Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

MENCEGAH MEDICATION ERROR DAN ALASAN MENGAPA PASIEN


NON ADHERENT DENGAN TREATMENT OBAT

Disusun oleh :
1. Donna Roesalia Hardy (01.2.22.00811)
2. Enny Purwanti (01.2.22.00812)
3. Erma Dwi Lestari (01.2.22.00813)
4. Eudita Dea Puspito (01.2.22.00814)
5. Grasella Pebrianti R.P (01.2.22.00815)
6. Ika Wulandari (01.2.22.00816)
7. Ima Setyaningrum S (01.2.22.00817)
8. Intan Chrisna W (01.2.22.00818)
9. Isa Christanti G (01.2.22.00819)
10. Kanisius Mulyadi (01.2.22.00820)
11. Kharisma Aprillia (01.2.22.00821)

Dosen Pengampu:
1. Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep
2. Debby Christanti, S.Farm., Apt., M.Sc

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


MAHASISWA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ALIH JENJANG
SEMESTER I TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
kami. Dengan makalah ini juga dapat digunakan untuk bahan pembelajaran
“MENCEGAH MEDICATION ERROR DAN ALASAN MENGAPA PASIEN
NON ADHERENT DENGAN TREATMENT OBAT”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami berharap para pembaca
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Kediri, 3 Oktober 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................................................


Kata Pengantar ....................................................................................................i
Daftart Isi ............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................2
1.2 Tujuan .........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN .....................................................................................3
2.1 Medication Error .........................................................................3
2.1.1 Pengertian...........................................................................3
2.1.2 Faktor Penyebab Medication Error ....................................3
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Medication Error ..................5
2.1.4 Klasifikasi Medication Error ..............................................6
2.1.5 Upaya Pencegahan Medication Error ................................11
2.2 Pasien Non Adherent Dengan Treatment Obat ...........................13
2.2.1 Pengertian ...........................................................................13
2.2.2 Penyebab Ketidakpatuhan ..................................................13
2.2.3 Dampak Ketidakpatuhan ....................................................14
2.2.4 Faktor Penyebab Ketidakpatuhan .......................................15
2.2.5 Cara Untuk Meningkatkan Kepatuhan ...............................17
BAB 3 PENUTUP ..............................................................................................19
3.1 Kesimpulan ................................................................................19
3.2 Saran ...........................................................................................19
Daftar Pustaka .....................................................................................................20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesalahan pengobatan (Medication Error) adalah kejadian yang dapat

merugikan keselamatan pasien akibat pemakaian obat selama dalam

pengawasan pengobatan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah

(Depkes RI, 2014).

Thomas Maria R, et al (2001) dalam Farida (2019) menemukan bahwa yang

menjadi penyebab terjadinya kesalahan obat adalah komunikasi, pemberian

label, nama pasien yang membingungkan, factor manusia, dan desain kemasan.

Adapun kesalahan yang berhubungan dengan factor manusia antara lain

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, kurangnya kinerja, kelelahan,

kesalahan kecepatan infuse, dan kesalahan dalam menyiapkan obat.

Perilaku tidak patuh dalam kehidupan sehari-hari sudah biasa. Namun

perilaku tidak patuh dalam lingkup kesehatan sangat berbahaya. Apalagi tidak

patuh dalam mengikuti terapi dari dokter, dapat menyebabkan sejumlah akibat

yang tidak diinginkan seperti : sakit bertambah lama atau kondisi memburuk,

pasien perlu perawatan di rumah sakit atau rawtaan rumah atau akibat ekstrem

yaitu kematian.

