Anda di halaman 1dari 12

Program Studi Diploma III KeperawatanTanjungkarang

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN


AKIBAT PATOLOGI SISTEM INTEGUMEN DAN IMUN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ALERGI

NamaMahasiswa : Idealti Ajeng Soleha

NIM : 1814401013

Semester / TA : 5/ 2020/2021

Kelas : Tingkat 3/Reguler 1

2020

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATANMEDIKAL BEDAH
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA MEDIS
·      Menurut KBBI3, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman
penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk, keadaan
udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan untuk sebagian besar orang
·      Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing tertentu
yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak berbahaya bagi tubuh. Alergen
masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga
timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
·      Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki alergi
memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat biasanya tidak berbahaya di
lingkungan.
·      Hipersensitifitas atau alergi dapat didefinisikan sebagai setiap reaksi imunologi yang
menghasilkan kerusakan jaringan dalam individu.
·      Menurut Van Pirquet ( 1906 ) Hipersensitifitas atau alergi adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen sehingga terjadi
gejala – gejala patologis.
·      Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya
nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau
bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan
hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
·      Alergi merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau pajanan zat asing
(allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen tersebut untuk kebanyakan
orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan
penyakit
·      Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat reaksi
imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan merupakan factor penting, factor
genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di abaikan. Adanya alergi terhadap suatu allergen
tertentu menunjukan bahwa seseorang pernah terpajan dengan allergen tersebut sebelumnya.
·      Kesimpulannya suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai
tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-
bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak membahayakan dan
tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang
alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi
disebut "allergens".

A.2. ETIOLOGI
Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda penolakan dari
bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan
sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi tersebut disebut allergens. Contoh
allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan.

Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis rumput tertentu, jenis
pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin), seafood, telur, kacang (kacang
panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya), susu, jagung dan tepung
jagung, sengatan serangga (bulu binatang kecoa dan kutu) dan debu dan kutu. Yang juga tidak
kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai yaitu penggunaan obat-
obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara jelas namun adapun
beberapa factor yang menyebabkan adalah:
a.   Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet, aspirin, debu, bulu
binatang, dan lain sebagainya.
b.   Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang
ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
c.   Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang berlebihan.
Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di masa lampau pernah
mengalami gejala serupa.
Cara lain pengelompokan jenis allergen dapat sebagai berikut:
a.    Didalam Udara Yang Kita Napas
·      Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
·      Tungau
·      Protein-protein binatang: dander, kulit, dan/atau urin
·      Spora-spora jamur
·      Bagian-bagian serangga: kacoa-kacoa
b.    Didalam Apa Yang Kita Makan
·      Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi alergi adalah susu
sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-kacangan, kacang-kacang tumbuhan, kedele, dan
gandum.
·      Obat-obatan (ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan aspirin
c.    Menyentuh kulit Kita
·      Latex (menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
·      Tumbuh-tumbuhan (poison ivy and oak)
·      Zat pewarna (Dyes)
·      Bahan-bahan kimia
·      Logam-logam (nickel)
·      Kosmetik-Kosmetik

d.    Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh


·      Racun serangga
·      Obat-obatan
·      Vaksin-vaksin (termasuk suntikan alergi)
·      Hormon-hormon (contohnya, insulin)

A.3. TANDA & GEJALA


Gejala klinis alergi biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran nafas,
saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala sering
kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan dan obat-obatan tertentu bisa menyebabkan gejala
tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa menimbulkan gejala lain. Pada seseorang
makanan atau obat yang satu bisa mempunyai organ sasaran yang lain dengan factor  yang lain,
misalnya udang menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu
sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis.
Bischop (1990) mendapatkan pada penderita yang alergi susu sapi : 40% dengan gejala asma,
21% eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa :
urtikaria, angionerotik udema, pucat, muntah, diare, eksema dan asma.
Berikut gejala umum dari suatu reaksi alergi terhadap alergen yang terhirup atau kulit meliputi:
·      Gatal
·      mata berair
·      Bersin
·      hidung beringus
·      Ruam
·      Merasa lelah atau sakit
·      Hives (gatal-gatal dengan bercak merah dibangkitkan)
Eksposur lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbeda:
·      Alergi makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga bisa menyebabkan kram perut,
muntah, atau diare.
·      Sengatan serangga. Reaksi alergi terhadap sengatan dari lebah atau serangga lain menyebabkan
pembengkakan lokal, kemerahan, dan nyeri
Kerasnya reaksi alergi, gejala dapat sangat bervariasi:
·      Gejala ringan mungkin tidak begitu kentara, hanya membuat Anda merasa sedikit,
·      Sedang gejala dapat membuat Anda merasa sakit, seolah-olah Anda, mendapat flu atau bahkan
dingin.
·      Parah reaksi alergi sangat tidak nyaman, bahkan melumpuhkan.
Reaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis. Dalam anafilaksis, alergen menyebabkan
reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat mencakup:
·      Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di daerah terbuka)
·      Mengi atau sesak napas
·      Suara serak atau sesak di tenggorokan
·      Kesemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala
A.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG & HASILNYA SECARA TEORITIS
Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind Placebo
Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan provokasi
terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan makanan yang
dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau tidak ada
perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
 pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah,
bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).
·         Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml
disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
·         IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar
IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau
mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
·         Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked
immuno assay).
·         Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test), uji
provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi untuk alergi
makanan.

