DISUSUN OLEH:
WISKA PUTRI
P032015401077
Judul Laporan : Asuhan Kebidanan pada Ny. “V” P0A0H1 Nifas Hari
Ke-3 dengan Anemia Berat di VK IGD RSUD
Bangkinang, kabupaten kampar, Tanggal 19
September2022.
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan YME karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyusun
laporan praktik kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Persalinan normal
pada Ny. V di VK IGD RSUD Bangkinang.”ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan laporan ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan YME dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bpk. H. Husnan, S.Kep, M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Riau
2. Ibu Juraida Roito Hrp, M.Kes Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Riau
3. Ibu Ani Laila, SST, M.Biomed Selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Riau
4. Ibu Yanti, SST, M.Keb selaku dosen koordinator matakuliah PKK2
5. Ibu Septi Indah Permata Sari, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing
lapangan
6. Kakak CI Mutia Farida Aziz, SST selaku Bidan pembimbing di VK IGD
RSUD Bangkinang, yang telah berkenan membimbing dan memberikan
ilmunya mulai dari tahap awal sampai dengan penyelesaian laporan ini.
7. Ny.V beserta keluarga yang membantu dan bersedia bekerja sama menjadi
klien.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
iii
Pekanbaru , 20 Agustus 2022
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
anemia gravis (Nugraheny E. 2010. hal 20). Anemia pada ibu nifas merupakan
komplikasi yang paling sering dialami ibu dimasa nifas, penyebab utamanya adalah
infeksi dan perdarahan saat proses persalinan yang berlangsung lama karena atonia
uteri. Selain itu anemia ini pada ibu nifas dapat mempengaruhi aktivitas sehari hari
dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa males, pusing dan cepatlelah
(Fatmawati W.2015). Gejala lain anemia dapat berlanjut menjadi postural dizziness,
letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi peristen, syok, dan
kematian (Oehadian A. 2012. hal 407).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Patologi dengan Anemia berat di RSUD Bamgkinang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan anemia berat pada Ny.V di
ruangan VK IGD RSUD Bangkinang Tahun 2022.
2
4.1 Gambaran Kasus
Laporan tugas PK II dilakukan pengambilan kasus kebidanan dengan sasaran
diberikan pada Ny.V berusian 20 tahun, (P1A0H1 ) post partum hari ke-3.
Pengambilan kasus ini dilakukan pada senin, 19 september 2022 pukul 22.20
wib, di Ruangan VK IGD RSUD Bangkinang. Ibu datang dengan keluhan
riwayat post partum spontan di RSIA Husada Bunda sore hari sabtu tanggal
17/09/2022, jam 19.00 wib, pulang tadi sore tanggal 20/09/2022 jam 16.00 wib,
di rumah pingsan 1x dikamar, darah mengalir dari jalan lahir, tampak pucat, nifas
hari ke-3. Maka dilakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yang diberikan untuk
memantau kesehatan ibu serta dapat mendeteksi secara dini adanya kemungkinan
komplikasi pada masa kehamilan, sehingga komplikasi yang terjadi dapat segera
teratasi, asuhan dilakukan dengan memberikan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada pada Ny.V dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan serta menggunakan instrumen yang bermanfaat dalam pengumpulan
data dan intervensi dalam asuhan. Asuhan yang sudah diberikan selanjutnya di
dokumentasikan dengan metode SOAP.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
c. Periode Late Postpartum
Periode ini dimulai dari 1 minggu pasca persalinan sampai 6 minggu
pasca persalinan. Pada fase ini, bidan tetap melakukan asuhan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)
c. Kelelahan karena proses melahirkan
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK
f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
g. Perlukaan jalan lahir
5
Perubahan psikis masa nifas:
6
tidak ada komplikasi, keadaan haematokrit danhaemoglobin akan
kembali pada keadaan normal seperti sebelum hamil dalam 4-5
minggu postpartum.
2) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama
persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum.
Jumlah sel darah putih normal rata-rata pada wanita hamil kira-
kira 12000/mm3. Selama 10-12 hari setelah melahirkan umumnya
bernilai antara 20000-25000/mm3, neutrofil berjumlah lebih
banyak dari sel darah putih, dengan konsekuensi akan berubah.
