanan
yang paling umum menyebabkan reaksi alergi adalah susu, telur, kacang tanah,
kedelai, gandum, ikan, kerang, dan seafood.
4. Patofisiologi
1. Mediator alergi
Reaksi alergi terjadi akibat peran mediator-mediator alergi. Yang
termasuk sel mediator adalah sel mast, basofil, dan trombosit. Sel mast dan
basofil mengandung mediator kimia yang poten untuk reaksi hipersensitivitas
tipe cepat. Mediator tersebut adalah histamin dan heparin.
 Fase sensitisasi
Alergen memasuki tubuh manusia melalui berbagai rute diantaranya kulit,
saluran nafas, dan saluran pencernaan. Ketika masuk, alergen akan dijamu
serta diproses oleh Antigen Presenting Cells (APCs) di dalam endosom.
Kemudian APC akan mempresentasikan Major Histocompatibility
Complex (MHC) kelas II kepada sel limfosit T helper (Th0) di dalam
limfe sekunder. Sel Th0 akan mengeluarkan Interleukin-4 (IL-4) yang
merubah proliferasi sel Th menjadi Th2. Sel Th2 akan menginduksi sel
limfosit B (sel B) untuk memproduksi Imunoglobulin (Ig).15,21 Pada
orang dengan alergi, Th1 tidak cukup kuat menghasilkan interferon
gamma (IFN-ɤ) untuk mengimbangi aktivitas Th2, sehingga Th2 akan
lebih aktif memproduksi IL-4. Hal ini menyebabkan sel B menukar
produksi antibodi IgM menjadi IgE. IgE akan menempel pada reseptor
IgE berafinitas tinggi (FcƐRI) pada sel mast, basofil dan eosinofil.
 Fase reaksi
Beberapa menit setelah paparan ulang alergen, sel mast akan mengalami
degranulasi yaitu suatu proses pengeluaran isi granul ke lingkungan
ekstrasel yang berupa histamin, prostaglandin, serta sitokin-sitokin yang
menimbulkan gejala klinis.
 Fase reaksi lambat
Fase ini dimulai pada 2-6 jam setelah paparan alergen dan puncaknya
setelah 6-9 jam. Mediator inflamasi akan menginduksi sel imun seperti
basofil, eosinofil dan monosit bermigrasi ke tempat kontak dengan
paparan alergen. Sel - sel tersebut akan mengeluarkan substansi inflamasi
spesifik yang menyebabkan aktivitas imun berkepanjangan serta
kerusakan jaringan.
 Mekanisme Transfer Alergi
Ibu yang memiliki riwayat alergi berpotensi mempengaruhi respon imun
bayi melalui plasenta dan air susu ibu (ASI). Transfer alergen makanan
atauinhalan melalui plasenta atau ASI juga diketahui bisa terjadi. Antibodi
yang bisa diturunkan ke anak melalui plasenta adalah IgG, IgA.
Sedangkan antibodi yang bisa diturunkan melalui ASI yaitu IgA, IgG,
IgM, IgE. Transfer sitokin dan kemokin juga dapat terjadi.
 Faktor risiko Alergi
Penyakit alergi pada bayi terjadi akibat interaksi dari faktor genetik,
lingkungan dan gaya hidup termasuk pola makanan dan hygiene.
Beberapa faktor risiko yang dianggap berkontribusi terhadap angka
kejadian alergi pada bayi yaitu paparan asap rokok, konsumsi alkohol
pada masa kehamilan, pola diet atau komponen makanan ibu ketika masa
kehamilan dan menyusui, penggunaan antibiotik, metode persalinan
seksio sesarea, bayi lahir prematur, bayi berat lahir rendah, nutrisi yang
diperoleh bayi serta ada atau tidaknya hewan peliharaan.

B. Penyakit Autoimun
1. Pengertian
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang mengalami
gangguan sehingga menyerang jaringan tubuh itu sendiri. Padahal seharusnya sistem
imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh. Dari
segi bahasa auto artinya diri sendiri, dan imun artinya sistem pertahanan tubuh, jadi
pengertian autoimun adalah sistem pertahanan tubuh mengalami gangguan sehingga
menyerang sel-sel tubuh itu sendiri. Sistem kekebalan tubuh adalah kumpulan sel-sel
khusus dan zat kimia yang berfungsi melawan agen penyebab infeksi seperti bakteri
dan virus serta membersihkan sel-sel tubuh yang menyimpang (non-self) misalnya
pada kanker. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang
keliru menyerang jaringan tubuh sendiri. Gangguan autoimun dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu organ spesifik dan non-organ spesifik. Organ-spesifik
berarti satu organ tertentu yang terkena, sedangkan non-organ spesifik artinya sistem
imun menyerang beberapa organ atau sistem tubuh yang lebih luas. Ada sekitar 80
gangguan autoimun yang berbeda mulai dari yang ringan sampai yang berat,
tergantung pada sistem tubuh mana yang diserang dan seberapa besar fungsinya bagi
tubuh. Belum diketahui secara pasti, kenapa perempuan lebih rentan daripada laki-
laki, terutama selama usia reproduktif. Diperkirakan bahwa hormon seks memiliki
pengaruh yang kuat.

