TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Ada beberapa definisi tentang hipertensi menurut beberapa ahli, yaitu
sebagai berikut :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode (Udjianti, 2013). Sedangkan Klabunde (2015) menyatakan bahwa, istilah
“hipertensi” digunakan untuk peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik di
atas nilai normal. Tekanan arteri disebut normal jika tekanan sistolik berkisar
antara 90 - 120 mmHg, sedangkan tekanan diastolik berkisar antara 80 – 90
mmHg.
8
9
2.1.3 Etiologi
LeMone, Burke, dan Bauldoff, (2016) menyatakan bahwa, penyebab
hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Riwayat Keluarga
Berbagai studi menunjukkan hubungan genetik hingga 40% pada penderita
hipertensi primer. Individu yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi
dikeluarga, maka akan beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
10
2) Usia
Insiden hipertensi naik seiring dengan peningkatan usia. Penuaan
mempengaruhi baroreseptor yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah
serta kelenturan arteri. Ketika arteri menjadi kurang lentur, tekanan dalam
pembuluh darah meningkat. Hal ini sering kali tampak jelas sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik seiring penuaan.
3) Ras
Hipertensi primer lebih sering dan lebih berat pada orang berkulit hitam
dibanding dengan orang berlatar belakang etnik lain.
4) Asupan Mineral
Asupan natrium tinggi sering kali dikaitkan dengan retensi cairan. Asupan
kalium, kalsium, dan magnesium yang rendah juga berperan pada hipertensi
yang tidak diketahui mekanismenya. Perbandingan asupan natrium dan
kalium tampak berperan penting, kemungkinan lewat efek peningkatan
asupan kalium terhadap ekskresi natrium.
5) Kegemukan
Kegemukan sentral (deposit sel lemak di abdomen), ditentukan oleh
peningkatan perbandingan pinggang ke panggul, mempunyai korelasi lebih
kuat dengan hipertensi dibanding indeks massa atau tebalan lipatan kulit.
6) Stress
Stress fisik dan emosional menyebabkan kenaikan sementara tekanan darah,
tetapi peran stres pada hipertensi primer kurang jelas. Tekanan darah
normalnya berfluktasi selama siang hari, yang naik pada aktivitas,
ketidaknyamanan, atau respon emosional seperti marah. Stress yang sering
atau terus menerus dapat menyebabkan hipertrofi otot polos vaskular atau
mempengaruhi jalur integratif sentral otak.
7) Resistensi Insulin
Resistensi insulin dengan hiperinsulinemia akibatnya dikaitkan dengan
hipertensi lewat efeknya pada sistem saraf simpatis, otot polos vaskular,
11
pengaturan natrium dan air ginjal, serta perubahan transpor ion melewati
membran sel.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah yang terjadi akibat proses
dasar yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini hanya 5% hingga 10% dari kasus
hipertensi yang diidentifikasi. Penyakit ginjal adalah penyebab tersering tekanan
darah tinggi yang diidentifikasi. Penyebab umum lain hipertensi yang dapat
diidentifikasi pada dewasa mencakup penyakit renovaskular (penurunan aliran
darah ke ginjal), gangguan korteks adrenal, feokromositoma, koarktasi aorta, dan
apnea tidur (Huether & McCance, 2008 dalam LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016
: 1283).
1) Penyakit Ginjal
Setiap penyakit yang mempengaruhi aliran darah ginjal (stenosis arteri
renalis) atau fungsi ginjal (gagal ginjal) dapat menyebabkan hipertensi.
2) Koarktasi Aorta
Koarktasi aorta merupakan kelainan bawaan yang umumnya ditandai dengan
penyempitan arteri yang membawa darah beroksigen dari jantung ke seluruh
tubuh (aorta) yang menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
3) Gangguan Endokrin
Disfungsi kelenjar adrenal (kelenjar yang mengeluarkan hormon penting
langsung ke dalam aliran darah) kelenjar adrenal terbagi menjadi dua bagian,
yaitu medula adrenal (bagian dalam adrenal yang dikelilingi korteks) dan
korteks adrenal (bagian luar kelenjar adrenal).
12
4) Gangguan Neurologis
Peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
saat tubuh berupaya untuk mempertahankan aliran darah serebral (tumor otak,
ensefalitis, dan gangguan psikiatris).
5) Pemakaian Obat-obatan
Pemakaian kontrasepsi estrogen dan oral dapat menyebabkan hipertensi,
seperti kokain dan metamfetamin, meningkatkan resistensi vaskular, dan
curah jantung sehingga meningkatkan hipertensi.
