Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Islamiyati,AK.,MKM
NIP:197204031993022001
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah Yang Maha Esa Karena Berkat Rahmat Dan
Hidayah-Nya Penulis Dapat Menyelesaikan Laporan Rumah Sakit Yang Berjudul
“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Pada Pada Ny.I G3P2A0
Hamil 13 Minggu Dengan Retensio Urin Di RSAB Harapan Kita Yang Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Program Studi Diploma D3 Kebidanan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................5
B. Tujuan.............................................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Data Subjektif................................................................................................15
B. Data objektif .................................................................................................17
C. Assesment......................................................................................................19
D. Plan................................................................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR ISI..............................................................................................................26
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai perubahan anatomi dan fisiologi terjadi selama proses kehamilan, yang
dapat mempengaruhi semua sistem organ. Selama kehamilan, sistem kardiovaskuler
menjadi hiperdinamik, terjadi peningkatan aliran oksigen ke maternal dan jaringan
fetus. Progesteron dan prostasiklin menurunkan resistensi vaskuler sistemik dan
menginduksi relaksasi vaskuler, cardiac output meningkat 30-50% dari 4-6L/mnt.
Selain itu, pada trimester III, gravid uterus menekan pembuluh darah besar,
menurunkan aliran darah vena ke jantung. Di samping terjadi peningkatan volume
darah total 25- 40% selama kehamilan, volume plasma meningkat lebih dari 50%,
menyebabkan hemodilusi relatif dan anemia fisiologik. Pada fase hiperdinamik ini,
wanita hamil dapat mengalami perdarahan lebih dari 2 L dari volume darahnya
sebelum menimbulkan perubahan pada laju jantung atau tekanan darah. Oleh karena
itu, tanda-tanda klinis dari syok dapat tertunda. Kehamilan juga menimbulkan
hiperkoagulasi di mana terjadi peningkatan faktor prokoagulan, penurunan
fibrinolisis, dan peningkatan venostasis. Perubahan koagulopatik ini secara
signifikan dapat meningkatkan risiko trombosis, di mana pada wanita hamil
memiliki risiko 5 kali lipat untuk terjadinya tromboembolisme vena. (Thoman AA
2010)
6
Selama kehamilan, saluran kencing bagian atas dan bawah mengalami
perubahan. Ginjal akan bergeser ke atas oleh karena desakan dari fetus yang
membesar. Selain itu, ukuran ginjal juga membesar kurang lebih 1 cm karena
peningkatan volume vaskuler renal dan ruang interstisial pada wanita hamil. Yang
terpenting dari perubahan yang terjadi pada sistem genitourinari adalah dilatasi pada
saluran kencing bagian atas, yang terjadi pada minggu ke-7 kehamilan pada 90%
wanita hamil dan akan bertahan sampai 6 minggu postpartum. Hidronefrosis
fisiologik ini disebabkan baik oleh faktor hormonal dan faktor mekanikal. Uterus
yang membesar dapat secara langsung menekan ureter, sedangkan progesterone
menghambat kontraksi otot polos ureter, sehingga menyebabkan ureterektasis.
Dilatasi ureter lebih sering terjadi pada sisi kanan karena uterus mengalami
dekstrorotasi, sedangkan ureter kiri lebih mendapat perlindungan dari kompresi
kolon sigmoid yang berisi gas. Dilatasi saluran kencing bagian atas dapat
meningkatkan stasis urinari, yang dapat menjadi faktor predisposisi bagi wanita
hamil untuk terjadinya infeksi saluran kencing, pyelonefritis, dan nefrolitiasis.
Biasanya, hidronefrosis fisiologik ini juga dapat menyebabkan rasa nyeri sehingga
diperlukan analgetik, atau dapat dikurangi dengan memposisikan pasien miring kiri.
Penempatan ureteral stent atau nephrostomy tube dapat membantu jika gejala masih
berlanjut. ( Chaliha .C 2002)
7
Retensi urine selama kehamilan terjadi pada 1 dari 3000 sampai 1 dari
8000 wanita. Retensi urine sering terjadi karena pembesaran retroverted uterus
dengan entrapment fundus di bawah sacral promontory. Uterine fibroid atau
abnormalitas anatomikal uterin lainnya dapat sebagai faktor predisposisi
terjadinya retensi urine. Retensi urine akut secara klasik terjadi pada 12-14
minggu kehamilan dan hilang pada 16 minggu kehamilan, ketika uterus tumbuh
keluar pelvis. Hal ini bisa diatasi dengan drainase buli-buli temporer atau
kateterisasi intermiten, namun manipulasi bimanual terhadap uterus untuk posisi
anteversi juga dapat dilakukan. Alternatif lainnya, Smith-Hodge pessary dapat
dimasukkan secara temporer untuk menjaga anteversi uterin dan untuk
menurunkan tekanan pada leher buli-buli. (Chaliha.C, 2002)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal
neonatal retensio urin pada kehamilan
2. Tujuan Khusus :
3. Mahasiswa dapat melakukan pengkiajian masalah retensio urin dalam
kehamilan
4. Mahasiswa dapat menganalisis data dengan masalah retensio urin dalam
kehamilan
5. Mahasiswa dapat membuat rencana tindakan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal retensio urin dalam kehamilan
6. Mahasiswa dapat memberikan tindakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal retensio urin dalam kehamilan
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan secara berkeseimbangan yaitu dengan catatan perkembangan
(S, O, A, P)
8. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kegawatdaruratan
retensio urin dalam kehamilan
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
8
Diharapkan Laporan ini dapat menjadi sumber informasi dalam memperkaya
wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
Laporan ini diharapakan bermanfaat untuk memperoleh data tentang retensio
urin sehingga dapat menjadi landasan pilihan referensi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Retensio Urin
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan
distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine
(Hidayat & Uliyah, 2008).
B. Etiologi
Retensi urin adalah kesulitan berkemih atau miksi karena kegagalan
mengeluarkan urin dari kandung kemih atau akibat ketidak-mampuan kandung
kemih untuk mengosongkan kandung kemih sehingga menyebabkan distensi
kandung kemih atau keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap. Dimana dari beberapa literatur lama waktu dari ketidak-
mampuan berkemih spontan serta volume residu urin berbeda-beda. Retensi urin
dapat dibagi berdasarkan penyebab lokasi kerusakan saraf, yaitu (Kozier, 2009) :
10
1. Supravesikal, berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis sakralis
S2–4 dan Th1- L1. Kerusakan terjadi pada saraf simpatis dan parasimpatisbaik
sebagian atau seluruhnya, misalnya : retensi urin karena gangguan persarafan,
operasi miles, mesenterasi pelvis, dan kelainan medula spinalis (meningokel,
tabes dorsalis, atau spasmus sfingter)
2. Vesikal, berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang, berhubungan
dengan - masa kehamilan dan proses persalinan, misalnya : retensi urin akibat
iatrogenik, cedera/inflamasi, psikis, atoni pada pasien DM, dan divertikel yang
besar
3. Intravesikal, berupa kekakuan leher vesika, striktur oleh batu kecil atau tumor
pada leher vesika urinaria, misalnya : retensi urin akibat obstruksi adanya tumor,
batu kecil atau fimosis
4. Faktor lain-lain. Kelainan patologi urethra, trauma, BPH, striktur uretra,
karsinoma prostat dan obat-obatan golongan antikolinergik, anti spasmodik,
antidepresant, antihistamin dapat beresiko menyebabkan gangguan eliminasi
urin apabila dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan hambatan dari eliminasi urin.
C. Patofisiologi
Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis
yaitu akibat obstruksi, infeksi, farmakologi, neurologi, dan faktor trauma. Obstruksi
pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang
mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak,tumor buli-buli, striktur uretra,
phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal
dari sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan
leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang
terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Pada retensi urin, penderita tidak
dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat didaerah suprapubik dan
hasrat ingin miksi yang hebat disertai. Selius Brian (2008)
Retensio urin dapat terjadi menurut lokasi, faktor obat dan factor lainnya seperti
ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang menyebabkan
11
kerusakan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi
koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya
relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama
teregang,intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika,
striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urin sisa meningkat dan
terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Faktor obat dapat
mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi
glumerolus sehingga menyebabkan produksi urin menurun. Faktor lain berupa
kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya dapat
meningkatkan tensi otot perut, perianal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi
dengan baik (Purnomo,2011)"
Tanda klinis retensi urin secara umum (Hidayat & Uliyah, 2008):
1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin (25-50 ml)
5. Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya
6. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
7. Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
1. Retensi akut
Ditandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh dan distensi
kandung kemih ringan (Grace dan Borley, 2007). Penderita akan merasa nyeri
yang hebat di daerah suprapubik, bila penderita tidak terlalu gemuk, akan
terlihat/teraba benjolan di daerah suprapubik.
Menurut WHO (2007) tanda dan gejala pada retensi urin akut :
a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil meskipun merasa dorongan untuk
melakukannya
b. Nyeri, biasanya pada perut bagian bawah
12
c. Pembesaran kandung kemih yang satu palpasi dapat dirasakan sebagai massa
berbentuk kubah di perut bagian bawah
2. Retensi kronis
Ditandai dengan gejala-gejala iritasi kandung kemih (frekuensi, disuria,
volume sedikit) atau tanpa nyeri, distensi yang nyata, inkontinensia urin (sering
berhubungan dengan infeksi tractur urinary sekunder) (Grace dan Borley, 2007).
