Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nabila Salsabill Putri

NIM : 21904101047
Stase : Ilmu Farmasi Kedokteran
Dosen : Dr. H. Yudi Purnomo, S.Si., Apt., M.Kes

Tugas Farmakoterapi Dislipidemia


1. An. Miluver, 10 tahun dibawa orang tuanya ke dokter karena berat badan melebihi
batas hingga kesulitan beraktifitas, hasil pemeriksaan profil lipid menunjukkan
peningkatan kadar LDL kolesterol = 200 mg/dL dan kolesterol total = 310 mg/dL. Apa
diagnose pasien tersebut dan bagaimana penatalaksanaan kasus ini serta tulis
peresepannya.
Jawab:
a. Diagnosa
Berdasarkan hasil pemeriksaan profil lipid didapatkan peningkatan kadar LDL dan total
kolesterol. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien menderita hiperlipidemia.
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada kasus hiperlipidemia adalah modifikasi gaya hidup dan diet.
Pada pasien anak dengan faktor resiko rendah (dalam kasus ini obesitas) kadar level LDL dalam
darah sebanyak 200 mg/dL perlu diberikan terapi farmakologis dengan tujuan menurunkan level
LDL terutama pada pasien dengan riwayat genetik dislipidemia, dengan target penurunan kadar
kolesterol LDL <160 mg/dL. Obat yang paling efektif untuk menurunkan LDL adalah golongan
statin. Obat golongan statin relatif aman untuk anak 10 tahun keatas. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Hedman et al. sejak tahun 2003 hingga 2006 menyatakan Pravastatin dengan
dosis 10 mg per hari selama 8 minggu dapat menurunkan LDL setelah 21 hari penggunaan.
Selain itu, penggunaan golongan cholestyramine juga dapat diberikan sebagai pengganti
golongan statin.
c. Resep
4 n+ 20
Dosis anak (Da) = x Dosis dewasa
100
(4 x 10)+20
Da = x 10 = 6 mg
100
R/ Pravastatin tab 6 mg
Saccharum lactis qs
m.f. la pulv d.t.d. No. XXI
S.1.d.d.pulv.I.p.c. (Paraf)

2. Tn. Noer, 60 tahun, Pensiunan datang ke dokter dengan keluhan sakit kepala
khususnya di bagian tengkuk sejak 1 bulan terakhir. Pemeriksaan laboratorium
menujukkan Trigliserida = 400 mg/dl, Kolesterol total = 200 mg/dl, LDL= 130 mg/dl,
HDL= 40 mg/dl. Pasien memiliki riwayat Hiperurisemia dan sudah diberikan obat. Apa
diagnose pasien tersebut dan bagaimana penatalaksanaan farmakologi kasus berikut
serta tulis peresepannya?

Jawab:
a. Diagnosa
Berdasarkan hasil anamnesa, didapatkan adanya keluhan sakit kepala dibagian tengkuk sejak
1 bulan terakhir dan pasien memiliki riwayat hiperurisemia dan sudah diberikan obat. Pada
pemeriksaan profil lipid didapatkan peningkatan Trigliserida 400 mg/dL (N = < 150 mg/dL),
LDL kolesterol 130 mg/dL (N = < 100mg/dL), HDL 40 mg/dL (N = > 60mg/dL) dan Total
kolesterol 200 mg/dL (N = < 200 mg/dL). Oleh sebab itu pasien di diagnosa dengan dislipidemia
dengan hiperurisemia.
b. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada kasus dislipidemia adalah modifikasi gaya hidup dan diet.
Pemberian obat pada pasien bisa menggunakan golongan asam fibrat dan niasin. Namun, karena
pasien memiliki riwayat hiperurisemia, maka pemberian niasin tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi hiperurisemia pada pasien. Pada pasien ini diberikan golongan Fibrat yaitu
Fenofibrat 100 mg 1 kali sehari dan diminum pada malam hari, pemilihan ini didasarkan pada
jumlah trigliserida dan LDL yang sangat tinggi. Pasien tidak di resepkan obat untuk
hiperurisemia karena pada saat anamnesa pasien telah mendapatkan obat untuk hiperurisemia.
c. Resep
R/ Fenofibrate tab 100 mg No. XXX
S 1 d.d.tab.I.p.c.o.n. (Paraf)
3. Ny. Elenora, 35 tahun, BB=80 kg, Tb=150 cm pergi ke dokter dengan keluhan sakit
kepala dan tengkuk. Pemeriksaan laboratorium menujukkan Trigliserida = 180 mg/dl,
Kolesterol total = 300 mg/dl, LDL= 160 mg/dl, HDL= 40 mg/dl. Pasien sedang hamil 28
minggu. (a) Apa diagnose pasien ini berdasarkan data klinis dan laboratorium? (b)
bagaimana penatalaksanaan kasus ini secara farmakologi dan berikan alasannya? (c)
serta tuliskan peresepannya.