2. Faktor Penyebab
Faktor risiko dan Penyebab Autoimun Penyebab pasti gangguan autoimun
tidak diketahui, namun ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan
terkena:
 Genetika - kecenderungan penyakit autoimun terjadi dalam keluarga atau faktor
keturunan. Namun genetik saja tidak cukup karena ada faktor lingkungan juga
yang mempengaruhi.
 Faktor-faktor lingkungan - termasuk gaya hidup yang tidak sehat.
 Jenis kelamin perempuan lebih rentan dibandingkan laki-laki
 Hormon seks - seperti estrogen dan progesteron terbukti gangguan autoimun
cenderung menyerang selama usia reproduktif.
 Infeksi - beberapa penyakit autoimun tampaknya dipicu atau diperburuk oleh
infeksi tertentu.

3. Komplikasi Dampak
 Diabetes tipe 1
Pankreas menghasilkan hormon insulin, yang membantu mengatur kadar gula
darah. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang dan
menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Akibatnya, penderitanya akan
memiliki kadar gula darah yang selalu tinggi, dan berbeda dengan diabetes pada
umumnya, diabetes tipe 1 menyerang penderitanya sedari kecil, bahkan sejak
lahir.
Pengobatannya berbeda dengan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 hanya bisa diatasi
dengan sunti insulin seumur hidup. Jika gula darah tidak terkontrol, gula darah
tinggi bisa merusak pembuluh darah, serta organ seperti jantung, ginjal, mata, dan
saraf.
 Rheumatoid arthritis (RA)
Pada rheumatoid arthritis (RA), sistem kekebalan tubuh menyerang sendi.
Serangan ini menyebabkan kemerahan, kehangatan, nyeri, dan kekakuan
pada persendian. Tidak seperti osteoartritis, yang memengaruhi orang seiring
bertambahnya usia, RA bisa mulai sejak usia 30-an.
 Psoriasis/psoriasis arthritis
Sel kulit biasanya tumbuh dan kemudian terkelupas saat tidak lagi
dibutuhkan. Psoriasis menyebabkan sel kulit berlipat ganda terlalu cepat. Sel
tambahan terbentuk dan membentuk bercak bersisik merah yang disebut pola
bersisik atau plak pada kulit.
Sekitar 30 persen orang dengan psoriasis juga mengalami pembengkakan,
kekakuan, dan nyeri di persendian mereka. Bentuk penyakit ini disebut
psoriasis arthritis.

 Multiple sclerosis
Multiple sclerosis (MS) merusak selubung mielin, lapisan pelindung yang
mengelilingi sel saraf. Kerusakan pada sarung mielin memengaruhi transmisi
pesan antara otak dan tubuh. Kerusakan ini bisa menyebabkan gejala seperti mati
rasa, lemas, masalah keseimbangan, dan masalah ketika berjalan. Penyakit ini
datang dalam beberapa bentuk dan tingkat progesivitas yang berbeda. Sekitar 50%
orang dengan MS membutuhkan bantuan berjalan dalam 15 tahun setelah terkena
penyakit ini.
 Lupus eritematosus sistemik (lupus)
Kondisi lupus ini sebenarnya memengaruhi banyak organ, termasuk sendi,
ginjal, otak, dan jantung. Nyeri sendi, kelelahan, dan ruam termasuk
gejala yang paling umum. Karena banyaknya organ yang diserang, gejala
dari lupus sangat tidak spesifik dan bahkan menyerupai penyakit-penyakit
lain, sehingga pada awalnya, dokter mungkin akan mendiagnosis dengan
penyakit lain sebelum pada akhirnya didiagnosis lupus.
 Inflammatory bowel disease
Inflammatory bowel disease (IBD) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi yang menyebabkan radang pada lapisan usus.
Setiap jenis IBD mempengaruhi bagian yang berbeda dari saluran GI.
1. Penyakit Crohn bisa menginflamasi bagian manapun dari saluran pencernaan,
dari mulut sampai dengan anus.
2. Kolitis ulserativa hanya memengaruhi lapisan dari usus besar (kolon) dan
rektum.

 Penyakit addison
Penyakit Addison memengaruhi kelenjar adrenal, yang menghasilkan hormon
kortisol dan aldosteron. Memiliki terlalu sedikit hormon ini dapat memengaruhi
cara tubuh menggunakan dan menyimpan karbohidrat dan gula di dalam tubuh.
Gejalanya meliputi kelemahan, kelelahan, penurunan berat badan, dan gula darah
rendah.
 Penyakit graves
Penyakit Graves menyerang kelenjar tiroid di leher dan menghasilkan banyak
hormon tiroid. Hormon tiroid berguna untuk mengontrol penggunaan energi tubuh
dan metabolisme. Memiliki terlalu banyak hormon (hipertiroidisme) akan
meningkatkan aktivitas tubuh Anda, menyebabkan gejala berdebar-debar, denyut
jantung yang cepat, intoleransi panas, dan penurunan berat badan.