3) Faktor pembekuan, yakni suatu faktor pembekuan darah terjdi
setelah persalinan. Aktivitas ini bersamaan dengan tisak adanya
pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya
tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.
c. Sistem Reproduksi
1) Involusi Uterus
Involusi merupakan pengecilan yang normal dari organ
setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya
penegcilan uterus setelah persalinan. Involusi uteri adalah
mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk
asal (Elisabeth,2017).
Mekanisme involusi uterus secara normal adalah sebagai berkut:
a) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
reaksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi
b) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
tetrjadi disalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jairngan otot yang telah mengendur hingga
7
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali
lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Proses
autolisis ini terjadi karena penurunan hormon esterogen dan
progesteron.
d) Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uetrus. Proses ini
membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraski
posisi fundus berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan
simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama
dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus
melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta
pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dalam
pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lochea.
Banyaknya lochea dan kecepatan involusi tidak akan berpengaruh oleh
pemberian uterotonika pada saat manajemen aktif kala III proses
persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila ibu menyusui
bayinya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa
sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah
kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah
melahirkan beratnya mnejadi kurag lebih 500 gram, pada akhir minggu
kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu
menjadi 100 gram atau kurang. Secara lebih lengkap involusi uterus dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.
8
Tabel 2.1Tabel 2.1 Involusi Uteri 0-1
Involusi Uteri
Diameter
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Uterus
Plasentalahir Setinggipusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (1 Pertengahanpusat dan
500 gram 7,5 cm
minggu) simpisis
14 hari (2
Tidakterabadiatassimpisis 350 gram 5 cm
minggu)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
9
b) Lochea Sanguiloenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklaan karena mengandung
serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Keluar pada hari
ke 7 sampai hari ke 14 postpartum
d) Lochea Alba /Putih
Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
belangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
Terdiridariseldesidua,
verniks caseosa, rambut
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman
lanugo, sisamekoneum
dan sisadarah
Sisadarahbercampur
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampurmerah
lender
Lebihsedikitdarah dan
7-14 Kekuningan/ lebihbanyak serum, juga
Serosa
hari kecoklatan terdiridarileukosit dan
robekanlaserasiplasenta
Mengandungleukosit,
selaputlendirserviks dan
Alba >14 hari Putih
serabutjaringan yang
mati.
10
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenaerasi dan nekrosis ditempat implementasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
ksar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari
mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada
bekas implantasi plasenta ( Saleha,2009:57)
4) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang – kadang terdapat
laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadai selama
dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena di sebabkan oleh korpus uteri yang
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk
cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan,
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bias
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada
minggu ke 6 postpartum serviks menutup. Setelah bayi lahir, tangan
masih bias masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3
jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup (Ambarwati,
2010).
11
6) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan (Walyani dan Endang,2015).
7) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyususi mempunyai dua mekanisme
fisologis, yaitu:
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi
baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan
plasenta tidak adalagi untuk menghambatnya kelenjar pitituari
akan mengeluarkan prolaktin (hormone laktagenetik). Sampai hari
ke-3 setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bias
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-
sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika
bayi menghisap puting, lobus posterior pitituari untuk menyekresi
hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (
mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara keduktus yang terdapat pada puitng. Ketika
ASI dilahirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel
acini terangsang untuk menghasilakan ASI lebih banyak. Refleks
ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama.
12
d. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang
dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan
kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca
melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian,
faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa
hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:
1) Nafsu Makan
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena metabolisme ibu
meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu dianjurkan usntuk
meningkatkan konsumsi makanan, termasuk mengganti kalori ,
energi, darah dan cairan yang telah dikeluarkan selama proses
persalinan. Ibu dapat mengalami perubahan nafsu makan. Pemulihan
nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
asupan makanan jugan mengalami penurunan.
2) Motilitas
Secara fisiologis, terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus
pencernaan menetap selama waktu singkat beberapa jam setelah bayi
lahir. Setelah itu, akan kemabali seperti keadaan sebelum hamil.
Pada postpartum SC dimungkinkan karena pengaruh analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas
selama 1 atau 2 hari.