Jawab:
a. Diagnosa
Berdasarkan hasil anamnesa, didapatkan adanya keluhan sakit kepala dan dibagian tengkuk.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 80 kg, tinggi badan 150 cm dan saat ini pasien
sedang hamil 28 minggu. Pada pemeriksaan profil lipid didapatkan peningkatan Trigliserida 180
mg/dL (N = < 150 mg/dL), LDL kolesterol 160 mg/dL (N = < 100mg/dL), HDL 40 mg/dL (N =
> 60mg/dL) dan Total kolesterol 300 mg/dL (N = < 200 mg/dL). Oleh sebab itu pasien di
diagnosa dengan dislipidemia dalam kehamilan.
b. Penatalaksanaan
Pada ibu hamil kondisi dislipidemia dapat terjadi, karena terjadi perubahan normal pada
metabolisme lipid. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, konsentrasi lipid meningkat,
hal ini berfungsi untuk perkembangan janin. Farmakoterapi hiperlipidemia pada ibu hamil masih
terbatas. Untuk obat hiperlipidemia kategori B adalah golongan Bile Acid Squestrant (BAR)
yaitu colesevelam dan mipomersen. Obat Mipomersen sudah tidak produksi lagi dan studi pada
colesvelam masih terbatas, hanya digunakan ketika terdapat resiko pre-eclampsia. Tatalaksana
utama dislipidemia pada ibu hamil adalah diet rendah karbohidrat, rendah lemak jenuh dan rutin
senam hamil.
c. Resep
R/ Colesvelam tab 625 mg No. XLII
S 2 d.d.tab.III.p.c. (Paraf)

4. Ny. Hepi, 75 tahun dibawa putrannya ke dokter untuk control kesehatan pasca
pemasangan stent/ring sebanyak 2. Riwayat keluarga ayah meninggal usia 58 tahun
akibat MI dan ibunya hidup hingga 80 tahun.
o Vital sign : TD 142/93 mm Hg, Nadi 78 kali, BB=70 kg, TB=165 cm. TC= 200
mg/dL, LDL=160 mg/dL, HDL =45 mg/dL, TG= 190 mg/dL.
o Riwayat terapi: Ramipril 1 x sehari 5 mg, Propanolol 2 x sehari 40 mg.
o Rencanakan terapi bagi kondisi pasien tersebut untuk mencegah resiko CVD
disertai penjelasannya ? serta tulis peresepannya !
a. Penatalaksanaan
 Non Farmakologis
-Modifikasi gaya hidup
-Terapi nutrisi diet rendah kalori  buah-buahan dan sayuran (5 porsi/hari), biji-bijian (6
porsi/hari), ikan dan daging tanpa lemak. Batasi makanan berlemak dan berkolesterol
-Aktivitas fisik pada pasien usia 75 tahun  aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki di
pagi hari disekitar rumah
-Pencegahan Resiko CVD:
1) Identifikasi masalah pada pasien: Melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan laboratorium penunjang, kemudian akan diidentifikasi masalah
pasien yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu masalah kardiovaskular dan resiko
terkait kardiovaskular serta masalah non-kardiovaskular.
Masalah kardiovaskular menurut ATP III adalah penyakit jantung
koroner, penyakit arteri karotis, penyakit arteri perifer dan aneurisma aorta
abdominalis, sedangkan menurut ACC/AHA 2013 adalah sindroma coroner
akut, riwayat infark miokard, angina stabil maupun angina unstabil, riwayat
revaskularisasi koroner, stroke dan penyakit arteri perifer.
Resiko terkait kardiovaskular yang tercantum dalam ATP III yaitu
merokok, hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau konsumsi anti hipertensi), K-
HDL yang rendah (< 40 mg/dl), riwayat keluarga dengan PJK dini dan usia
(Laki-laki ≥ 45 thn, wanita ≥ 55 tahun).