4. Patofisiologi
Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang
membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan
pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk
mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokan organ dan
jaringan.
Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah
molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri,
virus, atau sel kanker). Beberapa antigen ada pada jaringan sendiri tetapi biasanya, sistem
imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap
antigen sendiri. Sistem munitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh
sendiri sebagai antigen asing dan menghasilkan antibodi (disebut autoantibodi) atau sel
imunitas menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi
autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu
mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah
yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.
Sistem kekebalan pada keadaan tertentu tidak mampu bereaksi terhadap antigen
yang lazimnya berpotensi menimbulkan respon imun. Keadaan tersebut disebut toleransi
kekebalan (immunological tolerance) dan terjadi melalui beberapa mekanism, yaitu :
1. Deleksi klonal, yaitu eliminasi klon (kelompok sel yang berasal dari satu sel) limfosit,
terutama limfosit T dan sebagian kecil lmfosit B, selama proses pematangan;
o Anergi klon, yaitu ketidakmampuan klon limfosit menampilkan fungsinya;
o Supresi klon, yaitu pengendalian fungsi “pembantu” limfosit T.

C. Terapi Imunologi
1. Pengertian
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh. Imunologi
berasal dari kata imun yang berarti kebal dan logos yang berarti ilmu. Imunitas
adalah perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sel-sel dan molekul-
molekul yang terlibat di dalam perlindungan membentuk sistem imun. Sedangkan
respon untuk menyambut agen asing disebut respon imun.
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam
keadaan sehat maupun sakit; malafungsi sistem imun pada gangguan imunologi
(penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft);
karakteristik fisik, kimia, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro,
in situ, danin vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin
ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

2. Faktor Penyebab
1. Stres
Hampir semua orang pernah merasakan efek stres di beberapa titik dalam hidup.
Sakit kepala, rasa sakit di dada, rasa gelisah, dan perasaan tegang secara
keseluruhan merupakan gejala stres.
Faktor-faktor tersebut semua bergabung sehingga menyebabkan sistem
kekebalan tubuh harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan tubuh dari
ancaman kesehatan.
2. Kurang aktif
Sistem imun lemah bisa disebabkan karena Anda kurang aktif atau tidak
berolahraga. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat
membantu fungsi neutrofil, yaitu jenis sel darah putih yang membunuh
mikroorganisme yang tidak diinginkan dan terkadang dapat membahayakan
kesehatan.
3. Kurang tidur
Anda mungkin tidak menyadari, saat Anda sedang tidur sel-sel dalam darah
yang melawan infeksi bekerja untuk menjaga tubuh. Jadi, kurang tidur bisa
menyebabkan tubuh tidak dapat bekerja efektif dalam melawan infeksi atau
kuman penyakit
4. Dehidrasi
Setiap jaringan dan organ di dalam tubuh bergantung pada air, karena
membantu membawa nutrisi dan mineral ke sel, dan menjaga mulut, hidung,
dan tenggorokan Anda lembap, juga untuk menghindari penyakit.
Meskipun tubuh terdiri dari 60 persen air, Anda kehilangan cairan melalui
buang air kecil, buang air besar, berkeringat, dan bahkan bernapas. Dehidrasi
terjadi ketika Anda tidak cukup mengganti cairan yang hilang.
Dehidrasi ringan hingga sedang terkadang sulit diidentifikasi, tetapi bisa
membuat Anda sakit. Gejala dehidrasi ringan hingga sedang dapat
disalahartikan sebagai nyeri, kelelahan, sakit kepala, dan sembelit.
Kedua dehidrasi akut dan kronis bisa berbahaya, bahkan mengancam jiwa.
Gejala termasuk haus yang ekstrem, mata cekung, sakit kepala, tekanan darah
rendah, detak jantung cepat, kebingungan dan merasa lelah.
5. Kurangnya asupan nutrisi yang diperlukan
Penting untuk makan berbagai makanan yang seimbang termasuk buah-buahan,
sayur-sayuran, dan sumber gandum utuh yang membantu mendukung sistem
kekebalan dengan menyediakan vitamin, mineral, fitokimia dan antioksidan
yang penting.
Sama pentingnya, sebaiknya Anda menghindari makan makanan berlemak,
terutama lemak tak jenuh ganda yang cenderung menekan sistem kekebalan
tubuh.
Asupan nutrisi yang sangat dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan sistem imun
tubuh adalah vitamin C, ginseng dan bunga echinacea. Vitamin C diperlukan
tubuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh, melindungi tubuh dari penyakit
jantung, mata dan kerutan pada kulit. Vitamin C dapat Anda peroleh dari buah
maupun sayuran. Namun jika daya tahan tubuh Anda sedang menurun maka
Anda membutuhkan tambahan suplemen untuk memenuhi kebutuhan vitamin C.
Selain vitamin C Anda perlu mempertimbangkan untuk menggunakan herbal
dalam menjaga kekebalan tubuh seperti ginseng Asia (Panax ginseng) atau
ginseng Amerika (Panax quinquefolius). Antioksidan dalam ginseng mampu
meningkatkan sistem imun atau daya tahan tubuh.
Anda juga bisa menggunakan bunga echinacea, yang bagus digunakan untuk
meningkatkan sistem imun dan membantu tubuh meredakan berbagai gejala
penyakit seperti flu atau penyakit infeksi. Bunga ini memiliki campuran zat aktif
yang kompleks, beberapa di antaranya disebut antimikroba. Sementara
kandungan lainnya yaitu fenol dan alkylamides diyakini memiliki efek pada
sistem kekebalan tubuh manusia dan antioksidan.
Tentunya untuk memenuhi ketiga nutrisi tersebut Anda tidak perlu bingung
mencari 3 jenis makanan yang berbeda. Anda dapat mempertimbangkan
penggunaan suplemen daya tahan tubuh yang memuat sekaligus tiga nutrisi
tersebut. Suplemen tersebut dapat membantu Anda dalam meningkatkan sistem
imun.

