Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

KASUS KEMATIAN IBU AKIBAT PENYAKIT ANEMIA


DI PUSKESMAS LURAGUNG
KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer


Program Internship Dokter Indonesia

Disusun Oleh :
dr. Silvia Wulandarui

Pendamping :
dr. Fuzianty

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


UPTD PUSKESMAS LURAGUNG KABUPATEN KUNINGAN
PERIODE III TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan evaluasi program yang berjudul “Evaluasi
Program Kasus Kematian Ibu Akibat Prnyakit Anemia” di Puskesmas Luragung
Kabupaten Kuningan Jawa Barat”.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu kegiatan dalam pelaksanaan Dokter Internsip di
Puskesmas Luragung Kabupaten Kuningan periode November 2021 – Februari 2022.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

● Ibu Nanay selaku Kepala Puskesmas Luragung Kabupaten Kuningan.


● dr. Fuzianty selaku pembimbing Dokter Internsip di Puskesmas Luragung
Kabupaten Kuningan.
● Seluruh Staff di Puskesmas Luragung Kabupaten Kuningan.
● Masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Luragung
Kabupaten Kuningan
● Kepada semua pihak yang sudah memberi saran dalam pembuatan laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
perbaikan evaluasi program  ini. Akhir kata penulis mengharapkan evaluasi program
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................xvii
DAFTAR GRAFIK..........................................................................................xxi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................3
1.3 Visi dan Misi Program TB .........................................................3
1.3.1 Visi .................................................................................3
1.3.2 Misi.................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tuberkulolsis...............................................................................6
2.1.1 Definisi Tuberkulosis........................................................9
2.1.2 Etiologi Tuberkulosis .......................................................9
2.1.3 Diagnosis ..........................................................................9
2.1.4 Definisi Kasus Tuberkulosis ............................................9
2.1.5 Klasifikasi .........................................................................9
2.1.6 Pemeriksaan .....................................................................9
2.2 Program Tuberkulosis ................................................................13
2.2.1 Gambaran Umum Kebijakan Program TB ..................13
2.2.2 Sasaran Program TB ....................................................15
2.2.3 Strategi Program TB.....................................................17
2.2.4 Program TB Puskesmas Luragung ...................................17
2.2.5 Indikator Kerja dan Target ..........................................9

BAB III METODE


3.3 Langkah-langkah Perbaikan Evaluasi Program P2TB .................50
3.1.1 Materi................................................................................51
3.1.2 Metode ..............................................................................53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil Wilayah dan Profil Puskesmas ............................................101
4.1.1 Keadaan Geografis ...........................................................9
4.1.2 Keadaan Demografi ..........................................................9
4.2 Capaian Program Tuberkulosis .....................................................102
4.2.1 Data Penemuan Suspek TB ..............................................102
4.2.2 Data Pengobatan Kasus TB ..............................................102
4.3 Indentifikasi Masalah ......................................................................106
4.4 Prioritas Masalah .............................................................................106
4.5 Penyelesaian Masalah ......................................................................106
4.6 Prioritas Penyebab Masalah ............................................................106
4.7 Altenatif Penyelesaian Masalah ......................................................106

BAB V RENCANA USULAN KEGIATAN


5.1 Usulan Kegiatan Rutin ...................................................................113
5.2 Usulan Kegiatan Terkait Masalah ..................................................125

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan .....................................................................................125
6.2 Saran ...............................................................................................125
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia kehamilan disebut sebagai “ Potentional danger to mother and


child “ dimana dapat berpotensi membahayakan ibu dan anak. Usaha kesehatan
promotif, preventif dan kuratif terkait anemia pada ibu hamil menjadi penting
terutama pada layanan kesehatan primer puskesmas maupun klinik tingkat
pertama.Semakin dini seorang ibu hamil diketahui menderita anemia,  semakin
baik  pengetahuan  ibu  mengenai  anemia    (society  empowerment)  bersama
dengan penguatan peran tenaga kesehatan diharapkan akan menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas ibu akibat anemia selama kehamilan.

Di puskesmas luragung merupakan  pemberi  layanan  primer  yang


memiliki  masalah terkait  anemia pada ibu  hamil. Kurangnya pengetahuan mitra
terkait anemia dan konsumsi tablet besi selama kehamilan, tidak semua ibu mau
dan mampu memeriksa kadar haemoglobin (Hb) sebagai skrining awal anemia
pada kehamilan dengan berbagai alasan, salah satu mitra tidak memiliki alat
untuk melakukan pemeriksaan. Solusi yang ditawarkan bersifat holistik meliputi
kegiatan promotif, preventif dan kuratif.

Pada masalah ini terdapat kasus kematian ibu yang diakibatkan oleh
penyakit anemia terdapat 44 kasus dari 16 desa di kabupaten luragung di tahun
2021. Hal ini menjadi gambaran bahwasanya penyakit ini masih berperan
terhadap tingkat kematian ibu .

.Untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas penyakit ini upaya


puskesmas adalah memberikan layanan edukatif promotif preventif kepada
masyarakat agar masyarakat tahu dan paham perihal penyakit ini dan untuk
meningkatkan pengetahuan diharapkan menjadi fondasi dasar bagi penurunan
anemia pada ibu hamil diwilayah kabupaten luragung yang pada akhirnya
diharapkan memberikan dampak bagi penurunan angka mortalitas dan morbiditas
ibu dan bayi di wilayah kabupaten luragung.

1.2 Tujuan Umum dan Khusus


1.2.1 Tujuan Umum
A. Mengetahui tentang penyakit yang mengakibatkan kematian ibu khususnya
tentang penyakit Anemia pada ibu hamil.
B. Mengetahui bagaimana upaya untuk mengatasi tingginya morbiditas dan
mortalitas terhadap penyakit tersebut
C. Menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut

1.2.2 Tujuan Khusus


A. Mengetahui secara jelas berapa presentase penyakit anemia pada ibu hamil
khususnya pada kabupaten luragung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu
pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki
kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat
penularan yang kecil.
2.1.2 Etiologi Tuberkulosis
Mycobacterium Tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mm dengan ketebalan 0,3-0,6 mm.
Sebagian besar komponennya adalah lipid sehingga kuman tersebut
mampu bertahan asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Bakteri ini bersifat aerob, sehingga sangat meenyukai daerah yang
banyak oksigen dan lembab. Oleh karena itu M. tuberculosis sangat
senang tinggal di bagian apeks paru-paru yang terdapat banyak oksigen.
Bakteri ini juga tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempa yang
lembab dan gelap, tetapi tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara.
2.1.3 Diagnosis Tuberkulosis
Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan labotarorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
1) Keluhan dan hasil anamnesis.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali
bukan merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak
harus selalu selama 2 minggu atau lebih.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit
paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini
masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasyankes dengan
gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB,
dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
langsung.
Selain gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pemeriksaan pada
orang dengan faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB,
tinggal di daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah
pengungsian, dan orang yang bekerja dengan bahan kimia yang
berrisiko menimbulkan paparan infeksi paru.
2) Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis tuberkulosis terdiri dari berbagai macam. Pemeriksaan
yang sudah direkomendasikan berdasarkan Permenkes No. 67 tahun
2016 adalah pemeriksaan bakteriologi, pemeriksaan lainnya (foto
toraks dan histopatologi), serta pemeriksaan uji kepekaan obat.
a. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi terdiri dari pemeriksaan dahak secara
mikroskopis, pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM), dan
pemeriksaan biakan. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis
berfungsi untuk menegakkan diagnosis, juga untuk menentukan
potensi penularan dan menilai keberhasilan pengobatan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa
dahak Sewaktu-Pagi (SP).
Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan metode Xpert
MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk penegakan diagnosis,
namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil
pengobatan. Sedangkan pemeriksaan biakan dapat dilakukan
dengan media padat (Lowenstein-Jensen) dan media cair
(Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk identifikasi
Mycobacterium tuberkulosis (M.TB).
b. Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan foto toraks dan pemeriksaan histopatologi pada
kasus yang dicurigai TB ekstraparu.
c. Uji kepekaan obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi Mycobacterium tuberkulosis terhadap obat anti
tuberkulosis (OAT). Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan
di laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu/Quality
Assurance (QA), dan mendapatkan sertifikat nasional maupun
internasional.
3) Alur diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa.
Alur diagnosis TB terbagi menjadi 2 sesuai dengan fasilitas yang
tersedia, yaitu faskes yang mempunyai akses pemeriksaan dengan
alat tes cepat molekuler dan faskes yang hanya mempunyai
pemeriksaan mikroskopis dan tidak memiliki akses ke tes cepat
molekuker.
4) Alur diagnosis tuberkulosis pada anak.

Keterangan: *) Dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sputum **) Kontak


TB Paru Dewasa dan Kontak TB Paru Anak terkonfirmasi bakteriologis ***)
Evaluasi respon pengobatan. Jika tidak merespon baik dengan pengobatan adekuat,
evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk.
Sistem Skoring TB Anak
2.1.4 Definisi Kasus Tuberkulosis
Definisi kasus TB terdiri dari dua, yaitu;
1) Pasien TB yang terkonfirmasi Bakteriologis:
Adalah pasien TB yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan
contoh uji biologinya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan
mikroskopis langsung, TCM TB, atau biakan. Termasuk dalam
kelompok pasien ini adalah:
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan Mycobacterium tuberculosis
positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat Mycobacterium tuberculosis
positif
d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan
yang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut di atas harus
dicatat.
2) Pasien TB terdiagnosis secara Klinis
Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh
dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB. Termasuk
dalam kelompok pasien ini adalah:
a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto
toraks mendukung TB.
b. Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan klinis
setelah diberikan antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor
risiko TB.
c. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
d. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian
terkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah
memulai pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai pasien TB
terkonfirmasi bakteriologis.
2.1.5 Klasifikasi Pasien Tuberkulosis
Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi tersebut datas, pasien
juga diklasifikasikan menurut:
1) Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :
a. Tuberkulosis paru :
Adalah TB yang berlokasi pada parenkim (jaringan) paru.
Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada
jaringan paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus
juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien
TB paru.
b. Tuberkulosis ekstraparu:
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya:
pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi,
selaput otak dan tulang. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus
dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru,
dinyatakan sebagai TB ekstra paru. Diagnosis TB ekstra paru
dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis
atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan secara
bakteriologis dengan ditemukannya Mycobacterium
tuberculosis. Bila proses TB terdapat dibeberapa organ,
penyebutan disesuaikan dengan organ yang terkena proses TB
terberat.
2) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
a. Pasien baru TB
Pasien baru TB adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).
b. Pasien yang pernah diobati TB
Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang
sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥
dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan
berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
 Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis
TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis
(baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
 Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB
yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir.
 Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up): adalah pasien yang pernah diobati dan
dinyatakan lost to follow up. (Klasifikasi ini sebelumnya
dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat
/default).
 Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun
hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
adalah pasien TB yang tidak masuk dalam kelompok pasien
baru dan pasien pernah diobati.

2.1.6 Penatalaksanaan Tuberkulosis


Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap
lanjutan dengan maksud:
1) Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh
dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak
sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal
pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada
umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu pertama.
2) Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman
yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga
pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, panduan OAT
yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Teberkulosis di Indonesia ada 2 kategori. Kategori 1 digunakan
untuk pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru
terdiagnosis klinis, pasien TB ekstra paru, dengan regimen
2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR). Sedangkan kategori 2
diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang): pasien kambuh, pasien gagal pada
pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya, pasien
yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up),
dengan regimen 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E. Dosis disesuaikan dengan berat
badan setiap pasien.

2.2 Program Tuberkulosis


2.2.1 Gambaran Umum Kebijakan Program Tuberkulosis
Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk
mengarahkan pengambilan keputusan. Menurut kemenkes RI (2009)
kebijakan program tuberkulosis tercantum pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009, yaitu:
1) Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana.
2) Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi
DOTS.
3) Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah
terhadap program penanggulangan TB.
4) Pengembangan strategi DOTS untuk peningkatan mutu pelayanan,
kemudahan akses, penemuan dan pengobatan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya TB-MDR.
5) Penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh sarana pelayanan
kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah
dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM), Balai Kesehatan Paru Masyarakat
(BKPM), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), dan Klinik
Pengobatan lain serta Dokter Praktik Swasta (DPS).
6) Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TB di
tempat kerja (TB in workplaces), Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan (TB in prison), TNI dan POLRI.
7) Program penanggulangan TB dengan pendekatan program DOTS
Plus (MDR), Kolaborasi TB-HIV, PAL (Practical Approach to
Lung Health), dan HDL (Hospital DOTS Linkages).
8) Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan
kerja sama/kemitraan dengan lintas program dan sektor terkait,
pemerintah dan swasta dalam wadah Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan TB (Gerdunas TB).
9) Peningkatan kemampuan laboratorium TB di berbagai tingkat
pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan
jejaring.
10) Menjamin ketersediaan Obat Anti TB (OAT) untuk
penanggulangan TB dan diberikan kepada pasien secara cuma-
cuma.
11) Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten
dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan
mempertahankan kinerja program.
12) Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin
dan kelompok rentan terhadap TB.
13) Menghilangkan stigma masyarakat terhadap Pasien TB agar tidak
dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
14) Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam
MDGs.
2.2.2 Sasaran Program Tuberkulosis
Sasaran adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan digarap oleh
program yang ingin direncanakan. Sasaran program kesehatan biasanya
terbagi menjadi dua, yakni:
1) Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenal oleh
program.
2) Sasaran tidak langsung, yaitu kelompok yang menjadi sasaran
antara program tersebut, namun berpengaruh sekali terhadap
sasaran langsung.
2.2.3 Strategi Program Tuberkulosis
Menurut Kemenkes RI (2011), strategi nasional program pengendalian
TB di Indonesia terdiri dari 7 strategi, yaitu:
1) Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.
2) Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan
kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya.
3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat
(sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-
Private Mix dan menjamin kepatuhan terhadap International
Standards for TB Care.
4) Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.
5) Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan
manajemen program pengendalian TB.
6) Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap
program TB.
7) Mendorong penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan
informasi strategis.
2.2.4 Program Tuberkulosis Puskesmas Luragung
Program Tuberkulosis di Puskesmas Luragung memiliki 2 indikator
yaitu, penemuan suspek TB dan pengobatan kasus TB. Untuk memenuhi
kedua indikator tersebut, dilaksanakan beberapa kegiatan program
tuberkulosis:
1) Melakukan pemeriksaan pada pasien-pasien yang terduga TB.
2) Melakukan kunjungan kontak penderita TB.
3) Melakukan kunjungan terhadap pasien tidak patuh minum obat
untuk menghindari TB MDR.
4) Melakukan pengobatan dan follow up pada pasien TB.
2.2.5 Indikator Kinerja Dan Target
Sasaran Target Program P2TB Dinkes Kabupaten Kuningan pada
Tahun 2021 adalah sebagai berikut :
1) Penemuan susek TB dengan target 415.
2) Pengobatan kasus TB dengan target 77.
BAB II
METODE

