Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BALITA SEHAT

1. Pokok Bahasan : Balita


2. Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian balita
2. Karakteristik Balita
3. Tumbuh Kembang Balita
4. Kebutuhan Utama Proses Tumbang Balita
5. Status Gizi Balita
6. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
7. Penilaian Status Gizi
8. Jenis dan Parameter Status Gizi
3. Sasaran : Balita di Desa Kenantan Kec. Tapung 1 Kab.
Kampar
4. Tempat : Balai Desa Kenantan Kec. Tapung 1 Kab. Kampar
5. Waktu : 1x30 menit
6. Hari/Tanggal : Sabtu/14 April 2018
7. Pengorganisasian
a. Moderator : Rizka Wulandari
Tugas : Mengarahlan jalannya acara
b. Penyaji : Adelina triana Agustin
Tugas : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab
pertanyaan
c. Fasilitator : Indriwati
Ulfa Zulfittri yenti
Tugas : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak
aktif dalam diskusi
d. observer : Indri Jasvita
Tugas : Mengamati dan mencatat proses jalannya
penyuluhan, mengevaluasi jalannya penyuluhan.
8. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan orang tua dapat mengetahui
tentang karakteristik balita sehat
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan orang tua mampu :
1) Menyebutkan pengertian balita
2) Menyebutkan Karakteristik Balita
3) Menjelaskan Tumbuh Kembang Balita
4) Menyebutkan Kebutuhan Utama Proses Tumbang Balita
5) Menjelaskan Status Gizi Balita
6) Menyebutkan Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
7) Mengetahui cara Penilaian Status Gizi
8) Menyebutkan Jenis dan Parameter Status Gizi

9. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
No Tahap/wakt
Metode
u Penyuluh Peserta

1. Pembukaan ceramah 1. Salam pembukaan -Menjawab salam


(3 menit) 2. Perkenalan -Memperhatikan
3. Apersepsi -Berpartisipasi aktif
4. Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan

a.
2. Penyajian Ceramah b. Menjelaskan materi : - Mendengarkan dan
materi c. 1. Pengertian balita memperhatikan
(20 menit) d. 2. Karakteristik balita
Ceramah 3. Tumbang balita Mendengarkan dan
4. Kebutuhan utama proses memperhatikan
Tanya tumbang balita
jawab 5. Status gizi balita
6. Faktor yang
mempengaruhi status gizi
balita
7. Cara penilaian status gizi
8. Jenis dan parameter status
gizi
Peserta bertanya tentang
-Memperhatikan respon
materi yang belum jelas
peserta
-Memberikan kesempatan
untuk bertanya

3. Evaluasi Tanya 1. Memberikan pertanyaan Memperhatikan dan


(5 menit) jawab umpan balik (feed back) menjawab pertanyaan
kepada peserta.

4. Penutup Ceramah 1. Memberikan kesimpulan. Mendengarkan dan


(2 menit) 2. Mengucapkan terima menjawab salam

kasih.

2. Mengakhiri pertemuan

dengan mengucapkan

salam.
10. Evaluasi
Prosedur : Tes pada akhir penyuluhan berupa pertanyaan dari penyaji
Jenis : Lisan
Butir-butri :
1. Apa Pengertian balita?
2. Bagaimana Karakteristik Balita?
3. Bagaimana Tumbuh Kembang Balita?
4. Apa Saja Kebutuhan Utama Proses Tumbang Balita?
5. Bagaimana Status Gizi Balita?
6. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita?
7. Bagaimana Penilaian Status Gizi pada balita?
8. Apa saja Jenis dan Parameter Status Gizi Balita?

11. Referensi/ Daftar Pustaka


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-
2-babii.pdf

https://www.scribd.com/doc/303106230/makalah-balita-sehat

12. Lampiran
 Materi
Lampiran
BALITA SEHAT

A. Pengertian Balita
Sutomo dan Anggraeni (2010) menyatakan bahwa balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita,
anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan
penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik.
Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode
penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan
di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak
di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut
golden age atau masa keemasan (Sutomo dan Anggraeni, 2010).

B. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3
tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan
konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan
ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih
lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.
Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekuensi sering 8 Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul
dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami
beberapa perubahan dalam perilaku.
Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka
akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak
perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila
dibandingkan dengan anak laki-laki

C. Tumbuh Kembang Balita


Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya
senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni :
1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah
(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki,
anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar
menggunakan kakinya.
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah
anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk
menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan
lain-lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif.
Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta
jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses
multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya.
Hal ini ditandai oleh:
1. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
2. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
3. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
4. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
5. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan
sebagainya.
Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis. Sebaliknya,
berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada tiap
bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses
pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan
ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan proses pertumbuhan. Cara
mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan
mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu
Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula
berat dan tinggi badannya. Cara lainnya yaitu dengan pemantauan status gizi.
Pemantauan status gizi pada bayi dan balita telah dibuatkan standarisasinya
oleh Harvard University dan Wolanski. Penggunaan standar tersebut di Indonesia
telah dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak Indonesia. Perkembangan pada
masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada diri balita berlangsung
proses peningkatan dan pematangan (maturasi) kemampuan personal dan
kemampuan sosial.
a) Kemampuan personal
Ditandai pendayagunaan segenap fungsi alatalat pengindraan dan sistem
organ tubuh lain yang dimilikinya. Kemampuan fungsi pengindraan meliputi ;
1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan lain-
lain.
2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak
pembicaraan dan lain-lain.
3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.
4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba benda, dan
lain-lain.
5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan
minuman.
Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :
1) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar, mencoret-
coret, menulis dan lain-lain.
2) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.
3) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.
4) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan lain-
lain.
5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia, percaya
diri, empati, rasa iba dan lain-lain.
6) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami, mengerti,
membandingkan dan lain-lain.
7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat, merangkai,
menciptakan objek dan lain-lain.
b) Kemampuan sosial
Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan personal
yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan beragam aspek
lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar berinterkasi dengan
lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan
mampu berjalan, dia akan senang jika diajak bermain dengan anak-anak
lainnya, meskipun ia belum pandai dalam berbicara, ia akan merasa senang
berkumpul dengan anakanak tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada
ligkungan yang lebih luas sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal
temantemanya itu.

D. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang


Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus
terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; Kebutuhan akan gizi (asuh), Kebutuhan
emosi dan kasih sayang (asih), Kebutuhan stimulasi dini (asah)
1. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh)
Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak
yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan
kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran social, emosional dan
inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam
rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan
secara tepat dan berimbang.
Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zatzat gizi yang
sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi
zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan
terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan otaknya akan
berlangsung optimal.
Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak
perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya.
Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak pada
sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan terjaga dengan
baik dan tidak mudah terserang penyakit.
2. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih)
Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan
kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak.
Orang tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang ada pada anak.
Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan
menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam
kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain.
Orang tua harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-
anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru unsur-unsur
positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut
dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.
3. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah)
Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan
tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak
masih dalam kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat
berjalan dengan optimal. Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang
melalui sentuhan-sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan,
kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal
huruf dan angka.
Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi
positif, kemandirian, kreativitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan
stimulasi dini secara baik dan benar dapat merangsang kecerdasan majemuk
(multiple intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan
linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal),
kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.
E. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak.
Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan
anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang baik juga dapat
memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala
penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko
terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai
bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi


1. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang
kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik
tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi.
Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh
akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan
maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola
pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar
yang terjangkau oleh seluruh keluarga.Faktor-faktor tersebut sangat terkait
dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin
tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan
keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan
keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli
keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan
G. Penilaian Status Gizi
1. Penilaian secara langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-
masing adalah sebagai berikut :
1) Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar
kepala, Lingkar dada, Lemak subkutan. Indeks antropometri bisa
merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur.
Klinis Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
2) Biokimia
Suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati
dan otot.
3) Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat
perubahan struktur jaringan.

2. Penilaian secara tidak langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi
1) Survey konsumsi makanan Adalah suatu metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi.
2) Statistik vital Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.
3) Faktor ekologi Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa
malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain.

H. Jenis dan Parameter Status Gizi


1. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1
tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan. Rumus antropometri anak (Soetjiningsih. 1998) yang
berhubungan dengan umur :
1) Berat Badan Umur 1 – 6 bulan = BBL (gr) + (usia x 600 gr)
2) Usia 7 – 12 bulan = BBL (gr) + (usia x 500 gr) atau (usia / 2) +3
3) Umur 1- 6 tahun = 2n + 8 2)
4) Tinggi badan Umur 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
5) Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut dibandingkan dengan
NCHS adalah :
1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO – NCHS.
2) Gizi kurang, jika BB menurut umur 61% - 80% standart WHO – NCHS.
3) Gizi buruk jika BB menurut umur ≤ 60% standart WHO – NCHS

2. Berat Badan Berat badan


Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut
Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran
keadaan kini. Interpretasi :
1) BB/U < dipetakan pada kurva berat badan :
a) BB< sentil ke-10 : disebut defisit
b) BB>sentil ke-90 : disebut kelebihan
2) BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam presentase:  >120% :
disebut gizi lebih  80-120% : disebut gizi baik  60-80%: - tanpa edema :
gizi kurang - dengan edema : gizi buruk (kwashiorkor)  < 60% : - tanpa
edema : marasmus - dengan edema : marasmus- kwashiorkor
Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat
perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut. Kehilangan
BB dihitung sebagai berikut (BB saat ini/BB semula)x 100%. 1) 85-95% :
kehilangan BB ringan (5-15%) 2) 75-84% : kehilangan BB sedang (16-25% 3)
25%

3. Tinggi Badan Tinggi badan


Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang
dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali.

4. BB/TB
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut : BB/TB (%) = (BB terukur saat
itu)/(BB standar sesuai untuk TB terukur) x 100% Interpretasi:
a) Penilaian status gizi berdasarkan presentase TB/BB > 120% : obesitas
b) 110-120% : overweight
c) 90-110% : normal
d) 70-90% : gizi kurang
e) < 70% : gizi buruk
Nilai BB/TB di sekitar sentil ke-50 menunjukkan kesesuaian atau normal.
Makin jauh deviasi, makin besar pula kelebihan atau kekurangan gizi pada
individu tersebut.

5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai
untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka
kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala
membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada
hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala. Caranya dengan
melingkarkan pita pada kepala. Interpretasi:
1) Lingkaran kepala < sentil ke-5 atau < -2 SB menunjukan adanya
mikrosefali dan kemungkinan malnutrisi kronik pada masa intrauterin atau
masa bayi/ anak dini.
2) Lingkaran kepala > sentil ke-95 atau >+2 SB menunjukan adanya
makrosefali.

6. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan
Pada anak umur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukan status gizi.
Pengukuran dilakukan pada lengan yang tidak aktif pada pertengahan bahu dan
siku. Pada orang normal (tidak kidal) dilakukan pada tangan kiri, sedangkan pada
anak yang kidal dilakukan pengukuran pada lengan kanan. Bila dikaitkan dengan
umur, nilai LILA dibanding dengan baku standar dan dinyatakan dalam persen.
Nilai 100% adalah persentil ke-50 nilai baku. 23 Interpretasi :
1) 85-100% : gizi baik (normal)
2) 75-85% : gizi kurang
3) 80-85% : borderline/kurang kalori protein (KKP) I
4) 75-80% : gizi kurang/ KKP II

Anda mungkin juga menyukai