3. Komplikasi / Dampak
 Hipersensitivitas tipe 1 ditandai dengan produksi IgE yang meningkat akibat
terpapar dengan antigen merupakan ciri khas atopi
 Rinitis alergi merupakan kondisi atopik yang paling sering ditemukan
 Obat antihistamin (CTM) yang paling sering digunakan. Pengobatan utama
seharusnya adalah menghindari alergen
 Asma adalah keadaan klinis yang ditandai dengan episode berulang penyempitan
bronkus yang reversibel, diantara episode adalah nafas normal
 Dermatitis atopik adalah suatu gangguan kulit kronik, yang sering ditemukan pada
penderita rinitis alergika dan asma serta diantara anggota keluarga mereka
 Dermatitis atopik seringkali timbul akibat garukan pada bayi usia 1 tahun (eksema
infantilis) dengan kulit yang merah, gatal, meninggi dan mengelupas.

A. Terjadinya Proses Penuaan


Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati
bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang
mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya.

B. Penyebab Proses Penuaan


Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon
yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan
juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling
terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Tubuh kita membentuk suatu reaksi kimia kompleks yang membentuk suatu
molekul kimia yang tidak stabil yang disebut radikal bebas. Molekul radikal bebas ini
dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui suatu proses yang disebut
dengan Oksidasi. Proses ini sama seperti proses yang kita lihat pada apel hijau yang
berubah warna menjadi coklat atau logam tembaga yang berubah warna dari emas
kemerahan menjadi biru kehijauan. Produksi radikal bebas ini dapat meningkat
jumlahnya apabila kita sering terpapar oleh sinar matahari, merokok, polusi udara dan
mengkonsumsi makanan yang rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang
semakin meningkat dalam tubuh kita memberi kontribusi yang besar terhadap
terjadinya proses penuaan berbagai organ tubuh
Stress juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan terjadi. Stress
dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani. Apabila tubuh
kita mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk memulihkan diri sendiri.
Pada batas tertentu tubuh dapat pulih namun tidak seratus persen dan tentu tidak pada
semua kasus. Semakin sering tubuh kita mengalami stress maka makin kecil
kemungkinan tubuh untuk pulih akibatnya tubuh semakin menua dan menjadi rentan
terhadap penyakit. Apa yang menyebabkan tubuh kita tidak bisa sepenuhnya
memulihkan kerusakan tadi, sebagian besar belum diketahui.

C. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia


1. PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA
a. System Integument
Pada kulit akan mengalami perubahan berikut :
Struktur anatomis
1. Lapisan epidermis
Lapisan keranosit : tebalnya berkurang, daya adhesi kurang, terjadi perubahan
secara morfologis dan kandungan air pada stratum korneum berkurang sehingga
kulit menjadi kering dan kasar.
 Lapisan stratum basale : mengalami perubahan ukuran dan bentuk, reduplikasi
pada lamina densa serta ruan antar sel keranosit menjadi bertambah lebar.
 Perbatasan dermis dan epidermis lebih datar sehingga pemberian nutrisi
berkurang pada epidermis akibat lapisan tersebut bila terjadi trauma akan mudah
robek dan abrasi ( bula )
 Sel melanosit jumlahnya berkurang, hal ini mengakibatkan terjadinya
pigmentasi kulit tidak teratur, sebagain dampak lainnya insiden neoplasma kulit
meningkat yang disebabkan oleh sel melanosit menyerap ultra violet.
 Sel-sel langerhans menurun, akibatnya : respon kekebalan seluler kulit
tergangggu sehingga pembentukan antigen terganggu, dampak lain terjadinya
karsinoma kulit.
2. Lapisan dermis
 Dermis atrofi, relative aseluler dan avaskuler, sel mati berkurang sehingga
reaksi hepersensitif menurun.
 Sel fibroblast mengandung banyak reticulum endoplasmic yang kasar.
 Serat kolagen jumlahnya berkurang disertai penebalan, kemampuan
membengkak berkurang dan susunannya tidak teratur sehingga kulit menjadi
kendur ( lax ).
 Jumlah glikosaminoglikan ( bahan dasar dermis ) berkurang sehingga
viscoelastisitas berubah.
 Serat-serat elastic mengalami degradasi, anyaman serat hilang, akibatnya kulit
keriput dan kendur.