3) Pengosongan Usus/ Defekasi
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum. Pada keadaan terjadi diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi,
dehidrasi, haemoroid ataupun luka jalan lahir, meningkatkan
terjadinya konstipasi postpartum,. Sistem pencernaan pada masa
13
nifas membutuhkan waktu beberapa hari untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dpat buang air besar kembali teratur,antara
lain pengaturan diit yang mengandung serat buah dan sayur, cairan
yang cukup, serta pemberian informasi tentang perubahan eliminasi
dan penatalaksanaannya pada ibu (Wahyuningsih, 2018).
e. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli - buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini
menyebabkan cliviesis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
f. Sistem Muskulokeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
g. Sistem Endokrin
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitsin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
kebentuk normal.
14
2) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pitituari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,
hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin
tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam
ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya
tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelanjar kelenjar bawah depan otak
yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi esterogen
dan progesteron yang nomal, pertumbuhan folikel , ovulasi dan
mentruasi.
3) Esterogen dan Progesteron
Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yag menigkatkan volume darah.
Disamping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina (Saleha,2009).
h. Sistem Integumen
1) Penurunan melanin umunya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat esterogen menurun
(Walyani dan Endang,2015).
15
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah
partus dapat naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal, namun
tidak akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38°C
mungkin terjadi infeksi terhadap ibu.
b) Nadi
Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat
(denyut nadi normal : 60-80 kali/menit). Jika denyut nadi melebihi
100 kali/menit disebut abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.
c) Tekanan Darah
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu mengalami
hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanaya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46
jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil
setelah melahirkan. Penurunan tekanan darah bias mengindikasikan
penyesuaian fisiologis terhadap penurunan tekanan darah intrapeutik
atau adanya hipovelemia sekunder yang berkaitan dengan hemoragi
uterus. Peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan penambahan
diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala bias
menandakan ibu mengalami preeklamsi dan ibu perludievaluasi lebih
lanjut.
d) Pernafasan
Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan karena ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat, keadaan pernafasan selalu berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok.
16
2.1.4 Perubahan Psikologis Masa Nifas
a. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas
Fase-fase yang akan dijalani oleh ibu nifas antara lain:
1) Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan,berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua melahirkan. Pada fase ini ibu berfokus
pada dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada
fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang
baik dan asupan nutrisi. Menurut Walyani (2015), gangguan fisiologis
yang mungkin dirasakan ibu adalah :
a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis
rambut dan lainnya.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk
kembali kekeadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka
jahitan.
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan
merasakan tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan
hanya tanggung jawab ibu semata.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung anatara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasatangguang
jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
yang baik, dukungan dan pemeberian penyuluhan/pendidikan
kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
17
Tugas bidan adalah : mengajarkan cara perawatan bayi, cara
menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,
pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan dll.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Terjadi peningkatan akan perwatan diri dan bayinya.
Menurut Yanti (2011), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas
adalah sebagai berikut :
a) Fisik, Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
b) Psikologi berupa dukungan dari keuarga sangat diperlukan.
c) Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih,
dan menemani ibu saat kesepian.
d) Psikososial
b. Post Partum Blues
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut
baby blues. Penyebab antara lain : perubahan perasaan saat hamil, perubahan
fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan
setelah beradaptasi dengan peran barunya. Menurut Dewi (2011), gejala-
gejala baby blues antara lain :
1) Reaksi depresi/sedih/disforia
2) Sering menangis
3) Mudah tersinggung
4) Cemas
5) Labilitas perasaan
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri
7) Gangguan tidur dan nafsu makan
8) Kelelahan
9) Mudah sedih
10) Cepat marah
18
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat menjadi
gembira
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta
bayinya
13) Perasaan bersalah
14) Pelupa
c. Depresi Berat
Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik pada
kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran. Menurut Yanti
(2011), gejala-gejala depresi berat antara lain :
1) Perubahan mood
2) Gangguan tidur dan poa makan
3) Perubahan menta dan libido
4) Phobia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya
d. Psikosis Post Partum
Gejala psikosis muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum.
Gejalanya antara lain :
1) Gaya bicara kelas
2) Menarik diri dari pergaulan
3) Cepat marah
4) Gangguan tidur
Faktor penyebab psikosis post partum adalah :
1) Riwayat keluarga penderita psikiatri
2) Riwayat ibu menderita psikiatri
3) Masalah keluarga dan perkawinan
19
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak
mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan
akan gizi sebagai berikut.