Ketidakpatuhan pasien menjadi permasalahan tidak hanya di negara maju

namun juga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Angka

kepatuhan yang rendah terbukti menimbulkan masalah seperti peningkatan

angka penyakit kronis beserta komplikasinya, penurunan kualitas hidup pasien,

biaya pengobatan yang membengkak dan tidak efisien, bahkan peningkatan

angka mortalitas (kematian).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan bagaimana pemeriksaan yang digunakan untuk mencegah
medication error?
2. Mengevaluasi apa saja alasan-alasan pasien non adherent degan treatment
obat ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pencegahan medication error
3. Untuk mengetahui alasan-alasan mengapa pasien non adherent degan
treatment obat
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Medication Error
2.1.1 Pengertian
Kesalahan pengobatan (Medication Error) adalah kejadian yang
dapat merugikan keselamatan pasien akibat pemakaian obat selama
dalam pengawasan pengobatan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat
dicegah (Depkes RI, 2014).
Medication error adalah suatu kejadian yang tidak hanya dapat
merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien
yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan
pengobatan pasien yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error
dapat terjadi pada tahapan prescribing, transcribing, dispensing, dan
administering (Khairurrijal dan Putriana, 2017).
Mediacation error adalah setiap kejadian yang dapat dihindari yang
dapat menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat
atau membayahakan pasien (Maalangen dkk, 2019).
Kesalahan pengobatan (Medication Error) merupakan semua
keadaan atau kejadian yang dapat menyebabkan penyaluran pengobatan
tidak sesuai dengan yang diharapkan dimana dapat mencelakakan
pasien (Fowler, 2009 dalam Farida 2019).
Jadi Medication error adalah suatu kejadian yang tidak hanya dapat
merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien
yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan
pengobatan pasien (Farida, 2019).
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Medication Error
Menurut Farida (2019), medication error antara lain dapat terjadi
pada situasi berikut :
a. Informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi
tentang riwayat alergi dan penggunaan obat sebelumnya.

3
4

b. Tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum


atau menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga
peringatan jika timbul efek samping.
c. Kesalahan komunikasi dalam peresepan, misalnya interpretasi
apoteker yang keliru dalam membaca resep dokter, kesalahan
membaca nama obat yang relatif mirip dengan obat lainnya,
kesalahan membaca desimal, pembacaan unit dosis hingga
singkatan peresepan yang tidak jelas.
d. Pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga berisiko dibaca
keliru oleh pasien.
e. Faktor-faktor lingkungan, seperti ruang apotek/ruang obat yang
tidak terang, hingga suasana tempat kerja yang tidak nyaman yang
dapat mengakibatkan timbulnya medication error.
Menurut Kemenkes 2004 dalam susanti (2013) Faktor-faktor lain
yang berkontribusi pada medication error antara lain:
a. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi)
Komunikasi yang baik antar apoteker maupun dengan petugas
kesehatan lainnya perlu dilakukan dengan jelas untuk menghindari
penafsiran ganda atau ketidaklengkapan informasi dengan
berbicara perlahan dan jelas. Perlu dibuat daftar singkat dan
penulisan dosis yang berisiko menimbulkan kesalahan untuk
diwaspadai.
b. Kondisi Lingkungan
Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan dengan
kondisi lingkungan, area dispensing harus di desain dengan tepat
dan sesuai sesuai dengan alur kerja, untuk menurunkan kelelahan
dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang nyaman.
Selain itu, area kerja harus bersih, dan teratur untuk mencegah
terjadinya kesalahan. Obat yang disediakan untuk pasien harus
disediakan nampan yang terpisah.
c. Gangguan atau interupsi pada saat bekerja
5

Gangguan atau interupsi harus seminimal mungkin dengan


mengurangi interupsi baik langsung maupun melalui telepon.
d. Beban Kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup tinggi untuk
mengurangi stress dan beban kerja yang berlebihan sehingga dapat
menurunkan kesalahan.
e. Edukasi Staff
Meskipun edukasi staff merupakan cara yang tidak cukup kuat
dalam menurunkan insiden atau kesalahan, tetapi mereka dapat
memainkan peran penting ketika dilibatkan dalam sistem
menurunkan insiden atau kesalahan.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Medication Error
Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya medication error menurut WHO, 2016:
1. Faktor yang terkait dengan tenaga medis
a. Kurangnya pelatihan terkait pengobatan
b. Pengetahuan dan pengalaman terkait obatan yang tidak
memadai
c. Pengetahuan terkait profil pasien yang tidak memadai
d. Persepsi resiko yang tidak memadai
e. Beban pekerjaan yang terlalu berat
f. Masalah kesehatan fisik dan emosional
g. Komunikasi yang buruk antara petugas kesehatan dengan
pasien
2. Faktor yang terkait dengan pasien
a. Karakteristik pasien (misalnya kepribadian, keaksaraan dan
hambatan Bahasa)
b. Kompleksitas kasus klinis, terkait kondisi kesehatan pasien,
polifarmasi dan obat yang beresiko tinggi
3. Faktor yang terkait dengan lingkungan kerja
a. Tekanan kerja dan waktu
b. Gangguan interupsi (oleh tenaga medis lain dan pasien)
6

