Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “S” P5A0H5 NIFAS HARI


KE-10 DENGAN LATE HPP (HEMOROGIC POSTPARTUM)
DI VK IGD/KAMAR BERSALIN KEBIDANAN
RSI IBNU SINA YARSI BUKITTINGGI
TANGGAL 29 SEPTEMBER 2023

Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan II


di RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Periode 25 September s.d 8 Oktober 2023

DISUSUN OLEH :

ALMA MAULIA P032115401003


DAVINA SHAFA SALSABILA P032115401010
IRMA FOURISKA P032115401019
NAZWA SHIFA SAHARANI P032115401026
SHAFAR DEWI ANANTY TASRI P032115401035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES RIAU
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Asuhan Kebidanan Pada Ny. S P5A0H5 Dengan Late HPP Di
VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi.
Ruang Praktik : Ruang VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan
Program Studi : D-III Kebidanan

Telah disahkan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.
S P5A0H5 Nifas Hari ke 10 dengan Late HPP di VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI
Ibnu Sina Yarsi Bukit Tinggi” guna Praktik Klinik Kebidanan II Semester V Program
Studi D III Kebidanan Tahun Akademik 2023/2024.

Bukittinggi, 03 Oktober 2023


Dosen Pembimbing Clinical Instruktur
Praktek Klinik VK IGD/KAMAR BERSALIN
Kebidanan

Yan Sartika, SST. Bdn, M. Keb Bdn.Yulia Nengsih, S.Tr.Keb


NIP. 198001232002122001 NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan Praktik
Klinik Kebidanan 2 di RSI Ibnu Sina Yarsi Kota Bukittinggi sebagai salah satu syarat
untuk dapat mengikuti perkulihan semester ganjil 2023/2024.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas asuhan kebidanan. Penulis banyak
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
meneyelesaikan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Husnan, S.Kp, MKM selaku direktur Poltekkes Kemenkes Riau.


2. Ibu Juraida Roito Harahap, SKM, M.kes selaku ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Riau.
3. Ibu Ani Laila, SST, M.Biomed selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Riau.
4. Ibu Yanti, SST, M.Keb selaku dosen koordinasi mata kuliah Praktik Klinik
Kebidanan II.
5. Ibu Yan Sartika, SST. Bdn, M.Keb selaku pembimbing lapangan
6. Uni Bdn. Yulia Nengsih, S.Tr.Keb sebagai pembimbing lahan praktik penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan hasil kegiatan Praktik


Klinik Kebidanan II semester V ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang penulis harapkan guna penyempurnaan laporan di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bukittinggi, 03 September 2023

Davina Shafa Salsabila

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. ii


KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 3
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................................................................. 3
1.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus............................................................................... 4
1.4 Gambaran Kasus .................................................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1 Pengertian............................................................................................................................. 5
2.2 Etiologi ................................................................................................................................. 5
2.3 Klasifikasi ............................................................................................................................ 6
2.4 Patofisiologis........................................................................................................................ 6
2.5 Tanda dan gejala .................................................................................................................. 8
2.6 Faktor fisiologis ................................................................................................................... 9
2.7 Komplikasi ......................................................................................................................... 11
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................................................. 11
BAB 3 TINJAUAN KASUS .......................................................................................... 14
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................................................. 14
3.2 Cara pengambilan Kasus .................................................................................................... 14
3.3 Kajian kasus ....................................................................................................................... 14
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................................. 30
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 32
5.2 Saran................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 33

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 memperkirakan 810 ibu
meninggal setiap harinya karena penyebeb yang dapat dicegah terkait kehamilan dan
persalinan. Indonesia berada pada urutan ketiga Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi di
ASEAN setelah Myanmar dan Laos (WHO, 2019). AKI di Indonesia tahun 2021 sejumlah
7.389. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627 kematian.
Berdasarkan penyebab, Sebagian besar kematian ibu pada tahun 2021 disebabkan oleh
perdarahan sebanyak 1/330 kasus (Kemenkes, 2021) dikutip dari (Muninggar, 2023).
Morbilitas dan mortalitas pada wanita hamil dan bersalin di negara berkembang
adalah salah satau masalah yang besar. (Sarwani & Nurlaela, 2013) mengutip dari
(Guiterrez et all, 2007) bahwa negara berkembang menyumbang 99% dari total kematian
ibu. Sedangkan berdasarkan (Saefudin, 2002) yang juga dikutip oleh (Sarwani & Nurlaela,
2013) mengatakan bahwa kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama
mortalitas (kematian) ibu yang kemudian disebut kematian maternal atau kematian
perempuan hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa
mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas
dan bukan disebabkan oleh kecelakaan.
Di Indonesia Angka Kematian Ibu atau yang disingkat menjadi AKI merupakan
salah satu hal yang menjadi target untuk penurunan kejadian tersebut. Namun, angka
kematian ibu sangat sulit untuk diturunkan mengingat masih banyak sekali ibu di
Indonesia yang belum mengerti tentang pentingnya memeriksakan kehamilan selama
periode kehamilannya. Menurut Badan Pusat Statistik, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu peyebab kematian terkait dengan
gangguan kehamilan atau penangannannya (tidak termasuk kecelakaan, bunuh diri atau
kasus indikasi insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

1
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator untuk memantau
keberhasilan kesehatan ibu. AKI merupakan rasio kematian ibu sepanjang masa
kehamilan, persalinan serta nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan serta nifas
maupun pengelolaannya namun bukan karena sebab-sebab lain semacam musibah
ataupun insiden kecelakaan maupun insiden lain dari 100.000 kelahiran hidup
(Musfirowati, 2021) mengutip dari (Kemenkes RI, 2020. Profil Kesehatan Indonesia
2019).
Penyebab dari tingginya angka kematian ibu yang masih mendominasi di
Indonesia adalah perdarahan, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia atau
eclampsia), serta infeksi postpartum. Perdarahan merupakan salah satu dari banyak
penyumbang kematian bagi ibu baik dalam masa kehamilan, bersalin hingga nifasnya.
Perdarahan kemudian terbagi lagi menjadi beberapa jenis diantaranya perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua setelah melewati trimester III dan banyak
disebabkan oleh plasenta previa dan solusio plasenta. Sedangkan perdarahan postpartum
adalah perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri atau lemahnya kontraksi yang terjadi
sesegera mungkin setelah plasenta keluar.
Perdarahan postpartum biasanya terjadi karena subinvolusi uteri atau kegagalan
uterus untuk kembali pada ukuran normal seperti sebelum hamil yang biasanya
disebabkan ooleh adanya sisa plasenta atau bekuan darah dalam uterus atau rahim maupun
atonia uteri atau lemahnya kontraksi segera setelah persalinan. Perdarahan postpartum
atau perdarahan setelah melahirkan didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500
ml setelah persalinan pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal.
Perdarahan dalam jumlah ini dalam waktu kurang dari 24 jam disebut sebagai perdarahan
postpartum primer atau yang disebut primery portpartum haemorrhage dan apabila
perdarahan terjadi 24 jam setelah persalinan disebut perdarahan postpartum sekunder atau
yang disebut secondary postpartum haemorrhage.
Perdarahan postpartum sekunder (Late Post Partum Haemorrage) terjadi setelah
24 jam pertama sampai 6 minggu paska persalinan. Penyebab utama perdarahan

2
postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. (Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB, hal. 295)
Perdarahan masih merupakan masalah utama dalam bidang obstetri sampai saat
ini. Bersama-sama dengan preeklampsia/eklampsia dan infeksi merupakan trias penyebab
kematian maternal utama baik dinegara maju maupun dinegara sedang berkembang.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 305/100.000 lahir hidup pada
tahun 2015, menurun dibandingkan tahun 2012 sebesar 359/100.000 lahir hidup tetapi
meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu 228/100.000 lahir hidup. Penyebab utama
kematian maternal adalah perdarahan postpartum (Postpartum haemorrhage) (PPH) atau
perdarahan paskasalin (PPS), dikuti preeklampsia/eklampsia dan infeksi. Perdarahan
postpartum primer disebabkan oleh 4T, yaitu atonia uteri (Tonus), retensio plasenta dan
bekuan darah (Tissue), lesi/robekan jalan lahir (Trauma), dan gangguan pembekuan darah
(Thrombin). (Santoso, 2023)
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang diperoleh dari
Kabupaten dan Kota terdapat angka kasus kematian ibu pada tahun 2020 sebanyak 116
kasus kematian, menurut penyebabnya yaitu perdarahaan sebanyak 23 orang, hipertensi
dalam kehamilan 22 orang, infeksi 4 orang, gangguan system peredaran darah 7 orang,
gangguan metabolisme kulit 6 orang dan lain-lain sebanyak 54 orang (Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Barat, 2020) dikutip dari (Sari et al., 2022). Berdasarkan data register
tahun 2022 di RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi terdapat kasus HPP sebanyak 4 kasus.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Asuhan Kebidanan Pada ibu dengan HPP (Hemorogik Postpartum) di ruangan
KB/IGD Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada ibu dengan
HPP di ruangan VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi.

3
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada ibu dengan
HPP di ruangan VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi.
3. Mahasiswa mampu merumuskan assesment pada ibu dengan HPP di
ruangan VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi.
4. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada ibu dengan HPP di
ruangan VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi.

1.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Waktu pengambilan kasus yaitu pada hari Senin, 25 September 2023, tempat
pengambilan kasus di ruangan VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi.

1.4 Gambaran Kasus


Asuhan kebidanan dengan melakukan pengambilan kasus pada Ny. S P5A0H5
Nifas Hari ke 10. Kasus didapatkan di ruang VK IGD/Kamar Bersalin Kebidanan RSI
Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi. Waktu pengambilan kasus yaitu, 29 September 2023. Asuhan
dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dan metode pendokumentasian SOAP.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
HPP (Hemorragic Post Partum) atau dengan kata lain perdarahan postpartum
adalah perdarahan dengan jumlah >500cc setelah persalinan menurut (Tita et al., 2009),
Keadaan ini dapat berlangsung saat sebelum, selama dan sesudah keluarnya plasenta
(Oxorn & Forte, 2010). Perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang
memiliki predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya
perdarahan postpartum selalu ada (Santoso, 2023).

2.2 Etiologi
Penyebab HPP dapat dikategorikan menjadi 4T, yaitu tonus, tissue,
trauma, dan thrombin (Fegita & Satria, 2022; Simanjuntak, 2020)
- Tonus
Kelainan pada tonus dapat berupa atonia uteri, overdistensi uterus, infeksi
intraamniotik atau korioamnionitis, kelelahan pada otot uterus, dan penggunaan obat
relaksasi uterus, seperti nitrogliserin dan magnesium sulfat. Penyebab terbesar
terjadinya HPP kegagalan berkontarski yaitu karena kekurangan oksigen, rahim kendur
akibat sering melahirkan, hipertensi selama kehamilan, kelainan uterus, dan persalinan
yang terlalu lama.(Depkes, 2022)
- Tissue (Jaringan)
Kelainan pada jaringan dapat berupa retensio plasenta, sisa plasenta, atau bekuan
darah.
- Trauma
Pada trauma, umumnya terjadi robekan pada uterus, serviks, vagina, perineum,
pecahnya varises pada vulva, dan inversio uteri. Trauma biasanya terjadi setelah
persalinan lama atau kuat yang dirangsang dengan oksitosin atau prostaglandin, setelah
manipulasi janin baik ekstrauteri maupun intrauteri, penggunaan instrumen seperti
forceps, atau akibat dari tindakan episiotomi.

5
- Thrombin
Kelainan pada thrombin yakni gangguan faktor koagulasi atau pembekuan darah
yang jarang terjadi menurut (rofinda, 2012) dikutip dari (Santoso, 2023).

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Perdarahan Postpartum Klasifikasi berdasarkan saat terjadinya perdarahan
adalah sebagai berikut.(Anggaraini, 2017)
• Perdarahan Postpartum Primer (early post-partum hemorrhage) yaitu perdarahan
yang terjadi dalam kurun waktu 24 jam pertama sejak kelahiran dan biasanya
disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta.
• Perdarahan Postpartum Sekunder (late post-partum hemorrhage) yaitu perdarahan
yang terjadi lebih dari 24 jam hingga 6 minggu kelahiran bayi.

2.4 Patofisiologis
- Atonia Uteri
Hal ini dikarenakan terdapat gangguan pada tonus uteri (atonia uteri), di mana
proses kontraksi dan retraksi tidak berjalan dengan baik dan maksimal. Sehingga
pembuluh-pembuluh darah pada uterus tidak terkompresi, dan perdarahan tidak dapat
dihentikan. Berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan atonia uteri adalah
kehamilan kembar, makrosomia (bayi besar), cairan ketuban terlalu banyak
(Polihidramnion), kelainan janin, kelainan struktur rahim, dan sebagainya. Ibu juga
lebih berisiko mengalami perdarahan hebat jika melahirkan dalam waktu terlampau
lama maupun sangat cepat (Depkes, 2022).
- Retensio Plasenta
Selain itu, proses kontraksi dan retraksi yang tidak berjalan dengan baik juga dapat
mengganggu proses pelepasan plasenta secara utuh sehingga pada akhirnya akan
menyebabkan keadaan yang kita kenal sebagai retensio plasenta. Retensio plasenta
yang menyebabkan hpp adalah jika plasenta tidak lahir seluruhnya/ada bagian yg
tertinggal.(Budiman & Mayasari, 2017)

6
- Trauma Jalan Lahir
Pada kasus trauma jalan lahir, jumlah pembuluh darah di jalan lahir meningkat
selama kehamilan, sehingga adanya trauma akan menimbulkan perdarahan yang lebih
signifikan dibandingkan pada wanita tidak hamil. Robekan jalan lahir merupakan
laserasi luka yang terjadi disepanjang jalan lahir (perineum) akibat proses persalinan.
Robekan jalan lahir dapat terjadi secarra sengaja (epiostomy) atau tidak disengaja.
Tanda-tanda ibu mengalami robekan jalan lahir adalah perdarahan segar yang mengalir
dan terjadi segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik, kadang ibu
terlihat pucat, lemah dan menggigil akibat berkurangnya haemoglobin.
- Plasenta Akreta dan Plasenta Previa
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi pada kasus dimana implantasi plasenta
tidak normal, misalnya pada plasenta akreta atau plasenta previa. Pada plasenta previa,
letak plasenta yang rendah akan menyebabkan gangguan kontraksi uterus. Pada
plasenta akreta, implantasi plasenta terlalu dalam hingga ke miometrium sehingga
perlukaan akan mencapai miometrium dan menyebabkan perdarahan yang lebih
banyak saat plasenta lepas (Purwoko et al., 2020).
- Gangguan koagulasi (Pembekuan darah)
Gangguan pembekuan darah juga dapat menjadi penyebab ibu mengalami
perdarahan saat dan setelah melahirkan. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan
pembekuan darah adalah penyakit hemofilia dan idiopatik trombositopenia purpura.
Selain itu, komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia dan hipertensi dalam
kehamilan, juga dapat memengaruhi kemampuan pembekuan darah. ()
- Involusi Uteri
Involusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran semula sebelum hamil,
sekitar kurang lebih 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus.Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum

7
Apabila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi,
disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi endometrium,
tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage) atau karena
mioma uteri (Wahyuni & Nurlatifah, 2017). Faktor resiko subinvolusi uteri antara lain
adalah multiparitas, uterus meregang berlebihan, mioma uteri, operasi sesar, uterus
prolaps, sisa plasenta.(Siwy & White, 2022). Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi
uterus menurun sehingga pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna sehingga
pendarahan terjadi terus menerus. Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih
besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau,
dan tidak jarang terdapat pula perdarahan (Sarwono Prawirohardjo, 2011).

2.5 Tanda dan gejala


Berikut adalah gejala yang menandakan adanya perdarahan postpartum atau
perdarahan berat setelah melahirkan (Muninggar, 2023)
• Perdarahan tidak berkurang atau berhenti dari hari ke hari,
• TTV tidak stabil
• Terlihat pucat/ anemis (Hb <11) (Rusmiati, 2019)

8
• Tekanan darah menurun
• Jumlah sel darah merah menurun
• Detak jantung meningkat
• Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh
• Rasa sakit di perut setelah melahirkan tidak kunjung membaik
Tanda-tanda syok
• Kulit dingin / keringat dingin
• Kulit pucat
• Bibir dan kuku kebiruan
• Denyut nadi cepat
• Pernapasan cepat atau dalam
• Sulit bernapas, nafas cepat
• Mulut kering
• Mual, muntah, pusing, pingsan
• Perubahan perilaku, seperti cemas atau agitasi

2.6 Faktor fisiologis


Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan postpartum adalah partus
lama, paritas, peregangan uterus yang berlebihan, oksitosin drip, dan anemia (Satriyandari
et al., 2019). Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum, yaitu:
a. Partus lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan
lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama menyebabkan terjadinya inersia uteri
yaitu, keadaan yang menunjukkan kontraksi rahim melemah atau kekuatan
kontraksi rahim tidak sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim. Hal ini
dapat mengakibatkan kelelahan pada otot-otot uterus sehingga rahim berkontraksi
lemah setelah bayi lahir.
b. Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
postpartum. Paritas satu dan paritas lebih dari tiga mempunyai angka kejadian

9
perdarahan postpartum paling tinggi. Pada paritas satu, ketidaksiapan ibu dalam
menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab
ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama
kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada paritas lebih dari tiga, perdarahan
postpartum dapat disebabkan karena fungsi reproduksi yang mengalami
penurunan.
c. Peregangan Uterus
Peregangan uterus disebabkan oleh kehamilan ganda, polihidramnion, dan
makrosomia. Sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu
berkontraksi segera setelah plasenta lahir sehingga sering menyebabkan
perdarahan postpartum
d. Oksitosin Drip
Stimulasi dengan oksitosin drip dengan pemberian dosis yang tinggi dapat
menyebabkan tetania uteri terjadi trauma jalan lahir ibu yang luas dan
menimbulkan perdarahan serta inversion uteri.
e. Anemia
Kadar hemoglobin <11gr/dl akan cepat terganggu kondisinya bila terjadi
kehilangan darah. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap
sebagai penyebab langsung faktor perdarahan postpartum
f. Usia
Ibu hamil usia nya < 20 tahun dan > 35 tahun lebih beresiko mengalami perdarahan
pasca persalinan. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun lebih berisiko karena rahim
dan panggul ibu belum siap bereproduksi dengan baik, sehingga perlu diwaspadai
kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan kehamilan yang bisa berakibat
terjadinya komplikasi persalinan. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia
lebih dari 35 tahun kurang siap untuk menghadapi kehamilan dan persalinan
cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, mioma uterus
persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya (Megasari M, 2013).
g. Jarak kehamilan

10
Jarak persalinan adalah waktu antara persalinan terakhir dengan kehamilan
sekarang. Jarak Persalinan Aman Idealnya jarak kehamilan adalah lebih dari 2
tahun (2-5 tahun). Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar
pasangan dapat lebih siap dalam menerima dan siap untuk memiliki anak. Jarak
kehamilan harus dihindari antara lain 4T yaitu: Terlalu muda untuk hamil, Terlalu
sering hamil (anak >3 orang beresiko tinggi), Terlalu dekat jarak kehamilan.
Perhitungan tidak kurang dari 9 bulan ini atas dasar pertimbangan kembalinya
organ-organ reproduksi pada keadaan semula. Maka dari itu ada istilah masa nifas,
yaitu masa organ-organ reproduksi kembali ke masa sebelum hamil. Namun masa
nifas berlangsung hanya empat puluh hari, sementara organ-organ reproduksi baru
kembali pada keadaan semula minimal 3 bulan (Sarwono Prawirohardjo, 2011).

2.7 Komplikasi
Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah melahirkan berisiko membuat ibu
mengalami komplikasi (Novia et al., 2022) seperti:
• Anemia
• Infeksi puerperium
• Kematian
Selain itu, perdarahan postpartum dalam kondisi yang parah bisa menyebabkan
komplikasi serius berupa iskemia miokardium, hingga berakibat fatal.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus diberikan sesuai dengan penyebab perdarahan postpartum,
yakni 4T (tonus, tissue, trauma, thrombin). (Adyani et al., 2021)
- Tonus
Pada gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan untuk membantu
memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan (Immawanti, 2019). Selain
itu, dapat diberikan obat-obat uterotonika yang merangsang kontraksi uterus,
seperti:

11
▪ Oksitosin: Berfungsi untuk menstimulasi segmen atas dari miometrium
agar dapat berkontraksi dengan teratur, dan dapat menimbulkan konstriksi
arteri-arteri spiral serta menurunkan aliran darah ke uterus. Dosis yang
direkomendasikan adalah 20‒40 IU dalam 1 liter normal salin, diberikan
IV sebanyak 500 mL dalam 10 menit, kemudian selanjutnya 250 ml setiap
jam
▪ Misoprostol: Bekerja dengan menginduksi kontraksi uterus secara
menyeluruh. Dosis yang direkomendasikan adalah 800‒1000 μg per rektal,
atau 600‒800 μg per sublingual/peroral. Misoprostol digunakan hanya jika
tidak tersedia oksitosin.
Apabila pasien mengalami sub involusi maka penanganannya adalah (Anggaraini,
2017)
• Pemberian obat antibiotic
• Pemberian uteretonika
• Pemberian tablet Fe
• Pemberian transfusi darah
- Trauma
Pada keadaan trauma, misalnya laserasi jalan lahir, harus dilakukan penjahitan
laserasi secara kontinui. Sedangkan pada inversio uteri dapat dilakukan reposisi
uterus (Simanjuntak, 2020)
- Tissue
Pada keadaan retensio plasenta, dilakukan manual plasenta dengan hati-hati.
Sedangkan pada sisa bekuan darah, dilakukan eksplorasi digital atau aspirasi
vakum manual untuk mengeluarkan bekuan darah atau jaringan sisa. (Purwoko
et al., 2020)
- Thrombi
Pada kondisi gangguan faktor pembekuan darah, dapat diberikan transfusi darah
lengkap untuk menggantikan faktor pembekuan darah dan sel darah merah.
Selain itu, dapat juga diberikan asam traneksamat dengan dosis 1 gram. Dosis
asam traneksamat dapat diulang jika perdarahan berlangsung >30 menit.

12
Apabila pasien mengalami syok maka tindakan awal untuk pasien
perdarahan postpartum adalah penilaian dan penanganan kegawatdaruratan,
termasuk tanda-tanda syok hipovolemik. Tata laksana meliputi:
▪ Memberikan terapi oksigen
▪ Memasang jalur intravena (IV) dengan jarum besar (ukuran 16G atau 18G),
untuk resusitasi cairan dengan cairan kristaloid atau normal salin. Carian
dapat diberikan secara bolus jika terdapat syok hipovolemik
▪ Memeriksa golongan darah crossmatch dan darah lengkap, untuk
persiapan transfusi sesuai protokol. Transfusi darah diberikan apabila Hb <8
g/dL atau secara klinis menunjukkan tanda-tanda anemia berat
▪ Memasang kateter urin untuk memantau urine output
▪ Memantau tanda-tanda vital secara terus menerus
▪ Menentukan penyebab atau sumber perdarahan, untuk menentukan tata
laksana khusus

13
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Tempat dan Waktu


Lokasi pengambilan kasus dilakukan diwilayah kerja Ruangan VK IGD/Kamar
Bersalin Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi, Bukittinggi. Waktu pengambilan kasus yaitu
pada 29 September - 02 Oktober 2023

3.2 Cara pengambilan Kasus


Pengambilan kasus dilakukan dengan cara :
Meminta izin kepada ruangan kamar bersalin dan mendapatkan persetujuan pasien
kemudian dilakukan asuhan kebidanan dengan bimbingan oleh CI Lapangan dan Dosen
Pembimbing.

3.3 Kajian kasus


Tempat : RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi
Tanggal : 29 September 2023

FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


POSTPARTUM

Tempat Yankes : RSI Ibnu Sina Yarsi Tanggal/Pukul pengkajian : 29-09-2023/07.00


Bukittinggi WIB

Tenaga Yankes : Dokter, Bidan, Perawat

Mahasiswa : Davina Shafa Salsabila

14
A. DATA SUBEKTIF
1. Biodata

Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. H


Umur : 38 Tahun Umur : 40 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Angku Salasai Alamat : Jl. Angku Salasai
No.Hp : 0821 xxx xxx No.Hp : 0812 xxx xxx

Alasan Kunjungan / Dirawat / Keluhan Utama :


• Ibu mengatakan SC 10 hari yang lalu karena PEB
• Ibu mengeluh keluar darah pervaginam berbongkah-bongkah sejak jam 4 subuh
• Ibu mengatakan sudah mengganti pembalut 5x
• Sampai di RSI ± darah 50cc memenuhi pembalut
• Ibu mengeluh perutnya terasa nyeri sejak jam 2 subuh

2. Riwayat Perkawinan :
Perkawinan ke : 1 Tahun ke : 18
Usia saat kawin : 20 Tahun Riwayat obstetri : P5 A0 H5

3. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

Tgl/Tahun Tempat Umur Jenis Anak Keadaan


No Penolong Penyulit Anak
Partus Partus Hamil Persalinan JK/BB
Sekarang

1. Pr Sehat
2005 BPS Aterm Spontan Bidan -
3200 gr

2. Pr Sehat
2006 Rumah Aterm Spontan Bidan -
3400 gr

15
3. Pr Sehat
2013 BPS Aterm Spontan Bidan -
3300 gr

4. Pr Sehat
2018 BPS Aterm Spontan Bidan -
2500 gr

5. Lk Sehat
2023 RSI A SC SpOG PEB
2830 gr

4. Riwayat persalinan sekarang :


- Tempat melahirkan : RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi
- Penolong persalinan : Dokter
- Jenis persalinan : SC
- Air ketuban : Jernih
- Lamanya persalinan :
Kala I : -
Kala II : -
Kala III : -
- Komplikasi persalinan : Perdarahan <300 cc
- Riwayat kelahiran bayi :
Tanggal : 19-09-2023 Pukul : 23.20 WIB
JK : Laki-laki BB : 2830 gram
PB : 48 cm
Masa gestasi : 37-38 minggu Cacat Bawaan : -

5. Riwayat penyakit/ operasi yang lalu :


Ibu mengatakan SC 10 hari yang lalu.
6. Riwayat penyakit keluarga (ayah,ibu, adik, paman, bibi yang pernah menderita sakit :
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti asma, DM, hipertensi, jantung,
dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan HIV
7. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi :

16
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan
reproduksi seperti: PMS, myoma, polip, infertilitas
8. Riwayat keluarga berencana
- Metode KB yang pernah dipakai : - lama : -
- Komplikasi/masalah : -
9. Pola Makan/ Minum / Eliminasi / Istirahat / Psikososial
A. Makan : 3x/hari
Minum : 8-9 gelas/hari
Jenis makanan/ minuman yang sering di konsumsi : Nasi, sayur, ikan, buah, telur, air putih,
teh, dan susu.
B. Eliminasi : BAK : 6x/hari
BAB : 1x/hari
Masalah : -
C. Istirahat : Tidur Siang : 1x/hari
Tidur Malam : 6-7x/hari
Tidur terakhir jam : 01.45 WIB
D. Mobilisasi : Ibu miring kiri dan miring kanan
E. Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : merasa senang dengan
kehamilan ini
F. Sosial Support dari : Suami dan keluarga
G. Masalah / gangguan yang ditemukan pada pola istirahat & psikososial : -
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran: Composmentis
c. Sikap tubuh: Normal
d. TTV :
- TD : 130/98 mmHg
- Suhu : 36,5oC

17
- P : 20 x/menit
- N : 119 x/menit
e. Turgor : Baik
f. BB sekarang : 79 kg BB sebelum hamil : 82 kg TB :158 cm LILA : 24,5 cm
g. Rambut/kepala: Bersih
h. Mata
- Sklera : Tidak ikterik
- Konjungtiva : Anemis
- Penglihatan : Jelas
- Alat bantu : Tidak ada
i. Mulut : Bersih
j. Telinga : Tidak ada cerumen dan infeksi
k. Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis dan kelenjar tyroid
l. Payudara:
- Puting susu : Menonjol
- Areola mammae : Bersih, hyperpigmentasi
- Pengeluaran ASI: Ada
m. Abdomen
- Bekas operasi : Ada Bekas SC
- Fundus Uteri : Teraba, kontraksi lemah, TFU sepusat
n. Ekstremitas : Tidak ada varises
o. Refleks Patella : Kiri (+) kanan (+)
p. Akral : Hangat
q. Anogenetalia :
- Perdarahan : ± 50cc memenuhi pembalut
- Vulva : Tidak ada kelainan
- VT : teraba portio 1cm
- Perineum : Utuh
- Eksplorasi : keluar stolsel

18
- Lokhia : -
- Hemorroid : Tidak ada
- Fistel : Tidak ada

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium :
• Hemoglobin : 8,5 gr/dl
• Leukosit : 12,23 µl
• Eritrosit : 3,43 µl
• Hematokrit : 27,3 %
• Trombosit : 316 µl
• MCV : 79,6 fl
• MCH : 24,8 pg
• MCHC : 31,1 g/dl
• RDW-SD : 45,3 fl
• RDW-CV : 15,6 %
• PDW : 8,9 fl
• MPV : 8,9 fl
• P-LCR : 16,9 %
• PCT : 0,28 %
• PT : 12,7 detik
• INR : 1,16
• APTT : 27,1 detik

D. DIAGNOSA / MASALAH
Dx. Ny. S P5A0H5, usia 38 tahun post SC 10 hari, ku ibu sedang dengan Late HPP Subinvolusi
uteri + anemia.
Masalah : Nyeri, ibu tampak cemas
E. PENATALAKSAAN

19
1. Memberitahukan ibu bahwa ku ibu sedang dan TTV ibu
- TD : 130/98 mmHg
- P : 20 x/menit
- N : 119 x/menit
- S : 36,5 °C
2. Melakukan kolaborasi bersama dr. SpOG
- Pantau TTV, perdarahan dan kontraksi
- Drip Oksitosin 10 iµ + Metergin 1 ml dalam RL 20tts/mnt
- Gastrul II 200 mcg perectal
- Ceftriaxine drip dalam NaCl 100 ml 20 tts/mnt
- Menyiapkan transfuse PRC 2 Labu 125 cc
- Memasang infus dan kateter
3. Melakukan informed concent dan inform choice kepada ibu dan keluarga untuk melakukan
rawatan dan memasangkan infus dan DC (Dower Catheter) kepada ibu, ibu dan keluarga
setuju. Kateter dan infus sudah terpasang.
4. Melakukan instruksi dokter yaitu memberikan ibu
- Memasang infus dan DC (Dower Catheter)
- Drip induxin 10 iu/ml + metergin 0,2 mg/ml adalam RL/8 jam
- Gastrul II 200 mcg perectal
- Setelah habis 250 ml RL drip induxin + metergin ganti cairan infus menggunakan
NaCl 100 ml drip cefrtiaxine 20 tts/mnt
5. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya perdarahan postpartum yaitu:
- Perdarahan tidak berkurang atau berhenti dari hari kehari, letih, pusing
- Tekanan darah menurun tiba-tiba
- Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh
- Jumlah sel darah merah menurun tiba-tiba
- Irama detak jantung meningkat
- Rasa sakit di area perut setelah melahirkan tidak kunjung membaik

20
6. Memberitahu ibu bahwa kontraksi ibu lemah maka menganjurkan ibu untuk pijat perut atau
masase fundus uteri untuk membantu kontraksi rahinm hingga pembuluh darah tertutup.
7. Memberitahu ibu untuk dilakukan perawatan lebih lanjut di ruangan rawat inap

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA : NY. S
UMUR : 38 Tahun
DIAGNOSA AWAL : P5A0H5 usia postpartum sc hari 10, k/u ibu sedang dengan
Late HPP subinvolusi uterus + anemia.
Tanggal/Pukul URAIAN

1 2

29 September S - Ibu mengatakan masih mengeluh pusing dan masih


mengeluarkan darah pervaginam
2023

18.00 WIB
1. Keadaan umum : sedang
O
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
- TD : 121/70 mmHg.
- N : 80 x/menit.
- P : 20 x/menit.
- S : 36, 8 °C
4. Abdomen :
- TFU : Sepusat
- Kontraksi : Baik
5. Genetalia :

21
- Perdarahan : ± 50 cc
- Terpasang Kateter dan infus RL 20 tts/mnt

Ny. S P5A0H5, 38 tahun, post sc 10 k/u ibu sedang dengan


A late HPP subinvolusi uteri + anemia.
Masalah: resiko tinggi perdarahan

- Memberitahu ibu dan suami bahwa keadaan umum ibu


P
sedang, ibu dan suami mengerti.
- Infus RL drip metergin 0,2 mg/ml + induxin 10 iu/ml
ampul 20 tts/menit, sudah diberikan
- Monitor TTV, Perdarahan dan Kontraksi
- Melakukan instruksi dokter yaitu mengganti cairan infus
RL dengan NaCl guyur 250 cc lalu memasang transfuse
darah PRC 1x 125 cc.
- Memberitahu kepada ibu efek samping dari transfuse
darah yang diberikan seperti sakit kepala, demam, gatal-
gatal, susah bernafas, kulit memerah.
- Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang
mengadung zat besi yang tinggi yang bagus untuk anemia
seperti: daging merah, ayam, hati sapi, ikan, kacang-
kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
- Memberitahu tanda dan gejala Perdarahan Postpartum
adalah: perdarahan tidak berkurang atau berhenti dari hari
ke hari, ttv tidak stabil, terlihat pucat/ anemis, tekanan
darah menurun, jumlah sel darah merah menurun, detak
jantung meningkat, pembengkakan pada beberapa bagian
tubuh, rasa sakit di perut setelah melahirkan tidak kunjung
membaik.

22
E - Sudah dilakukan pemantauan monitoring darah sesuai
blanko darah dan sudah dilakukan pemeriksaan TTV
post transfuse
- TD : 123/75 mmHg.
- N : 89 x/menit.
- P : 20 x/menit.
- S : 36, 3 °C
- Pemasangan transfusi darah pertama sudah dilakukan
pada tanggal 29 September 2023 pukul 18.00 WIB.
- Ibu mengatakan tidak ada efek samping/ alergi dari
transfusi darah yang telah dilakukan.
- ± 6 jam setelah transfusi cek Hb ibu kembali
- Setelah dilakukan transfusi darah ganti cairan infus
menggunakan NaCl 20 tts/mnt

30 September
2023 S - Ibu mengatakan sedikit pengeluaran darah dan tidak
memenuhi pembalut
06.00 WIB
O 1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
• TD : 150/100 mmHg
• N : 81 x/menit
• P : 20 x/menit
• S : 36,8 °C
4. Skala nyeri : 2 (sedikit nyeri)
5. Abdomen :
- TFU : 1 jari dibawah pusat

23
- Kontraksi : Baik
6. Genetalia :
- Perdarahan ± 5cc tidak memenuhi pembalut
7. Terpasang kateter dan infus NaCl 20 tts/mnt

A Ny. S P5A0H5 38 tahun post sc hari ke 11 ku baik dengan


resiko perdarahan

- Memberitahu kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan


P bahwa keadaan ibu sedang, ibu dan suami mengerti.
- Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG
- Melakukan instruksi dokter yaitu memasang transfuse
darah yang ke dua 1x125 ml.
- Memberitahu kepada ibu efek samping dari transfuse
darah yang diberikan seperti sakit kepala, demam, gatal-
gatal, susah bernafas, kulit memerah.
- Memberitahu ibu untuk mobilisasi dini seperti miring
kanan, miring kiri, dan duduk
- Monitoring TTV, Perdarahan, Kontraksi
- Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang
mengadung zat besi yang tinggi yang bagus untuk anemia
seperti: daging merah, ayam, hati sapi, ikan, kacang-
kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
- Memberitahu tanda dan gejala Perdarahan Postpartum
adalah: perdarahan tidak berkurang atau berhenti dari hari
ke hari, ttv tidak stabil, terlihat pucat/ anemis, tekanan
darah menurun, jumlah sel darah merah menurun, detak
jantung meningkat, pembengkakan pada beberapa bagian

24
tubuh, rasa sakit di perut setelah melahirkan tidak kunjung
membaik.

S - Ibu mengatakan masih keluar darah pervaginam


30 September
2023 - Ibu mengatakan sedikit pengeluaran darah dan tidak
memenuhi pembalut
12.00 WIB
O
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
- TD : 130/98 mmHg
- N : 81 x/menit
- P : 20 x/menit
- S : 36,6 °C
4. Abdomen :
- TFU : 1 jari dibawah pusat
- Kontraksi : Baik
5. Genetalia :
- Perdarahan ± 10cc
6. Transfusi darah ke 2 1x 125 ml sudah diberikan
7. Terpasang kateter dan infus NaCl 20 tts/mnt
8. pemeriksaan penunjang
• Hb : 9 g/dl
• Leukosit : 7,27 µl
• Eritrosit : 3,51 µl
• Hematokrit : 28,6 %
• Trombosit : 294 µl
• MCV : 81,5 fl

25
• MCH : 25,6 pg
• MCHC : 31,5 g/dl
• RDW-SD : 46,1 fl
• RDW-CV : 15,3 %
• PDW : 8,9 fl
• MPV : 9,5 fl
• P-LCR : 19,7 %
• PCT : 0,28 %

Ny. S P5A0H5 38 tahun post sc hari ke 11 ku ibu sedang


A
dengan resiko perdarahan

- Memberitahu kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan


bahwa keadaan ibu sedang,ibu dan suami mengerti.
P
- Kolaborasi dengan dr. SpOG
- Melakukan instruksi dokter yaitu memberikan injeksi
intravena ceftriaxone 2 gr + NaCl 100 ml.
- Melanjutkan pemberian infus NaCl setelah injeksi IV
ceftriaxone 2 gr + NaCl 100 ml habis.
- Monitor TTV, perdarahan, kontraksi
- Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu

01 Oktober 2023 - Ibu mengatakan masih keluar darah pervaginam berupa


S
flek
06.00 WIB

1. Keadaan umum : sedang


O 2. Kesadaran : composmentis
3. TTV

26
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- P : 20 x/menit
- S : 36,5 °C
4. Terpasang kateter dan infus NaCl 20 tts/mnt
5. Abdomen :
- TFU : pertengahan simfisis-pusat
- Kontraksi : Baik
6. Genetalia :
- Perdarahan ± 5 cc

A Ny. S P5A0H5 38 tahun post sc hari ke 11 dengan keadaan


umum ibu sedang.

- Memberitahu kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan


P
bahwa keadaan ibu sedang, ibu dan suami mengerti.
- Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG
- Melakukan Aff DC (Dower Catheter) pada ibu karena
kondisi ibu sudah mulai membaik. Sudah dilakukan.
- Pantau ttv, skala nyeri dan perdarahan ibu

02 Oktober 2023
S - Ibu mengatakan darah tidak ada keluar lagi
11.00 WIB - Ibu mengatakan sudah mulai membaik dan tidak sakit
lagi
- Ibu terlihat segar dan tidak cemas lagi

O 1. Keadaan umum : sedang


2. Kesadaran : composmentis

27
3. TTV
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82 x/menit
- P : 20 x/menit
- S : 36,5 °C
4. Abdomen
- TFU : 1 jari diatas simfisis
- Kontraksi : Baik
- Lochea : serosa
5. Mata : Konjungtiva merah muda
6. Terpasang infus NaCl 20 tts/mnt

A Ny. S P5A0H5 28 tahun post sc hari ke 12 dengan keadaan


umum ibu baik.

- Memberitahu kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan


P bahwa keadaan ibu sedang, ibu dan suami mengerti.
- Kolaborasi dengan dr. SpOG
- Intervensi stop, Infus NaCl dilepas pada pukul 11.00
- Menganjurkan ibu untuk menjaga pola istirahat dan
menghindari aktifitas yang berlebihan. Ibu mengerti.
- Intervensi, dokter mengatakan pasien sudah boleh pulang
- Memberitahu ibu untuk memakan makanan yang bergizi
seimbang dan kaya nutrisi untuk menaikkan kadar Hb
atau penambah darah ibu seperti seperti ikan, hati ayam
atau sapi, bayam, brokoli, kacang-kacangan, biji-bijian,
sayuran berwarna cerah, daging merah, telur ayam dll.
- Melepas gelang tanda pasien ibu

28
- Memberitahu Ibu bahwa ibu sudah boleh pulang. Ibu
mengerti.
- Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan.

29
BAB 4
PEMBAHASAN

HPP (Hemorragic Post Partum) atau dengan kata lain perdarahan postpartum adalah
perdarahan dengan jumlah >500cc setelah persalinan. Keadaan ini dapat berlangsung saat
sebelum, selama dan sesudah keluarnya plasenta. Pada kasus ini Ny. S pasca SC hari ke
10 yang dimana indikasi SC nya adalah Ny. S mengalami PEB (Preeklamsi Berat) yaitu
tekanan darah tinggi, dan saat ini mengalami perdarahan. Perdarahan yang terjadi adalah
saat masa nifas di hari ke- 10, ini dinamakan Late HPP. Perdarahan Postpartum Sekunder
(late post-partum hemorrhage/secondary postpartum haemorrhage) yaitu perdarahan
yang terjadi lebih dari 24 jam hingga 6 minggu kelahiran bayi yang sesuai dengan teori
diatas oleh (Anggaraini, 2017). Penyebab early post-partum hemorrhage dan late post-
partum hemorrhage adalah atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, trauma jalan lahir,
plasenta akreta dan plasenta previa, gangguan koagulasi, dan involusi yang kurang baik
(subinvolu).
Pertama kali Ny. S datang pada tanggal 29 September 2023 Ny. S mengeluhkan
banyak keluar darah berbongkah dan sudah ganti pembalut 5x, Ny. S mengatakan perutnya
juga merasa nyeri. Saat dilihat oleh dokter dan bidan Ny. S terlihat anemis dan kontraksi
perutnya tidak bagus. Setelah dilakukan pemeriksaan lab ternayata Ny. S mengalami
anemia yaitu dengan Hb 8,5 g/dl dan leukosit Ny. S meningkat menjadi 12,23 µl. Hb
normal seharusnya adalah >11,0 g/dl dan leukosit 4,50-11,00 µl (Rusmiati, 2019). Saat
dilakukan periksan dalam pada Ny. S ternyata teraba portio 1cm, dan saat dikeluarkan
ternyata masih banyak darah yang berbongkah, kontraksi perut Ny. S tidak bagus ini
dinamakan subinvolusi. Sesuai teori yang dikemukakan oleh Wahyuni & Nurlatifah
(2017) bahwa subinvolusi adalah Ketika uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan
dalam proses involusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta/perdarahan lanjut (Wahyuni & Nurlatifah, 2017). Faktor resiko subinvolusi uteri
antara lain adalah multiparitas, uterus meregang berlebihan, mioma uteri, operasi sesar
(Siwy & White, 2022), maka didapatkan dari data ibu terdapat faktor-faktor terjadinya
resiko subinvolusi yaitu multiparitas dan operasi sesar.

30
Saat dilakukan anamnesa didapatkan data subjektif dimana nifas saat ini adalah nifas
setelah melahirkan anak ke 5 (P5A0H5) pada usia Ny. S yang ke 38 tahun dimana ini
merupakan termasuk faktor-faktor fisiologi terjadinya perdarahan postpartum pada Ny. S
nifas yaitu multiparitas (kehamilan lebih dari 3 kali), usia dan anemia yang terjadi saat
Ny. S dalam masa nifas. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Satriyandari et
al., (2019) bahwa faktor-faktor fisiologis terjadinya perdarahan pada ibu postpartum yaitu
partus lama, paritas, peregangan uterus, oksitosin drip, anemia, usia dan jarak kehamilan
(Satriyandari et al., 2019).
Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan teori (Anggaraini, 2017) yaitu
- Pemberian obat antibiotic, saat dilapangan Ny. S diberikan injeksi Ceftriaxone
untuk mencegah infeksi.
- Pemberian uterotonika, saat dilapangan Ny. S diberikan induxin 10 iu/ml dan
metergin 0,2 mg/ml untuk mengatasi dan mengurangi perdarahan postpartum dan
merangsang kontraksi uterus.
- Pemberian transfusi darah, saat dilapangan Ny. S diberikan transfuse darah 2 PRC
(2x125 ml) di tanggal 29 dan 30 September untuk menaikkan Hb Ny. S, ini sesuai
dengan instruksi (advice) dokter dan Hb pasien sudah naik dari 8,5 gr/dl menjadi
9 gr/dl.
- Untuk penatalaksanaan selanjutnya Ny. S dianjurkan untuk memakan makanan
yang dapat meningkatkan kadar Hb Ny. S di rumah dan mengurangi aktivitas fisik.
Setelah diobservasi selama ±3 hari keadaan Ny. S sudah mulai membaik dan tidak ada
keluar perdarahan, tfu sudah normal yaitu dari sepusat menjadi 1 jari diatas simfisis dan
kontraksi Ny. S sudah membaik sehingga Ny. S sudah boleh pulang pada tanggal 2
Oktober 2023 Pukul 11.00 WIB.

31
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada Ny. S dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil pengkajian terhadap Ny. S di RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi berdasarkan
data Subjektif dan Objektif yang didapat dimana dari data ibu dengan Hemoroggic
PostPartum (HPP) subinvolusi dan anemia.
b. Hasil pengkajian data Objektif Ny. S dengan keadaan umum ibu sedang, kesadaran
compos mentis, perdarahan tidak keluar lagi.

5.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai asuhan yang diberikan secara
komprehensif sesuai dengan standar pelayanan kebidanan pada ibu dengan
kehamilan abnormal. Dan diharapkan penulis selanjutnya dapat lebih menerapkan
asuhan kebidanan secara komprehensif yang sesuai dengan standar asuhan
pelayanan kebidanan.
b. Bagi lahan Praktik
Diharapkan bagi rumah sakit agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatannya.
c. Bagi instusi pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan Laporan Kasus ini dapat sebagai bahan
masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan terkaitan dengan Asuhan
kebidanan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adyani, A., Taufiqoh, S., & Hadijah, S. (2021). Laporan Penelitian, Gambaran
Penatalaksanaan perdarahan Post Partum Di RSUD haji Prov. Jatim. 1–21.
https://repository.um-surabaya.ac.id/6345/1/Asta_Gambaran penanganan
perdarahan 1.pdf
Anggaraini, D. S. (2017). Penanganan Perdarahan Post Partum. Prosiding Seminar
Nasional Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Berbagai Disiplin Ilmu Kedokteran,
53(9), 1689–1699.
Budiman, & Mayasari, D. (2017). Perdarahan Post Partum Dini e.c Retensio Plasenta.
Budiman Budiman, Diana Mayasari, 7(3), 1–5.
Depkes. (2022). Perdarahan Post Partum Primer. JNPKR, Asuhan Persalinan Normal,
1–18. https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/39659219/perdarahan-post-partum-
libre.pdf?1446613146=&response-content-
disposition=inline%3B+filename%3DPerdarahan_post_partum.pdf&Expires=1697
081479&Signature=VeNODwuFoMBa30Z~tuF5aogYmLo2OnJMSNYyP9tO8s0U
6GAosSGW-9Bt1
Fegita, P., & Satria, P. H. (2022). Hemorrhage Post Partum: Syok he orrhagic Post Partum
ec Late Hemorrhagic Post Partum. Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2), 57–62.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i0.947
Immawanti, I. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusio Uterus Pada Ibu Post
Partum Di Puskesmas Totoli Majene. Journal of Health, Education and Literacy,
1(2), 113–119. https://doi.org/10.31605/j-healt.v1i2.274
Muninggar, E. a. (2023). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Haemoragik Post
Partum. 8(1), 151–156. https://jurnal.umt.ac.id/index.php/jkft/article/view/8915
Musfirowati, F. (2021). Faktor Penyebab Kematian Ibu yang dapat Di Cegah di
Kabupaten Pandeglang Tahun 2021. Jurnal Rumpun Ilmu Kesehatan (JRIK), 1(1),
78–95. http://www.kesmas.fikes.unsoed.ac.id/sites/default/files/file-
unggah/jurnal/ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN IBU-1.pdf
Novia, N., Siswari, B., & Aprianti, N. (2022). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

33
kejadain perdarahan Post partum.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh
Purwoko, P., Rusman, R., & Aditya, M. R. (2020). Serial Kasus: Manajemen Anestesi
pada Wanita Hamil dengan Plasenta Akreta yang Direncanakan Tindakan Seksio
Sesarea. Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia, 3(1), 26–34.
https://doi.org/10.47507/obstetri.v3i1.40
Rusmiati, D. (2019). Perbedaan Kadar Hemoglobin Ibu Sebelum Dan Sesudah Persalinan
Normal Differences in Hemoglobin Levels of Pregnant Women Before and After
Labor. Kesehatan Kebidanan, 8(1), 1–8.
Santoso, A. (2023). Wanita 28 Tahun P1A0 dengan Hemorrghe Post Partum EC Sisa
Plasenta dan Atonia Uteri. 04(06), 12–21.
https://doi.org/https://jurnal.healthsains.co.id/index.php/jhs/article/view/978
Sari, S. P., Amir, A. Y., Sirait, E., Studi, P., Kebidanan, S., Studi, P., Kebidanan, S., Studi,
P., & Kebidanan, S. (2022). Jurnal Citra Ranah Medika Rsud Tuapeijat Kabupaten
Kepulauan Mentawai. 2(1).
Sarwani, D. S., & Nurlaela, S. (2013). ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN IBU
(Studi Kasus di Kabupaten Banyumas) ANALYSIS RISK FACTORS OF
MATERNAL DEATH (Case Study in Banyumas Distric).
http://www.kesmas.fikes.unsoed.ac.id/sites/default/files/file-
unggah/jurnal/ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN IBU-1.pdf
Sarwono Prawirohardjo. (2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Pt Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Jakarta,2011, 163.
Satriyandari, Y., Hariyati, N. R., & Hariyati, N. R. (2019). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum. Journal of Health Studies, 1(1),
49–64. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2308/
Simanjuntak, L. (2020). Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin). Jurnal Visi
Eksakta, 1(1), 1–10. https://doi.org/10.51622/eksakta.v1i1.51
Siwy, anugrah R., & White, I. P. F. immanuel. (2022). Subinvolusi Uterus:Laporan
Kasus. Bunseki Kagaku (Japan Analyst), 4(Icte), 89–94.
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/594

34
Wahyuni, N., & Nurlatifah, L. (2017). Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Involusi Uterus Pada Masa Nifas Diwilayah Kerja Puskesmas Mandala Kabupaten
Lebak Propinsi Banten Tahun 2016. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan),
4(2), 167–176. https://doi.org/10.36743/medikes.v4i2.83

35

Anda mungkin juga menyukai