Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN STUNTING

1. Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting


2. Sub Pokok Bahsan : Pencegahan Stunting
3. Sasaran : Orang Tua Anak / audience
4. Waktu : Pukul 11.00- 11.40 WITA ( 40 menit )
5. Tempat : Politeknik Kesehatan Denpasar
6. Hari/tanggal : Minggu, 22 September 2019
7. Latar Belakang :
Kejadian balita pendek atau disebut dengan stunting merupakan salah satu
masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau
sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Data prevalensi balita stunting
menurut World Health Organization ( WHO ), Indonesia termasuk ke dalam negara
ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/ South-East Asia
Regional ( SEAR ). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017
adalah 36,4%.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit di bawah median panjang atau tinggi badan. Stunting juga
sering disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier (RPL) yang muncul pada dua
sampai tiga tahun awal kehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh
dari asupan energi dan zat gizi yang kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi,
karena dalam keadaan normal, berat badan seseorang akan berbanding lurus atau
linier dengan tinggi badannya.
Untuk memenuhi kecukupan gizi pada balita, telah ditetapkan program
pemberian makanan tambahan ( PMT ) khususnya untuk balita kurus berupa PMT
lokal maupun PMT pabrikan yaitu biskuit MT Balita. Namun program pemberian
makanan tambahan ( PMT ) tanpa diimbangi dengan PHBS oleh orang tua agar balita
mengonsumsi makanan yang bergizi, sehat dan bersih tetap tidak bisa mengurangi
angka stunting. Maka dari itu, penyuluh melakukan penyuluhan mengenai
pencegahan stunting dengan demontrasi GASING ( Gerakan Anti Stunting ) melalui
PHBS yaitu promosi CTPS ( Cuci Tangan Pakai Sabun ).
8. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan audience dapat memahami cara
pencegahan stunting.
b. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x40 menit, diharapkan pada audience
mampu:
1) Menjelaskan pengertian stunting dengan benar dan tepat
2) Menyebutkan faktor-faktor penyebab stunting dengan benar dan tepat
3) Menyebutkan cara pencegahan stunting dengan benar dan tepat
4) Menjelaskan risiko kesehatan pada anak stunting dengan benar dan tepat

9. Kegiatan :
N Langkah- Waktu Kegiatan Kegiatan
o langkah Penyuluh Sasaran
1. Pendahuluan 5 menit - Memberi salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri - Menjawab
- Kontrak waktu pertanyaan
- Menjelaskan maksud
dan tujuan
- Menyebutkan
materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan
- Mengkaji tingkat
pengetahuan sasaran
terhadap materi yang
akan disampaikan
dengan cara apersepsi
atau secara lisan
2. Penyajian 20 menit Pelaksanaan : - Mendengarkan
Menjelaskan materi dengan saksama
penyuluhan secara
berurutan dan teratur.
Materi : - Mencatat materi
1. pengertian stunting yang
2. faktor-faktor disampaikan
penyebab stunting - Mempraktekkan
3. cara pencegahan secara langsung
stunting
4. risiko kesehatan pada
anak stunting
Demontrasi :
Melaksanakan CTPS
(Cuci Tangan Pakai Sabun)
3. Evaluasi 10 menit - Tanya jawab - Partisipasi aktif
- Re-demontrasi (audience ikut
mengenai CTPS (Cuci serta dalam re-
Tangan Pakai Sabun) demontrasi dan
bertanya )
4. Penutup 5 menit - Meminta/memberi - Memberikan
pesan dan kesan pesan dan kesan
- Memberi salam - Menjawab salam

10. Metode : Ceramah, Tanya jawab, Demonstrasi dan Redemontrasi


11. Media : Leaflet, Poster
12. Alat dan Bahan :
1. Sabun
2. Air ( botol air 1,5 l atasnya dilubangi )
3. Tissue
4. Tempat sampah
5. Ember/Baskom
13. Daftar Pustaka
Depkes RI. 2001. Pedoman Penyuluhan Gizi Pada Anak Sekolah Bagi
Petugas Puskesmas. Jakarta.
Anonim.2002. Memilih Makanan Dan Jajanan Yang Sehat. Balitbang Depdiknas Dan
Lembaga Penelitian IPD. Bogor.
Mudjajanto,E S. 2006. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional.Penerbit
Buku Kompas. Jakarta.
Winarno. F. G. 2004. Keamanan Pangan Jilid I. Bogor : M-Brio Press.