c. Kurangnya protocol dan prosedur standar


d. Sumber daya yang tidak mencukupi
e. Masalah lingkungan kerja fisik (misalnya pencahyaan, suhu dan
ventilasi)
4. Faktor yang terkait dengan obat-obatan
a. Penamaan obat-obatan
b. Pelabelan dan kemasan
5. Faktor yang terkait dengan tugas
a. Sistem berulang untuk pemesanan, pemrosesan dan otorisasi
b. Pemantauan pasien (tergantung pada praktek, pasien, fasilitas
kesehatan lainnya dan penulis)
6. Faktor yang terkait dengan system informasi komputerisasi
a. Proses yang sulit untuk menghasilkan resep pertama (misalnya,
daftar pilihan obat, regimen dosis standar dan peringatan yang
tidak terjawab)
b. Proses yang sulit untuk menghasilkan resep ulang yang benar
c. Kurangnya akurasi catatan pasien
d. Desain yang tidak memadai yang memungkinkan kesalahan
petugas (human error)
7. Penghubung antara pelayanan kesehatan primer dan sekunder
a. Terbatasnya komunikasi dengan tenaga medis ditingkat
sekunder
b. Kurangnya justifikasi rekomendasi dari pelayanan kesehatan
tingkat sekunder.
2.1.4 Klasifikasi Medication Error
Menurut Cohen, M.R (1999) dalam Farida (2019) kejadian
medication error dibagi 4 fase, yaitu fase prescribing (error saat
penulisan resep), fase transcribing (error terjadi pada saat pembacaan
resep atau pemahaman), fase dispensing (error terjadi pada saat
penyiapan hingga penyerahan obat) dan fase administration (error yang
terjadi pada proses penggunaan obat).
7

1. Prescribing Error (error saat penulisan resep)


Medication Error pada fase prescribing adalah error yang terjadi
pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi :
a. Kesalahan resep
(1) Seleksi obat (didasarkan pada indikasi, kontraindikasi, alergi
yang diketahui, terapi obat yang ada, dan faktor lain), dosis,
bentuk sediaan, mutu, rute, konsentrasi, kecepatan
pemberian, atau instruksi untuk menggunakan suatu obat
yang diorder atau diotorisasi oleh dokter (atau misalnya
seorang pasien dengan infeksi bakteri yang resisten terhadap
obat yang ditulis untuk pasien tersebut).
(2) Resep atau order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan
kesalahan yang sampai pada pasien.
b. Kesalahan karena yang tidak diotorisasi
Pemberian kepada pasien, obat yang tidak diotorisasi oleh
seorang penulis resep yang sah untuk pasien. Mencakup suatu
obat yang keliru, suatu dosis diberikan kepada pasien yang
keliru, obat yang tidak diorder, duplikasi dosis, dosis diberikan
di luar pedoman atau protokol klinik yang telah ditetapkan,
misalnya obat diberikan hanya bila tekanan darah pasien turun di
bawah suatu tingkat tekanan yang ditetapkan sebelumnya.
c. Kesalahan karena dosis tidak benar
Pemberian kepada pasien suatu dosis yang lebih besar atau lebih
kecil dari jumlah yang diorder oleh dokter penulis resep atau
pemberian dosis duplikat kepada pasien, yaitu satu atau lebih
unit dosis sebagai tambahan pada dosis obat yang disorder.
d. Kesalahan karena indikasi tidak diobati
Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat tetapi tidak
menerima suatu obat untuk indikasi tersebut. Misalnya seorang
pasien hipertensi atau glukoma tetapi tidak menggunakan obat
untuk masalah ini
8

e. Kesalahan karena penggunaan obat yang tidak diperlukan


Pasien menerima suatu obat untuk suatu kondisi medis yang
tidak memerlukan terapi obat.
Berdasarkan dari dampak klinis terjadinya kesalahan menurut
National Coordinating Council for Medication Error Reporting and
Preventing (NCCMERP) yang dilihat dari tingkat keparahan hasil dari
pasien. Tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 1. Kategori Medication Errors menurut National Coordinating


Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCCMERP
2005).
Kategori Definisi Level error
A Kejadian yang masih berpotensi akan menyebabkan kecelakaan No Error
B Kesalahan telah terjadi namun kesalahan tersebut belum mencapai Error, No
pada pasien Harm
C Kesalahan terjadi dan telah mencapai pasien namun tidak Error, No
mencederai pasien Harm
D Kesalahan terjadi pada pasien dan dibutuhkan pengawasan untuk Error, Harm
mencegah cedera pada pasien atau membutuhkan intervensi untuk
mencegah cedera/kecelakaan tersebut
E Kesalahan terjadiyang berkontribusi terhadap adanya injury Error, Harm
sementara dan dibutuhkan intervensi
F Kesalahan yang terjadi dapat berkontribusi terhadap adanya injury Error, Harm
sementara pada pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
dalam waktu lama
G Kesalahan yang terjadi dapat berkontribusi terhadap adanya Error, Harm
kecacatan permanen
H Kesalahan yang terjadi membutuhkan intervensi yang mampu Error, Harm
mempertahankan hidup/ menyelamatkan nyawa pasien.
I Kesalahan terjadi yang menyebabkan kematian pasien. Error, Death

2. Transcribing Error
Pada fase transcribing, kesalahan terjadi pada saat pembacaan resep
untuk proses dispensing, antara lain salah membaca resep karena
tulisan yang tidak jelas. Salah dalam menterjemahkan order
pembuatan resep dan signature juga dapat terjadi pada fase ini.
9

Jenis kesalahan obat yang termasuk transcribing error, yaitu:


a. Kesalahan karena pemantauan yang keliru
Gagal mengkaji suatu regimen tertulis untuk ketepatan dan
pendeteksian masalah, atau gagal menggunakan data klinik atau
data laboratorium untuk pengkajian respon pasien yang memadai
terhadap terapi yang ditulis.
b. Kesalahan karena ROM (Reaksi Obat Merugikan)
(1) Pasien mengalami suatu masalah medis sebagai akibat dari
ROM atau efek samping.
(2) Reaksi diharapkan atau tidak diharapkan, seperti ruam dengan
suatu antibiotik, pasien memerlukan perhatian pelayanan
medis.
c. Kesalahan karena interaksi obat Pasien mengalami masalah
medis, sebagai akibat dari interaksi obat-obat, obat-makanan, atau
obat-prosedur laboratorium.
3. Dispensing Error
Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga
penyerahan resep oleh petugas farmasi. Salah satu kemungkinan
terjadinya error adalah salah dalam mengambil obat dari rak
penyimpanan karena kemasan atau nama obat yang mirip atau dapat
pula terjadi karena berdekatan letaknya. Selain itu, salah dalam
menghitung jumlah tablet yang akan diracik ataupun salah dalam
pemberian informasi.
Jenis kesalahan obat yang termasuk dispensing error yaitu :
a. Kesalahan karena bentuk sediaan
(1) Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk
berbeda dari yang diorder oleh dokter penulis.
(2) Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.
b. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru
(1) Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum
pemberian. Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau
rekonstitusi suatu sediaan yang tidak benar. Tidak mengocok
10

suspensi. Mencampur obat-obat yang secara fisik atau kimia


inkompatibel.
(2) Penggunaan obat kadaluarsa, tidak melindungi obat terhadap
pemaparan cahaya.
(3) Kesalahan karena pemberian obat yang rusak
Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan
fisik atau kimia bentuk sediaan telah membahayakan.
Termasuk obat-obat yang disimpan secara tidak tepat.
4. Administration Error
Kesalahan pada fase administration adalah kesalahan yang terjadi
pada proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas
farmasi dan pasien atau keluarganya. Kesalahan yang terjadi misalnya
pasien salah menggunakan supositoria yang seharusnya melalui dubur
tapi dimakan dengan bubur, salah waktu minum obatnya seharusnya
1 jam sebelum makan tetapi diminum bersama makan.
Jenis kesalahan obat yang termasuk administration error yaitu :
a. Kesalahan karena lalai memberikan obat
Gagal memberikan satu dosis yang diorder untuk seorang pasien,
sebelum dosis terjadwal berikutnya.
b. Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru
Pemberian obat di luar suatu jarak waktu yang ditentukan
sebelumnya dari waktu pemberian obat terjadwal.
c. Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru
(1) Prosedur yang tidak tepat atau teknik yang tidak benar dalam
pemberian suatu obat.
(2) Kesalahan rute pemberian yang keliru berbeda dengan yang
ditulis; melalui rute yang benar, tetapi tempat yang keliru
(misalnya mata kiri sebagai ganti mata kanan), kesalahan
karena kecepatan pemberian yang keliru.
d. Kesalahan karena tidak patuh Perilaku pasien yang tidak tepat
berkenaan dengan ketaatan pada suatu regimen obat yang ditulis.
11