A.5. PENATALAKSANAAN MEDIS


Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebab dan eliminasi.
·      Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor
atau kortikosteroid per oral atau local.
·      Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan dilakukan imunoterapi
melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau netralisasi
Ada beberapa cara untuk mengobati reaksi alergi. Piliha tentang pengobatan dan bagaimana cara
pemberian disesuaikan dengan gejala yang dirasakan.
a.   Untuk jenis alergi biasa, seperti reaksi terhadap debu atau bulu binatang, pengobatan yang di
lakukan dilakukan disarankan adalah:Prescription anthistamines, seperti cetirizine (Zyrtec),
fexofenadine (allerga), dan loratadine (Claritin), dapat mengurangi gejala tanpa menyebabkan
rasa ngantuk. Pengobatan ini dilakuan sesaat si penderita mengalami reaksi alergi. Jangka waktu
pemakaian hanya dalam satu hari, 24 jam. Nasal corticosteroid semprot. Cara pengobatan ini di
masukan ke dalam mulut melalui injeksi. Berkerja cukup ampuh dan aman dalam penggunaan,
pengobatan ini tidak menyebabkan efek samping. Alat semprot bias digunakan beberapa hari
untuk meredakan reaksi alergi, dan harus dipakai setiap hari. Contoh: fluticasone (Flonase),
mometasone (Nasonex), dan triamcinolone (Nasacort).
b.   Untuk  reaksi alergi spesifik. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk menekan
gejala yang mengikuti : Epinephrine, Antihistamines, seperti diphenhydramine
(Benadryl), Corticosteroids.
c.   Pengobatan lain yang bisa diberikan jika dibutuhkan :
Pada orang tertentu, cromolyn sodium semprot mencegah alergi rhinitis, inflamasi di hidung.
Decongestan dapat menghilangkan ingus pada sinus. Tersedia dalam bentuk cairan yang
dimasukan ke mulut dan semprot. Digunakan hanya beberapa hari, namun terjadi efeksmping
tekanan darah yang meningkat, detang jantung yang menguat , dan gemetaran.

A.6. PATHWAY (Dibuatskemahinggamunculmasalahkeperawatan )


B. ASUHAN KEPERAWATAN
B.1. DAFTAR DX KEPERAWATAN YG MUNGKIN MUNCUL PADA
KASUS(Minimal 3
diagnosisKeperawatan) &DEFINISI MASALAH KEPERAWATAN SECARA
TEORITIS
(Lihat buku SDKI, SLKI dan SIKI)

1) Diagnosis Keperawatan : resiko alergi b.d bulu hewan( kucing)


Definisi : beresiko mengalami stimulasi respon imunitas yang berlebihan akibat terpapar
alergen
DS & DO Yang mendukung
DS : klien mengatakan kulit terasa gatal
DO : klien terlihat menggaruk kulit

Tujuan : rasa gatal (elergen) hilang


Setelah diberikan asuhan keperawatan selama  3x 24  jam diharapkan pasien dapat
mengontrol factor resiko alergi 
kriteria hasil :
1.     Pasien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah alergi ( skala 5 )
2.     Pasien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal ( skala 5 )
3.     Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah alergi ( skala 5 )
4.     Mampu mengenali perubahan position kesehatan ( skala 5 )

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


Kaji pasien tentang riwayat reaksi sistemik terhadap karet/ natural latex

1. Kaji pasien tentang riwayat alergi


2.  Catat resiko serta riwayat alergi pasien pada catatan medis pasien
3. Mengkaji lingkungan serta menjauhkan pasien dari bulu hewan kucing
4.    Fasilitasi pasien dengan pengobatan yang sesuai
5.   Monitor pasien mengenai tanda-tanda serta gejala sistemik
6.  Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang factor resiko yang dapat
menyebabkan alergi bulu hewan
2) Diagnosis Keperawatan : Gangguan Rasa Nyaman b/d reaksi fisiologis ( Pruritus yang
Dialami Pasien )
Definisi : perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial.
DS & DO Yang mendukung
Ds: klien mengatakan tidak nyaman karena kulit terasa gatal dan bintik merah
Do: klien tampak menggaruk bagian kulit yang gatal
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X 24 jam, diharapkan tidak
terdapat respon dengan criteria hasil :

 Pasien melaporkan merasa nyaman


·         Rasa gatal pada kulit pasien dapat berkurang
·           Klien tidak gelisah serta meringis

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


1. Instruksikan pada pasien dan keluarga pasien agar tidak menggaruk kulit dengan kuku.

2.     Instruksikan jika menggaruk menggunakan ujung jari dan bukan menggunakan kuku
3.     Instruksikan agar pasien tetap memiliki kuku yang pendek.
4.     Istrusikan pasien mandi sekali atau 2 kali dalam seminggu sesuai kebutuhan.
5.     Kolaborasi antihistamin topical atau oral sesuai kebutuhan.

3) Diagnosis Keperawatan : Gangguan Pola Tidur b/d reaksi fisiologis ( Pruritus yang
Dialami Pasien )
Definisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
DS & DO Yang mendukung
Ds : klien mengatakan sulit tidur karena merasa gatal pada kulit
Do : klien tampak mengantuk
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam gangguan pola
tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:

1.     Jumlah jam tidur dalam batas normal


2.    Pola tidur,kualitas dalam batas normal
3.    Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat
4.   Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


  1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
2.     Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3.     Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
4.     Ciptakan lingkungan yang nyaman
5.     Kolaburasi pemberian obat tidur
6. melakukan tekniki relaksasi

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Buku SDKI edisi 1

Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna Pustaka.


Dochterman, Joanne Mccloskey. 2000. Nursing Intervention Classification. America : Mosby.
Swanson, Elizabeth. 2004. Nursing Outcome Classification. America: Mosby
Williams, Lipincott & Wilkins.2011.Nursing: Memahami Berbagai Macam
Penyakit.Jakarta:Indeks
Brunner & Suddarth.2

Anda mungkin juga menyukai