14. Materi : Terlampir


15. Evaluasi :
a. Evaluasi struktur
1) Menyiapkan surat undangan untuk keluarga audience selama 3 hari
2) Menyiapkan satuan acara penyuluhan (SAP) 1 minggu sebelum penyuluhan
3) Menyiapkan leaflet 5 hari sebelum penyuluhan
4) Menyiapkan poster 4 hari sebelum penyuluhan
b. Evaluasi proses
1) Audience hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 2
orang.
2) Audience antusias terhadap materi penyuluhan.
3) Audience mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4) Audience dapat mengulang mencuci tangan dengan sabun yang sudah di
demontrasikan dengan re-demontrasikan bersama.
5) Audience tidak meninggalkan tempat selama berlangsungnya penyuluhan.
c. Evaluasi kegiatan
Audience mengerti tentang pengertian, faktor-faktor penyebab, cara pencegahan
dan risiko kesehatan pada anak stunting dan setelah diberikan penyuluhan
audience dapat menjawab dengan benar 80% dari pertanyaan yang diajukan.
16. Lampiran :
Lampiran 1 : Materi
Lampiran 2 : Evaluasi
MATERI

A. Pengertian Stunting PENCEGAHAN STUNTING

Stunting merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan atau keadaan tubuh yang
pendek dan sangat pendek sehingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang
atau tinggi badan. Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai
potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit.
B. Faktor-Faktor Penyebab Stunting :
1) Asupan Makanan
Manusia membutuhkan makanan untuk kelansungan hidupnya. Makanan
merupakan sumber energy untuk menunjang semua kegiatan atau aktivitas semua
manusia. Usaha menciptakan manusia yang sehat pertumbuhannya, penuh semangat
dan penuh kegairahannya dalam bekerja, serta tinggi daya cipta dan kreativitasnya,
maka sejak anak-anak harus dipersiapkan. Tingkat pertumbuhan berbeda untuk
setiap anak, begitu juga dengan kebutuhan energinya.
Kebutuhan energi balita dan anak-anak bervariasi berdasarkan perbedaan
tingkat pertumbuhan dan tingkat aktivitas. Tingkat pertumbuhan untuk usia 1
sampai 3 tahun dan 7 sampai 10 tahun lebih cepat, sehingga mengharuskan
kebutuhan energy yang lebih besar. Usia dan tahap perkembangan anak juga
berkaitan dengan kebutuhan energi. Terhambatnya pertumbuhan bayi dan anak-
anak akan memberikan suatu efek kepada mereka salah satunya adalah
pertambahan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia mereka. Menurut WHO
yang dikutip dari Paramitha Anisa protein yang dibutuhkan adalah sebesar 10-15%
dari kebutuhan energy total.
2) Berat Lahir
WHO mendefenisikan BBLR adalah berat lahir <2500 gr. Berat badan lahir
rendah ini dapat disebabkan karena kelahiran premature (kehamilan sebelum 37
minggu) atau gangguan pertumbuhan intrauterin atau kombinasi dari kedua factor
tersebut. Berat lahir memiliki dampak yang besar pada pertumbuhan anak, dan
WHO juga sudah menegaskan bahwa anak-anak berpotensi tumbuh yang sama
(WHO, 2006).
Stunting juga dapat disebabkan karena berawal dari pertumbuhan janin yang
tidak memadai dan ibu yang kurang gizi dan sekitar dari setengah kegagalan
pertumbuhan dimulai dirahim.Bayi yang lahir dengan keadaan berat badan lahir
rendah sangat berisiko tinggi terhadap morbiditas, kematian, penyakit infeksi,
kekurangan berat badan, stunting diawal periode neonatal sampai masa kanak-
kanak.Bayi dengan berat lahir rendah ini dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi
kekebalan tubuh, perkembangan kognitif yang buruk, dan beresiko terjadinya diare
akut atau pneumonia.
Status kesehatan balita meliputi kejadian diare dan infeksi saluran pernafasan
akut pada balita. Berdasarkan penelitian yang sebelumnya yaitu penelitian
Masithah, Soekirman, & Martianto (2005) yang dikutip dari Paramitha Anisa anak
balita yang menderita diare memiliki hubungan positif dengan indeks status gizi
Tinggi Badan per Umur (TB/U), penyakit infeksi seperti diare dan ISPA ini dapat
disebabkan karena sanitasi pangan dan lingkungan yang buruk berhubungan
dengan kejadian stunting (Paramitha Anisa, 2012).
3) ASI Eksklusif
ASI merupakan bentuk makanan yang ideal untuk memenuhi gizi anak, karena
ASI sanggup memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk hidup selama 6 bulan pertama
kehidupan. ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja bagi bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan. Selama 6 bulan pertama pemberian ASI eksklusif, bayi tidak
diberikan makanan dan minuman lain (susu formula, jeruk, madu, air, teh, makanan
padat seperti pisang, papaya, bubur susu, bubur nasi dan biscuit). Sedangkan ASI
predominan adalah memberikan ASI kepada bayi, tetapi pernah memberikan sedikit
air, atau minuman seperti teh untuk makanan/minuman sebelum ASI keluar
(Kemenkes, 2010).
Pemberian ASI memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan, terutama
dalam perkembangan anak. Menurut Roesli (2000) yang dikutip dalam skripsi
Citaningrum (2012) ASI eksklusif sebagai makanan tunggal dapat memenuhi semua
kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. ASI juga memiliki banyak
manfaat yaitu meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena banyak mengandung zat
anti kekebalan sehingga dapat melindungi dari berbagai serangan penyakit,
melindugi dari serangan alergi, mengandung asam lemak yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak bayi, meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara,
membantu pembentukan rahang yang bagus. Komposisi ASI banyak mengandung
Asam Lemak tak jenuh dengan rantai karbon panjang yang tidak hanya sebagai
sumber energi tapi juga penting untuk perkembangan otak karena molekul yang
dominan ditemukan dalam
