Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG ANEMIA


PADA IBU HAMIL

DI DESA MEKAR SARI DELI TUA

MEDAN 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia


yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah
Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia
merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern ini, dimana kelompok
yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia
sekolah, dan remaja.
Anemia adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel
darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, yaitu hemoglobin <12g/dL untuk
remaja.(2) Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak
cukup, maka akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi sehingga prestasi belajar
menurun. Kemudian daya tahan fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik
menurun dan mudah sakit karena daya tahan tubuh rendah, akibatnya jarang
masuk sekolah atau bekerja.
Anemia yang sering terjadi adalah anemia disebabkan oleh kekurangan
asupan zat besi. Kekurangan zat besi tidak terbatas pada remaja status sosial
ekonomi pedesaan yang rendah, tetapi juga menunjukkan peningkatan prevalensi
di masyarakat yang makmur dan berkembang. Prevalensi anemia remaja di
negara-negara berkembang sebesar 27%, sedangkan di negara maju sebesar 6%.

Menurut WHO, apabila prevalensi anemia ≥40% termasuk kategori berat,


sedang 20-39%, ringan 5-19,9%, dan normal <5%.

Menurut data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia


menunjukkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia
sebanyak 1,62 miliar orang.(4) Sejalan dengan data Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2004, menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada
remaja putri usia 10-18 tahun ialah sebesar 57,1%.(5) Sedangkan menurut data
Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%, dengan
proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan
23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5-14
tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun.

Provinsi Sumatera barat memiliki prevalensi anemia di atas prevalensi


nasional, dimana menurut acuan SK Menkes yaitu sebesar 14,8% dan acuan
Riskesdas sebesar 11,9%. Didapatkan hasil prevalensi anemia berdasarkan SK
Menkes yaitu sebesar 29,8% perempuan, 27,6% untuk laki-laki, dan 17,1% anak-
anak. Sedangkan Riskesdas didaptakan sebesar 16,6% perempuan, 25,8% laki-
laki, dan 19,0% anak-anak.
Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang.
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi
bahan makanan yang kurang beragam, seperti protein. Kurangnya asupan protein
akan mengakibatkan transportasi zat besi terlambat, sehingga akan terajadi
defisiensi zat besi. Disamping itu, makanan yang tinggi protein teruma berasal
dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung protein.

Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok merasa tertarik untuk


membahas tentang Asuhan Kebidanan Komunitas tentang penyakit
Anemia pada Ibu hamil.
B. Tujuan

1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu hamil dapat memahami


dan mengerti tentang penyakit anemia.

2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan ibu-ibu hamil dapat


menjelaskan tentang :

a. Pengertian Anemia
b. Penyebab Anemia
c. Tanda dan Gejala Anemia
d. Makanan yang Baik Dikonsumsi oleh Ibu Hamil
e. Cara pengobatan tradisional penyakit anemia

C. Pelaksanaan
1. Topik Kegiatan : Penyuluhan tentang Anemia pada Ibu Hamil di Desa
Mekar Sari Deli Tua Medan
2. Sasaran :
1. Bapak Kepala Desa Mekar Sari
2. Kepala Lingkungan Desa Mekar Sari
3. Kepala Dusun
4. Tokoh Masyarakat
5. Tokoh Agama
6. Kader
7. Bidan Desa
8. Seluruh Ibu Hamil Di Desa Mekar Sari
3. Metode :
a. Diskusi
b. Demonstrasi
4. Strategi :
a. Penyaji menanyakan kepada peserta tentang anemia yang
terjadi pada ibu hamil (Pengertian, Peyebab, tanda dan
gejala anemia, Makanan yang baik di konsumsi oleh ibu
hamil) di Desa Mekar Sari.
b. Fasilitator memfasilitasi jalannya diskusi.
c. Notulen menuliskan hasil diskusi mengenai masalah
kesehatan yang terdapat di Desa Mekar Sari.
d. Notulen membacakan hasil diskusi mengenai masalah
kesehatan yang terdapat di Desa Mekar Sari.