3. Jaringan sub kutis


 Adanya atrofi pada muka, dorsum tangan dan tungkai bawah, hal ini
mengakibatkan hipotermi, telapak kaki mudah luka atau ulserasi.
 Jaringan subkutis mengalami hipertrofi, pada laki-laki lebih banyak pada daerah
pinggang dan pada wanita pad paha.

2. PERUBAHAN FUNGSI
a. Proliferasi dan penyembuhan
1. Waktu pergantian kulit menjadi lebih panjang.
2. Epidermal repair berkurang sehingga resiko infeksi sekunder tinggi.
3. Pertumbuhan kuku dan rambut lambat.
4. Anaplasia : hampir semua orang diatas 65 tahun mengalami tumor jinak
( keratosis seboroika ), penyebabnya :
 Sel epidermis bermacam bentuk dan ukuran.
 Paparan bahan karsinogen.
 Jumlah sel melanosit berkurang→proteksi kurang/.
 Jumlah sel langerhans berkurang.
b. Absorbsi dan clearance dermal
1. Permeabilitas meningkat
2. Dermal clearance menurun
3. Menurunkan sirkulasi pada dermis
4. Dermatitis kontak menetap
5. Cenderung timbul gangguan termoregulator.
1) Respon terhadap stimulasi eksternal
 Reaksi terhadap rangsangan raba, vibrasi dan kornea kurang, nilai ambang nyeri
meningkat.
 Respon vascular menurun yang akan mengakibatkan gangguan regulasi suhu
tubuh→hipotermi atau heat stroke.
 Produksi keringat berkurang.
 Produksi sebum menurun

2) Sifat-sifat mekanis
Serat kolagen dan serat elastisitas mengalami perubahan ( perubahan sifat mekanik )
sehingga elastic recovery menurun ( kulit lama kembali ), hal ini mengakibatkan kulit
mudah robek bila trauma, penurunan piupi dan distorsi.
3) Respon imun
a. Gangguan fungsi sel beta
b. Gangguan imunitet seluler, sehingga mudah mengalami infeksi virus, jamur dan
keganasan.

3. PERUBAHAN SISTEM TUBUH


a. Sistem Pencernaan
Pada mulut, warna gigi menjadi lebih gelap. Terjadi penurunan produksi saliva
yang mengakibatkan sel mukosa menjadi kering. Pada lansia juga terjadi
perubahan kemampuan mencerna sehingga meningkatkan sisa zat makanan
sehingga produksi gas meningkat, motilitas usus dan peristaltik menurun
Perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada system pencernaan sering
dimanifestasikan dengan terjadinya :
 Kesulitan menelan
 Sendahak (reflex gastroesofageal)
 Perut terasa lama penuh ( hidroklorhidri )
 Konstipasi
 Obat tidak terlalu cocok.

Perubahan oleh karena menua primer :

 Berkurangnya motilitas esophagus, fungsi spingter, sekresi asam lambung, pepsin dan
tripsin.
 Berkurangnya motilitas usus serta perubahan enzim hepar.

Perubahan oleh karena menua sekunder :

 Hernia
 Anemia pernisiosa
 Konstipasi karena diit rendah residu dan pemakaian laksans yang berlebihan.
 Merokok dan alcohol terlalu banyak, sehingga menyebabkan perubahan metabolisme
obat

b. Sistem Pernafasan
Teradi perubahan struktur thorax yang menyebabkan pengembangan paru
menjadi terbatas, tulang iga tidak dapat bergerak bebas. Tulang punggung
kifosis yang menyebabkan paru semakin kaku dan kurang elastic, peningkatan
kapasitas residual, penurunan kapasitas vital ynag pada akhirnya dapat
mengakibtakan kolaps basal
Perubahan oleh karena menua primer :
 Berkurangnya elastisitas paru
 Berkurangnya otot-otot pernapasan

Perubahan oleh karena menua sekunder :

 Penyakit Paru Obstruksi Menahun ( PPOM ) atau COPD ssebagai akibat


dari kebiasaan merokok dan polusi udara.
 Menurunnya kekuatan otot pernafasan oleh karena kurang aktifitas
(olahraga).
c. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang berhubungan dengan usia lanjut terjadi pada komposisis
kimiawi, sel-sel, jaringan jantung dan pembuluh darah, semuanya ini akhirnya
mempengaruhi fungsi kardiovaskuler. Namun walaupun demikian, jantung
masih mampu memenuhi kebutuhan harian dan berfungsi dengan baik kecuali
dalam kondisi stress atau karena gangguan penyakit.
Secara umum manifestasi klinis yng sering terjadi pada sistem kardiovaskuler
akibat ketuaan adalah :
 Berkurangnya cadangan jantung (cardiac reserve)
 Bertambahnya tekanan nadi (pulse pressure)
 Kecenderungan hipotensi dan sinkop.