6) Kehamilan
Preeklamsia (hipertensi pada saat kehamilan), merupakan hipertensi yang
berkembang dan terjadi pada saat kehamilan, namun akan segera menghilang
dengan kelahiran bayi atau janin. Faktor penyebab dari preeklamsia belum
diketahui dengan jelas.
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
4) Berat Badan
Berat badan atau obesitas (≥25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
5) Gaya Hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah bila gaya
hidup menetap.
b. Hipertensi Sekunder
Terdapat 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder. Yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang
ada sebelumnya, seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder, yaitu penggunaan kontrasepsi oral, coarctation
aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, dan gangguan psikiatri), kehamilan,
peningkatan volume intravaskular, luka bakar, dan stress.
2) Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari pada perempuan,
karena kemungkinan laki-laki banyak memiliki faktor pendorong terjadinya
hipertensi, seperti stres, kelelahan, makan tidak terkontrol, merokok, dan lain
sebagainya. Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko terjadi
setelah massa menopause (sekitar di atas 45 tahun).
3) Umur
Pada umumnya, hipertensi cenderung menyerang pria usia di atas 31 tahun,
sedangkan pada wanita setelah usia 45 tahun (menopause).
2.1.5 Patofisiologi
Udjianti (2010 : 103 - 105) menyatakan bahwa, patofisiologi tekanan darah
sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total
tahan perifer. Cardiac output atau curah jantung diperoleh dari perkalian antara
stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan pertahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
b. Gagal Jantung
Tekanan darah tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi tersebut dapat berakibat otot jantung akan menebal
dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat
terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda adanya komplikasi
yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek), dan terjadi pembengkakan
pada tungkai serta bawah kaki.
18
d. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Terdapat dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna (terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama
sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah
akibat proses menua. Hal ini akan menyebabkan daya permeabilitas dinding
pembuluh darah berkurang), sedangkan nefrosklerosis maligna merupakan
kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan dasto lik di atas 130
mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.
2.1.8 Penatalaksanaan
Padila (2013) menyatakan bahwa, penatalaksaan pada penderita hipertensi
terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan farmakologi meliputi, obat diuretik, beta blocker, Ca antagonis,
serta ACE inhibitor.
3) Latihan Fisik
Olahraga secara teratur seperti berjalan, lari, berenang, dan bersepeda sangat
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan
jantung. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga
meningkatkan kadar LDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat hipertensi.
5) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
20
6) Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga klien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
persentase besar kelompok otot yang bekerja dengan tingkat intensitas sedang.
Aerobik berarti membakar kalori dalam tubuh, dan tubuh memerlukan aliran
oksigen ke otot (Divine, 2012: 18-19).
melatih kesegaran jasmani, begitu juga dengan jalan kaki. Selain melatih
kesegaran jasmani, oksigen yang dihirup dan diedarkan saat berjalan kaki akan
memperlancar sirkulasi darah sehingga tubuh menjadi tidak cepat lelah, tubuh
lebih cepat kembali ke kondisi normal, dan dapat mengurangi stress atau depresi.
Jalan kaki merupakan olahraga yang murah dan menyehatkan.
Risiko cedera saat jalan kaki pun sangat kecil. Itulah alasan sebagian
besar orang memilih olahraga jalan kaki dan masih banyak alasan lainnya yang
mendorong seseorang untuk melakukan olahraga jalan kaki. Manfaat jalan kaki
bagi tubuh antara lain, dapat menyehatkan jantung, otot dan persendian,
kekompakan tulang, kelancaran metabolisme tubuh, kestabilan otot tubuh, serta
dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga jalan kaki yang dilakukan secara
teratur dapat menguatkan otot jantung sehingga kerja jantung menjadi lebih
efisien (Gichara, 2009 : 2-3).
Jalan kaki yang dilakukan dengan teknik yang benar secara teratur selama
seumur hidup dapat menurunkan risiko serangan jantung dan penyakit pembuluh-
pembuluh koroner. Jalan kaki juga dapat menjaga kebugaran tubuh karena dapat
menguatkan otot-otot tubuh, ligamen, tendon, tulang, serta mengencangkan otot-
otot kaki (Gichara, 2009: 2-3).