Penderita sama sekali tidak bisa miksi, gelisah, mengedan bila ingin miksi, dan
terjadi inkontinensia. Menurut Jurnal European Assosiation of Urology (M.J.
Speakman, 2009):
Cronic Urinary Retention (CUR) ketika ditemukannya residu urine
sebesar 300cc sampai 500cc pada kandung kemih, dapat pula disertai BAK
sangat edikit, frekuensi BAK yang sering, kesulitan untuk memulai berkemih
sampai pada tanda dan gejala adanya gagal ginjal. Pada CUR biasanya sering
diikuti oleh infeksi pada tractus urinary akibat adanya penumpukan residu
urin.Pada anamnesa, pasien akan mengeluh sulit buang air kecil. Pada inspeksi,
palpasi dan perkusi, akan didapatkan buli-buli yang mengembang. Pada perkusi
akan terdengar pekak, yang menentukan adanya buli-buli yang penuh pada
penderita yang gemuk (Purnomo, 2003)."
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine
adalah sebagai berikut:
13
5. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras. (Brunner and
Suddarth. (2010)
Penatalaksanaan yang dapat dilakaukan pada retensi urine dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kateterisasi
14
G. Komplikasi
1. Infeksi Saluran Kemih
Urin yang tertampung di buli-buli harus segera dikeluarkan karena urin yang
tertampung akan berisiko menjadi media untuk bakteri berkembang dan akan
menyebabkan Infeksi saluran kemih. Karena adanya sisa urin setiap kali miksi,
maka lama kelamaan akan terbentuk batu endapan di dalam kansung kemih, yang
kemudian akan menyebabkan bertambahnya keluhan iritasi dan menimbulkan
keluhan hematuria pada pasien. Selain itu batu akan menyebabkan timbulnya
penyakit sistitis dan bila terjadi refluks dapat menyebabkan terjadinya pielonefritis
(Purnomo 2003).
2. Hidronefrosis
Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan
di dalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat. Bila keadaan
ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan menghambat
aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan bila sampai ke
ginjal akan menyebabkan hidronefrosis dan bila terjadi infeksi sehingga
mempercepat terjadinya kerusakan ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.
3. Kerusakan bladder
Jika kandung kemih menjadi membentang terlalu jauh atau untuk waktu yang
lama, otot-otot mungkin rusak secara permanen dan kehilangan kemampuan
untuk berkontraksi
15
H. Prognosis
Hal ini sangat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari. Dalam
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), kecenderungan umum adalah gejala
memburuk dari waktu ke waktu. Namun, ada variabilitas yang cukup besar dan
beberapa pasien mengalami perbaikan permanen atau sementara. Hanya sekitar 14%
dari pria dengan gejala sedang sampai berat telah secara klinis terlihat
memburuknya gejala mereka selama lima tahun masa tindak lanjut. Dalam satu
percobaan besar laki-laki dengan BPH dan moderat sampai berat gejala awal, hanya
6% dari laki-laki pada plasebo mengalami retensi urin akut atau operasi BPH
diperlukan setelah lima tahun dan tidak dikembangkan insufisiensi ginjal
(McConnell JD, Roehrborn CG,Bautista OM, et al, 2003).
BAB III
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN
A. DATA SUBYEKTIF(S)
1. Biodata
16
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
TP : 20 Desember 2022
Siklus : + 28 Hari
Lamanya : + 7 Hari
4. Riwayat Persalinan
Perkawinan ke : 1 ( Pertama )
17
mg
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/85mmhg
b. Nadi : 89x /m
c. Pernafasan : 20x /m
d. Suhu : 36
e. BB : 81 Kg
2. Pemeriksaan Fisik
18
a. Kepala : Norma, tidak terdapat benjolan
b. Wajah : Normal, simetris tidak terdapat odema
c. Mata : Simetris, Konjungtun berwarna merah muda sclera warna
putih
d. Telinga : Simetris, Bersih,tidak ada bennjolan
e. Hidung : Simetris, tidak ada benjolan
f. Mulut : Simetris, bibir warna merah muda, tidak ada kerak dan
berlubang, tidak ada poembengkakan.
g. Leher : Tidak ada benjolan, Tidak ada kelenjar thyroid.