3.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Program P2TB


3.1.1 Materi
Materi yang di evaluasi terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan
puskesmas mengenai program P2TB di Puskesmas Luragung kecamatan
Kuningan Kabupaten Kuningan tahun 2021, antara lain:
1) Penemuan suspek TB.
2) Penemuan dan pengobaan TB.
3) Melakukan koordinasi lintas program.
4) Melakukan pemantauan pengobatan pasien TB.
5) Melakukan kunjungan kontak serumahn penderita TB.
3.1.2 Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara membandingkan cakupan
program TB terhadap target yang ditetapkan dengan menggunakan
pendekatan sistem.
Langkah – langkah evaluasi program TB

IDENTIFIKASI
MASALAH

PEMANTAUAN
DAN EVALUASI ANALISIS
MASALAH

MELAKSANAKAN MENENTUKAN
KEGIATAN KEGIATAN
PERBAIKAN PERBAIKAN
PROGRAM GIZI PROGRAM GIZI
Lima langkah evaluasi program TB yaitu :
1. Identifikasi Masalah, yaitu mempelajari data berupa angka atau
keterangan-keterangan yang berhubungan dengan identifikasi
masalah TB Kemudia melakukan validasi terhadap data yang
tersedia, melihat kembali data apakah sudah sesuai dengan data
yang seharusnya dikumpulkan dan di pelajari. Selanjutnya
mempelajari besaran dan sebaran masalah TB membandingkan
dengan target program TB setelah itu merumuskan masalah TB
dengan menggunakan ukuran prevalensi dan cakupan.
2. Analisis masalah, yaitu didasarkan pada hasil identifikasi dengan
menganalisis faktor penyebab terjadinya masalah. Tujuannya untuk
dapat memahami secara jelas, spesifik dan terukur, sehingga
mempermudah penentuan alternatif masalah. Caranya dapat
dilakukan dengan Analisis Hubungan, Analisis Perbandingan,
Analisis Kecenderungan dan lain-lain.
3. Menentukan kegiatan penemuan dan pengobatan TB, yaitu
didasarkan pada analisis masalah program TB baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, dimulai dengan penetapan tujuan
berupa upaya-upaya kegiatan yang dapat mempercepat
penanggulangan masalah TB yang ada.
4. Melaksanakan program penemuan dan pengobatan TB, yaitu
setelah menentukan kegiatan penemuan dan pengobatan TB
kemudian dilakukan langkah-langkah yang terencana untuk setiap
kegiatan, seperti penyiapan sarana dan prasarana, penyuluhan TB,
dan pelayanan pengobatan TB
5. Pemantauan dan evaluasi, dimulai sejak langkah awal perencanaan
dibuat sampai dengan suatu kegiatan telah selesai dilaksanakan.
Kegiatan pemantauan dapat dilakukan melalui sistem pencatatan
dan pelaporan, hasil kegiatan pemantauan kemudian dibuat kegiatan
tindak lanjut pemantauan yang telah dilakukan melalui umpan
balik. Evaluasi adalah suatu proses untuk keterkaitan, efektifitas,
efesiensi, dan dampak suatu program yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki, menentukan dan memeproleh suatu bentuk kegiatan
yang tepat. Dengan tujuan untuk memperoleh masukan yang
digunakan dalam proses perencanaan yang akan datang dengan
mengukur keberhasilan suatu program.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM


UPTD Puskesmas Luragung terletak sebelah timur Kabupaten Kuningan yang
berjarak 21 Km, waktu tempuh kendaraan roda 4 maupun roda 2 kurang lebih
30 menit. Puskesmas Luragung terletak 200 meter dari permukaan air laut yang
keadaan geografisnya berbukit-bukit dengan luas wilayah 373 Km2.
4.1.1 Geografi dan Demografi
4.1.1.1 Geografi
1) Peta Wilayah

PETA KECAMATAN LURAGUNG

2) Luas Wilayah dan Batas-batas


 Sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Cidahu
 Sebelah timur dibatasi oleh Kecamatan Cimahi
 Sebelah selatan dibatasi oleh Kecamatan Ciwaru
 Sebelah barat dibatasi oleh Kecamatan Lebakwangi
3) Luas Wilayah kerja Puskesmas DTP Luragung terdiri dari :
 Tanah Sawah : 1.089.283 Ha
 Tanah Kering : 933.000 Ha
 Kebun : 855.000 Ha
 Lain-lain : 268.000 Ha
4) Jumlah desa/kelurahan dan Wilayah Administrasi
Jumlah desa di wilayah UPTD Puskesmas Luragung ada 16 desa
dan tidak ada desa berstatus desa miskin, sedangkan jumlah RW 88,
jumlah RT 304 dan Jumlah Dusun 64.

