VASKULITIS
Logo rs
Oleh:
Mita Sofiani
219041010..
Dosen Pembimbing
dr. …, Sp.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita menuju jalan kebenaran sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah
antara yang baik dan buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, yaitu dr. …, Sp… yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sehingga dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Referat ini membahas terkait definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, dan manajemen penatalaksanaan, prognosis, KIE.
Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh karena itu kami
dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang membangun sehingga dapat membantu
dalam penyempurnaan dan pengembangan penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalahini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
REFERAT.................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................................2
1.4. Manfaat......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1. Definisi........................................................................................................................3
2.2. Etiologi........................................................................................................................3
2.3. Patofisiologi................................................................................................................3
2.4. Klasifikasi...................................................................................................................4
2.5. Gambaran Klinis.......................................................................................................6
2.6. Diferential Diagnosis.................................................................................................8
2.7. Penegakan Diagnosis.................................................................................................8
2.8. Pemeriksaan penunjang............................................................................................8
2.9. Penatalaksanaan......................................................................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penegakan diagnose dari vasculitis juga membutuhkan pemeriksaan yang rumit mulai
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Mengedukasi pasien tentang
tanda dan gejala, dan memantau efek samping yang khas sangat membantu. Banyak pasien
akan mengalami perjalanan penyakit yang relatif jinak, dengan sendirinya, terutama jika
penyakitnya terbatas pada kulit; namun, untuk pasien dengan penyakit agresif, seperti
vasculitis dengan ANCA, sangat penting untuk memulai pengobatan tanpa penundaan
(Sharma et al., 2011). Sehingga diperlukan pemahaman para dokter dalam mengenali serta
1
mengobati pasien dengan vasculitis. Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
membuat referat dengan topik vasculitis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Vaskulitis adalah inflamasi pada dinding pembuluh darah, yang dapat berupa
vaskulitis primer atau sekunder akibat penyakit yang mendasari. Vaskulitis ditandai dengan
adanya infiltrasi sel inflamasi dan diikuti oleh nekrosis dinding pembuluh darah. Proses
inflamasi pada pembuluh darah dapat muncul dalam banyak bentuk klinis tergantung pada
ukuran pembuluh darah yang dikenai dan lokasi yang terlibat. Pembuluh darah yang terkena
dapat arteri atau vena dengan berbagai ukuran, dengan penyebab primer atau sekunder akibat
penyakit lain seperti infeksi, penyakit kolagen, keganasan atau akibat obat (Hidayat and
Raveinal, 2020).
2.2. Etiologi
Hingga saat ini belum diketahui apa penyebab vaskulitis. Beberapa tipe vaskulitis
berhubungan dengan faktor genetik, sedangkan jenis vaskulitis lain terjadi akibat gangguan
sistem kekebalan tubuh yang berbalik menyerang pembuluh darah. Gangguan sistem imun
tersebut dapat dipicu oleh beberapa kondisi, seperti (Shiel, 2018):
3
diketahui. Banyak vaskulitis pembuluh kecil memiliki kekurangan simpanan imun vaskuler
dan oleh karena itu, mekanisme lain dari vaskulitis pauci-imun ini masih terus diteliti
(Sharma et al., 2011).
2.4. Klasifikasi
Banyak klasifikasi vaskulitis yang telah diajukan. Salah satunya American College of
Rheumatology memiliki kriteria klasifikasi untuk tujuh vaskulitis primer yaitu: polyarteritis
nodosa, Churg-Strauss syndrome, Wegener granulomatosis, hypersensitivity vasculitis,
Henoch-Schönlein purpura, giant cell arteritis, dan Takayasu arteritis. Kriteria American
College of Rheumatology dirancang untuk studi penelitian, tetapi sering digunakan sebagai
diagnosis. Namun ACR tidak memasukkan uji antineutrophilic cytoplasmic antibody
(ANCA), biopsy, dan angiografi sebagai diagnosis vasculitis. Sehingga dianggap kriteria
diagnosis ini memiliki reliabilitas yang jelek ketika diaplikasikan ke kasus (Sharma et al.,
2011).
