Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

PENYULUHAN STIMULASI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG


BALITA

Pokok Bahasan : Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh


Kembang Sasaran : Kader Posyandu Balita
Tempat : Wates
Hari/tanggal :
Alokasi waktu : 3 x 60 menit
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum: Meningkatkan pengetahuan kader dalam pemeriksaan deteksi dini tumbuh
kembang balita
2. Tujuan Khusus:
a. Kader mengetahui tentang DDTK
b. Kader mengetahui tujuan pemeriksaan DDTK
c. Kader mengetahui cara melakukan deteksi dini pertumbuhan balita
d. Kader mengetahui cara melakukan deteksi dini perkembangan balita
B. Sasaran
Kader Posyandu
C. Materi (Terlampir)
Materi yang disampaikan :
1. Pengertian tumbuh kembang
2. Pengertian deteksi dini tumbuh kembang balita
3. Jadwal pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang balita
4. Cara melakukan deteksi dini pertumbuhan balita
5. Cara melakukan deteksi dini perkembangan balita
D. Kegiatan
Tahapan
Kegiatan Pengajaran Kegiatan Persepti
Kegiatan
Hari ke 1: - Memberi salam - Menjawab salam
Pembukaan - Menjelaskan tujuan yang akan dicapai - Mendengarkan
(5 menit) dalam pembelajaran
- Penekanan pentingnya materi yang akan
disampaikan
Pretest - Menjelaskan cara mengerjakan soal pretest - Mengerjakan soal pretest
(15 menit)
Penyampaian - Menjelaskan materi tentang Pengertian - Mendengarkan
materi tumbuh kembang, pengertian deteksi dini dan memperhatikandengan
(60 menit) tumbuh kembang balita, Jadwal pelaksanaan seksama
deteksi dini tumbuh kembang balita dan Cara - persepti mencatat materi
penjelasan
melakukan deteksi dini pertumbuhan balita
- persepti menanyakan hal-hal yang
- Memberikan kesempatan bertanya pada
belum jelas di sela-sela penyajian
persepti
materi dan kemudian
memperhatikan jawaban
- memperhatikan dan menanggapi
penjelasan
ISTIRAHAT
Praktik - Latihan praktik deteksi dini pertumbuhan - Mempraktikkan
balita
(60 menit) cara
melaksanakan deteksi dini
pertumbuhan balita
Penutup - Menyimpulkan materi yang telah - Mendengarkan
disampaikan
(10 menit) - Menjawab salam
- Mengucapkan salam
Hari ke 2: - Memberi salam - Menjawab salam
Pembukaan - Menjelaskan tujuan yang akan dicapai - Mendengarkan
(5 menit) dalam pembelajaran
- Penekanan pentingnya materi yang akan
disampaikan
Penyampaian - Menjelaskan materi tentang deteksi dini - Mendengarkan
Materi perkembangan balita dan memperhatikan dengan
(40 menit) - Memberikan kesempatan bertanya seksama
pada persepti - persepti mencatat materi
penjelasan
- persepti menanyakan hal-hal yang
belum jelas di sela-sela penyajian
materi dan kemudian
memperhatikan jawaban
- memperhatikan dan menanggapi
penjelasan
Praktik - Latihan praktik deteksi dini perkembangan - Mempraktikkan cara
(60 menit) balita melaksanakan deteksi dini
perkembangan balita
Rangkuman - Menyimpulkan materi yang telah - Mendengarkan memperhatikan
dan Evaluasi disampaikan dan memahami
(20 Menit) - Memberikan pertanyaan - Menjawab pertanyaan yang
diajukan
- Mengerjakan soal posttest
Penutup - Memberikan motivasi kepada persepti - Mendengarkan
(5 Menit) untuk rajin belajar - Menjawab salam
- Mengucapkan salam