4.1.1.2 Kependudukan/Demografi
1) Komposisi dan Jumlah penduduk
Jumlah penduduk bedasarkan estimasi di wilayah kerjauntuk
Masyarakat Dengan Tempat Perawatan Luragung sebanyak 38.965
jiwa, dan dari jumlah ini, jenis kelamin laki-laki 19,404 jiwa dan
sedangkan jenis kelamin perempuan 19,561 jiwa.
Dari komposisi penduduk yang diwujudkan dalam rata-rata jiwa
per rumah tangga adalah 3 jiwa per rumah tangga dengan kepadatan
penduduk 104 jiwa per-Km2.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Luragung
Tahun 2021
KELOMPOK UMUR
No
DESA / KEL. 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
.
Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Luragunglandeuh 173 181 179 159 141 152 159 165 183 161 148 138 116 1.746
2 Luragungtonggoh 81 85 84 74 66 71 74 77 86 75 69 64 54 1.608
3 Cigedang 88 92 91 81 72 78 81 84 94 82 75 70 59 1.619
4 Sindangsari 57 60 59 52 46 50 52 54 60 53 49 45 38 1.572
5 Wilanagara 137 143 142 126 111 120 126 130 145 127 117 109 91 1.692
6 Dukuhpicung 109 114 113 100 89 96 100 104 115 101 93 87 73 1.650
7 Walaharcageur 80 84 83 73 65 70 73 76 85 74 68 63 53 1.606
8 Cirahayu 119 124 123 109 96 104 109 113 126 110 101 94 79 1.664
9 Margasari 35 36 36 32 28 31 32 33 37 32 30 28 23 1.539
10 Sindangsuka 48 50 50 44 39 42 44 46 51 45 41 38 32 1.559
11 Dukuhmaja 125 130 129 114 101 109 114 119 132 116 106 99 83 1.673
12 Gunungkarung 110 115 113 101 89 96 101 105 116 102 94 87 73 1.651
13 Cikandang 112 117 116 103 91 98 103 107 119 104 96 89 75 1.655
14 Panyosogan 114 120 118 105 93 100 105 109 121 106 98 91 76 1.658
15 Benda 86 90 89 79 70 76 79 82 91 80 74 69 58 1.616
16 Cikaduwetan 154 161 159 141 125 135 141 146 163 143 131 122 103 1.717
JUMLAH 1.628 1.703 1.682 1.494 1.324 1.429 1.492 1.551 1.724 1.510 1.390 1.293 1.087 2.234
Sumber Data : Data Kependudukan Kecamatan Luragung, Tahun 2021
Tabel 4.1.1
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Luragung
Tahun 2021
KELOMPOK UMUR
No
DESA / KEL. 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
.
Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Luragunglandeuh 160 168 180 161 141 150 161 167 188 163 150 149 119 1.864
Luragungtonggo
2 75 78 84 75 66 70 75 78 88 76 70 69 55 1.720
h
3 Cigedang 82 85 92 82 72 77 82 85 96 83 76 76 60 1.732
4 Sindangsari 53 55 59 53 46 49 53 55 62 54 49 49 39 1.683
5 Wilanagara 127 133 143 127 111 119 127 132 149 129 119 118 94 1.807
6 Dukuhpicung 101 105 113 101 89 95 101 105 118 103 94 94 75 1.764
7 Walaharcageur 74 77 83 74 65 69 74 77 87 75 69 69 55 1.718
8 Cirahayu 110 115 123 110 97 103 110 114 129 112 103 102 81 1.779
9 Margasari 32 34 36 32 28 30 32 34 38 33 30 30 24 1.648
10 Sindangsuka 45 47 50 45 39 42 45 47 52 45 42 41 33 1.669
11 Dukuhmaja 115 121 130 116 101 108 116 120 136 117 108 107 85 1.788
12 Gunungkarung 101 106 114 102 89 95 102 106 119 103 95 94 75 1.765
13 Cikandang 104 109 117 104 91 97 104 108 122 106 97 96 77 1.769
14 Panyosogan 106 111 119 106 93 99 106 110 124 108 99 98 78 1.772
15 Benda 80 84 90 80 70 75 80 83 94 81 75 74 59 1.729
16 Cikaduwetan 142 149 160 143 125 133 143 148 167 145 133 132 105 1.833
JUMLAH 1.504 1.575 1.694 1.510 1.325 1.412 1.512 1.570 1.770 1.533 1.410 1.398 1.115 2.335
Sumber Data : Data Kependudukan Kecamatan Luragung, Tahun 2021
Tabel 4.1.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
UPTD Puskesmas Luragung
Tahun 2021

Kelompok Umur Jumlah Penduduk


No
(Tahun)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0–4 1.628 1.504 3.132
2 5–9 1.703 1.575 3.278
3 10 – 14 1.682 1.694 3.376
4 15 – 19 1.494 1.510 3.004
5 20 – 24 1.324 1.325 2.649
6 25 – 29 1.429 1.412 2.841
7 30 – 34 1.492 1.512 3.004
8 35 – 39 1.551 1.570 3.121
9 40 – 44 1.724 1.770 3.494
10 45 – 49 1.510 1.533 3.043
11 50 – 54 1.390 1.410 2.800
12 55 – 59 1.293 1.398 2.691
13 60 – 64 1.087 1.115 2.202
14 65 + 2.234 2.335 4.569
JUMLAH 21.541 21.663 43.204
Sumber Data : Data Kependudukan Kecamatan Luragung, Tahun 2021

Jumlah penduduk menurut kelompok umur paling banyak adalah


antara umur / usia 65 tahun keatas yaitu 4.569 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki 2.234 jiwa dan jumlah penduduka perempuan
2.335 jiwa.
Sedangkan untuk jumlah penduduk paling sedikit yaitu pada
kelompok umur / usia 60-64 tahun dengan jumlah 2.202 jiwa yang
terdiri dari 1.087 jumlah penduduk laki-laki dan 1.115 jumlah
penduduk perempuan.
2) Kepadatan Penduduk
Dibahas kepadatan penduduk dan persebarannya serta
akibat/dampak dari kepadatan persebaran tersebut.

Tabel 4.1.4
Luas Wilayah, Jumlah dan Persebaran Penduduk
Di Wilayah UPTD Puskesmas Luragung
Tahun 2021

JUMLAH
LUAS JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA KEPADATAN
No. DESA/ KEL WILAYA RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
H (KM2) TANGGA (KM2)
TANGGA
L P JML
(KK)

1 Luragunglandeuh 32,36 2.291 2.304 6.899 1201 3 128


2 Luragungtonggoh 13,3 1.070 1.076 3.222 560 3 146
3 Cigedang 17,8 1.169 1.175 3.519 585 3 119
4 Sindangsari 19,35 754 759 2.272 1403 1 71
5 Wilanagara 33,48 1.812 1.822 5.456 214 15 98
6 Dukuhpicung 33,53 1.442 1.450 4.342 810 3 78
7 Walaharcageur 21,1 1.057 1.063 3.183 367 5 91
8 Cirahayu 22,63 1.570 1.578 4.726 983 3 126
9 Margasari 3,64 460 463 1.386 773 1 230
10 Sindangsuka 17,34 638 642 1.922 852 1 67
11 Dukuhmaja 21,89 1.650 1.659 4.968 769 4 137
12 Gunungkarung 21,24 1.452 1.460 4.372 690 4 124
13 Cikandang 33,57 1.484 1.493 4.470 374 7 80
14 Panyosogan 32,4 1.514 1.523 4.560 892 3 85
15 Benda 29,55 1.143 1.150 3.443 725 3 70
16 Cikaduwetan 19,86 2.034 2.046 6.126 514 7 186
JUMLAH 373,05 21.540 21.663 64.866 11.712 3 105.06
Sumber Data : Data Kependudukan Kecamatan Luragung, Tahun 2021
Kepadatan penduduk rata-rata di Wilayah UPTD Puskesmas
Luragung pada tabel diatas adalah 105.069jiwa/km2 dan 3 KK/km2.
Kepadatan penduduk tersebut tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya karena luas wilayah yang ada masih merupakan luas
wilayah keseluruhan (tanah kosong dan pesawahan).
3) Sosial Ekonomi
a) Penduduk Tercakup Jaminan Kesehatan Nasional
Jumlah penduduk yang tercakup Jaminan Kesehatan
Nasional di wilayah UPTD Puskesmas Luragung pada tahun
2021 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1.6
Jumlah Penduduk, Penduduk di Cakup BPJS
Di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