selubung myelin. Manfaat lain dari pemberian ASI adalah pembentukan ikatan yang
lebih kuatdalam interaksi ibu dan anak, sehingga berefek positif bagi perkembangan
dan perilaku anak. Menurut penelitian Hien dan Kam (2008) yang dikutip dari
Paramitha Anisa bahwa balita yang tidak diberikan ASI Eksklusif (<6 bulan)
beresiko 3,7 kali lebih tinggi terkena stunting dibandingkan balita yang diberikan
ASI Eksklusif (>6 bulan).
4) Usia Balita
Masa balita merupakan usia paling rawan, karena pada masa ini balita sering
terkena penyakit infeksi sehingga menjadikan anak beresiko tinggi menjadi kurang
gizi (Paramitha Anisa, 2012).
Anak umur 24-59 bulan cenderung menderita status gizi kurang disebabkan
oleh asupan gizi yang diperlukan untuk anak seusia ini meningkat.Secara psikologis
anak pada kelompok ini sebagian besar telah menunjukkan sikap menerima atau
menolak makanan yang diberikan oleh orang tuanya.Masa ini juga sering dikenal
dengan sebagai masa “keras kepala”, karena akibat pergaulan anak dengan
lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar.Pergaulan ini dapat
mengajarkan anak-anak untuk mulai senang jajan dan mengikuti kebiasaan anak-
anak yang lebih besar.Jika hal ini dibiarkan saja, jajanan ataupun makanan yang
dipilih dapat mengurangi nafsu makan bahkan menolak makanan yang diberikan
orang tuanya.Hal ini dapat mengakibatkan anak kurang menerima asupan gizi yang
diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi. Laju pertumbuhan pada tahun
pertama kehidupan adalah lebih cepat dibandingkan usia lainnya.
5) Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi untuk seseorang.Pria
lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein dibandingkan wanita.Pria lebih
sanggup mengerjakan pekerjaan berat yang tidak biasa dilakukan wanita. Selama
masa bayi dan anak-anak, anak perempuan cenderung lebih rendah
kemungkinannya menjadi stunting dan severe stuntingdaripada anak laki-laki,
selain itu bayi perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah lebih besar daripada
bayi laki-laki dikebanyakan Negara berkembang termasuk Indonesia (Ramli et al.
2009). Anak perempuan memasuki masa puber dua tahun lebih awal daripada anak
laki-laki, dan dua tahun juga merupakan selisih dipuncak kecepatan tinggi antara
kedua jenis kelamin.
6) Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua merupakan faktor yang paling penting. Hal ini
menunjukkan, pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pengasuhan anak,
karena dengan pendidikan yang tinggi pada orang tua akan memahami pentingnya
peranan orang tua dalam pertumbuhan anak. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu
sangat berpengaruh terhadap perawatan kesehatan pada saat hamil dan setelah
melahirkan serta sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan gizi anak-anaknya dan
keluarganya (Paramitha Anisa, 2012).
Pendidikan juga berpengaruh terhadap pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan
dan tempat tinggal karena pekerjaan sangat mempengaruhi kualitas pendapatan.
Pendidikan juga mempengaruhi daya tangkap seseorang terhadap penyuluhan-
penyulahan kesehatan yang diberikan serta mampu memilah-milah mana yang
selayaknya diberikan mana tidak, dengan demikian ibu mampu mengolah makanan
dengan baik dan menjaga kebersihan makanan itu dan ibu juga mampu mensiasati
apabila anaknya mempunyai alergi terhadap makanan yang banyak mengandung zat
gizi yang tinggi ibu bisa menggantikan makanan yang sepadan dengan yang tidak
bisa dimakan oleh anaknya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Semba et al. (2008) pada anak-anak di
Indonesia menunjukkan hasil bahwa dengan meningkatkan pendidikan ibu dapat
mengurangi angka stunting pada balita dibandingkan dengan meningkatkan
pendidikan ayah, karena ibu merupakan pengasuh utama bagi anak-anak.
7) Besarnya Keluarga
Hubungan besarnya keluarga dengan status gizi benar-benar sangat nyata,
khususnya bagi keluarga yang miskin lebih mudah bagi mereka mencukupi
kebutuhan mereka apabila anggita keluarga mereka dalam jumlah yang
kecil.Pangan bagi keluarga yang besar mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga
besar tersebut namun belum tentu hal itu mampu mencegah terjadinya gangguan
gizi pada anggota keluarga.
Anak-anak yang tumbuh didalam keluarga miskin sangat rawan dengan
kekurangan gizi dan anak yang paling kecil juga biasanya terpengaruh oleh
kekurangan pangan karena anak yang lebih muda memerlukan pangan yang lebih
banyak dibandingkan anak yang lebih tua. Menurut penelitian yang dilakukan
Astari & Dwiriani (2006) di Kabupaten Bogor mengatakan bahwa rata-rata besar
keluarga pada anak-anak stunting dengan yang normal tidak berbeda.
C. Pencegahan Stunting
Stunting merupakan masalah kesehatan yang bisa dicegah sejak dini, mulai dari dalam
kandungan hingga masa periode emas pertumbuhan anak. Berikut ini tips mencegah
stunting.
1) Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan
makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan
terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet
tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus minimal konsumsi 90 tablet
selama kehamilan.
2) ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
3) Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga
kebersihan lingkungan.
4) Sangat dianjurkan ketika bayi berusia tiga tahun atau sudah dapat anak makan
dianjurkan mengkonsumsi 13 gram protein yang mengandung asam amino esensial
setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur,
dan susu.
5) Rajin mengukur tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan
di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.

6) Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum makan,
meminum air yang aman, mencuci peralatan makan dan peralatan dapur,
membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil, serta memiliki sanitasi yang
ideal (toilet yang bersih).

D. Risiko Kesehatan pada Anak Stunting


Berikut adalah beberapa risiko kesehatan pada anak stunting.
1) Stunting dikaitkan dengan otak yang kurang berkembang dengan konsekuensi
berbahaya untuk jangka waktu lama, termasuk kecilnya kemampuan mental dan
kapasitas untuk belajar, buruknya prestasi sekolah di masa kecil, dan mengalami
kesulitan mendapat pekerjaan ketika dewasa yang akhirnya mengurangi
pendapatan, serta peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi seperti diabetes,
hipertensi, dan obesitas.
2) Memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang penyakit, bahkan kematian dini.
3) Kekerdilan dapat menurun pada generasi berikutnya, disebut siklus kekurangan gizi
antargenerasi.

4) Ketika dewasa, seorang wanita stunting memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi selama persalinan karena panggul mereka lebih kecil, dan
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
E. Langkah-langkah CTPS ( Cuci Tangan Pakai Sabun )
Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir,
ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian


Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang
mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.
LAMPIRAN II : EVALUASI

1. Apakah yang dimaksud dengan stunting?


Jawaban :
Stunting merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan atau keadaan tubuh yang
pendek dan sangat pendek sehingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang
atau tinggi badan.

2. Apa saja yang termasuk faktor-faktor penyebab stunting?


Jawaban :
Faktor-faktor penyebab stunting
1) Asupan Makanan
2) Berat Lahir
3) ASI Eksklusif
4) Usia Balita
5) Jenis Kelamin
6) Pendidikan Orang Tua
7) Besarnya Keluarga

3. Bagaimana cara pencegahan stunting?


Jawaban :
1) Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.
2) ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
3) Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga
kebersihan lingkungan.
4) Sangat dianjurkan ketika bayi berusia tiga tahun atau sudah dapat anak makan
dianjurkan mengkonsumsi 13 gram protein yang mengandung asam amino esensial
setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur,
dan susu.
5) Rajin mengukur tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan
di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
4. Apa saja resiko kesehatan pada anak stunting?
Jawaban :
1) Stunting dikaitkan dengan otak yang kurang berkembang dengan konsekuensi
berbahaya untuk jangka waktu lama, termasuk kecilnya kemampuan mental dan
kapasitas untuk belajar, buruknya prestasi sekolah di masa kecil, dan mengalami
kesulitan mendapat pekerjaan ketika dewasa yang akhirnya mengurangi
pendapatan, serta peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi seperti diabetes,
hipertensi, dan obesitas.
2) Memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang penyakit, bahkan kematian dini.

3) Kekerdilan dapat menurun pada generasi berikutnya, disebut siklus kekurangan gizi
antargenerasi.

4) Ketika dewasa, seorang wanita stunting memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi selama persalinan karena panggul mereka lebih kecil, dan
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan
Denpasar, 19 September 2019

Pembimbing, Mahasiswa,

( I Ketut Gama, SKM.,M.Kes. ) ( Ni Made Mastini Padmi )


NIP. 196202221983091001 NIM. P07120218007

Anda mungkin juga menyukai