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media dan alat bantu
1. Handout
2. Alat tulis
3. Buku KIA
4. Timbangan
5. Meteran
6. Form KPSP
G. Referensi
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
H. Evaluasi
Mengerjakan Posttest
Lampiran
Materi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita
Balita atau bawah lima tahun adalah suatu periode usia manusia dimana
berada pada periode setelah bayi dan sebelum anak awal dengan rentang usia
dimulai dari dua sampai dengan lima tahun (24-60 bulan) (Marmi, 2015:2). Masa
dimana anak berusia 1-3 tahun, pada usia ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan (Rusilanti, 2015: 90). Anak usia pra sekolah adalah anak usia 3-6
tahun dimana pada usia ini sebagian sitem tubuh telah matur dan dapat
menyesuaikan diri dengan stress dan perubahan yang terjadi. (Rusilanti, 2015:
133).
Usia 0-5 tahun merupakan masa dimana pertumbuhan dan perkembangan
mengalami peningkatan yang pesat, sehingga masa ini sering disebut dengan fase
“Golden Age”. Golden Age merupakan masa yang sangat penting untuk
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kelainan yang mungkin terjadi anak yang
dapat bersifat permanen (Marmi, 2015: 107)
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan berpengaruh dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. sel-sel otak masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dimana terjadi pertumbuhan serabut syaraf dan
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang lebih
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar serabut syaraf ini
akan mempengaruhi kinerja dari otak anak. Kemampuan ini dimulai dari anak
mulai belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa ini
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan kemampuan ini merupakan
landasan bagi perkembangan berikutnya (Marmi, 2015: 118)
a. Pertumbuhan dan perkembangan
Setiap makhluk hidup akan mengalami perubahan seiring dengan
bertambahnya usia, perubahan yang dialami oleh makhluk hidup tersebut
disebut dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi
pada tingkat sel, organ maupun individu yang bersifat kuantitatif sehingga
dapat diukur dengan satuan berat (gram, kg), satuan panjang (cm, m), umur
tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam
tubuh). (Marmi, 2015: 110)
Perkembangan adalah perubahan individu baik secara fisik maupun
psikis berupa pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks menyangkut adanya proses deferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya (Marmi, 2015: 110) Penilaian perkembangan anak
meliputi Perkembangan kognitif, Perkembangan motorik (Kasar dan halus),
Perkembangan personal-sosial, perkembangan bahasa. (soetjiningsih, 2012:
17). Penilaian perkembangan anak balita dilakukan dengan melakukan
skrining perkembangan anak balita dengan menggunakan buku KIA, KPSP,
TDL, TDD. (Kemenkes RI, 2013: 48)
b. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga kesehatan
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Jadwal Deteksi Dini Tumbuh
Kembang (Sumber : Kemenkes RI, 2013:40)
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu kegiatan untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan balita dilakukan disemua
tingkat pelayanan, pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Pelaksana deteksi dini
pertumbuhan Sumber : Kemenkes RI, 2013:
41
Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga, - Orang tua - KMS
masyarakat - Kader kesehatan - Timbangan dacin
- Petugas PADU,
BKB, TPA dan
guru TK
Puskesmas - Dokter - Tabel BB/TB
- Bidan - Grafik LK
- Perawat - Timbangan
- Ahli gizi - Alat ukur tinggi
- Petugas lainnya badan
- Pita ukur lingkar
kepala
Pengukuran berat badan/tinggi badan adalah untuk menentukan
status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. pengukuran
BB/TB balita dilakukan sesuai dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih. Pengukuran berat badan dapat dilakukan dengan
menggunakan timbangan bayi maupun timbangan injak. Pengukuran
menggunakan timbangan bayi dilakukan pada anak sampai usia 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang dan bila anak sudah
sanggup untuk berdiri sendiri, pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan timbangan injak.
Langkah pengukuran berat badan meliputi :
1. Menggunakan timbangan bayi
a. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur
2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang
b. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang
c. Lihat posisi jarum atau angka yang menunjuk ke angka 0
d. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan
e. Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan
f. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
g. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
h. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum kekanan dan kekiri
2. Menggunakan timbangan injak
a. Letakkan timbangan diatas lantai yang datar sehingga tidak
mudah bergerak
b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan
memegang sesuatu
d. Anak berdiri diatas timbangan tanpa dipegangi
e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
g. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka ditengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan
ke kiri
Pengukuran panjang badan (PB) atau tingi badan (TB) dilakukan
dengan cara posisi berbaring dan dengan posisi berdiri. Pengukuran
panjang badan dengan posisi berbaring dilakukan pada bayi
dengansebaiknya dilakukan oleh 2 orang petugas. Pengukuran dengan
posisi berdiri dilakukan bila anak sudah mampu untuk berdiri sendiri.
Setelah pengukuran berat badan dan tinggi badan, untuk menentukan
status gizi dilakukan dengan melihat tabel BB/TB yang diterbitkan oleh
direktorat gizi masyarakat 2002. Penilaian status gizi ditentukan dengan
melihat standar deviasi (SD) sesuai dengan jenis kelamin anak. Anak
dengan standar deviasi >2 SD dikategorikan gemuk, -2SD normal, ≤2
SD s/d -3 SD kurus, dan ≤ 3 SD dikategorikan kurus sekali.
Langkah-langkah pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan
(TB):
1. Cara mengukur dengan posisi berbaring
a. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
b. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar
c. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
d. Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bai agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
e. Petugas 2: tangan kiri menekan lutut agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
f. Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur
2. Cara mengukur dengan posisi berdiri
a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu
b. Berdiri tegak menghadap kedepan
c. Punggung, patat, dan tumit menempel pada tiang pengukur
d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
e. Baca angka pada batas tersebut
Pengukuran lingkar kepala anak (LKA) dilakukan bertujuan untuk
mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal. Pengukuran lingkar kepala anak usia 0-11 bulan dilakukan
setiap 3 bulan, dan pada anak usia 12-72 bulan dilakukan setiap 6 bulan
sekali oleh tenaga kesehatan terlatih.
Langkah pengukuran LKA
1. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala
yang menonjol, tarik agak kencang
2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
3. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
4. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak
5. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang
Hasil dari pengukuran LKA dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak. Ukuran lingkar kepala anak yang
normal berada didalam “jalur hijau”, sedangkan bila lingkar kepala anak
yang berada diluar “jalur hijau” maka lingkar kepala anak tidak normal.
Lingkar kepala anak yang menunjukkan ketidaknormalan terbagi
menjadi 2, yaitu makrosefal bila berada diatas “jalur hijau” dan
mikrosefal bila berada dibawah “jalur hijau” temuan kasus makrosefal
maupun mikrosefal harus segera dirujuk kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. (Depkes RI, 2005: 41).
a) KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah kartu yang memuat kurva
perumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau
resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum
masalahnya lebih berat. (Kemenkes, 2015: 75)
Bagi kader, KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak
dan menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali
kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian
makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada
dibawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan
terdekat, agar anak mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. KMS
juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu untuk
menimbangkan anaknya di posyandu atau fasilitas kesehatan pada
bulan berikutnya. (Kemenkes, 2015: 76). KMS terbagi kedalam 3
bagian, yaitu:
Bagian 1 :