Misalnya paling umum tidak patuh menggunakan terapi obat


antihipertensi.
e. Kesalahan karena rute pemberian tidak benar Pemberian suatu
obat melalui rute yang lain dari yang diorder oleh dokter, juga
termasuk dosis yang diberikan melalui rute yang benar, tetapi
padatempat yang keliru (misalnya mata kiri, seharusnya mata
kanan).
f. Kesalahan karena gagal menerima obat Kondisi medis pasien
memerlukan terapi obat, tetapi untuk alasan farmasetik,
psikologis, sosiologis, atau ekonomis, pasien tidak menerima atau
tidak menggunakan obat.

Adapun bentuk-bentuk kejadian medication error tertera pada table


dibawah:

Tabel 2. Bentuk-Bentuk Kejadian Medication Error (Cohen, M.R, 1999


dalam Susanti 2013)
Prescribing Transcribing Dispensing Administration
Kontraindikasi Copy error Kontraindikasi Administration error
Duplikat Dibaca keliru Extra dose Kontraindikasi
Tidak terbaca Ada instruksi yang Kegagalan mencek Obat tertinggal di samping
terlewatkan instruksi bed
Intsruksi keliru Mis-stamped Sediaan obat buruk Extra dose
Instruksi tidak Instruksi tidak Instruksi penggunaan Kegagalan mencek instruksi
lengkap dikerjakan obat tidak jelas
Perhitungan dosis Instruksi verbal Salah menghitung dosis Tidak mencek identitas
keliru diterjemahkan salah pasien
Salah memberi label Dosis keliru
Salah menulis instruksi Salah menulis instruksi
Salah menulis instruksi
Dosis keliru Patient off unit
Pemberian obat di luar Pemberian obat di luar
instruksi instruksi
Instruksi verbal Instruksi verbal dijalankan
dijalankan keliru keliru

2.1.5 Upaya Pencegahan Terjadinya Medacation Error


Berbagai metode pendekatan organisasi sebagai upaya menurunkan
medication error yang jika dipaparkan menurut urutan dampak
efektifitas terbesar menurut depkes RI (2008) dalam Susanti (2013)
yaitu :
12

a. Mendorong fungsi dan pembatasan (forcing function &


constraints) yaitu : suatu upaya mendesain sistem yang
mendorong seseorang untuk melakukan hal yang baik, contoh:
sediaan potasium klorida siap pakai dalam konsentrasi 10% Nacl
0.9%. karena sediaan di pasar dalam konsentrasi 20% (>10%)
yang mengakibatkan fatal (henti jantung dan nekrosis pada
tempat injeksi)
b. Otomasi dan komputer (Computerized Prescribing Order Entry):
membuat statis / robotisasi pekerjaan berulang yang sudah pasti
dengan dukungan teknologi, contoh : komputerisasi proses
penulisan resep oleh dokter diikuti dengan tanda” atau tanda
peringatan jika di luar standar (ada penanda otomatis ketika
digoxin ditulis 0.5g)
c. standar dan protokol, standarisasi prosedur : menetapkan standar
berdasarkan bukti ilmiah dan standarisasi prosedur (menetapkan
standar pelaporan insiden dengan prosedur baku). Kontribusi
apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi serta pemenuhan /
sertifikasi/akredetasi pelayanan penting
d. Sistem daftar tilik dan cek ulang:alat kontrol berupa daftar tilik
dan penetapan kontrol setiap langkah kritis dalam pelayanan.
Untuk mendukung efektifitas sistem ini diperlukan pemetaan
analisis titik kritis dalam sistem.
e. Peraturan dan Kebijakan : untuk mendukung keamanan proses
manajemen obat pasien. Contoh : semua resep rawat inap harus
melalui supervisi apoteker.
f. Pendidikan dan Informasi : penyediaan informasi setiap saat
tentang obat, pengobatan, dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
tentang prosedur untuk meningkatkan kompetensi dan
mendukung kesulitan pengambilan keputusan saat memerlukan
informasi.
13

