MEDAN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah pokok kesehatan di negara-
negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah gangguan terhadap
kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh gizi kurang. Saat ini di dalam era
globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia
menghadapi masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh
kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Sekitar 37,3 juta
penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, separuh dari total rumah tangga
mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita
berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap berbagai
masalah kurang gizi.
Menurut Depkes RI (2006) masalah kurang gizi masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan dapat menjadi penyebab kematian terutama
pada kelompok resiko tinggi (bayi dan balita). Menurut Alan Berg (1986), gizi
yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan mental,
perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena semua itu
mempengaruhi potensi ekonomi manusia. Masalah gizi pada hakikatnya adalah
masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah
gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus
melibatkan berbagai sektor yang terkait. Walaupun telah banyak dilakukan
penyuluhan tentang masalah kurang gizi namun masih banyak masyarakat yang
mengalami masalah-masalah gizi. Oleh karena itu, penyusun berusaha mencari
tahu berbagai hal tentang masalah gizi kurang di Indonesia sebagaimana apa yang
akan dibahas dalam makalah ini.
B. Tujuan
1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dengan balita gizi kurang
dapat memahami dan mengerti tentang penyakit gizi kurang.
2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan ibu dengan balita gizi kurang
dapat menjelaskan tentang :
a. Pengertian Anemia
b. Penyebab Anemia
c. Tanda dan Gejala Anemia
d. Makanan yang Baik Dikonsumsi oleh Ibu Hamil
e. Cara pengobatan tradisional penyakit anemia
C. Pelaksanaan
1. Topik Kegiatan : Penyuluhan tentang Anemia pada Ibu Hamil di Desa
Mekar Sari Deli Tua Medan
2. Sasaran :
1. Bidan Desa
2. Kader
3. Masyarakat dengan bayi gizi kurang
3. Metode :
a. Diskusi
b. Demonstrasi
4. Strategi :
a. Penyaji menanyakan kepada peserta tentang anemia yang
terjadi pada ibu hamil (Pengertian, Peyebab, tanda dan gejala
anemia, Makanan yang baik di konsumsi oleh ibu hamil) di
Desa Mekar Sari.
b. Fasilitator memfasilitasi jalannya diskusi.
c. Notulen menuliskan hasil diskusi mengenai masalah
kesehatan yang terdapat di Desa Mekar Sari.
d. Notulen membacakan hasil diskusi mengenai masalah
kesehatan yang terdapat di Desa Mekar Sari.
5. Media/ Alat:
a. Sound Sistem
b. LCD
7. Pengorganisasian Acara
8. Pengorganisasian Lain
Ketua : Rizka Mutiara Raudah
Moderator : Vivi Rosalin Rajagukguk
Fasilitator : Semua Anggota
Notulen : Satria Cristin Silalahi
Observer : Nur Khairunnisa
Pemateri : Novita Ardiyanti
Zhillu Arsy
Risky Meilidia Ginting
9. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Waktu pelaksanaan suda ditentukan yaitu hari .... pukul...
2) Tempat di ....
3) Media dan alat sudah disipakan
4) Peserta hadir tepat waktu sebanyak 80% dari jumlah undangan
5) Mahasiswa haidr tepat waktu
6) Proposal tersedia dan telah mendapat persetujuan dari pembimbing
b. Evaluasi proses
1) 100% peserta mengerti diadakannya pertemuan
2) 100% terlibat dalam proses penyuluhan di Desa Mekar Sari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Sanitasi Lingkungan
7. Pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam
hal memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang dan
sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental),
status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya
dari si ibu dan pengasuh lainnya.
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini
kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan
protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung
nutrien lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat
perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Gejala Klinis kwashiorkor, antara lain :
· Edema (pada kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh), dan bila ditekan
lama kembali
· Rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
· Kelainan kulit (dermatosis) dan pembesaran hati
· Wajah membulat dan sembab
· Pandangan mata sayu, apatis dan rewel
· Sering disertai penyakit infeksi akut, diare, ISPA dll
· Otot mengecil (hipotrofi).
c. Marasmus-Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor pada dasarnya adalah campuran dari gejala
marasmus dan kwashiorkor, ciri khas yang dapat terlihat secara klinis yakni :
· Beberapa gejala klinik marasmus, terlihat sangat buruk dalam hal berat badan
(BB/U) dan bila dikonfirmasi dengan BB/TB dikategorikan sangat kurus.
· Kwashiorkor secara klinis terlihat disertai edema yang tidak mencolok pada
kedua punggung kaki
Anak-anak gizi buruk dengan tanda-tanda klinis ini dapat di deteksi
kekurangan energi proteinnya melalui :
a. Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk upaya-upaya kejar timbangnya
b. Surveilens gizi/KLB gizi
c. Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Poliklinik KIA/tumbuh kembang.