Gambar 2.2 Bagian 1 KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 76)
Pada bagian 1 KMS terbagi menjadi 2, yaitu warna biru untuk
laki-laki dan warna pink untuk perempuan. Dalam masing-masing
KMS terdapat kolom nama anak dan nama posyandu untuk diisi
kader sebagai identitas pemilik KMS.
Bagian 2 :

Gambar 2.3 Bagian 2 KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 77)
Bagian 3 :

Gambar 2.4 Bagian 3 KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 78)
Langkah-langkah pengisian KMS
(1) Memilih KMS sesuai dengan jenis kelamin

Gambar 2.5 Cara Pengisian KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 78)
(2) Mengisi nama anak dan nama tempat pelayanan pada
halaman KMS
(3) Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
Gambar 2.6 Cara Pengisian KMS
(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 79)
(4) Meletakkan titik berat badan dan membuat garis
pertumbuhan anak
(a) Letakkan (ploting) titik berat badan hasil penimbangan

Gambar 2.7 Cara Pengisian KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 79)
(b) Hubungkan titik berat badan bilan ini dengan bulan lalu.
Jika bula sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik
berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk
garis lurus.

Gambar 2.8 Cara Pengisian KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 80)
(5) Mencatat setiap kejadian yang dialami anak

Gambar 2.9 Cara Pengisian KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 81)
(6) Menentukan status pertumbuhan anak
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara,
yaitu:
(a) Dengan menilai garis pertumbuhannya, atau
(b) Dengan menghitung kenaikan berat badan minimum
(KBM)
(7) Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah
tertera sebagai

Gambar 2.10 Cara Pengisian KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 82)

Gambar 2.11 Cara Pengisian KMS


(Sumber : Kemenkes RI, 2015: 82)