Perubahan oleh karena menua primer :

 Berkuranhgnya jumlah sel dinding jantung dan vaskuler


 Baroreseptor sensitivity

Perubahan oleh karena menua sekunder :

 Iskemia akibat adanya arteriosklerosis


 Disfungsi ventrikel
 Debaran jantung tidak teratur ( aritmia )
 Penyakit ujantung oleh karena hipertensi
 Gagal jantung kongestive
 Infeksi akibat imunitas berkurang
d. Sistem Perkemihan
Terjadi hubungan langsung antara suplai darah dan fungsi ginjal, renal sendiri
mendapat darah ( blood flow ) sekitar 25% dari keseluruhan volume darah yang
ada dalam tubuh, dengan kecepatan aliran darah kira-kira 5 sampai 10 kali lebih
besar dari suplai untuk jantung, hati dan otak.
Perubahan pada system urogenital dimanifestasikan dengan :
 Berkurangnya rasio filtrasi glomerular dan reabsorbsi tubuler.
 Uropati obstruktif dan overflow incontinence.
 Stress incontinence.

Perubahan oleh karena menua primer :

 Jumlah nefron berkurang disertai perubahan fungsi tubuler.


 Tekanan dinding atau kapasitas kandung kemih dan tegangan spingter
berkurang
 Pada kebanyakan laki-laki mengalami hipertropi prostat, sedangkan pada
perempuan tegangan otot-otot pelvis yang berkurang.

Perubahan oleh karena menua sekunder :

 Kondisi nefrosclerosis, biasanya karena adanya penyakit hipertensi.


 Penyakit ginjal yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan .
 Infeksi saluran kemih karena system imunitas berkurang.
e. Sistem Endokrin
Perubahan akibat proses penuaan pada system endokrin secara klinis
dimanifestasikan oleh:
 Pada wanita terjadi menopause yang meliputi system vasomotoris dan
atrofi vagina.
 Pada laki-laki terjadi penurunan libido, potensi serta frekuensi kegiatan
seks.
 Intoleransi relative terhadap glukosa.
Perubahan oleh karena menua primer :
 Relative lebih cepat terjadi pada wanita setelah berhenti haid.
 Relative lambat pada laki-laki : testis mengecik, reserve capacity testis,
sperbmatogenesis dan kadar testosterone berkurang.
 Respon dan sensitivitas terhadap insulin berkurang, sehingga cenderung
menjadi gemuk.
 Respon tiroid berkurang.

Perubahan oleh karena menua sekunder :

 Hipogonadism oleh karena pembedahan atau alcoholism.


 Penyakit Diabetes Melitus.
f. Sistem Musculoskeletal
Perubahan struktur musculoskeletal dan fungsi bervariasi diantara individu
selama proses penuaan. Perubahan yang bermakna terjadi mulai usia
pertengahan. Secara umum perubahan sacara fisiologis adalah :
 Penurunan tinggi badan sekitar 6-10 cm.
 Lebar bahu menurun.
 Fleksi pada lutut dan panggul.
 Terjadi penyempitan dari diskus intervertebrae yang dapat
berkurangnya ukuran intervertebrae dan ruang intercostae.
 Patah tulang akibat kompresi dari vertebrae.
 Peningkatan kurve spina thoraks.
 Kepala miring ke belakang dan leher memendek→ mengimbangi
kondisi kiposis.
 Jalan goyah karena perubahan otot dan fungsi motorik.
 Jengkal lengan lebih besar.

Perubahan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :

 Kekuatan berkurang.
 Cenderung patah tulang ( osteoporosis )
 Sendi kaku dan cenderung inflamasi

Perubahan oleh karena menua primer :

 Berkurangnya serta dan diameter otot.