g. Lebih hati-hati dan waspada: membangun lingkungan kondusif


untuk mencegah kesalahan, contoh: baca sekali lagi nama pasien
sebelum menyerahkan.
2.2 Pasien non adherent dengan treatment obat
2.2.1 Pengertian
Menurut Pantirapih (2021) Ketidakpatuhan adalah perilaku individu
dan pemberi asuhan yang tidak sesuai dengan rencana promosi
kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan oleh individu (dan atau
keluarga dan atau komunitas) serta profesional pelayanan kesehatan.
Perilaku pemberi asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketetapan,
rencana promosi kesehatan atau terapeutik secara keseluruhan dan
sebagian dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak efektif secara klinis
atau sebagian tidak efektif.
Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu dan atau pemberi
asuhan tidak mengikuti rencana perawatan atau pengobatan yang
disepakati dengan tenaga kesehatan , sehingga menyebabkan hasil
perawatan atau pengobatan tidak efektif (PPNI, 2016).
Wilkinson & Ahern (2015) dalam Pantirapih (2021) menyatakan
ketidakpatuhan adalah perilaku individu atau pemberi asuhan yang
gagal untuk menepati rencana kesehatan atau atau rencana terapeutik
yang telah disepakati oleh individu (atau keluarga, komunita) dan tenaga
kesehatan profesional. Dengan adanya rencana promosi kesehatan atau
rencana terapeutik yang disepakati, perilaku individu atau pemberi
asuhan sepenuhnya atau sebagian tidak patuh dan dapat mengakibatkan
hasil yang secara klinis tidak efektif atau hasil sebagian tidak efektif.
Ketidakpatuhan yaitu ketidakmampuan mempraktikkan perilaku
berhubungan dengan kesehatan yang dianjurkan sebagai akibat dari
kurangnya sumber (Taylor & Ralph, 2013 dalam Pantirapih, 2021).
2.2.2 Penyebab Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan
Dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan RI (2016) dalam Pantirapih
(2021) penyebab terjadinya ketidakpatuhan yaitu :
14

a. Disabilitas(misalnya、penurunan daya ingat dan gangguan


sensorik/motoric)
b. Efek samping program pengobatan dan perawatan
c. Beban pembiayaan program pengobatan / perawatan
d. Program terapi kompleks dan/atau lama
e. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan(misalnya gangguan
mobilisasi、masalah transportasi、ketiadaan orang yang merawat
anak di rumah、cuaca tidak menentu)
f. Program terapi tidak ditanggung asuransi
g. Ketidakadekuatan pemahaman(sekunder akibat defisit kognitif、
kecemasan, angguan penglihatan/pendengaran、kelelahan, kurang
motivasi)
2.2.3 Dampak Ketidakpatuhan Pasien dalam proses Terapi
Ketidakpatuhan pasien menjadi permasalahan tidak hanya di negara
maju namun juga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Angka kepatuhan yang rendah terbukti menimbulkan masalah seperti
peningkatan angka penyakit kronis beserta komplikasinya, penurunan
kualitas hidup pasien, biaya pengobatan yang membengkak dan tidak
efisien, bahkan peningkatan angka mortalitas (kematian).
Beberapa hal yang dapat dikategorikan sebagai ketidakpatuhan
pasien dalam menggunakan obat antara lain:
1. Tidak menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter
2. Dosis yang tidak sesuai (under dose ataupun over dose)
3. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya
4. Mengonsumsi obat pada waktu yang tidak tepat
5. Mengonsumsi obat yang diresepkan untuk orang lain
6. Mengonsumsi obat bersamaan dengan makanan, minuman, cairan
ataupun obat lain yang berinteraksi
7. Mengonsumsi obat yang sudah melewati masa kadaluwarsa
8. Mengonsumsi obat yang sudah rusak
15