20
ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung,
penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan
dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan
maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak
dan sebagainya
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum.
Jika dalam 8 jam portpartum belum dapat berkemih atau seali
berkemih belum melbihi 100 CC, maka dilakukan kateterisasi.
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini sebab-sebab
terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu post
partum.
a) Berkurangnya tekanan intraabdominal
b) Otot-oto perut msih lemah
c) Edema dan uretra
d) Dinding kandung kemih yang sensitif
2) Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi)
setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB,
maka perlu diberi obat pencahar peroral atau per rektal. Jika
setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka
dilakukan klisma (huknah).
d. Personal Hygine
Pada masa postpartum, ibu nifas sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum
adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
21
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihakan daerah kelamin
dengan sabun dan air. pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu , dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekirar
anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
tealah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan
disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihakn daerah kelalminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotemi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
e. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlaahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi
bayi tidur
3) Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:
- Menguragi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri
f. Aktivitas Seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukanoleh ibu masa nifas harus
memnuhi syarat berikut ini.
22
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja bu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi sampai masa waktu
terentu, misalnya setealah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
23
Tabel 2.3Tabel 2.3 Gerakan Senam Nifas 1
24
6 Posisi badan menungging, perut dan paha
membentuk sudut 900. Gerakan perut keatas
sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat
mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan
gerakan ini sebanyak 15 kali dan rileks
selama 10 hitungan.
25
2.1.7 Asuhan Masa Nifas
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan
maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut
terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas
ini adalah:
26
5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah
diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien
c. Cakupan pelayanan kepada ibu pada nifas
Pelayanan kepada ibu pada nifas yakni dimulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca bersalin. Sesuai standar paling sedikit 3
kali dengan distribusi waktu 6 jam s/d hari ke-3 (KF1), hari ke-4 s/d
hari ke-28 (KF2) dan hari ke-29 s/d hari -42 (KF3) setelah bersalin
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator
ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan
serta untuk menjaring KB pasca persalinan), yang menggambarkan
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, keluarga
berencana disamping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA (Buku KIA Kemenkes, 2017).
d. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, jenis pelayanan
ibu nifas yang diberikan meliputi:
1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)
2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
3) Pemeriksaan lochea dan airan pervaginam lain
4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan
ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana
6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
2.2 ANEMIA
2.2.1 Pengertian Anemia
27
gr% pada trimester I dan III dan kadar HB kurang dari 10,5 gr% pada
trimester II( Nursalam ,2010). Tingkatan anemia menurut Menuab.I.B.G
,(2007), dibagi menjadi 3. Yaitu antara lain :
1) Anemia ringan, dimana jika kadar HB 9,00-10,00 gr%
2) Anemia sedang, dimana jika kadar HB 7,00-8,00 gr%
3) Anemia berat, dimana jika kadar HB <7,00 gr%
1) Anemia megaloblastik
2) Anemia megaloblastik
3) Anemia hipoplastik
4) Anemia himolitik
Anemia defisiensi zat besi paling sering dijumpai pada ibu yang mengalami
masa nifas.Anemia ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur
besi dengan makanan di dalam tubuh, gangguan re-absorbsi, atau terlampau
banyaknya zat besi keluar dari tubuh seperti perdarahan ( DemKes
RI,2013).
28
b. Tanda-tanda dan gejala Anemia
Menurut Manuaba.I.B.G,2007, tanda-tanda dan gejala yang sering
dialamioleh ibu nifas dengan anemia adalah :
1) Cepat lelah
1. Sering pusing
2. Mata berkunang-kunang
3. Lidah luka
5. Konsentrasi hilang
8. Conjungtiva pucat
2) Faktor Penyebab Anemia
Menurut Manuaba.I.B.G,2007, penyebab anemia pada umumnya
adalah sebagai berikut :
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan
lain-lain
5. Penyakit-penyakit yang kronis seperti TBC,
paru, cacing usus,malaria, dan lain-lain
3) Pengaruh Anemia
Anemia pada masa nifas memberikan pengaruh yang kurang baik bagi
ibu dan pada nifas selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat
anemia, seperti :
29
1. Anemia terhadap kehamilan menurut Manuaba.I.B.G ,2007 ,
adalah :
30
e. Mudah terjadi infeksi mamae
a. Abortus
b. Terjadi kematian intra uterin
c. Persalinan prematuritas tinggi
d. Berat badan lahir rendah
e. Kelahiran dengan anemia
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
5. Meurut Inna.A,2011, penatalaksaan anemia adalah sebagai berikut
:
a. Memberi dan menambah suplemen zat besi
b. Memberi tambahan asam folat 15-30 mg/hari, vitamin
B121,25 mg/hari, sulfas ferrosus 500 mg/hari.