Jenis Kartu
Pekerja %
Jml Pekerja Bukan Total Penduduk
No Bukan
Penduduk PBI PBI Penerima Penerima Peserta di cakup
Pekerja
APBD APBN Upah Upah BPJS
(BP)
(PPU) (PBPU)
Mandiri
29,09
1 38,965 645 19,780 2,950 983 4,739 74.67
7
Sumber : BPJS Cabang Kuningan, Tahun 2021

Dari total jumlah penduduk 38,965 jiwa, jumlah penduduk


yang dicakup BPJS mencapai 74,67%. Jumlah penduduk yang
dicakup BPJS tersebut terdiri dari PBI APBD sebesar 645
orang, PBI APBN sebesar 19.780 orang, Pekerja Penerima
Upah (PPU) ada 2.950 orang, Pekerja Bukan Penerima Upah
ada 4.739 orang dan Bukan pekerja ada 983 orang.
b) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja puskesmas
dapat terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1.7
Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan
Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

JUMLAH PENDUDUK
DIPLOM
JENIS A/ TIDAK
NO
KELAMIN SD SLTP SLTA AKADEM SEKOL JML
I/ AH
PT
1 2 4 5 6 7 8 9
1 Laki-Laki 6.533 4.355 3.193 2.109 262 16.452
2 Perempuan 6.586 4.315 3.318 1.871 317 16.407
13.11
JUMLAH 8.670 6.511 3.980 679 32.859
9
Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Tahun 2021

Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk terbanyak


ada pada jumlah penduduk yang tidak sekolah dengan jumlah
26.294 jiwa. Sedangkan jumlah paling sedikit ada pada jumlah
penduduk jenjang Akademi/Diploma/Sarjana.

4.2 LINGKUNGAN
4.2.1 Lingkungan Fisik dan Biologi
Aspek lingkungan merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang
paling besar terhadap derajat kesehatan.
Lingkungan fisik, kimia, dan biologi merupakan komponen yang
penting dan tidak dapat dipisahkan dari aktifitas kehidupan manusia
sehingga kualitas keadaan lingkungan sangat berperan dalam proses
terjadinya gangguan kesehatan masyarakat.
Pada bagian ini dibahas keadaan lingkungan fisik dan biologi beserta
dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat.
1. Sarana Sanitasi Dasar

Tabel 4.2
Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Menurut Desa/Kelurahan di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

Sarana Air Bersih Jamban Pengelolaan SPAL


Jumlah Jml Jml Jml Jml Jml Jml
NO Desa Rmh Rmh % Rmh Rmh Rmh % Rmh Rmh Rmh % Rmh
Rumah
Diperik Memili Memiliki Diperik Memili Memiliki Diperik Memili Memiliki
sa ki sa ki sa ki
1 Luragunglandeuh 1618 1418 1413 99,65% 1418 1418 100,00% 1418 1276 89,99%
2 Luragungtonggoh 601 545 545 100,00% 545 544 99,82% 545 501 91,93%
3 Cigedang 649 473 473 100,00% 473 473 100,00% 473 387 81,82%
4 Sindangsari 415 362 362 100,00% 362 362 100,00% 362 311 85,91%
5 Wilanagara 966 648 648 100,00% 648 646 99,69% 648 497 76,70%
6 Dukuhpicung 730 367 367 100,00% 367 352 95,91% 367 277 75,48%
7 Walaharcageur 539 421 421 100,00% 421 421 100,00% 421 381 90,50%
8 Cirahayu 920 580 580 100,00% 580 568 97,93% 580 432 74,48%
9 Margasari 244 223 223 100,00% 223 223 100,00% 223 179 80,27%
10 Sindangsuka 386 282 281 99,65% 282 282 100,00% 282 256 90,78%
11 Dukuhmaja 1065 831 831 100,00% 831 831 100,00% 831 765 92,06%
12 Gunungkarung 886 609 604 99,18% 609 606 99,51% 609 528 86,70%
13 Cikandang 889 547 547 100,00% 547 546 99,82% 547 417 76,23%
14 Panyosogan 916 723 723 100,00% 723 720 99,59% 723 593 82,02%
15 Benda 776 458 458 100,00% 458 447 97,60% 458 362 79,04%
16 Cikaduwetan 1611 1222 1222 100,00% 1222 1222 100,00% 1222 1015 83,06%
JUMLAH 13211 9709 9698 99,89% 9709 9661 99,51% 9709 8177 84,22%
Sumber : Lap. Program Kesling, Tahun 2021
Tabel 4.2.1
Jumlah dan Persentase Keluarga dengan Jamban, SPAL dan Pengelolaan
Sampah yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Desa/Kelurahan
di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

Jamban SPAL Pengelolaan Sampah


Jml KK
Jml KK Jml KK dg
Jumlah dg dg Pengelo
NO Desa Jml KK % Jml KK % Jml KK %
KK Jamban SPAL laan
Diperik Memenhi Diperik Memenuh Diperik Memenu
Memen Memen Sampah
sa Syarat sa i Syarat sa hi Syarat
uhi uhi Memen
Syarat Syarat uhi
Syarat
1 Luragunglandeuh 1778 1778 1778 100,00% 1778 1582 88,98% 1778 1600 89,99%
2 Luragungtonggoh 840 840 839 99,88% 840 764 90,95% 840 788 93,81%
3 Cigedang 863 863 863 100,00% 863 690 79,95% 863 768 88,99%
4 Sindangsari 545 545 545 100,00% 545 463 84,95% 545 498 91,38%
5 Wilanagara 1392 1392 1374 98,71% 1392 1071 76,94% 1392 1138 81,75%
6 Dukuhpicung 1015 1015 945 93,10% 1015 763 75,17% 1015 842 82,96%
7 Walaharcageur 784 784 784 100,00% 784 705 89,92% 784 588 75,00%
8 Cirahayu 1130 1130 1001 88,58% 1130 848 75,04% 1130 697 61,68%
9 Margasari 329 329 329 100,00% 329 263 79,94% 329 292 88,75%
10 Sindangsuka 495 495 495 100,00% 495 445 89,90% 495 371 74,95%
11 Dukuhmaja 1221 1221 1221 100,00% 1221 1108 90,75% 1221 989 81,00%
12 Gunungkarung 1121 1121 1101 98,22% 1121 935 83,41% 1121 1025 91,44%
13 Cikandang 1191 1191 1191 100,00% 1191 1024 85,98% 1191 838 70,36%
14 Panyosogan 1131 1131 1128 99,73% 1131 859 75,95% 1131 1021 90,27%
15 Benda 872 872 854 97,94% 872 688 78,90% 872 636 72,94%
16 Cikaduwetan 1738 1738 1738 100,00% 1738 1442 82,97% 1738 1512 87,00%
JUMLAH 16445 16445 16186 98,43% 16445 13650 83,00% 16445 13603 82,72%
Sumber : Lap. Program Kesling, Tahun 2021