Dengan berolahraga jalan kaki secara teratur, berbagai sistem organ dalam
tubuh dapat mengatur kadar gula darah secara lebih baik sehingga banyak
penderita diabetes yang melakukan olahraga jalan kaki yang mengurangi
kebutuhan insulin. Jalan kaki merupakan olahraga yang ideal untuk menjaga
bobot tubuh karena dapat meningkatkan penggunaan kalori dalam tubuh,
mengendalikan nafsu makan, dan membakar lemak. Jika jumlah kalori yang
digunakan untuk berjalan kaki sama dengan jumlah kalori yang dikonsmsi,
jumlah kalori dalam tubuh akan tetap stabil sehingga bobot tubuh akan
terpelihara. Berikut adalah beberapa manfaat jalan kaki : (Gichara, 2009 : 4 – 10)
23
Untuk memberikan hasil yang lebih baik, jalan kaki sebaiknya dilakukan
paling sedikit 3 kali dalam seminggu minimal 30 menit. Lebih baik lagi bila
aktivitas jalan kaki dilakukan sebanyak 4-5 kali dalam seminggu. Intensitas jalan
kaki harus cukup, yaitu hingga denyut nadi mencapai 60-80% dari denyut nadi
maksimal (DNM). Untuk mengetahui denyut nadi maksimal, kurangilah angka
220 dengan umur (contoh : 220 – 40 = 180) denyut nadi latihan adalah antara 60%
x 180 = 108 dpm (denyut per menit) sampai dengan 80% x 180 = 144 dpm.
24
Jalan kaki dengan kecepatan rendah yang stabil dan seimbang justru akan
menjaga dan meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Jalan kaki ringan juga dapat mengurangi kecenderungan timbulnya
nyeri punggung di kemudian hari. Sebelum melakukan olahraga jalan kaki,
terlebih dahulu melakukan peregangan secara perlahan dan lembut untuk
meregangkan otot dan sendi-sendi agar terbiasa dengan gerakan jalan kaki.
Namun, ada baiknya sebelum peregangan terlebeih dahulu melakukan jalan ringan
selama 5 menit sebagai pemanasan.
a) Mencegah Depresi
Hasil riset beberapa ahli menemukan bahwa olahraga dapat menjadi salah
satu cara pengobaan yang efektif terhadap gejala depresi, khususnya bila
dikombinasikan dengan pengobatan medis. Jalan kaki adalah kegiatan fisik
(salah satu olahraga) yang dapat memicu pengeluaran hormon endofrin dalam
jumlah banayk sehingga dapat memberikan efek ketenangan pada tubuh secara
alami.
26
b) Menghilangkan stress
Saat ini tentunya sudah terbiasa mendengar istilah “stress” yang dianggap
sebagai ketegangan yang diakibatkan oleh kecemasan, kemarahan, atau kurang
tidur. Jika hari-hari selalu diliputi oleh kecemasan, maka kemungkinan dapat
terkena stress. Otot-otot di sekitar pelipis atau di belakang leher akan terasa
tegang ehingga timbulah sakit kepala. Jalan kaki adalah cara terbaik untuk
mengusir stress, teruama jalan kaki yang dilakukan di alam bebas, seperti
taman, hutan, sugai, atau tempat lain yang jauh dari keramaian.
Frekuensi yang baik untuk berjalan kaki paling sedikit 3 kali seminggu dan
dilakukan tidak pada hari-hari yang berurutan. Akan lebih baik lagi jika dapat
meningkatkan frekuensi latihan menjadi 4-5 kali per minggu. Tentu hasil yang
diperoleh akan maksimal. Jika olahraga jalan kaki menjadi pilihan, maka ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan ketahui saat akan memulai jalan
kaki, yaitu pemanasan, sikap tubuh, langkah awal, posisi tangan, gaya berjalan,
inti olahraga jalan kaki, peregangan, dan pendinginan (Gichara, 2009).
a. Persiapan awal
1) Perlengkapan yang digunakan
Gunakan sepatu dan pakaian olahraga yang nyaman dan melindungi tubuh.
Sangat disarankan untuk menggunakan pakaian yang longgar. Sebaiknya
27
hindari pakaian yang berasal dari karet karena pakaian berbahan karet akan
menghalangi proses penguapan keringat dari kulit.
2) Lakukan pemanasan
Tubuh membutuhkan pemanasan terlebih dahulu sebelum beraktivitas
agar aktivitas yang dilakukan berjalan lancar. Pemanasan berarti menaikkan
suhu tubuh sebagai persiapan menjelang melakukan kegiatan inti. Ketika
tubuh sudah terasa panas, otot-otot pada kaki dan tubuh akan siap untuk
melakukan gerakan yang lebih berat.
Dengan demikian, tubuh tidak lagi kaku sehingga terhindar dari cedera.