9. Menyimpan obat-obatan tidak sesuai dengan aturan


penyimpanannya
10. Menggunakan obat yang tidak sesuai dengan cara penggunaannya
(misalnya: tablet antibiotik digerus kemudian ditaburkan pada luka)

Berbagai bentuk ketidakpatuhan tersebut dapat menimbulkan


kerugian bagi pasien sendiri, maupun bagi tenaga/sarana kesehatan.
Bagi pasien, ketidakpatuhan minum obat dapat berakibat penyakit yang
diderita tidak kunjung sembuh, semakin parah, maupun mengalami efek
samping seperti halnya apabila pasien mengonsumsi obat bersamaan
dengan makanan atau minuman atau obat lain yang tidak diperbolehkan,
dan biaya terapi yang menjadi tidak efisien. Sementara itu, bagi
tenaga/sarana kesehatan, ketidakpatuhan pasien bisa saja
menghilangkan atau mengurangi kepercayaan pasien terhadap tenaga
kesehatan karena dianggap kurang tepat dalam memberikan obat
sehingga kondisi pasien tidak membaik, padahal sebenarnya hal tersebut
terjadi akibat ketidakpatuhan dalam menggunakan obat yang diberikan.
2.2.4 Faktor Penyebab Ketidakpatuhan
Menurut Tambayong (2014) Faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan terhadap pengobatan yaitu :
1. Kurang pemahaman pasien tentang tujuan pengobatan
2. Kurang pemahaman pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang diprogramkan sehubungan dengan prognosis
penyakit yang dialami
3. Kesulitan memperoleh obat tertentu diluar rumah sakit
4. Harga obat yang mahal
5. Kurang perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin
bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat tersebut
kepada pasien .
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya tingkat
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, antara lain: faktor penyakit,
16

faktor pasien, faktor tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan serta


pemerintah.
Penyakit, terutama penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus,
dsb) harus mengkonsumsi obat dalam jangka panjang atau mungkin
seumur hidupnya, sehingga tingkat kepatuhannya lebih rendah
dibandingkan penderita penyakit atau gangguan kesehatan akut. Jumlah
dan macam obat yang diterima pasien terkait dengan kondisinya juga
berpengaruh terhadap kepatuhan, terlebih apabila obat-obat tersebut
memiliki jadwal pemakaian yang berbeda-beda ataupun perlu
digunakan dengan cara yang rumit (terutama terjadi pada pasien lanjut
usia).
Sementara dari sisi pasien, ada cukup banyak faktor yang bisa
berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien dalam menggunaan obat,
misalnya:
1. Persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang penyakit dan
kesehatan
3. Kurangnya kepercayaan terhadap efektivitas pengobatan modern
4. Pengalaman atau ketakutan akan efek samping obat, seperti
misalnya pada penggunaan obat-obatan diuretik untuk menurunkan
tekanan darah tinggi, pasien merasa terganggu dengan efek samping
obat yang menyebabkan pasien sering buang air kecil
5. Faktor lupa
6. Kondisi sosial ekonomi pasien sehingga pasien tidak memperoleh
obat yang diperlukannya karena harga obat yang tidak terjangkau
7. Kondisi cacat fisik
8. Faktor lain seperti takut mengalami ketergantungan pada obat
9. Kurangnya kesadaran untuk melakukan modifikasi gaya hidup
untuk menunjang keberhasilan terapi

Tenaga kesehatan sepeti dokter, bidan, apoteker, perawat, dan ahli


gizi, memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien agar terapi yang
17