c. Melakukan transfusi dar
31
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. BIODATA
Nama ibu : Ny.V Nama Suami : Tn.Y
Umur : 20 tahun Umur : 36 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Ranah No. Hp : 0812xxxxxxxxxx
32
No Tgl/ UsiaKeh Tem Jenis Peno Lahir Anak Keadananaksek
Th a Pat Persa Long JK/BB arang
Partu Milan Linan
s
1. 2022 Aterm RSIA Normal Bidan Sponta Lk/2.900 Hidup
n gram
33
7. RIWAYAT KELAHIRAN BAYI
Tanggal : 17 september 2022 BB : 2900 gram
Pukul : 10.59 WIB PB : 48 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki Usia Kehamilan : Aterm
Cacat bawaan : Tidak ada
8. RIWAYAT KESEHATAN IBU
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit serius, penyakit keturunan
dan penyakit menular yang mengharuskan ibu untuk dirawat di rumah sakit
maupun menjalani pengobatan rawat jalan.
9. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti, DM, jantung,
asma, hipertensi, diabetes.
10. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi kb
11. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
a. Nutrisi dan Hidrasi
Makan dan minum terakhir, pukul : 17.00
Makan : 3x/hari
Jenis makanan : Nasi, lauk ( ayam, ikan, tahu, tempe ) sayur dan buah
Minum : ± 8 gelas/hari
Jenis minuman : Air putih,susu,Jus
b. Eliminasi
BAB : ± 1x/hari
BAK : 4x/hari
c. Istirahat : ± 6 jam tidur malam dan ± 1 jam tidur siang
d. Psikososial : Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya sekarang
e. Sosial Support : Suami dan keluarga memberikan dukungan dan
membangkitkan semangat kepercayaan ibu dengan keadaan ibu akan baik
baik saja
34
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital
- Tekanan Darah : 104/56mmhg
- Pernafasan : 27x/menit
- Suhu : 37,6 oC
- Nadi : 134 x/menit
d. Rambut/kepala : Tidak Rontok, bersih
e. Mata : simetris, Konjungtiva pucat, sklera putih,
tidak stabismus
f. Muka : Tidak ada oedam, pucat
g. Hidung : Tidak Polip
h. Mulut : Tidak stomatitis
i. Telinga : Tidak ada tanda tanda infeksi, pendengaran baik
j. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
k. Payudara : Putting susu menonjol, terdapat pengeluaran ASI
sedikit
l. Abdomen
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
Kandung kemih : penuh
m. Anogenetalia
- Perineum : ada luka jahitan,derejat 3
- Lochea : lochea rubra
- Inspikulo : luka laserasi sudah di jahit, tampak luka jahitan tidak
rapi,darah tidak mengalir
n. Anus : Bersih dan tidat terdapat hemoroid
o. Ekstremitas atas dan bawah : Tidak terdapat odeme, kuku pucat
35
p. Akral : pucat
C. Pemeriksaan Penunjang
( TANGGAL 19/08/2022)
- Golongan darah : B+
- Hemoglobin : 4.2 gr%
- Hematokrit : 12,7
- Leokosit : 9,7
- Eritrosit : 1,5
D. Assasment
Diagnosa :
Dx Ibu: P1 A0 H1 post partum spontan hari ke-3 dengan anemia berat + HPP (
perdarahan pasca post persalinan )
E. Plan:
1. Melakukan pemeriksaan TTV, TD:104/56mmHg S:37,6oC N:134x/i P:20x/i
2. Melakukan pemeriksaan inspekulo,tampak luka jahitan tidak rapi,darah tidak
mengalir
3. Melakukan kolaborasi dengan petugas labor
- Golongan darah : B+,
- Hemoglobin : 4.2 gr%
- Hematokrit : 12,7
- Leokosit : 9,7
- Eritrosit : 1,5
4. Melakukan konsul dengan dr Sp. OG pada jam 22.30 WIB:
- R/tranfusi darah 3 kantong PRC, jarak per 3 jam
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Ciprofloxacin tablet 2x500 mg
- Rencana USG besok tanggal 20/09/2022
- DC menetap
36
5. Melakukan pemasangan IVFD RL 20 tetes/menit
6. Memberikan obat oral ciprofloxacin tablet 2x500 mg
7. Melakukan crossmatch darah 2 katong, persediaan (+)di BDRS dan 1 katong
persediaan PMI Bangking
8. Melakukan pemasanga DC
9. Mengantar pasien ke ruangan aisyah ( rawat inap ) jam 24.50 wib
37
CATATAN PERKEMBANGAN 1
O:
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 88x/menit
d. S : 36,5ºC
4. Mata : Konjungtiva pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum)
6. Abdomen :
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Pengeluaran pervaginam : ada sedikit
b. Lochea : rubra (±50 cc)
38
P:
1. Melakukan observasi keadaan umum pasien baik, pada jam 24.50
wib
2. Menganjurkan pasien istirahat
3. Melakukan tranfusi darah sebanyak 3 kantong, dengan jarak 3 jam
4. Melakukan pemeriksaan TTV TD: 110/70mmHg S: 36,5ºC N:
88x/menit P: 20x/i pada jam 01.10 wib
5. Melakukan tranfusi darah labu 1 pada jam 01.30, habis pada jam
03.20 wib
6. Melakukan pemeriksaan TTV TD: 100/77 S: 36.0oC N: 88x/i jam
05.00 wib
7. Melakukan tranfusi darah labu 2 pada 06.50 wib. habis jam 08.10
wib
8. Melakukang pemeriksaan TTV TD: 110/80mmHg S: 35,9oC N:86x/i
pada jam 08.00 wib
9. Memberikan terapy sesuai anjuran dokter:
- Cipofloxacin 2x500mg ( 2x1) pada jam 12.00 wib
- As.mefenamat 2x500mg (3x1) pada jam 18.00 wib
- As tranexamat 2x500mg ( 3x1) pada jam 18.00 wib
- IVFD NACL 20 tetes/menit
10. Darah labu ke 3 keluarga pasien sedang mencari.
11. Rencana USG besok pagi
39
CATATAN PERKEMBANGAN 2
O:
1. Keadaan Umum : sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
e. TD : 113/76 mmHg
f. P : 20x/menit
g. N : 79x/menit
h. S : 36,5ºC
4.Mata : Konjungtiva pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum)
6. Abdomen :
d. TFU : 3 jari dibawah pusat
e. Kontraksi : Baik
f. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7.Anogenetalia :
c. Pengeluaran pervaginam : ada sedikit (±50 cc)
d. Lochea : rubra
40
P:
1. Melakukan observasi keadaan umum pasien pada jam 08.10 wib
2. Membantu pasien untuk menjaga personal hygiene, vulva heygiene
pada jam 09.00 wib
3. Mendorong pasien ke VK IGD untuk melakukan USG dengan dr.
Sp.OG pada jam 10.00 wib, dengan hasil tidak ada sisa plasenta, ec
laserasi jalan lahir
4. Advis dr Sp.OG
- lanjut tranfusi labu ke 3 PRC, jarak per 4 jam
- inj ketorolac 30 mg (1x) pada jam 10.45 wib
5. Melakukan pemberian obat injeksi intravena ketorolac pada jam
10.45 wib
6. Melakukan pemeriksaan TTV TD:113/76mmHg S:36,5OC N:79x/i
7. Melakukan tranfusi darah labu ke 3 pada 19.00 wib. habis jam 22.40
wib
8. Melakukan kolaborasi dengan petugas lab, mengambil sampel darah,
hasil HB 7,9 gr/dl
9. Memberikan edukasi kepada pasien untuk memompa ASI
10. Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan nutrisi
11. Memberikan terapy sesuai anjuran dokter :
- Cipofloxacin 2x500mg ( 2x1) pada jam 12.00 wib
- As.mefenamat 2x500mg (3x1) pada jam 18.00 wib
- As tranexamat 2x500mg ( 3x1) pada jam 18.00 wib
- IVFD NACL 20 tetes/menit
41
CATATAN PERKEMBANGAN 3
kamis 21/092022 S :Ibu mengatakan badannya tidak lemas lagi,pusing dan, nyeri luka jahitan berkurang
Pukul : 08.00 WIB O:
1. Keadaan Umum : baik
2.Kesadaran : Compos Mentis
3.HB : 7,9 gr/dl
4.TTV :
a. TD : 113/76 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 79x/menit
d. S : 36,5ºC
5. Mata : Konjungtiva tidak pucat
6.Payudara : Pengeluaran ASI ada (kolostrum)
7.Abdomen :
a. TFU : 3 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
8. Anogenetalia :
a. Pengeluaran pervaginam : ada sedikit (±30cc)
b. Lochea : sanguilenta
P:
1. Melaakukan observasi keadaan umum pasien pada jam 09.00 wib
2. Membantu pasien untuk menjaga personal hygiene, vulva hygiene
3. Memfasilitasi pasien daalam pemenuhan nutrisi pada jam 12.00 wib
4. Mengedukasi pasien pulang
- memberikan KIE tentang nutrisi pada ibu nifas dengan anemia seperti
menganjurkan ibu makan makanan yang menggandung zat besi (
dagi,ikan, hati, sayur-sayuran)
- memberikan edukasi mengenai ASI eklusif
- memberikan ibu edukasi mengenai senam nifas ( untuk memperceppat
42
pemulihan keadaan ibu)
- memberikan ibu edukasi mengenai personal hygiene dengan cara
mengganti pembalut selama 4 jam sekali
5. Pasien meninggalkan ruangan (pulang) pukul 14.00 wib
43
BAB 4 PEMBAHASAN
44
lanjutan di dapatkan TFU pada hari ke 4 : 3 jari dibawah pusat, dan pemantauan
TFU pada hari ke 5 di dapat : TFU 3 jari dibawah pusat, Sedangkan dalam masa
nifas normal alat alat genetalia internal maupun eksterna akan berangsur angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Secara normal uterus mulai
mengecil segera setelah plasenta lahir. Uterus biasanya berada pada 1-2 jari di
bawah pusat. Pada 24 jam pertama, uterus membesar sampai mencapai pusat.
Setelah itu, uterus akan mengecil dan mengencang, pada hari kedua setelah
persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3 4 tinggi fundus
uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5 - 7 tinggi fundus uteri setengah pusat
sampai simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba (Prawirohardjo,
2002). uraian di atas menjelaskan bahwa terjadi penurunan uterus terganggu
disebut dengan subinvolusi uteri, Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk
mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari
penyebab umum perdarahan pascapartum. (Barbara, 2004).
45
Analisa data yaitu Ny.V P1A0H1 post partum spontan nifas hari ke 3
dengan perdarahan post partum (HPP) + anemia berat Jadi pada penatalaksanaan
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
dimana pada tinjauan pustaka didapatkan penanganan untuk anemia berat
diberikan tranfusi darah sedangkan di tinjauan kasus juga diberikan tranfusi darah
PRC 3 kantong. Tidak dilakukan asuhan pada bayi.
Pada hari ketiga ibu mengatakan sudah mulai membaik, keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, konjungtiva merah muda, TD : 113/76 mmHg, N :
79 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5oC, Hb : 7,9 gr%.
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1.1.1 BagiInstitusi Pendidikan
Diharapkan dapat menyediakan dan memfasilitasi mahasiswa
untuk melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium guna
memberikan asuhan yang lebih maksimal.
47
1.1.2 BagiLahanPraktik
48
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC
IDAI. 2013. Air Susu Ibu dan TumbuhKembang Anak. Indonesia Pediactric
Society. http:/www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-tumbuh-
kembang-anak - diakses 10 mei 2020.
49
DOKUMENTASI
50
LAMPIRAN 2 PEMERIKSAAN USG
51
LAMPIRAN 3 PEMERIKSAAN LABOR AKHIR
52