Pada tahun 2021 kepemilikan jamban yang memenuhi syarat


sudah mencapai 98,43% dan sarana kepemilikan air bersih di wilayah
UPTD Puskesmas Luragung sudah baik.
Untuk kepemilikan SPAL sudah 83,00% tetapi yang termasuk
dalam kategori kurang baik ini dikarenakan belum fahamnya tentang
pentingnya penyediaan SPAL dalam menunjang hidup sehat, selain
itu juga karena luas lahan/tanah yang terbatas juga karena biaya
pembuatan SPAL tersebut cukup besar sehingga tidak terjangkau
oleh masyarakat.
2. Inspeksi Sanitasi
Ditampilkan hasil Inspeksi Sanitasi yang telah dilakukan :
a. Inspeksi Sanitasi Rumah
Tabel 4.2.2
Jumlah dan Persentase Rumah Sehat Hasil Inspeksi Sanitasi
Menurut Desa/Kelurahan
di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

No Desa Jumlah Rumah Jumlah Rumah Diperiksa % Rumah Sehat


1 Luragunglandeuh 1618 1418 87,64%

2 Luragungtonggoh 601 545 90,68%

3 Cigedang 649 473 72,88%

4 Sindangsari 415 362 87,23%

5 Wilanagara 966 648 67,08%

6 Dukuhpicung 730 367 50,27%

7 Walaharcageur 539 421 78,11%

8 Cirahayu 920 567 61,63%

9 Margasari 244 223 91,39%

10 Sindangsuka 386 282 73,06%

11 Dukuhmaja 1065 831 78,03%

12 Gunungkarung 886 609 68,74%

13 Cikandang 889 547 61,53%

14 Panyosogan 916 723 78,93%

15 Benda 776 458 59,02%

16 Cikaduwetan 1611 1222 75,85%

JUMLAH 13211 9696 73,39%


Sumber : Laporan Program Kesling, Tahun 2021
Dari hasil kegiatan inspeksi sanitasi rumah sampai dengan
tahun 2021 adalah rumah sehat di Kecamatan Luragung baru
mencapai 73,39 %, hal ini disebabkan belum memahaminya
tentang pentingnya fasilitas dan sarana sanitasi rumah yang
memenuhi syarat.
b. Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih

Tabel 4.2.3
Jumlah dan Persentase Sarana Air Bersih Hasil Inspeksi Sanitasi
Menurut Desa/Kelurahan
di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

JUMLAH SAB RESIKO PENCEMARAN


NO DESA/KEL JUMLAH SAB
DIPERIKSA R S T AT
1 Luragunglandeuh 1618 1418 976 418 14 10
2 Luragungtonggoh 601 545 368 162 10 5
3 Cigedang 649 473 263 193 8 9
4 Sindangsari 415 362 221 127 8 7
5 Wilanagara 966 648 447 187 6 8
6 Dukuhpicung 730 367 193 121 43 10
7 Walaharcageur 539 421 241 162 13 5
8 Cirahayu 920 580 415 145 14 6
9 Margasari 244 223 156 53 7 7
10 Sindangsuka 386 282 174 96 8 4
11 Dukuhmaja 1065 831 598 217 11 5
12 Gunungkarung 886 609 423 165 12 9
13 Cikandang 889 547 387 141 10 8
14 Panyosogan 916 723 587 124 8 4
15 Benda 776 458 266 172 10 10
16 Cikaduwetan 1611 1222 1023 183 9 7
JUMLAH 13211 9709 6738 2666 191 114
Sumber : Laporan Program Kesling, Tahun 2021

Masyarakat Luragung ditahun 2021 Sarana Air Bersih (SAB)


yang ada sebanyak 13.211 yang dilakukan pemeriksaan sebanyak
9709, SAB yang memenuhi syarat atau kategori pencemaran
Rendah (R) 6.738 dan Sedang (S) 2.666 sedangkan SAB yang
belum memenuhi syarat kesehatan dengan tingkatan resikoTinggi
(T) dan Amat Tinggi (AT) 114 dari jumlah SAB yang dilakukan
pemeriksaan.
c. Inspeksi Sanitasi TPM,TTU dan TUI

Tabel 4.2.4
Jumlah dan Persentase TPM, TTU, TUI Hasil Inspeksi Sanitasi
Menurut Desa/Kelurahan
di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

TPM TTU TUI


JML
JML JML JML JML
NO DESA/ KEL DIPE JML %
YG % MS YG % MS YG DIPER
RIKS DIPERIKSA MS
ADA ADA ADA IKSA
A
1 Luragunglandeuh 50 26 44,00% 36 16 44,44% 2 0 0
2 Luragungtonggoh 12 6 50,00% 13 6 46,15% 1 0 0
3 Cigedang 3 1 33,33% 6 2 33,33% 1 0 0
4 Sindangsari 4 3 50,00% 6 3 50,00% 0 0 0
5 Wilanagara 3 2 66,67% 8 4 50,00% 0 0 0
6 Dukuhpicung 7 5 42,86% 9 4 44,44% 0 0 0
7 Walaharcageur 5 3 60,00% 6 2 33,33% 0 0 0
8 Cirahayu 4 2 50,00% 12 6 50,00% 0 0 0
9 Margasari 3 2 66,67% 5 3 60,00% 0 0 0
10 Sindangsuka 6 4 66,67% 7 3 42,86% 0 0 0
11 Dukuhmaja 5 4 80,00% 5 5 100,00% 0 0 0
12 Gunungkarung 6 4 66,67% 11 3 27,27% 0 0 0
13 Cikandang 6 4 66,67% 5 3 60,00% 1 0 0
14 Panyosogan 4 3 75,00% 7 4 57,14% 0 0 0
15 Benda 5 3 40,00% 4 2 50,00% 0 0 0
16 Cikaduwetan 8 4 37,50% 11 3 27,27% 0 0 0
JUMLAH 131 76 51,15% 151 69 45,70% 5 0 0
Sumber : Laporan Program Kesling, Tahun 2021

Pada tahun 2021, di Kecamatan Luragung jumlah pemeriksaan


TPM sebanyak 76 buah, yang memenuhi syarat sudah mencapai
51,15%. Sedangkan untuk pemeriksaan TTU sebanyak 151 yang
memenuhi syarat baru 56,95% dan hasil pemeriksaan industri dari
sebanyak 29, tidak ada satu pun yang memenuhi syarat (0%).
Masih perlu koordinasi lintas sektor dan kerja keras banyak pihak
untuk meningkatkan indikator di atas.
d. STBM
Tabel 4.2.5
Jumlah dan Persentase TPM, TTU, TUI Hasil Inspeksi Sanitasi
Menurut Desa/Kelurahan
di UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2021