h. Payudara : Area bersih, putting susu menonjol
i. Abdomen : Ada bekas luka operasi
Pemeriksaan Palpasi
Leopoid I : Teraba balottement
Leopoid II : Tidak dilakukan
Leopoid III : Tidak dilakukan
Leopoid IV : Tidak dilakukan
j. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : Senin, 13 Juni 2022
Waktu : 12 : 57 WIB
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
19
Nitrit (-) Negatif (-) Negatif
Sedimen
C. ASSASMENT
D. PLAN
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Lakukan Informed Consent tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
4. Edukasi pencegahan resiko jatuh
5. Edukasi pencegahan resiko infeksi
6. Pemeriksaan PCR ID NOW isoternal (covid-19)
7. Pemasangan kateter
8. Pemeriksaan labolatorium
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
20
CATATAN PERKEMBANGAN 1
S : Ibu mengatakan susah BAK sejak pukul 04.00WIB ,dan keluar lendir darah
A : G3P2A0 hamil 13 minggu dengan retensio urin janin tunggal hidup intrauterine
P:
1. Tindakan mandiri
a. Informasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
b. Lakukan Informed Consent tentang tindakan yang akan dilakukan
c. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
21
d. Edukasi pencegahan resiko jatuh
e. Edukasi pencegahan resiko infeksi
f. Pemeriksaan PCR ID NOW isoternal (covid-19)
g. Pemasangan kateter
h. Pemeriksaan labolatorium
i. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
LEMBAR IMPLEMENTASI
Pelaksanaan Evaluasi
Wakt
No Perencanaan Waktu u Evaluasi
Tindakan Paraf Paraf
Tgl/Jam Tgl/ Tindakan
Jam
22
akan dilakukan tindakan secsio
caesarea
23
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan observasi dan pemeriksaan pada G3P2A0 hamil 13 minggu dengan
retensio urin janin tunggal hidup intrauterine telah dilakukan tindakan:
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Lakukan Informed Consent tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
4. Edukasi pencegahan resiko jatuh
5. Edukasi pencegahan resiko infeksi
6. Pemeriksaan PCR ID NOW isoternal (covid-19)
7. Pemasangan kateter
8. Pemeriksaan labolatorium
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan retensio urin di ruang
IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
2. Merencanakan tindakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada ibu hamil dengan
retensio urin di ruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
3. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada ibu hamil dengan
retensio urin di ruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
4. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada ibu hamil retensio urin
diruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita Tahun 2022.
5. Pendokumentasian dan pengkajian dilaksanakan pada tanggal 13-14 Juni 2022 yang
dilakukan di ruang IGD kebidanan RSAB Harapan Kita
A. Saran
1. Bagi RSAB Harapan Kita
25
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang dapat diwujudkan
melalui peningkatan keterampilan dan motivasi kerja tim kesehatan.
2. Bagi Poltekes Prodi Kebidanan Metro
Sebagai sarana menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi pembelajaran
pratikum di lapangan
3. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan untuk membandingkan teori dengan praktik lapangan.
b. Dapat mengetahui asuhan yang dilakukan pada ibu dengan retensio urin ruang IGD
kebidanan RSAB Harapan Kita tahun 2022.
c. Dapat menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pengalaan praktik di lapangan.
26
DAFTER PUSTAKA
Baradero, Marry et al. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta: EGC;16-21.
Basuki B Purnomo. 2003. Dasar-dasar Urology. Edisi 2. Jakarta :Sagung Seto.
Black, JM & Hawks, JH. 2009. Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Positive Outcomes. 7th Edition. St. Louis – Missouri : Saunders
Elsevier Inc
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses, Tenth edition. Garsington Road :
Pondicherry
Borrie, Michael j, Karen C, Zora A.A., Judy Bray, Pauline Hart, Terri Labate,
Paul Hesch. 2001. Urinary Retention in Patients in a Geriatric Rehabilitation Unit :
Prevalence, Risk Factors, and Validity of Bladder Scan Evaluation.Volume 26, number 5.
Rehabilitation Nursing. Wiley Online Library.
Corwin, Elizabeth J. (2001). Hands Book of Pathophysiologi. Jakarta :EGC
Finucane, Brendan T. (2007). Complication of Regional Anesthesia 2nd Edition. Springer
Science Business Media, USA : 153
Salemba Medika; 66. Kozier & Erb, (2009). Buku Ajar Praktek Keperawatan
Klinis Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Lewis, SL, Dirksen, SR, Heitkemper, MM, Bucher, L & Camera, IM.2011.
Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical Problem. 8th
Edition. St. Louis-Missouri : Saunders Elsevier Inc.
27
Moorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC),Fifth edition.
St.louis, Missouri : Elsevier mosby
Pierce & Borley, (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta: EMS.
28