Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Cegah Stunting


Sub Pokok Bahasan : Edukasi Pengetahuan Seputar Stunting
Sasaran : Ibu yang memiliki datang balita di Posyandu
Waktu : 30 menit
Hari, Tanggal : Kamis, 11 Februari 2021
Pukul : 08.00 WIB-selesai
Tempat : Posyandu
Penyuluh :
1.
2.

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan ibu-ibu yang memiliki
balita dapat memahami stunting.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan ibu-ibu mampu:
1. Menjelaskan pengertian stunting
2. Menjelaskan kapan stunting terjadi
3. Menjelaskan siapa saja yang dapat mengalami stunting
4. Menjelaskan apa efek dari stunting
5. Menjelaskan bagaimana mengatasi stunting

C. MATERI
1. Pengertian stunting
2. Kapan stunting terjadi
3. Siapa saja yang bisa mengalami stunting
4. Efek dari stunting
5. Bagaimana mengatasi stunting
D. Metode Pembelajaran
Ceramah dan diskusi
E. Media Pembelajaran
Leaflet (terlampir)

F. Susunan Kegiatan Materi

Tahap Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran Media

Pembukaan 4 menit 1. Memberi salam Leaflet


1. Menjawab salam
2. Menjelaskan
2. Menjawab/
tujuan penyuluhan
merespon
3. Menyebutkan
pertanyaan
materi/pokok
penyuluhan
bahasan yang akan
3. Memperhatikan
disampaikan
Inti 20 menit 1. Menjelaskan Memperhatikan dan Leaflet
pengertian mendengarkan aktif
stunting
2. Menjelaskan
kapan stunting
terjadi
3. Menjelaskan
siapa saja yang
dapat
mengalami
stunting
4. Menjelaskan
efek dari
stunting
5. Menjelaskan
bagaimana
mengatasi
stunting

Penutup 6 menit 1. Mempersilakan 1. Menyimpulkan Leaflet


peserta untuk materi bersama
bertanya penyuluh
2. Evaluasi materi 2. Memberi
kepada peserta pertanyaan
3. Menyimpulkan 3. Menjawab
hasil penyuluhan pertanyaan
4. Menjawab salam

G. Layout Ruangan

Keterangan :

: Penyaji : Sasaran

: Media

H. Evaluasi
1. Apa pengertiang stunting
2. Kapan stunting terjadi
3. Siapa saja yang dapat mengalami stunting
4. Apa efek dari stunting
5. Bagaimana mengatasi stunting

J. Referensi
1. Kemenkes. 2019. Pencegahan Stunting Pada Anak.
https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting diakses pada tanggal
10 Februari 2021.
2. Buku Ringkasan Stunting.
http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Ringkasan
%20Stunting.pdf diakses pada tanggal 10 Februari 2021.

MATERI PENYULUHAN

Definisi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah
bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan
dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.

Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang
paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya
perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan
ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada
menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air
Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI
diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain
berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan
sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal
Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan
dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat
kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi
64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke
layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6
tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal
ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal.Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012,
SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding
dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih
mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang
mengalami anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih
buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum
memiliki akses ke air minum bersih. Grafik 1: Stunting Lintas Pendapatan
Stunting U-5, Indonesia Sumber: : Estimasi dari RISKESDAS (tingkat
Stunting) dan proyeksi populasi BPS 2 Dikumpulkan dari berbagai sumber
seperti literature terkait kondisi stunting, publikasi Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) serta publikasi World Bank/Bank Dunia mengenai stunting
pada 2017 8 xii 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak
Kerdil (Stunting) Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah
berkontibusi pada masih tingginya pervalensi stunting di Indonesia dan
oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk
dapat mengurangi pervalensi stunting di Indonesia

Pencegahan Stunting
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga
kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu
yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi
maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang
menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada
anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu
disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan
kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada
susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi
yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.
Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama
dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah
bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang
secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan
di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu
diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Semoga informasi ini membantu para ibu mencegah stunting dan
meningkatkan kualitas kesehatan anak.

Anda mungkin juga menyukai