Identitas Data
Baseline Kemajuan
(Data aktual ter-entry /
No Nama Kelurahan/Desa Data di BPS)
Jumlah KK JSP JSSP Sharing BABS JSP JSSP Sharing BABS
% Akses % Akses
KK % KK % KK % KK % Jamban KK % KK % KK % KK % Jamban

1 WALAHARCAGEUR 1778 2223 99,11% 0 0 0 0 20 0,89% 99,110% 1778 100% 0 0 0 0 0 0 100%

2 SINDANGSARI 840 689 99,42% 0 0 1 0,14 3 0,44% 99,57 839 99,9% 0 0 1 0,1% 0 0 99,9%

3 CIGEDANG 863 771 100% 0 0 0 0 0 0 100% 863 100% 0 0 0 0 0 0 100%

4 MARGASARI 545 432 100% 0 0 0 0 0 0 100% 545 100% 0 0 0 0 0 0 100%

5 SINDANGSUKA 1392 1194 98,60% 0 0 0 0 17 1,42% 1374 99,0% 0 0 0 0 18 1,31% 99,0%

6 DUKUHMAJA 1015 1241 94,23% 0 0 18 1,37 58 4,67% 96% 944 93,00% 0 0 0 0 71 7,52% 93,00%

7 CIKADUWETAN 784 529 100% 0 0 0 0 0 0 100% 784 100% 0 0 0 0 0 0 100%

8 LURAGUNGTONGGOH 1130 735 85,07% 0 0 0 0 129 14,93 85,07 997 88,23% 0 0 0 0 129 12,94% 88,23%

9 LURAGUNGLANDEUH 329 300 100% 0 0 0 0 0 0 100% 329 100% 0 0 0 0 0 0 100%

10 PANYOSOGAN 495 384 100% 0 0 0 0 0 0 100% 495 100% 0 0 0 0 0 0 100%

11 BENDA 1221 1080 99,91% 0 0 1 0,09 0 0 100% 1221 100% 0 0 0 0 0 0 100%

12 WILANAGARA 1121 878 98,32% 0 0 0 0 15 1,68% 98,32 1101 98,22% 0 0 0 0 20 1,82% 98,22%

13 GUNUNGKARUNG 1191 913 92,22% 0 0 0 0 77 7,78% 92,22 1191 100% 0 0 0 0 0 0 100%

14 DUKUHPICUNG 1131 853 98,84 0 0 0 0 10 1,16% 98,84 1128 99,70% 0 0 0 0 3 0,003 99,70%

15 CIKANDANG 872 830 98,81% 0 0 0 0 10 1,19% 98,81% 854 97,94% 0 0 0 0 18 0,02 97,94%

16 CIRAHAYU 1738 1742 100% 0 0 0 0 0 0 100% 1738 100% 0 0 0 0 0 0 100%

TOTAL 16445 1479,40% 97,78% 0 0 20 1,6 339 15,12 99,57 16.181 98,39% 0 0 1 0,001 259 0,26 98,39%
Sumber : Laporan Program Kesling, Tahun 2021
Dari tabel diatas terlihat bahwa cara Buang Air Besar ada 4
jenis diantaranya melalui :
1. JSP : Jamban Sehat Permanen
2. JSP : Jamban Sehat Semi Permanen
3. Sharing: BAB melalui WC, tetapi jamban menumpang
kepada orang lain
4. BABS : Buang Air Besar Sembarangan

4.3 Capain Program Tuberkulosis


Capaian Program TB Puskesmas Luragung pada Tahun 2021 adalah sebagai
berikut :
1. 25,50% capaian penemuan suspek TB
2. 81,81% penemuan kasus baru TB

4.3.1 Data penemuan suspek TB


Gambaran penemuan susek TB dengan indikator jumlah
pemeriksaan BTA tahun 2021 di wilayah kerja Puskesmas Luragung
adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3.1
GAMBARAN PENEMUAN SUSPEK TB

Target Capaian

415 110 (26,50%)

Berdasarkan tabel 4.3.1 diketahui gambaran capain penemuan suspek


TB wilayah kerja Puskesmas Luragung sebanyak 110 (26,50%), dengan
target yang seharusnya dicapai sebanyak 415.
Grafik 4.3.1
GAMBARAN CAPAIN PENEMUAN SUSPEK TB

GRAFIK TB PARU MENURUT PEMERIKSAAN SPUTUM


DI UPTD PUSKESMAS LURAGUNG
BULAN JANUARI - DESEMBER 2021
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOV DES JML

4.3.2 Data pengobatan kasus TB

Tabel 4.3.2
GAMBARAN PENGOBATAN KASUS TB

Target Capaian

77 63 (81,81%)

Berdasarkan tabel 4.3.2 diketahui gambaran capaian pengobatan


kasus TB wilayah kerja Puskesmas Luragung sebanyak 63 (81,81%),
dengan target yang seharusnya dicapai sebanyak 77
Grafik 3.2
GAMBARAN PENGOBATAN KASUS TB

GRAFIK TB PARU MENURUT PENEMUAN KASUS BARU


DI UPTD PUSKESMAS LURAGUNG
BULAN JANUARI - DESEMBER 2021
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
I I T L EI NI LI L
AR UAR ARE RI M JU JU US BER BER BER BER JM
U P ST
JA
N BR M A U EM KTO EM SEM
FE AG EPT O V
S NO DE

4.4 Identifikasi Masalah


Dari hasil capaian program TB ahun 2021, maka didapat 2 masalah indikator
yang pencapaiannya kurang dari target yaitu :
1. Penemuan suspek TB.
2. Penemuan dan pengobatan kasus TB.

4.5 Prioritas Masalah (USG)


Karena keterbatasan penanggung jawab program dalam menyelesaikan semua
masalah, maka dibuat prioritas masalah untuk menyelesaikan masalah yang
dianggap paling penting terlebih dahulu dengan menggunakan metoda USG
(Urgensi, Seriousness, Growth). Berikut ini matrik perhitungan prioritas
masalah :

Tabel 4.5
Nilai Prioritas Masalah
MASALAH NILAI PRIORITAS MASALAH URUTAN
YANG TOTAL PRIORITAS
DITEMUKAN URGENSI SERIOUSLY GROWTH MASALAH
Cakupan
penemuan 4 4 4 12 1
suspek TB

Pengobatan TB 4 4 3 11 2

Berdasarkan masalah yang ditemukan, prioritas masalah yang pertama yaitu


cakupan penemuan suspek TB masih belum mencapai target dikarenakan
kunjungan sakit ke puskesmas berkurang selama masa pandemic covid-19,
masih terlalu ketatnya pemeriksaan terhadap terduga TB, belum maksimalnya
kerjasama lintas program dalam skrining suspekTB. Penemuan pengobatan TB
masih belum mencapai target hal ini sangat dipengaruhi dari penemuan terduga
TB yang diperiksa.
Dari kedua permasalahan maka program P2TB membuat fishbone P2TB
untuk menentukan akar masalah prioritas utama yaitu capain penemuan suspek
TB.
4.6 Penyebab Masalah
Diagram Tulang Ikan