Pemanasan dilakukan dengan cara berjalan kaki secara perlahan selama kira-
kira 5 menit sampai tubuh berasa cukup hangat. Setelah 5 menit, tingkatkan
gerakan langkah sampai mengurangi risiko cedera saat memulai olahraga
jalan kaki.
3) Lakukan peregangan
Setelah pemanasan, lakukan peregangan otot selama kurang lebih 5
menit. Pastikan peregangan yang dilakukan meliputi bagian otot leher,
tangan, pinggul, otot bagian atas dan bawah kaki termasuk hamstring, yaitu
otot yang berada di bagian belakang paha, serta pergelangan kaki. Berikut
beberapa hal yang harus diingat saat melakukan peregangan :
a) Lakukan peregangan secara teratur sebagai bagian dari pemanasan dan
pendinginan.
b) Lakukan peregangan pada tubuh bagian atas dan bawah (leher, tangan,
pinggul, kaki ).
c) Beri banyak waktu untuk peregangan bila masih tergolong pemula.
d) Hindari pergerakan yang berlebihan, misalnya memutar persendian
dengan arah yang tidak biasa.
1) Posisi kaki
Saat melangkah, kaki berubah dari sikap relaksasi (lentur) menjadi sikap
kontraksi (kaku). Kaki kemudian kembali lagi ke sikap relaksai dan bersiap
menuju langkah selanjutnya, begitulah seterusnya. Cara berjalan kaki yang
baik adalah sebagai berikut :
(a) Jejakkan tumit ke tanah terlebih dahulu
(b) Ganti langkah dari tumit ke ujung jari kaki
(c) Dorong kaki dengan ujung jari kaki
(d) Angkat kaki belakang untuk menapak dengan tumit.
2) Posisi lutut
Langkahkan kaki dengan santai (relax) saat berjalan kaki. Tekuk lutut
sedikit saat melangkah dan jangan kaku. Otot pada bagian atas betis dan lutut
sebaiknya dikendurkan dan tidak kaku saat kaki menapak dan melangkah.
Kaki yang lurus dan kaku saat melangkah dapat menimbulkan tekanan atau
ketegangan pada sendi lutut.
(b) Posisi tubuh jangan terlalu condong ke dedpan (dagu sejajar dengan
tanah) untuk mengurangi ketegangan leher dan punggung.
(c) Tarik perut kearah dalam.
(d) Kepala ditegakkan
(e) Gerakan bahu secara relax dan bebaskan dari ketegangan
(f) Posisi tangan relax dengan telapak tangan menggenggam ringan
(g) Posisi kepala tetap tegak dan berada di tengah bahu atau tidak miring,
mata fokus menatap lurus kedepan
(h) Menarik sedikit otot perut (mengempiskan perut) sambil posisi tubuh
benar-benar tegak saat berjalan
(i) Tekuk lutut saat melangkah dan jangan kaku
(j) Jejakkan tumit ke tanah terlebih dahulu
(k) Angkat kaki belakang untuk menapak
dan ke kanan atau memandang ke arah kaki karena dapat mebuat leher
tegang. Dagu sejajar tanah seolah-olah mata memandang titik yang berjarak
sekitar 5 meter di depan. Boleh melihat kebawah sekali-sekali tetapi posisi
kepala tetap tidak berubah.
6) Pernapasan
Olahraga jalan kaki merupaka olahraga aerobik yang membutuhkan
oksigen dalam jumlah cukup banyak. Ketika bejalan perlahan, tubuh tidak
membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak. Namun, begitu mempercepat
langkah atau bejalan di jalanan mendaki atau menanjak, kebutuhan oksigen
tubuh akan meningkat. Jika tubuh kekurangan oksigen, napas akan tersengal-
sengal dan tubuh menjadi cepat lelah.
Artinya oksigen yang terisap lebih banyak serta oksigen bisa mencapai
alveoli. Caranya adalah dengan melakukan pernapasan perut.
Gembungkanlah perut saat mengambil napas. Boleh mengambil napas
melalui hidung ataupun mulut. Hal tersebut tidak menjadi masalah kerena
yang terpenting adalah memperlapang paru-paru agar dapat menampung
banyak udara.
8) Pendinginan
Saat berolahraga, detak jantung akan semakin meningkat. Oleh karen itu,
saat menghentikan olahraga perlu dilakukan pendinginan (cool down) untuk
mengembalikan detak jantung pada kondisi normal. Caranya adalah dengan
mengurangi intensitas kegiatan dan melakukan peregangan pada otot-otot
tubuh. Pendinginan merupakan bagian penting dari setiap program olahraga
(Gichara, 2009).