2) Menghitung risiko kardiovaskular, klasifikasi kelompok risiko dan pilihan terapi


Langkah kedua menggunakan panduan alur dari ATP III (alur 1) atau
panduan ACC/AHA 2013 (alur 2). Pada kasus ini menggunakan panduan
ACC/AHA 2013 (alur 2) yang dimulai dengan identifikasi adanya bukti klinis
ASCVD seperti sindroma coroner akut, riwayat infark miokard, angina stabil
maupun angina unstabil, riwayat revaskularisasi koroner, stroke atau penyakit
arteri perifer.
Apabila terdapat salah satu dari bukti klinis tersebut maka pasien
dimasukkan kedalam kelompok pertama yaitu pasien dengan gambaran klinis
ASCVD. Selanjutnya apabila pasien berusia < 75 tahun maka pilihan terapinya:
statin intensitas tinggi (high intensity statin), namun apabila pasien berusia > 75
tahun maka pilihan terapinya: statin intensitas sedang (moderate intensity statin).

3) Pemberian edukasi
Tujuan edukasi yaitu untuk meminta partisipasi pasien dan keluarganya.
Edukasi pada pasien dan keluarganya harus dimulai ketika konsultasi pertama
kali. Edukasi yang diberikan antara lain masalah-masalah yang didapatkan pada
pasien, kemungkinan penyebab, langkah pengelolaan, diagnosis dan terapi,
terutama terapi gaya hidup sehat termasuk pengaturan makanan dan aktifitas fisik.
Serta kemungkinan efek samping obat yang diberikan dan pengelolaan terhadap
efek samping tersebut.

4) Pemantauan dan evaluasi


Pemantauan dan evaluasi secara rutin harus dilakukan pada pasien
dislipidemia. Pemantauan pertama dilakukan 6 minggu setelah awal pengelolaan.
Hal yang dipantau mengenai keberhasilan terapi terutama LDL dan kemungkinan
adanya komplikasi seperti peningkatan AST/ALT dan Creatinine Phospokinase
(CPK). Apabila target LDL belum tercapai pemantauan selanjutnya dapat
dilakukan setiap 6 bulan sampai target tercapai. Jika target LDL telah tercapai,
dapat dilakukan pemantauan dengan interval 6-12 bulan (AACE).
Monitoring juga dilakukan apabila ada adanya perubahan dosis, perubahan jenis
obat maupun penggunaan obat kombinasi.

 Farmakologis
Terapi obat menurunkan kadar lipid pada pasien ini dapat menggunakan statin
sebagai monoterapi. Karena statin direkomendasikan pada pasien dengan
hiperkolesterolemia dan hipertrigliserida. Selain untuk menurunkan kadar LDL statin
juga digunakan sebagai pencegah berulangnya kejadian penyakit cardiovascular (angina).
Pada pasien juga didapatkan riwayat pemasangan stent/ring sebanyak 2 sehingga
pemberian obat golongan statin pada pasien post-PCI untuk mencegah terjadi nya resiko
CVD pasca pemasangan stent.
b. Peresepan
Pasien usia 75 tahun dosis atorvastatin maka 40 mg – (20%) = 32 mg
R/ Atorvastatin tab 10 mg No. XXVIII
S.1.d.d.tab.I.h.v. (Paraf)

Anda mungkin juga menyukai