DANA MANUSIA

Kurangnya pengetahuan
Kurangnya peran masyarakat tentang
serta swasta/donator penyakit TB
dalam program TB

Penemuan
suspek TB
Peran lintar sektor Kurangnya informasi ke Daerah pendesaan
dan kader TB masyarakat tentang jadwal dengan mobilitas
pengobatan standar TB penduduk yang cepat

SARANA METODE LINGKUNGAN


Untuk menentukan akar penyebab masalah menggunakan metode diagram
tulang ikan (fishbone) yang terdiri dari dana, manusia, sarana, metode dan
lingkungan. Dari diagram tulang ikan (fishbone), penyebab masalah dari
penemuan suspek TB:
1. Kurangnya dukungan swasta/donator dalam penangan TB (dana).
2. Pengetahuan masyarakat masih kurang tentang TB (man).
3. Peran lintas sektor dan kader masih kurang dalam penangan TB, tidak masuk
dalam prioritas dalam program pembangunan di tingkat bawah
(desa/kelurahan) (sar).
4. Daerah perkotaan dengan mobilitas penduduk yang sangat cepat (ling).
5. Kurangnya informasi ke masyarakat tentang pengobatan standar TB
(metode).

4.7 Prioritas Penyebab Masalah


Karena keterbatasan penanggung jawab program dalam penyelesaian
pemecahan semua penyebab masalah, maka dibuat prioritas penyebab masalah
untuk dengan menggunakan metoda USG (Urgensi, Seriousness, Growth).
Berikut ini matrik perhitungan prioritas penyebab masalah:
Tabel 4.7
Nilai Priotitas Penyebab Masalah
Penyebab Masalah U S G TOTAL
Kurangnya dukungan swasta/donator dalam 3 3 1 7
penangan TB (dana)
Kuranganya pengetahuan masayarakat tentang 4 5 4 13
penyakit Tb (man)
Peran lintas sektor dan kader masih kurang dalam 3 3 2 8
penangan TB, tidak masuk dalam prioritas
program pembangunan di tingkat bawah
(desa/kelurahan) (sar)
Daerah pendesaan dengan mobilitas penduduk 3 3 2 8
yang sangat cepat (ling)
Kurangnya informasi ke masyarakat tentang 4 3 3 10
standar pengobatan TB (metode)

4.8 Alternatif Penyelesaian Masalah


Di bawah ini adalah alternatif penyelesaian masalah dari tiap penyebab
masalah:
N Nama Kegiatan Rincian Tujuan (Why) Sasaran Waktu Tempat Dana
o (What) Kegiatan (Who) Kegiatan (Where)
(How) (When)
1 Penyuluhan ke Memberikan Meningkatkan Masyarakat Januari – 16 -
masyarakat informasi pengetahuan Desember desa/kelurahan
(individu/kelompok) tentang masyarakat wilayah kerja
penyakit TB, tentang penyakit Puskesmas
tanda gejala TB, tanda gejala Luragung
dan dan pengobatan
pengobatan TB
TB
Pengetahuan masyarakat masih kurang tentang TB (man).
BAB V
RENCANA USULAN KEGIATAN

5.1 Usulan Kegiatan Rutin


N UPAYA TARGET PENANGGU Jadwal SUMBER
KEGIATAN TUJUAN SASARAN LOKASI
O KESEHATAN SASARAN NG JAWAB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BIAYA
v v v v v v v v v v v v

Desa /
Kelurahan
Penderita Wilayah Kerja
Menemukan kasus
Penemuan Kunjungan kontak TB,keluarga Puskesmas
1 baru TB di antara 100% Program TB BOK
terduga TB di penderita TB dan
penderita TB
Masyarakat lingkungan

v v v v v v v v v v v v

Melakukan
kunjungan
Menghibdari Desa /
Kunjungan TB terhadap pasien Pasien tidak
terjadinya kasusu Kelurahan
2 mangkir/suspek tidak patuh minum taat minum 100% Program TB BOK
TB yang lebih Wilayah Kerja
MDR obat untuk obat
berat (TBMDR) Puskesmas
menghindari TB
MDR

Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Program TB


UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2022

5.2 Usulan Kegiatan Terkait Masalah


N UPAYA TARGET PENANGGU Jadwal
KEGIATAN TUJUAN SASARAN LOKASI BIAYA
O KESEHATAN SASARAN NG JAWAB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Meningkatkan
Desa /
pengetahuan
Penyuluhan ke Kelurahan
masyarakat tentang
1 masyarakat Masyarkat 100% Program TB Wilayah Rp. 450.000
penyakit TB,tanda
(individu/kelompok) Kerja
gejala dan pengobatan
Puskesmas
TB

Rencana Anggran Kegiatan (RAK) BOK Tahunan Program TB


UPTD Puskesmas Luragung Tahun 2022
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kegiatan program TB tahun 2021 telah dilaksanakan. Terdapat beberapa
masalah yang harus ditangani lebih lanjut, diantaranya adalah cakupan penemuan
suspek TB masih kurang dari target, dan pengobatan kasus TB masih kurang dari
target.
Untuk menangani masalah tersebut maka harus ditingkatkan kegiatan
penyuluhan dan kunjungan pada masyarakat dan penderita TB.

6.2 Saran
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemegang program TB Puskesmas
Luragung, hendaknya diberikan update ilmu berupa Pelatihan dalam rangka
peningkatan kapasitas pemegang proram TB.
Saran tambahan pribadi adalah melakukan penyuluhan dengan menggunakan
media online seperti Facebook, Instagram, Tiktok, dan lainnya, serta dapat
melalui radio. Penyuluhan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis, serta
menghilangkan stigma tentang tuberkulosis yang memiliki gejala mirip corona.
Kita juga dapat melakukan pelatihan dan kerja sama dengan instansi
Kesehatan lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas Luragung. Pelatihan yang
dimaksud disini lebih kearah bagaimana cara kita melakukan pencatatan
tuberkulosis yang baik dan benar, sehingga data yang terdapat pada instansi lain
dapat diproses oleh puskesmas. Dari data tersebut juga dapat dilakukan kunjungan
kontak tuberkulosis, sehingga dapat meningkatkan angka cakupan suspek.
Saran selanjutnya adalah meningkatkan kegiatan follow up dalam setiap
kegiatan tuberkulosis. Seperti meningkatkan follow up pada kunjungan kontak
bagi pasien yang tidak mengembalikan pot sputum setelah dilakukan kunjungan
kontak, dan pembuatan jadwal rutin untuk pengambilan data di instansi kesehatan
lain.
Dengan saran-saran tersebut diharapkan dapat meningkatkan cakupan suspek
tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Luragung, sehingga angka cakupan
pengobatan tuberkulosis di Puskesmas Luragung juga dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehaan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2. Kementerian Kesehaan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
3. Kementerian Kesehaan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2018. Tuberkulosis: Temukan
TB Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusdatin.
5. World Health Organization. 2017. Global Tuberculosis Report 2017. Geneva.
6. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014.
Jakarta.
7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2017. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai