Anda di halaman 1dari 28

STUDI KASUS

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN


KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA Ny.I G3P2A0 HAMIL 13
MINGGU DENGAN DIAGNOSA RETENSIO URIN DI RUANG IGD RSAB HARAPAN
KITA JAKARTA

Disusun Sebagai Laporan Untuk Memenuhi Syarat Kompetensi


Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal

Oleh :

Sevia Nihayatul Maqfiroh


NIM. 2015471072

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Studi Kasus Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal


Pada Ny.I G3P2A0 Hamil 13 Minggu Dengan Retensio Urin Di Ruang IGD RSAB
Harapan Kita Dalam Kegiatan Praktik Klinik Kegawatdaruratan Tahun 2022

Telah diperiksa dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui dan mengesahkan

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Firda Fibrila,S.SiT.,M.Pd Ns.Lena Marlina S.Kep

NIP. 197602122005012004 NIP.196301041986032001

Ketua Prodi DIII Kebidanan Metro

Islamiyati,AK.,MKM

NIP:197204031993022001

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Yang Maha Esa Karena Berkat Rahmat Dan
Hidayah-Nya Penulis Dapat Menyelesaikan Laporan Rumah Sakit Yang Berjudul
“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Pada Pada Ny.I G3P2A0
Hamil 13 Minggu Dengan Retensio Urin Di RSAB Harapan Kita Yang Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Program Studi Diploma D3 Kebidanan.

Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Warjidin aliyanto,SKM,M.,Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanung


Karang
2. Dr.Sudarmi,S.ST.,M.Kes Sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang Di Bandar Lampung
3. Islamiyati, AK., M.KM sebagai Ketua Program Studi D3 Kebidanan Metro
Politeknik KesehatanTanjung Karang.
4. Firda Fibrila,S.SiT.,M.Pd sebagai Pembimbing Institusi Pendidikan D3 Prodi
Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
5. Ns. Lena Marlina,S.Kep selaku pembimbing lahan praktik di RSAB Harapan
Kita Jakarta ruangan IGD
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dan saling mendukung selama
penyusunan studi kasus ini.
Semoga semua amal kebaikan dapat diterima dan dibalas oleh Tuhan yang Maha
Esa. Kritik dan saran untuk penyempurnaan studi kasus ini sangat di harapkan.
Demikianlah, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Jakarta 13 juni 2022

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................5
B. Tujuan.............................................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Retensio Urin.................................................................................9


B. Etiologi ...........................................................................................................9
C. Patofisiologi .................................................................................................10
D. Manifestasi retensio urin...............................................................................11
E. Pemeriksaan penunjang ................................................................................13
F. Komplikasi ....................................................................................................13
G. Prognosis.......................................................................................................14
BAB III ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

A. Data Subjektif................................................................................................15
B. Data objektif .................................................................................................17
C. Assesment......................................................................................................19
D. Plan................................................................................................................19
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR ISI..............................................................................................................26

4
5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai perubahan anatomi dan fisiologi terjadi selama proses kehamilan, yang
dapat mempengaruhi semua sistem organ. Selama kehamilan, sistem kardiovaskuler
menjadi hiperdinamik, terjadi peningkatan aliran oksigen ke maternal dan jaringan
fetus. Progesteron dan prostasiklin menurunkan resistensi vaskuler sistemik dan
menginduksi relaksasi vaskuler, cardiac output meningkat 30-50% dari 4-6L/mnt.
Selain itu, pada trimester III, gravid uterus menekan pembuluh darah besar,
menurunkan aliran darah vena ke jantung. Di samping terjadi peningkatan volume
darah total 25- 40% selama kehamilan, volume plasma meningkat lebih dari 50%,
menyebabkan hemodilusi relatif dan anemia fisiologik. Pada fase hiperdinamik ini,
wanita hamil dapat mengalami perdarahan lebih dari 2 L dari volume darahnya
sebelum menimbulkan perubahan pada laju jantung atau tekanan darah. Oleh karena
itu, tanda-tanda klinis dari syok dapat tertunda. Kehamilan juga menimbulkan
hiperkoagulasi di mana terjadi peningkatan faktor prokoagulan, penurunan
fibrinolisis, dan peningkatan venostasis. Perubahan koagulopatik ini secara
signifikan dapat meningkatkan risiko trombosis, di mana pada wanita hamil
memiliki risiko 5 kali lipat untuk terjadinya tromboembolisme vena. (Thoman AA
2010)

Konsumsi oksigen juga meningkat 30-60% karena meningkatnya kebutuhan


metabolik dari jaringan maternal dan fetus. Volume paru-paru maternal menurun
karena perpindahan diafragma ke atas oleh karena terjadi pembesaran uterus dan
juga penurunan compliance dinding dada. Oleh karena itu, kapasitas paru-paru total
menurun sebanyak 5% di mana 10-25% terjadi penurunan pada kapasitas residual
fungsional. Penurunan kapasitas residual fungsional dan peningkatan kebutuhan
oksigen memicu pasien menjadi hipoksia dan hipokapnia jika depresi respiratori
terjadi.. Peningkatan ventilasi per menit juga berkontribusi untuk terjadinya
alkalosis respiratori selama kehamilan, yang mana dapat dikompensasi dengan
peningkatan ekskresi bikarbonat dari renal.( Loughlin KR 2004)

6
Selama kehamilan, saluran kencing bagian atas dan bawah mengalami
perubahan. Ginjal akan bergeser ke atas oleh karena desakan dari fetus yang
membesar. Selain itu, ukuran ginjal juga membesar kurang lebih 1 cm karena
peningkatan volume vaskuler renal dan ruang interstisial pada wanita hamil. Yang
terpenting dari perubahan yang terjadi pada sistem genitourinari adalah dilatasi pada
saluran kencing bagian atas, yang terjadi pada minggu ke-7 kehamilan pada 90%
wanita hamil dan akan bertahan sampai 6 minggu postpartum. Hidronefrosis
fisiologik ini disebabkan baik oleh faktor hormonal dan faktor mekanikal. Uterus
yang membesar dapat secara langsung menekan ureter, sedangkan progesterone
menghambat kontraksi otot polos ureter, sehingga menyebabkan ureterektasis.
Dilatasi ureter lebih sering terjadi pada sisi kanan karena uterus mengalami
dekstrorotasi, sedangkan ureter kiri lebih mendapat perlindungan dari kompresi
kolon sigmoid yang berisi gas. Dilatasi saluran kencing bagian atas dapat
meningkatkan stasis urinari, yang dapat menjadi faktor predisposisi bagi wanita
hamil untuk terjadinya infeksi saluran kencing, pyelonefritis, dan nefrolitiasis.
Biasanya, hidronefrosis fisiologik ini juga dapat menyebabkan rasa nyeri sehingga
diperlukan analgetik, atau dapat dikurangi dengan memposisikan pasien miring kiri.
Penempatan ureteral stent atau nephrostomy tube dapat membantu jika gejala masih
berlanjut. ( Chaliha .C 2002)

Peningkatan curah jantung dan penurunan resistensi vaskuler sistemik


selama kehamilan, dapat menyebabkan peningkatan aliran plasma renal dan
glomerular filtration rate (GFR). Dalam beberapa studi, GFR meningkat sekitar
40-65% dan aliran plasma renal juga meningkat 50-85%. Peningkatan GFR
menyebabkan penurunan serum kreatinin rata-rata yaitu dari 0,8 menjadi
0,5mg/dL. Oleh karena itu, sangat penting untuk diingat bahwa ekskresi obat-
obatan tertentu dari renal juga dipengaruhi dan nilai serum kreatinin
mengindikasikan renal injury. Hiperkalsiuria juga sering terjadi pada wanita
hamil, karena peningkatan filtrasi kalsium renal dan peningkatan absorpsi
kalsium intestinal. Namun, laju pembentukan batu masih belum berubah, di
mana faktor inhihitor untuk produksi batu seperti sitrat, magnesium, dan
glikoprotein juga mengalami peningkatan.( FitzGerald MP.2007)

7
Retensi urine selama kehamilan terjadi pada 1 dari 3000 sampai 1 dari
8000 wanita. Retensi urine sering terjadi karena pembesaran retroverted uterus
dengan entrapment fundus di bawah sacral promontory. Uterine fibroid atau
abnormalitas anatomikal uterin lainnya dapat sebagai faktor predisposisi
terjadinya retensi urine. Retensi urine akut secara klasik terjadi pada 12-14
minggu kehamilan dan hilang pada 16 minggu kehamilan, ketika uterus tumbuh
keluar pelvis. Hal ini bisa diatasi dengan drainase buli-buli temporer atau
kateterisasi intermiten, namun manipulasi bimanual terhadap uterus untuk posisi
anteversi juga dapat dilakukan. Alternatif lainnya, Smith-Hodge pessary dapat
dimasukkan secara temporer untuk menjaga anteversi uterin dan untuk
menurunkan tekanan pada leher buli-buli. (Chaliha.C, 2002)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal
neonatal retensio urin pada kehamilan
2. Tujuan Khusus :
3. Mahasiswa dapat melakukan pengkiajian masalah retensio urin dalam
kehamilan
4. Mahasiswa dapat menganalisis data dengan masalah retensio urin dalam
kehamilan
5. Mahasiswa dapat membuat rencana tindakan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal retensio urin dalam kehamilan
6. Mahasiswa dapat memberikan tindakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal retensio urin dalam kehamilan
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan secara berkeseimbangan yaitu dengan catatan perkembangan
(S, O, A, P)
8. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kegawatdaruratan
retensio urin dalam kehamilan

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

8
Diharapkan Laporan ini dapat menjadi sumber informasi dalam memperkaya
wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
Laporan ini diharapakan bermanfaat untuk memperoleh data tentang retensio
urin sehingga dapat menjadi landasan pilihan referensi.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Retensio Urin
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan
distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine
(Hidayat & Uliyah, 2008).

Menurut Black (2009), bahwa retensi urin adalah ketidakmampuan kandung


kemih untuk mengosongkan sebagian atau keseluruhan selama poses
pengosongan.Purnomo (2011), mengatakan bahwa retensi urine adalah
ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam
buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui.

Retensi urine merupakan ketidakmampuan untuk mengososngkan kandung


kemih meskipun ada rangsangan miksi atau akumulasiurine di kandung kemih
karena ketidakmampuan untuk berkemih. Retensi Urin didefinisikan sebagai
ketidakmampuan berkemih. Retensi Urin akut adalah ketidakmampuan berkemih
tiba-tiba pada keadaan kandung kemih yang nyeri. Retensi Urin kronis adalah
keadaan kandung kemih yang membesar,penuh, tidak nyeri dengan atau tanpa
kesulitan berkemih. (Lewis et all (2011)

B. Etiologi
Retensi urin adalah kesulitan berkemih atau miksi karena kegagalan
mengeluarkan urin dari kandung kemih atau akibat ketidak-mampuan kandung
kemih untuk mengosongkan kandung kemih sehingga menyebabkan distensi
kandung kemih atau keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap. Dimana dari beberapa literatur lama waktu dari ketidak-
mampuan berkemih spontan serta volume residu urin berbeda-beda. Retensi urin
dapat dibagi berdasarkan penyebab lokasi kerusakan saraf, yaitu (Kozier, 2009) :

10
1. Supravesikal, berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis sakralis
S2–4 dan Th1- L1. Kerusakan terjadi pada saraf simpatis dan parasimpatisbaik
sebagian atau seluruhnya, misalnya : retensi urin karena gangguan persarafan,
operasi miles, mesenterasi pelvis, dan kelainan medula spinalis (meningokel,
tabes dorsalis, atau spasmus sfingter)
2. Vesikal, berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang, berhubungan
dengan - masa kehamilan dan proses persalinan, misalnya : retensi urin akibat
iatrogenik, cedera/inflamasi, psikis, atoni pada pasien DM, dan divertikel yang
besar
3. Intravesikal, berupa kekakuan leher vesika, striktur oleh batu kecil atau tumor
pada leher vesika urinaria, misalnya : retensi urin akibat obstruksi adanya tumor,
batu kecil atau fimosis
4. Faktor lain-lain. Kelainan patologi urethra, trauma, BPH, striktur uretra,
karsinoma prostat dan obat-obatan golongan antikolinergik, anti spasmodik,
antidepresant, antihistamin dapat beresiko menyebabkan gangguan eliminasi
urin apabila dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan hambatan dari eliminasi urin.

C. Patofisiologi

Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis
yaitu akibat obstruksi, infeksi, farmakologi, neurologi, dan faktor trauma. Obstruksi
pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang
mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak,tumor buli-buli, striktur uretra,
phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal
dari sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan
leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang
terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Pada retensi urin, penderita tidak
dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat didaerah suprapubik dan
hasrat ingin miksi yang hebat disertai. Selius Brian (2008)
Retensio urin dapat terjadi menurut lokasi, faktor obat dan factor lainnya seperti
ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang menyebabkan

11
kerusakan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi
koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya
relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama
teregang,intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika,
striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urin sisa meningkat dan
terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Faktor obat dapat
mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi
glumerolus sehingga menyebabkan produksi urin menurun. Faktor lain berupa
kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya dapat
meningkatkan tensi otot perut, perianal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi
dengan baik (Purnomo,2011)"

D. Manifestasi Retensi Urin

Tanda klinis retensi urin secara umum (Hidayat & Uliyah, 2008):
1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin (25-50 ml)
5. Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya
6. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
7. Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih

Manifestasi rentensi urin :

1. Retensi akut
Ditandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh dan distensi
kandung kemih ringan (Grace dan Borley, 2007). Penderita akan merasa nyeri
yang hebat di daerah suprapubik, bila penderita tidak terlalu gemuk, akan
terlihat/teraba benjolan di daerah suprapubik.
Menurut WHO (2007) tanda dan gejala pada retensi urin akut :
a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil meskipun merasa dorongan untuk
melakukannya
b. Nyeri, biasanya pada perut bagian bawah

12
c. Pembesaran kandung kemih yang satu palpasi dapat dirasakan sebagai massa
berbentuk kubah di perut bagian bawah

Menurut Jurnal European Assosiation of Urology (M.J. Speakman, 2009):


Acut Urinary Retention (AUR) pasien secara umum mengeluhkan nyeri perut
bagian bawah dan bengkak, ketidakmampuan untuk buang air kecil atau buang air
kecil dengan jumlah yang sedikit, teraba massa didaerah pelvis serta hasil perkusi
adalah dullness.

2. Retensi kronis
Ditandai dengan gejala-gejala iritasi kandung kemih (frekuensi, disuria,
volume sedikit) atau tanpa nyeri, distensi yang nyata, inkontinensia urin (sering
berhubungan dengan infeksi tractur urinary sekunder) (Grace dan Borley, 2007).
Penderita sama sekali tidak bisa miksi, gelisah, mengedan bila ingin miksi, dan
terjadi inkontinensia. Menurut Jurnal European Assosiation of Urology (M.J.
Speakman, 2009):
Cronic Urinary Retention (CUR) ketika ditemukannya residu urine
sebesar 300cc sampai 500cc pada kandung kemih, dapat pula disertai BAK
sangat edikit, frekuensi BAK yang sering, kesulitan untuk memulai berkemih
sampai pada tanda dan gejala adanya gagal ginjal. Pada CUR biasanya sering
diikuti oleh infeksi pada tractus urinary akibat adanya penumpukan residu
urin.Pada anamnesa, pasien akan mengeluh sulit buang air kecil. Pada inspeksi,
palpasi dan perkusi, akan didapatkan buli-buli yang mengembang. Pada perkusi
akan terdengar pekak, yang menentukan adanya buli-buli yang penuh pada
penderita yang gemuk (Purnomo, 2003)."

E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine
adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan specimen urine.


2. Pengambilan: steril, random, midstream
3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton dan Nitrit.
4. Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )

13
5. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras. (Brunner and
Suddarth. (2010)

F. Penatalaksanaan Retensi Urin

Penatalaksanaan yang dapat dilakaukan pada retensi urine dibagi menjadi dua yaitu :

1. Mengeluarakan urine yang tertahan.

a. Kateterisasi

Pada retensi urin akut, pengobatannya dimulai dengan memasukkan kateter


melewati uretra untuk mengosongkan kandung kemih. Pengobatan awal ini
untuk mengurangi kesakitan dari kandung kemih yang penuh dan mencegah
kerusakan kandung kemih yang permanen. Namun pemasangan kateter harus
steril untuk mencegah terjadinya infeksi. Pengobatan jangka panjang untuk
retensi urin akut tergantung dari penyebabnya (lewis,2011).
b. Sistostomi Suprapubik
Sistostomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengalirkan kencing
melalui lubang yang dibuat di supra pubik untuk mengeluarkan urine dari
buli-buli serta mangatasi retensi urine dan menghindari komplikasi
(schwartz,2002).
c. Sistostomi Trokar
Tindakan ini dikerjakan dengan anestasi lokal dan menggunakan alat trokar.
Indikasi sistostomi trocar adalah untuk kateterisasi gagal : Striktur, batu
uretra yang menancap (impacted) katerisasi tidak dibenarkan : adanya
robekan uretra karena trauma
d. Uretrolitotomy
Ureterolitotomi adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk
mengambil batu ureter baik ureter proksimal (atas) ataupun distal (bawah).
Operasi ini dengan menggunakan sayatan di kulit. Letak irisan sangat
bergantung letak batu. Untuk batu di ureter atas, irisan berada di pinggang
berbentuk garis lurus yang oblik. Untuk batu di ureter bawah maka irisan di
perut bawah garis lurus yang sejajar tubuh (Mary, 2008)

14
G. Komplikasi
1. Infeksi Saluran Kemih
Urin yang tertampung di buli-buli harus segera dikeluarkan karena urin yang
tertampung akan berisiko menjadi media untuk bakteri berkembang dan akan
menyebabkan Infeksi saluran kemih. Karena adanya sisa urin setiap kali miksi,
maka lama kelamaan akan terbentuk batu endapan di dalam kansung kemih, yang
kemudian akan menyebabkan bertambahnya keluhan iritasi dan menimbulkan
keluhan hematuria pada pasien. Selain itu batu akan menyebabkan timbulnya
penyakit sistitis dan bila terjadi refluks dapat menyebabkan terjadinya pielonefritis
(Purnomo 2003).
2. Hidronefrosis
Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan
di dalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat. Bila keadaan
ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan menghambat
aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan bila sampai ke
ginjal akan menyebabkan hidronefrosis dan bila terjadi infeksi sehingga
mempercepat terjadinya kerusakan ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.
3. Kerusakan bladder
Jika kandung kemih menjadi membentang terlalu jauh atau untuk waktu yang
lama, otot-otot mungkin rusak secara permanen dan kehilangan kemampuan
untuk berkontraksi

15
H. Prognosis

Hal ini sangat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari. Dalam
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), kecenderungan umum adalah gejala
memburuk dari waktu ke waktu. Namun, ada variabilitas yang cukup besar dan
beberapa pasien mengalami perbaikan permanen atau sementara. Hanya sekitar 14%
dari pria dengan gejala sedang sampai berat telah secara klinis terlihat
memburuknya gejala mereka selama lima tahun masa tindak lanjut. Dalam satu
percobaan besar laki-laki dengan BPH dan moderat sampai berat gejala awal, hanya
6% dari laki-laki pada plasebo mengalami retensi urin akut atau operasi BPH
diperlukan setelah lima tahun dan tidak dikembangkan insufisiensi ginjal
(McConnell JD, Roehrborn CG,Bautista OM, et al, 2003).

BAB III
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA Ny.I G3P2A0

HAMIL 13 MINGGU DENGAN DIAGNOSA RETENSIO URIN

DI RUANG IGD RSAB HARAPAN KITA JAKARTA

Tempat Pengkajian : Ruang IGD Kebidanan Harapan Kita

Pengkajian : Senin, 13 Juni 2022

Jam Pengkajian : 11.30 WIB

Pengkaji : Sevia Nihayatul Maqfiroh

A. DATA SUBYEKTIF(S)

1. Biodata

Nama Ibu : Ny.I NamaSuami : Tn. M

Umur : 41 tahun Umur : 42 tahun

16
Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ciputat,Jakarta Selatan

2. Alasan Kunjungan/ Keluhan utama


Ibu mengatakan susah BAK sejak pukul 04.00WIB , dan keluar lendir darah
3. Riwayat Menstruasi

HPHT : 13 Maret 2022

TP : 20 Desember 2022

Siklus : + 28 Hari

Lamanya : + 7 Hari

Masalah : Tidak Ada

4. Riwayat Persalinan

Perkawinan ke : 1 ( Pertama )

Usia saat kawin : 28 tahun

Lama perkawinan : 13 tahun

5. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas

No. Tahun UK Jenis Jenis Tempat Penolong BB Keadaan


partus Kelamin partus partus anak anak
sekarang

1. 2012 37 Perempuan APN RS Dokter 3275g Hidup


mg

2. 2016 37 Perempuan APN RS Dokter 3005g Hidup

17
mg

6. Riwayat Kehamilan saat ini


Masalah yang di alami : Retensio urin
7. Riwayat Imunisasi TT
Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT lengkap.
8. Riwayat penyakit/operasi yang lalu
Ibu mengatakan belum pernah melakukan, dan tidak memiliki penyakit
9. Riwayat yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
Ibu mengatakan tidak punya masalah tentang reproduksi.
10. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit menular dan menurun.
11. Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan kb IUD
12. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Umum : Ibu mengatakan makan 3-4 kali/hari, minum 1-2 liter /hari. Tidur
siang 1-2 jam/hari, tidur malam 8 jam/hari.
Psikososial : Ibu mengatakan kehamilan ini di terima.
Lainnya : Ibu mengatakan meminum vitamin D3, kalsium, asam folat

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/85mmhg
b. Nadi : 89x /m
c. Pernafasan : 20x /m
d. Suhu : 36
e. BB : 81 Kg
2. Pemeriksaan Fisik

18
a. Kepala : Norma, tidak terdapat benjolan
b. Wajah : Normal, simetris tidak terdapat odema
c. Mata : Simetris, Konjungtun berwarna merah muda sclera warna
putih
d. Telinga : Simetris, Bersih,tidak ada bennjolan
e. Hidung : Simetris, tidak ada benjolan
f. Mulut : Simetris, bibir warna merah muda, tidak ada kerak dan
berlubang, tidak ada poembengkakan.
g. Leher : Tidak ada benjolan, Tidak ada kelenjar thyroid.
h. Payudara : Area bersih, putting susu menonjol
i. Abdomen : Ada bekas luka operasi
Pemeriksaan Palpasi
Leopoid I : Teraba balottement
Leopoid II : Tidak dilakukan
Leopoid III : Tidak dilakukan
Leopoid IV : Tidak dilakukan

J. Genitalia : Tidak ada pembengkakan


I. Ekstermitas : Tidak ada Varises, bersih

j. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : Senin, 13 Juni 2022
Waktu : 12 : 57 WIB
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Glukosa urin (-) Negatif (-) Negatif

Keton (-) Negatif (-) Negatif

Darah samar (urin) (-) Negatif (-) Negatif

Bilirubin (-) Negatif (-) Negatif

Urobilinogen 3,2 Umol/L (-) Negatif

19
Nitrit (-) Negatif (-) Negatif

Leukosit esterase (-) Negatif (-) Negatif

Sedimen

Etitrosit 5.7 /pL <=22.7

Leukosit 2.1 /pL <=16.9

Silinder 0.00 /pL <=2.40

Sel Epitel 1.4 /pL <=39.6

Kristal 0 /pL <=10

Bakteri 47.6 /pL <=130.7

C. ASSASMENT

Ny. I G1P0A0, Usia Kehamilan 13 Minggu JPKTH (janin presentasi kepala


tunggal hidup) Dengan Retensio Urin

D. PLAN
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Lakukan Informed Consent tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
4. Edukasi pencegahan resiko jatuh
5. Edukasi pencegahan resiko infeksi
6. Pemeriksaan PCR ID NOW isoternal (covid-19)
7. Pemasangan kateter
8. Pemeriksaan labolatorium
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

20
CATATAN PERKEMBANGAN 1

Tanggal : 13 juni 2022

Jam : 11.30 wib

S : Ibu mengatakan susah BAK sejak pukul 04.00WIB ,dan keluar lendir darah

O : keadaan umum : sadar, tidak sesak tidak sianosis,tidak ada nyeri..TD


120/85mmhg, N 89x/mnt,P 20x/mnt,S 36 C, SPO2 89% . Ekstremitras akral
hangat

A : G3P2A0 hamil 13 minggu dengan retensio urin janin tunggal hidup intrauterine

P:

1. Tindakan mandiri
a. Informasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
b. Lakukan Informed Consent tentang tindakan yang akan dilakukan
c. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

21
d. Edukasi pencegahan resiko jatuh
e. Edukasi pencegahan resiko infeksi
f. Pemeriksaan PCR ID NOW isoternal (covid-19)
g. Pemasangan kateter
h. Pemeriksaan labolatorium
i. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

LEMBAR IMPLEMENTASI

Pelaksanaan Evaluasi

Wakt
No Perencanaan Waktu u Evaluasi
Tindakan Paraf Paraf
Tgl/Jam Tgl/ Tindakan
Jam

1. Informasikan Senin, Menginformasikan Selasa Sudah dilakukan, ibu


kepada ibu dan kepada ibu dan , dan keluarga sudah
keluarga hasil 13 Juni keluarga tentang mengetahui kondisi ibu
pemeriksaan 2022 kondisi ibu dan janin. 13 dan janin
Juni
11.30 2022
Wib
13.30
Wib

2. Lakukan 11.45 Melakukan informed 13.45 Sudah dilakukan, ibu


Informed Wib consent tentang Wib dan keluarga setuju
Consent tentang tindakan yang akan dengan tindakan yang
tindakan yang dilakukan yaitu akan dilakukan

22
akan dilakukan tindakan secsio
caesarea

3. Observasi TTV 12.00 Mengobservasi TTV 14.00 Mengobservasi TTV


Wib Wib
Hasil Pemeriksaan : Hasil Pemeriksaan :
Keadaan umum : Baik Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM Kesadaran : CM
Tanda-Tanda Vital : Tanda-Tanda Vital :
TD : 120/85 mmHg TD : 120/75 mmHg
N : 82 x/m N : 81 x/m
RR : 20 x/m RR : 20 x/m
S : 36,5°C S : 36,5°C

4. Edukasi 12.15 Mengedukasi 14.30 Sudah di lakukan


pencegahan Wib pencegahan resiko Wib penguncian pembatas
resiko jatuh jatuh pada ibu dengan tempat tidur ibu
mengunci pembatas
tempat tidur ibu

5. Edukasi 12.30 Mengedukasi 14.45 Sudah di lakukan


pencegahan Wib pencegahan resiko, Wib pencegahan resiko
resiko infeksi pencegahan infeksi infeksi
saluran kemih

Pemeriksaan 11.15 Melakukan 14.47 Ibu sudah mengetahui


PCR ID NOW wib pemeriksaan PCR ID wib hasil pemeriksaan
isoternal (covid- NOW isoternal (covid-
19) 19)

6. Pemasangan 11.15 Melakukan 14.50 Kateter sudah terpasang


kateter Wib pemasangan kateter Wib

7. Pemeriksaan 12.30 Melakukan 15.00 Ibu sudah mengetahui


laboratorium wib pemeriksaan wib hasil laboratorium
laboratorium

8. Kolaborasi 13.00 Melakukan kolaborasi 15.15 Ibu sudah mendapat


dengan dokter wib dengan dokter untuk wib perawatan dan terapi
spesialis pemberian untuk di obat
kandungan lakukan perawatan dan
terapi obat

23
24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan observasi dan pemeriksaan pada G3P2A0 hamil 13 minggu dengan
retensio urin janin tunggal hidup intrauterine telah dilakukan tindakan:
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Lakukan Informed Consent tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
4. Edukasi pencegahan resiko jatuh
5. Edukasi pencegahan resiko infeksi
6. Pemeriksaan PCR ID NOW isoternal (covid-19)
7. Pemasangan kateter
8. Pemeriksaan labolatorium
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan hasil evaluasi:

1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan retensio urin di ruang
IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
2. Merencanakan tindakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada ibu hamil dengan
retensio urin di ruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
3. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada ibu hamil dengan
retensio urin di ruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
4. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada ibu hamil retensio urin
diruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
5. Pendokumentasian dan pengkajian dilaksanakan pada tanggal 13-14 Juni 2022 yang
dilakukan di ruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita
A. Saran
1. Bagi RSAB Harapan Kita

25
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang dapat diwujudkan
melalui peningkatan keterampilan dan motivasi kerja tim kesehatan.
2. Bagi Poltekes Prodi Kebidanan Metro
Sebagai sarana menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi pembelajaran
pratikum di lapangan
3. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan untuk membandingkan teori dengan praktik lapangan.
b. Dapat mengetahui asuhan yang dilakukan pada ibu dengan retensio urin ruang IGD
kebidanan RSAB Harapan Kita tahun 2022.
c. Dapat menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pengalaan praktik di lapangan.

26
DAFTER PUSTAKA
Baradero, Marry et al. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta: EGC;16-21.
Basuki B Purnomo. 2003. Dasar-dasar Urology. Edisi 2. Jakarta :Sagung Seto.
Black, JM & Hawks, JH. 2009. Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Positive Outcomes. 7th Edition. St. Louis – Missouri : Saunders
Elsevier Inc

Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses, Tenth edition. Garsington Road :
Pondicherry
Borrie, Michael j, Karen C, Zora A.A., Judy Bray, Pauline Hart, Terri Labate,
Paul Hesch. 2001. Urinary Retention in Patients in a Geriatric Rehabilitation Unit :
Prevalence, Risk Factors, and Validity of Bladder Scan Evaluation.Volume 26, number 5.
Rehabilitation Nursing. Wiley Online Library.
Corwin, Elizabeth J. (2001). Hands Book of Pathophysiologi. Jakarta :EGC
Finucane, Brendan T. (2007). Complication of Regional Anesthesia 2nd Edition. Springer
Science Business Media, USA : 153

Heisler, J. (2011). Understandingt the Risks of Anesthesia. Diunduh dari


http://surgery.about.com/od/proceduresaz/ss/AnesthesiaRisks.

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. (2008). Keterampilan Dasar


Praktik Klinik untuk Kebidanan 2 Edition. Jakarta:

Salemba Medika; 66. Kozier & Erb, (2009). Buku Ajar Praktek Keperawatan
Klinis Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Lewis, SL, Dirksen, SR, Heitkemper, MM, Bucher, L & Camera, IM.2011.
Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical Problem. 8th
Edition. St. Louis-Missouri : Saunders Elsevier Inc.

M.J. Speakman, Odunayo Kalejaiye.(2009). European Association of Urology:

27
Moorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC),Fifth edition.
St.louis, Missouri : Elsevier mosby

Pierce & Borley, (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta: EMS.

Purnomo B. Basuki.(2011). Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga.Jakarta : CV Sagung Seto

28

Anda mungkin juga menyukai