 Jumlah mineral dalam tulang berkurang.
 Pembentukan tulang berkurang ( senile osteoporosis )
 Resorbsi tulang bertambah.
 Tendon dan jaringan pengikat bertambah kaku
 Tulang rawan persendian makin tipis

Perubahan oleh karena menua sekunder :

 Atropi akibat inaktivitas ( misalnya karena terlalu banyak duduk )


 Defisiensi steroid gonadal.
 Osteoporosis oleh karena defisiensi kalsium, alcoholism dan pengaruh
tembakau.
 Osteomalasia ( tulang lunak ) oleh karena defisiensi vitamin D.
g. System Penglihatan
Pada usia 40-50 tahun visus akan menurun, dan pada 70 tahun banyak memakai
alat bantu. Terjadi perubahan struktur retina, pupil, lensa dan kornea. Retina
akan kehilangan sel-selnya. Kemampuan penglihatan berkurang akibat
berkurangnya elastisitas lensa, astigmatisma (tidak terpusatnya cahaya pada satu
titik retina ).
Perubahan pada system penglihatan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :
 Penurunan kekuatan otot mata untuk berakomodasi.
 Kulit kelopak mata mengendur, jaringan lunak berkurang, sehingga mata
menjadi cekung.
 Kelopak mata jauh dari permukaan bola mata sehingga mata tampak
berair.
 Selaput mata keruh, pinggir kornea bergaris putih,pupil kecil sehingga
penglihatan menjadi tidak terang.
h. Sistem Pendengaran
Perubahan yang terjadi pada system pendengaran akibat penuaan adalah
kehilangan daya mendengar jenis sensori neural berupa : presbikusis ( TULA =
Tuli Usia Lanjut ), dengan manifestasi klinis :
 Kekurangan pendengaran progresif.
 Pendengaran bertambah menurun → stress.
 Daya diskriminasi menurun.
 Tinnitus jika mendengar suara dengan nada tinggi.
i. Sistem Persyarafan
Pada persyarafan, walaupun tidak mengalami mitosis, tapi karena terjadinya
penurunan fungsi, maka secara klinis akan menunjukkan adanya hal-hal berikut
1. Status mental
a. Gangguan ingatan ( lupa ).
b. Sangat hati-hati, namun inisiatif kurang.
c. Curiga
2. Insomnia→perubahan pola tidur/bangun.
a. Saraf kranialis
 Saraf penglihatan
Melihat dekat terganggu
Melihat jauh dengan koreksi lensa
b. Saraf pendengaran
Kemampuan mendegar menurun
 Saraf penggerak bola mata
Gerak bola mata lambat, melirik dan melihat ke atas terbata
Saraf pengecap dan penghidu
 Sensasi rasa terganggu
Sistem motorik
-Cara berjalan dengan langkah kecil
-Dasar melebar → Parkinson
-Postur tubuh bungkuk
-Ayunan tangan berkurang
-Tungkai mengalami kekakuan
-Tendo kurang elastic
-Reflex
 Reflex otot dan tumit menurun
 Reflex telapak kaki → ekstensi
-Reflex abdomen menghilang
-Sensorik
 Rasa getar menurun pada tungkai bawah
 Ambang rasa, raba dan tusuk meningkat

4. PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PADA LANSIA


Perubahan psikososial pada lansia sering dimanifestasikan dengan tingkat
penyesuaian/adaptasi usila terhadap hal-hal berikut :
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik .
b. Penyesuaian terhadap penurunan penghasilan.
c. Penyesuaian terhadap pengaturan hidup yang layak.
d. Penyesuaian terhadap kematian pasangan hidup orang yang dicintai.
e. Penetapan hubungan dengan teman sebaya.
f. Pertemuan-pertemuan atau sosialisasi dengan masyarakat dan pemenuhan
kewajiban sebagai warga negara.

5. PENYAKIT-PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA


a. Osteoarthritis
b. Hipertensi
c. Diabetes Mellitus
d. Gastritis
e. Rabun Senja
f. Remathoid Arthritis
g. Decomp Cordis
h. AMI
i. Dislokasi Sendi

Organela Yang Berperan :

Organela yang berperan dalam bioproses pada sel antara lain mitokondria dan kloroplas. Di
dalam organel mitokondria terjadi proses metabolisme pemecahan glukosa menjadi energi
dengan bantuan oksigen atau yang sering disebut sebagai proses respirasi aerob. Adapun di
dalam organel kloroplas terjadi proses pembentukan glukosa dari energi cahaya dan
karbondioksida atau yang sering kita sebut sebagai proses fotosintesis. Pada dasarnya semua
organel di dalam sel melakukan kegiatan bioproses, namun biasanya bioproses diwakili oleh
respirasi yang terjadi di organel mitokondria dan fotosintesis yang terjadi di organel
kloroplas. Nah, kedua organel tersebut merupakan organel otonom yang dapat bekerja secara
mandiri karena telah memiliki unsur DNA di dalam organelnya.

Mekanisme apoptosis :

Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu : 1. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis). 2. Tahap
integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis yang berhubungan, dll) 3.
Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll) 4. Fagositosis. Signal
Penginduksi Apoptosis Apoptosis tidak memerlukan suatu proses transkripsi atau translasi.
Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel dianggap mengalami dormansi dan
hanya memerlukan aktivasi yang cepat. Signal yang menginduksi apoptosis bisa berasal dari
ekstraseluler dan intraseluler. Signal ekstraseluler contohnya hormon hormon. Hormon
tiroksin menginduksi apoptosis pada ekor tadpole. Apoptosis juga bisa dipicu oleh
kurangnya signal yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup seperti growth factor. Sel lain,
sel berhubungan dengan sel yang berdekatan juga bisa memberikan signal untuk apoptosis.
Signal intraseluler misalnya radiasi ionisasi, kerusakan karena oksidasi radikal bebas, dan
gangguan pada siklus sel. Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah
menjadi famili protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai caspase. Sel yang berbeda
memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel splenic
limfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi, sedangkan sel myocyte
tidak mengalami apoptosis untuk pemaparan yang sama.