Kemudian pada tahun 1994 Chapel Hill Consensus Conference mengusulkan sebuah
nomenklatur yang mendefinisikan 10 vaskulitis primer berdasarkan ukuran pembuluh (besar,
sedang, dan kecil; Tabel 1). Nomenklaturnya mencakup poliangiitis mikroskopis dan
mendefinisikannya sebagai vaskulitis yang melibatkan pembuluh mikroskopis (arteriol,
venula, dan kapiler kecil) yang tidak ada pada American College of Rheumatology.
Poliangiitis mikroskopis dibedakan dari poliarteritis nodosa dengan adanya keterlibatan
pembuluh darah mikroskopis. Dimana pada poliarteritis nodosa didefinisikan tidak
melibatkan pembuluh darah mikroskopis, termasuk tidak ada glomerulonefritis. Nomenklatur
tersebut juga menekankan pentingnya pengujian ANCA dalam diagnosis vaskulitis,
khususnya dalam membedakan granulomatosis Wegener dan poliangiitis mikroskopis pada
orang dengan keterlibatan paru dan ginjal. Keuntungan dari nomenklatur Konferensi
Konsensus Chapel Hill adalah kejelasan dan kesederhanaannya. Namun, kegunaannya
sebagai krteria diagnostic juga dipertanyakan. Tidak ada standar diagnostik yang
direkomendasikan untuk vaskulitis. Sehingga baik klasifikasi dari American College of
Rheumatology maupun Nomenklatur Chapel Hill Consensus Conference dapat digunakan
(Sharma et al., 2011).
Vaskulitis Deskripsi
Pembuluh darah kecil
4
Churg Strauss syndrome Peradangan kaya eosinofil dan granulomatosa yang
melibatkan saluran pernapasan; vaskulitis nekrotikans
dari pembuluh kecil sampai sedang; berhubungan
dengan asma.
Cutaneus leukocytoclastic
Angiitis Angiitis leukositoklastik kulit terisolasi tanpa vaskulitis
sistemik atau glomerulonephritis.
Essential cryoglobulinemic
vasculitis Vaskulitis, dengan deposit imun krioglobulin, mengenai
kapiler, venula, atau arteriol; terkait dengan krioglobulin
serum; sering pada kulit dan glomeruli.
Henoch-Schönlein purpura
deposit imun Imunoglobulin A, mempengaruhi kapiler,
venula, atau arteriol; biasanya melibatkan kulit, usus,
dan glomeruli; berhubungan dengan arthralgia atau
Microscopic polyangiitis arthritis.
Polyarteritis nodosa Peradangan nekrosis pada arteri sedang atau kecil tanpa
disertai glomerulonefritis atau vaskulitis di arteriol,
5
kapiler, atau venula.
Pembuluh darah besar
Giant cell (temporal) Arteritis granulomatosa pada aorta dan cabang utamanya,
arteritis dengan predileksi pada cabang ekstrakranial dari arteri
karotis; sering melibatkan arteri temporal; berhubungan
dengan polymyalgia rheumatica.
6
Henoch- Kulit, GIT, ginjal, 3-8
Schönlein sendi
purpura Purpura, arthritis, abdominal
pain, gastrointestinal bleeding,
Microscopic Kulit, paru-paru, 50-60 glomerulonephritis.
polyangiitis jantung, ginjal,
hepar, GIT Palpable purpura, pulmonary
hemorrhage, glomerulonephritis.
Wegener Saluran pernapasan 40-50
granulomatosis atas dan bawah,
ginjal Pneumonitis with bilateral
nodular and cavitary infiltrates,
mucosal ulceration of
nasopharynx, chronic sinusitis,
glomerulonephritis.
Pembuluh darah sedang
Kawasaki Arteri coroner, 2-4 Fever, conjunctivitis,
disease aorta dan desquamating skin rash,
percabangannya pembesaran limfonodi cervical.
7
pada jari, , visual disturbances,
hypertension, neurologic deficit
Vaskulitis sistemik primer sulit didiagnosis karena manifestasi klinisnya mirip dengan
beberapa kondisi infeksi, neoplastik, dan autoimun. Upaya pertama yang harus dilakukan
yaitu menyingkirkan keganas dan penyakit menular. Usia pasien, jenis kelamin, dan asal
demografi atau etnis juga perlu diperimbangkan. Terakhir, jenis dan tingkat keterlibatan
organ serta ukuran pembuluh darah yang terlibat harus ditentukan. Gejala spesifik organ
tertentu mungkin merupakan petunjuk yang mengarah ke diagnosis yang lebih spesifik
(Tabel 2). Diagnosis pasti dari vaskulitis sistemik harus dibuat dengan adanya gejala khas
dan tanda vaskulitis dan setidaknya salah satu dari berikut ini yaitu: bukti histologis
vaskulitis; tes serologi ANCA positif; atau bukti tidak langsung spesifik dari vasculitis
(Sharma et al., 2011).
8
banyak tempat, terutama infeksi. LED dan CRP yang normal dapat terjadi
pada vaskulitis bila penyakit tidak aktif, dan tidak dapat menyingkirkan
diagnosis vaskulitis. Pada pasien dengan giant cell arthritis, peningkatan LED
dapat menunjagn diagnosis dan dapat berguna untuk pemantauan penyakit bila
dikombinasikan dengan gambaran klinis yang sesuai (Sharma et al., 2011).
c. Renal Function Test dan Urinalisis
Pengukuran ureum dan serum kreatinin, serta urinalisis harus
dilakukan pada setiap pasien dengan dugaan vaskulitis. Proteinuria dan
hematuria menunjukkan kemungkinan glomerulonefritis. Pemantauan
kreatinin dan urinalisis berguna untuk mendeteksi perubahan aktivitas
penyakit. Selain itu juga berguna untuk mengidentifikasi toksisitas kandung
kemih pada pasien yang diobati dengan siklofosfamid (Sharma et al., 2011).
d. Liver Function Test
Kadar bilirubin dan enzim hepar (aspartat dan alanin transaminase,
alkali fosfatase, γ-glutamyltransferase) dapat memberikan petunjuk adanya
vaskulitis yang mempengaruhi hepar, seperti poliarteritis nodosa. Tes fungsi
hepar serial juga penting dalam memantau pasien yang diobati dengan obat
hepatotoksik, seperti methotrexate dan azathioprine (Imuran) (Sharma et al.,
2011).
e. Antibody Citoplasma Antineutrophil (ANCA)
ANCA merupakan kelompok autoantibodi heterogen yang langsung
melawan enzim yang ditemukan dalam neutrofil. Ada dua jenis ANCA
berdasarkan pola imunofluoresensi tidak langsung: sitoplasma dan
perinuklear. Antigen terkait yang paling umum diidentifikasi oleh enzim
immunoassay adalah proteinase 3 untuk ANCA sitoplasma dan
myeloperoksidase untuk ANCA perinuklear. Pada pasien dengan vaskulitis
didapatkan hasil ANCA positif. Semua hasil ANCA positif berdasarkan
imunofluoresensi harus dikonfirmasi dengan enzyme immunoassay (Sharma
et al., 2011).
Gangguan yang ditandai dengan ANCA yang bersirkulasi disebut
vasculitis dengan ANCA, termasuk sindrom Churg-Strauss, polangiitis
mikroskopis, dan granulomatosis wegener. Jenis ANCA mana pun dapat
terjadi pada pasien dengan vaskulitis pembuluh darah kecil dengan ANCA,
9
tetapi ANCA sitoplasma biasanya ditemukan pada granulomatosis Wegener,
dan ANCA perinuklear biasanya ditemukan pada poliangiitis mikroskopis dan
sindrom Churg-Strauss. ANCA adalah penanda kuantitatif yang berguna untuk
kondisi ini, dan levelnya mencerminkan derajat peradangan. Dengan
demikian, ANCA meningkat selama kekambuhan dan berguna dalam
memantau respons terhadap pengobatan. Kadar ANCA yang tetap adalah
prediktor respon yang buruk terhadap pengobatan.
Kira-kira 10% pasien dengan granulomatosis Wegener atau poliangiitis
mikroskopis memiliki hasil tes ANCA negatif; oleh karena itu, hasil negatif
tidak sepenuhnya mengesampingkan penyakit ini. Selain itu, ANCA telah
dilaporkan ada dalam kondisi lain, seperti infeksi, penyakit radang usus, dan
vaskulitis yang diinduksi obat (Sharma et al., 2011).
2.8.2. Histologi
Untuk melakukan pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan biopsy.
Diagnosis pasti vaskulitis ditegakkan dengan biopsi jaringan yang terlibat
(misalnya kulit, sinus, paru-paru, arteri, saraf, ginjal), yang menentukan pola
peradangan pembuluh darah. Adanya imunoglobulin dan komplemen yang
ditemukan oleh imunofluoresensi pada bagian jaringan dapat membantu dalam
menegakkan jenis vaskulitis tertentu. Biopsi sangat penting untuk menyingkirkan
penyebab lain, tetapi hasil biopsi negatif tidak menyingkirkan diagnose vasculitis
(Sharma et al., 2011).
2.8.3. Radiologi
a. Chest Radiography
Kelainan nonspesifik yang dapat dilihat pada radiografi dada meliputi infiltrat,
nodul, konsolidasi, efusi pleura, dan kardiomegali. Temuan ini dapat terjadi di
banyak penyakit, tetapi jika tidak dapat dijelaskan penyebabnya, dapat
meningkatkan kecurigaan terhadap vasculitis (Sharma et al., 2011).
b. Angiografi
Angiografi dapat menunjukkan oklusi vaskular dan aneurisma. Diagnosis
poliarteritis nodosa dapat dipastikan dengan mendeteksi aneurisma di arteri
mesenterika dan ginjal. Meskipun angiografi konvensional masih diterima
sebagai modalitas diagnostic, tetapi CT-angiografi dan MRI-angiografi lebih
direkomendasikan karena dapat memberikan informasi berharga mengenai
patologi intraluminal dan penebalan dinding pembuluh darah. Teknik ini telah
10
digunakan untuk diagnosis dan pemantauan arteritis Takayasu dan Kawasaki
(Sharma et al., 2011).
c. Ekokardiografi
Transthoracic echocardiography mendeteksi kelainan arteri coroner pada
penyakit Kawasaki. Sekitar 40 persen anak dengan penyakit Kawasaki
mengalami lesi arteri koroner (ektasia atau aneurisma) pada ekokardiografi.
Selain itu, Ekokardiografi digunakan untuk menilai aliran darah arteri koroner
dan derajat stenosis koroner pada pasien dengan Takayasu arteritis (Sharma et
al., 2011).
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat berguna untuk diagnosis dan pemantauan vasculitis
pembuluh darah besar. Pasien dengan giant cell arthritis mungkin akan
terlihat adanya stenosis, oklusi, atau halo sign(area gelap di sekitar arteri
akibat edema dinding (Sharma et al., 2011).
pembuluh) dari arteri temporalis superfisial.
e. Computed Tomography
Computed tomography adalah nilai diagnostik pada pasien dengan
granulomatosis sinonasal Wegener. Dapat ditemukan penebalan mukosa
hidung dan destruksi punctate bony (tulang berongga), terutama di garis
tengah. Nodul atau massa dapat dilihat pada CT scan dada pada sekitar 90
persen pasien dengan granulomatosis Wegener (Sharma et al., 2011).
11
Tabel 3. Pemeriksaan Penunjang Vaskulitis Sistemik
12
2.9. Penatalaksanaan
Perawatan mencakup tiga fase: induksi, maintenance, dan pengobatan rekuren. Berdasarkan
tingkat keparahan dan luasnya penyakit membagi pasien menjadi tiga kelompok: mereka
dengan penyakit lokal atau dini, mereka dengan penyakit umum dengan keterlibatan organ
terancam , dan mereka yang menderita penyakit parah atau mengancam jiwa (Sharma et al.,
2011).
13
steroid. Terapi biologis yang ditargetkan untuk sistem kekebalan dapat digunakan
untuk vaskulitis sistemik, terutama untuk pasien yang terapi konvensionalnya telah
gagal. Agen seperti infliximab, etanercep, adalimumab, rituximab, anakinra, dan
globulin imun intravena dapat digunakan pada penyakit berulang.
14
Tabel 4. Penatalaksaan Vaskulitis Sistemik
15
B
AB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Sharma, P. et al. (2011) ‘Systemic vasculitis’, American Family Physician, 83(5), pp. 556–
565. doi: 10.5005/jp/books/10921_108.
17