dilakukan berhasil. Faktor yang berasal dari tenaga kesehatan yang


dapat mengurangi tingkat kepatuhan pasien antara lain:
1. Kurangnya komunikasi dua arah yang antara pasien dengan tenaga
kesehatan terkait penyakit, obat (mencakup jenis, jumlah, kegunaan,
dosis, cara pakai obat), diet dan perubahan gaya hidup yang
diperlukan pasien, maupun mengetahui hambatan yang dihadapi
pasien dalam menjalankan terapi
2. Kurangnya kolaborasi interprofesi antara satu tenaga kesehatan
dengan tenaga kesehatan yang lain untuk mewujudkan praktek
pengobatan yang ideal dan mendukung kesembuhan pasien
2.2.5 Beberapa Cara yang dapat diupayakan untuk Meningkatkan
Kepatuhan
1. Pasien
Faktor yang terpenting adalah bagaimana pasien dapat menerima
kondisi klinis tertentu yang mengharuskan pasien menjalani terapi.
Dengan demikian pasien termotivasi untuk sembuh dengan cara
menggunakan obat-obatan yang diterimanya secara patuh serta
melakukan perubahan gaya hidup untuk mendukung kesembuhan.
Faktor psikologis lain seperti ketakutan akan peralatan medis atau
takut mengalami ketergantungan obat dapat diatasi dengan
pemberian informasi yang cukup dan pendampingan dari keluarga
dan tenaga kesehatan. Pendamping Minum Obat (PMO) memegang
peranan penting bagi peningkatan kepatuhan pasien terutama
pasien-pasien lanjut usia dan pasien dengan penyakit kronis seperti
diabetes mellitus, hipertensi, TBC, dan lain sebagainya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk factor lupa, misalnya :
1. Menggunakan kotak pengingat minum obat, terutama untuk
obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang dan kontinu
2. Memasang jam alarm atau pengingat (reminder) pada telepon
genggam
18

3. Membuat poster kecil yang diletakkan di tempat yang selalu


didatangi pasien setiap hari, contoh: kaca wastafel, di sudut
tempat tidur, atau di meja kantor
2. Tenaga kesehatan
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat, seluruh
tenaga kesehatan harus berkolaborasi sesuai dengan keahlian
masing-masing. Praktek kolaborasi ini terbukti dapat meningkatkan
keberhasilan terapi dan kualitas kesehatan secara komprehensif,
karena pasien mendapatkan pemeriksaan, menerima obat,
mendapatkan perawatan dan pendampingan dari tenaga yang
kompeten.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
klasifikasi dari medication error yaitu prescribing (keslaahan dalam
penulisan resep), transcribing (kesalahan terjadi pada saat
pembacaan resep untuk proses dispensing, antara lain salah
membaca resep karena tulisan yang tidak jelas), dispensing (terjadi
pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas apotek.
Salah satu kemungkinan terjadinya error adalah salah dalam
mengambil obat dari rak penyimpanan karena kemasan atau nama
obat yang mirip atau dapat pula terjadi karena berdekatan letaknya.),
dan administering (kesalahan yang terjadi pada proses penggunaan
obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau
keluarganya.).
Ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan pemberi
asuhan yang tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau
terapeutik yang ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga dan atau
komunitas) serta profesional pelayanan kesehatan. Perilaku pemberi
asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketetapan, rencana
promosi kesehatan atau terapeutik secara keseluruhan dan sebagian
dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak efektif secara klinis atau
sebagian tidak efektif.
3.2 Saran
Dengan adanya teori yang menjelaskan tentang pemeriksaan
yang digunakan untuk mencegah medication error serta
mengevaluasi alasan-alasan pasien non adherent degan treatment
obat dapat digunakan sebagai informasi dan masukan tentang teori
keperawatan bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran.

19
DAFTAR PUSTAKA
Tambayong, Jan. 2014. Farmakologi Keperawatan, Ed. 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Kusharwanti, Wara. 2021. Patuh Minum Obat, Untuk Kualitas Hidup Yang Lebih
Baik. Yogyakarta: Salemba Medika.
Farida B. (2019). Gambaran Kejadian Medication Error Di Rumah Sakit Dr.
Tadjuddin Chalid Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar Repository.
Susanti, Ika. (2013). Identifikasi Medication Error Pada Fase Prescribing,
ranscribing, Dan Dispensing Di Depo Farmasi Rawat Inap Penyakit Dalam
Gedung Teratai, Instalasi Farmasi Rsup Fatmawati. Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Repository.
Maalangen, Tiansi Veren, Citraningtyas , Gayatri, Wiyono, Weny I. (2019).
Pharmacon. Identifikasi Medication Error Pada Resep Pasien Poli Interna Di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. Iii Manado, 8 (2), 434-441.
Khairurrijal, M. A. W, Putriana, Norisca Aliza. (2017). Majalah Farmasetika.
Medication Erorr Pada Tahap Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan
Administration, 2 (4), 8-13.

20

Anda mungkin juga menyukai