Tahap Proses Penuaan :

Secara garis besar tahapan proses penuaan ini terbagi menjadi 3, yaitu :

Tahap 1 :

Terjadi pada saat usia mencapai 25-35 tahun. Pada masa inilah produksi hormon sudah mulai
berkurang dan mulai terjadi kerusakan sel. Akan tetapi tidak memberi pengaruh pada
kesehatan tubuh dan tubuh pun masih akan terus bugar.

Tahap 2 :

Terjadi pada usia 35-45 tahun, dimana produksi hormon sudah mengalami penurunan
sebanyak 25%. Tubuh pun mulai tampak mengalami penuaan. Pada masa ini, mata akan
mulai mengalami rabun dekat sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut
mulai berubah putih (uban), stamina tubuh pun sudah mulai berkurang. Bila dalam masa ini
dan sebelumnya, anda melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa dipastikan berisiko
terkena kanker.

Tahap 3 :

Terjadi ketika usia 45 tahun ke atas. Pada masa inilah produksi hormon sudah mulai
berkurang hingga akhirnya berhenti. Kaum perempuan mengalami masa yang disebut
menopause sedangkan kaum pria akan mengalami masa yang disebut andropause. Dalam
masa ini kulit menjadi kerung karena telah mengalami dehidrasi, dan tubuh menjadi mudah
capek. Berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit
jantung koroner akan mulai menyerang tubuh.

Aplikasi Proses Penuaan :

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi pada kehidupan manusia, menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang di derita. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya yaitu:

• Anak

• Dewasa

• Tua

Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis, memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran misalnya kemunduran yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengarn mulai kurang, pengluhatan mulai
memburuk, gerakan lambat, dan pigur tubuh yang tidak proporsional. Proses penuaan
meupakan proses yang dialami setiap makhluk hidup. Hal ini dapat berlangsung secara
fisiologis maupun patologis. Umur manusia telah ditentukan, namun banyak faktor yang
dapat mempengaruhinya. Pertumbuhan manusia normal dapat digambarkan seperti gunung.
Tahap pertama meningkat, mencapai puncak (saat manusia berumur 20-an), tiba tahap kedua
menurun. Dengan sendirinya , jika proses penuaan dapat dihentikan saat manusia berada di
puncak, kemudaannya akan bertambah.

Banyak teori yang menjelaskan mengenai proses penuaan antara lain :

1. Teori biologi
Teori menjelaskan proses fisik penuaan,termasuk perubahan fungsi dan struktur
organ, pengembangan, panjang usia dan kematian
a. Teori genetic
Teori genetic merupakan teori yang menjelaskan bahwapenuaan merupakan suatu
proses yang d alami dimana hal ini telah diwariskan secara turun menurun
(genetic) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan
b. Teori genetic clockkan
Teori ini merupakan teoru intrinsic yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh
terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentu proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua ini telah terprogram secara genetic untuk spesies
tertentu.setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetic atau jam
biologis sendiri dan spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu.sehingga bila jenis ini berhenti berputar ia akan
mati.
c. Teori mutasi somatic
Teori ini penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh
lingkungan yang buruk.contohnya :mutasi cell kelamin sehingga terjadi penuruna
kemampuan fungsional cell.
2. Teori nongenetic
a. Teori auto immune
Selama proses penuaan system imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk kedalam tubuh sehingga pada
lansia akan sangat mudah mengalami ifeksi dan kanker.perubahan system imun
ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehungga tidak adanya
keseimbangan dalam selT untuk memproduksi antibiotic dan kekebalan tubuh
menurun. Pada system imun akan terbentuk autoimun tubuh. perubahan yang
terjadi merupakan pengalihan integritas system tubuh untuk melawan system
imun itu sendiri
b. Teori radikal bebas (free radical theory)
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena
adanya proes metabolisme atau proses pernafasan di dalam mitokondria. Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal
bebas yang terdapat dilingkungan seperti :
 Asap kendaraan bermotor
 Asap rokok
 Zat pengawet makanan
 Radiasi
 Sinar UV yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen
pada proses menua.
3. Teori menua akibat metabolisme
Menurut teori ini menurunnya proses metabolisme akan memperpanjang umur, karena
terjadi penurunan jumlah kalori untuk proses metabolisme. Modifikasi cara hidup
yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak mungkin juga dapat
memperpanjang umur.
4. Teori rantai silang
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,protein, karbohidrat dan
asam nukleat bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi.

Anda mungkin juga menyukai