Contoh diatas menggambarkan status pertumbuhan


berdasarkan grafik pertumbuhan anak dalam KMS :
1. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan <KBM
(<800g)
2. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan diatasnya; kenaikan berat badan >KBM
(>900g)
3. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis
pertumbuhannya; kenaikan berat badan >KBM (>500g)
4. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar;
kenaikan berat badan <KBM (<400g)
5. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun;
kenaikan berat badan <KBM (<300g) (Kemenkes,
2015: 76-82)
c. Deteksi dini penyimpangan perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui gangguan perkembangan anak
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar (Depkes
RI, 2005: 48). Deteksi dini penyimpangan anak dilakukan disemua
tingkat pelayanan, pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Pelaksana Deteksi dini
Perkembangan (Sumber : Kemenkes RI, 2013:
48)
Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga dan - Orang tua Buku KIA
masyarakat - Kader kesehatan,
BKB, TPA
- Petugas pusat - KPSP
PADU terlatih - TDL
- Guru TK terlatih - TDD
Puskesmas - Dokter - KPSP
- Bidan - TDL
- Perawat TDD
a) KIA
Menurut keptutusan menteri kesehatan republik indonesia
284/MENKES/SK/III/2004 tentang buku KIA, menyatakan bahwa
buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya
gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan
penyuluhan dengan infrmasi yang penting bagi ibu dan keluarga dan
masyarakat mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk
rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi dan
tumbuh kembang balita.
Deteksi dini perkembangan balita dalam buku KIA terdapat
pada halaman 73, pada halaman ini kader kesehatan dapat memberi
tanda rumput/ centang ()

Gambar 2.12 Kuesioner Perkembangan dalam buku


KIA (Sumber : Kemenkes RI, 2015: 74)
Pada halaman ini kader dapat memberitahu keluarga balita untuk
(1) Melakukan rangsangan/stimulasi setiap saat dalam suasana yang
menyenangkan
(2) Jika pada usia 2 tahun, anak belum bisa melakukan minimal
salah satu hal diatas, bawa anak ke dokter/bidan/perawat
(3) Bawa anak usia 3 bulan-2 tahun setiap 3 bulan ke fasilitas untuk
mendapatkan pelayanan SDIDTK
b) KPSP
KPSP (kuesioner Pra Skrining perkembangan) adalah kuesiner
yang diberikan untuk mengetahui perkembangan anak norma atau
ada penyimpangan. Pemeriksaan KPSP dilakukan rutin pada anak
usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72
bulan. Pemeriksaan KPSP dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru
TK, dan petugas PADU terlatih. Pemeriksaan KPSP dilakukan
dengan menentukan usia anak, bila usia anak lebih dari 16 bulan
maka dibulatkan menjadi 1 bulan lalu memilih formulir KPSP yang
sesuai dengan usia anak. Kpsp terdiri 2 macam pertanyaan yaitu
pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, dan perintah
kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Hasil dari jawaban pertanyaan KPSP di
jumlah dan dinterpretasikan. Jumlah jawaban “Ya”= 9 atau 10
perkembangan anak sesuai dengan tahap usia perkembangannya (S),
jumlah jawaban “Ya”= 7 atau 8 perkembangan anak meragukan
(M), dan jumlah jawaban “Ya”= 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
Hasil pemeriksaan KPSP yang menunjukkan adanya
penyimpangan pada anak diperlukan tindakan lebih lanjut. Rujukan
ke rumah saki dapat dilakukan dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara &
bahasa, sosialisasi, dan kemandirian).
Cara menggunakan KPSP:
(1) Pada saat pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa
(2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan
tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi
1 bulan.
Umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur
bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
(3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak
(4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
(a) Pertanyaan yang dijawab olehibu/pengasuh anak, contoh:
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
(b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada
posisi bayi anda terlentang. Tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
(5) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab. Oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
(6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban. “YA” atau “Tidak”.
Catat jawaban tersebut pada formulir
(7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
(8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah

dijawab Interpretasi hasil KPSP:

(1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya


(a) Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
(b) Jawaban tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak
tidak tahu
(2) Jumlah jawaban “YA” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S)
(3) Jumlah jawaban “YA” =7 atau 8, perkembangan anak meragukan
(M)
(4) Jumlah jawaban “YA”=6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
(5) Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak”
menurut jenis keterlambatan (Gerak kasar, gerak halus, bicara
atau bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Intervensi :

(1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan


berikut:
(a) Berikan pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan beik
(b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak
(c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak
(d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada
kegiatan bina keluarga balita (BKB). Jika anak sudah memasuki
usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di pusat pendidikan anak dini usia (PADU). Kelompok
bermain dan taman kanak-kanak.
(e) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24 sampai 72 bulan
(2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
(a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi. Setiap saat dan sesering mungkin.
(b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya
(c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya
(d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak
(e) Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P)
(3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyipangan (P), lakukan
tindakan berikut:
Rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis danjumlah
penyimpangan perkembangan (Gerak kasar, gerak halus,
bicara&bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

Gambar 2.13 Contoh KPSP


(Sumber : Kemenkes RI, 2013: 50)

Anda mungkin juga menyukai