5. Media/ Alat:
a. Sound Sistem
b. LCD

6. Waktu dan Tempat


Hari :
Waktu :
Tempat :
7. Pengorganisasian Acara

No Waktu Uraian Kegiatan Peserta


1 3 menit Pembukaan : a. Menjawab salam
1. Memberikan salam b. Mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi
atau pokok bahasan yang
disampaikan
2 30 menit Penyuluhan : a. Menyimak
a. Menanyakan kepada penjelasan
peserta tentang anemia b. Mendengarkan
b. Memberikan penjelasan
reinforcement atas c. Peserta bertanya
kemauan peserta d. Peserta menyimak
mengungkapkan
pemahamannya tentang
anemia atau kemauan
untuk berbagi
pengalaman
c. Memberikan kesempatan
pada peserta untuk
bertanya tentang hal
yang belum dipahaminya
d. Menjawab pertanyaan
peserta

3 Penutup a. melakukan evaluasi a. menjawab


b. menyimpulkan materi pertanyaan
penyuluhan b. menyimak
c. mengucapkan salam kesimpulan
c. menjawab salam

8. Pengorganisasian Lain
Ketua :
Sekretaris :
Pembawa Acara :
Penyuluh :
Fasilitator :
Observer :
Anggota :

9. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Waktu pelaksanaan suda ditentukan yaitu hari .... pukul...
2) Tempat di ....
3) Media dan alat sudah disipakan
4) Peserta hadir tepat waktu sebanyak 80% dari jumlah undangan
5) Mahasiswa haidr tepat waktu
6) Proposal tersedia dan telah mendapat persetujuan dari pembimbing
b. Evaluasi proses
1) 100% peserta mengerti diadakannya pertemuan
2) 100% terlibat dalam proses penyuluhan di Desa Mekar Sari
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang
mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh.
Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga
tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal.

Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan
tingkat keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi
tergantung pada penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi
suplemen secara rutin atau prosedur pengobatan khusus.

B. Penyebab Anemia

. Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang
mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan
anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

 Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.

 Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat


dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.

 Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang
sehat.

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia berdasarkan


penyebabnya, di antaranya:

 Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang
paling umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi
pada wanita hamil yang tidak mengonsumsi suplemen penambah zat besi.
Anemia juga dapat terjadi pada perdarahan menstruasi yang banyak, tukak
organ (luka), kanker, dan penggunaan obat pereda nyeri seperti aspirin.
Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita anemia kekurangan zat
besi adalah:

o Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas,


cat atau es (kondisi ini dinamakan pica).

o Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya.

o Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).

 Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain membutuhkan zat besi,


tubuh juga membutuhkan vitamin B12 dan asam folat untuk membuat sel
darah merah. Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat menyebabkan
tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah sehat dalam jumlah cukup
sehingga terjadi anemia. Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia
akibat lambung tidak dapat menyerap vitamin B12 dari makanan yang
dicerna. Kondisi tersebut dinamakan anemia pernisiosa. Gejala-gejala
yang umumnya dialami oleh penderita anemia kekurangan vitamin B-12
dan asam folat adalah:

o Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan dan kaki.

o Kehilangan kepekaan pada indera peraba.

o Sulit berjalan.

o Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.

o Mengalami demensia.
 Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit dapat menyebabkan
anemia karena terjadinya gangguan pada proses pembentukan dan
penghancuran sel darah merah. Contoh-contoh penyakit tersebut
adalah HIV/AIDS, kanker, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, penyakit
Crohn, dan penyakit peradangan kronis. Gejala-gejala yang dapat muncul
pada kasus anemia akibat penyakit kronis di antaranya adalah:

o Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.

o Warna urine yang berubah menjadi merah atau cokelat.

o Borok pada kaki.

o Gejala batu empedu.

o Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.

 Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka terjadi


namun berbahaya bagi hidup penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak
mampu memproduksi sel darah merah dengan optimal. Anemia aplastik
dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat, penyakit autoimun, atau
paparan zat kimia beracun.

 Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit


seperti leukemia atau mielofibriosis dapat mengganggu produksi sel darah
merah di sumsum tulang dan menimbulkan anemia. Gejala yang
ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan hingga berbahaya.

 Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah
dihancurkan oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu produksinya.
Beberapa penyakit dapat mengganggu proses dan kecepatan penghancuran
sel darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau
bisa juga didapat setelah lahir.
 Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan
disebabkan oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal sehingga
menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat
bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit memiliki
waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah merah normal. Gejala yang
dialami oleh penderita anemia sel sabit adalah:

o Kelelahan.

o Mudah terkena infeksi.

o Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.

o Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.

 Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau


penyakit malaria.

Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko munculnya anemia pada
diri seseorang adalah:

 Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri mengonsumsi


makanan yang rendah vitamin B12, asam folat, dan zat besi dapat
meningkatkan risiko terkena anemia.

 Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa penyakit seperti penyakit


Crohn dan penyakit celiac dapat menyebabkan gangguan penyerapan
nutrisi di usus sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.

 Menstruasi. Umumnya wanita yang masih mengalami menstruasi


memiliki risiko terkena anemia lebih besar dibandingkan dengan wanita
yang sudah menopause atau pria. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan
darah pada saat terjadinya menstruasi.
 Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat
dalam jumlah cukup memiliki risiko terkena anemia yang lebih tinggi.

 Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau


penyakit kronis lainnya, maka risiko terkena anemia akan meningkat
akibat kekurangan sel darah merah. Luka pada organ dalam yang diiringi
perdarahan juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat besi sehingga
meningkatkan risiko terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi.

 Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga


dengan riwayat anemia bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena
kondisi yang sama. Umumnya anemia yang diwariskan adalah anemia sel
sabit (sickle cell anemia).

 Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko seseorang terkena


anemia. Anemia karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat lebih
umum terjadi pada lansia di atas 75 tahun.

 Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit autoimun, kecanduan


alkohol, terkena zat kimia beracun, dan efek samping dari obat dapat
meningkatkan risiko anemia pada seseorang.

C. Tanda-tanda dan Gejala

Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:

 Badan terasa lemas dan cepat lelah.

 Kulit terlihat pucat atau kekuningan.

 Detak jantung tidak beraturan.

 Napas pendek.

 Pusing dan berkunang-kunang.


 Nyeri dada.

 Tangan dan kaki terasa dingin.

 Sakit kepala.

 Sulit Berkonsentrasi.

 Insomnia.

 Kaki kram.

Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh penderita. Gejala
anemia akan semakin terasa apabila kondisi yang diderita semakin memburuk.
Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan jika seseorang kerap merasakan
lelah tanpa sebab yang jelas.

D. Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang
disebabkan oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara
mengatur pola makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah
anemia antara lain adalah:

 Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan,
sereal yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah
kering.

 Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran


berdaun hijau gelap, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, gandum,
sereal, pasta, dan nasi.

 Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal,
dan makanan dari kedelai (tempe atau tahu).
 Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat,
melon, dan stroberi. Makanan-makanan tersebut dapat membantu
penyerapan zat besi.

E. Penatalaksanaan Anemia

Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita


oleh pasien. Prinsip pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama
anemia. Pengobatan terhadap anemia sebaiknya tidak dilakukan hingga
diketahui penyebab utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan untuk satu
jenis anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis lain. Beberapa contoh
pengobatan anemia berdasarkan jenisnya antara lain:

 Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi
dengan mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta memperbanyak
konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu, pasien juga dapat
diberikan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Perlu
diperhatikan bahwa suplemen yang mengandung kalsium dapat
menghambat penyerapan zat besi.Konsultasikan dengan dokter sebelum
mengonsumsi suplemen penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang
tepat. Kelebihan zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena
dapat menimbulkan kelelahan, mual, diare, sakit kepala, penyakit jantung
dan nyeri sendi. Untuk meringankan efek samping dari konsumsi
suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah makan.
Jika efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.

 Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati


dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan vitamin
B12, serta mengonsumsi suplemen yang mengandung keduanya. Jika
tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan asam folat dan vitamin B12,
pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin B12 setiap hari. Setelah itu
pasien akan diberikan injeksi vitamin B12 setiap bulan satu kali yang
dapat berlangsung sepanjang hidup atau tergantung kepada kondisi pasien.
 Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik
pada jenis ini karena tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya
anemia. Jika anemia bertambah parah, dokter dapat memberikan transfusi
darah atau injeksi eritropoietin, yaitu suatu hormon peningkat produksi
darah dan penghilang rasa lelah.

 Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan dan


kehilangan darah dalam jumlah banyak, pengobatan utama yang harus
dilakukan adalah mencari dan mengobati sumber perdarahan. Setelah
sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan transfusi darah, oksigen,
dan suplemen penambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin.

 Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan


transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika
diperlukan, dapat dilakukan pencangkokan sumsum tulang apabila
sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi sel darah merah yang sehat.

 Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis ini


dapat bervariasi sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Pengobatan
dapat melibatkan kemoterapi dan pencangkokan sumsum tulang.

 Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukan


dengan beberapa cara tergantung faktor penyebabnya. Penanganan bisa
dengan menghindari obat-obatan yang memiliki efek samping hemolisis,
dengan mencari dan mengobati infeksi yg menjadi penyebab hemolitik,
atau dengan imunosupresan untuk menekan sistem imun yang diduga
merusak sel darah.

 Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit
adalah dengan mengganti sel darah merah yang hancur melalui transfusi
darah, suplemen asam folat, dan antibiotik. Pengobatan lainnya adalah
dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit serta menambahkan
cairan melalui oral maupun intravena untuk mengurangi nyeri dan
menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum tulang dapat digunakan
untuk mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker
hidroksiurea dapat juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.

 Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah, konsumsi


suplemen asam folat, splenektomi untuk mengambil limpa, serta
pencangkokan sel punca darah dan sumsum tulang.

Anda mungkin juga menyukai