Anda di halaman 1dari 20

BAB I

TINJAUAN TEORI

A.1 Konsep Remaja

Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi

remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode

usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)

menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara

itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines

Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga

tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan

remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi

kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.

Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun

sampai 20-21 tahun.

2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan

fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami

perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara

masa anak-anak menuju masa dewasa.


B.1.1 Menstruasi, Keputihan dan Masturbasi

B.1.2 Menstruasi

A. Pengertian Menstruasi

Menstruasi/haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang

terjadi secara berkala dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Pada masnuia hal ini

biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan monopause.

B. Fisiologi Menstruasi

1. Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini

berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar

estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar

terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru

mulai meningkat.

2. Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10

siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan

endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang

perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5

mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase

proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
3. Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya.Pada akhir fase sekresi, endometrium

sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru

yang tebal dan halus.Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi

kelenjar.

4. Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari

setelah ovulasi.Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum

yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar

estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai

darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional

terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang

peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

1. Faktor hormon

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita

yaitu:

1. FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise

2. Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium

3. LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise

4. Progesteron dihasilkan oleh ovarium


2. Faktor Enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim

hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan

asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam

pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian

bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang

berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah

berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-

zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi

ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan

menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu

timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi

endomentrium dan perdarahan.

3. Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam

lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh

pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam

vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya

terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri

maupun dari vena.


4. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan

berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan

pada haid.

D. Siklus Menstruasi

Permulaan sikluas menstruasi ditandai dengan luruhnya lapisan fungsional

stratum endometrium hingga lapisan dasar stratum; periode ini disebut dengan

menstruasi atau haid.Kelenjar hipofisis melepaskan FSH, yang mengawali

pertumbuhan folikel di ovarium dan pelepasan hormon (khususnya estrogen), dari

ovarium.Lapisan uterus mulai tumbuh kemabli.Sekitar pertengahan siklus (hari

ke-14), folikel ruptur karena pengaruh LH dari kelenjar hipofisis.Sekitar periode

ini, beberapa wanita dapat mengalami berbagai tingkatan nyeri abdomen, yang

dikenal dengan Mengalami berbagai tingkatan nyeri abdomen, yang dikenal

dengan mittelschmerz dan kondisi ini dapat menandakan berlangsungnya ovulasi

dan aktivitas tuba fallopi. Selain itu, suhu basal tubuh dapat sedikit menurun, yang

diikuti dengan peningkatan stabil hingga akhir siklus. Progesteron dilepaskan dari

korpus luteum, yang selanjutnya membentuk lapisan uterus. Apabila tidak terjadi

kehamilan, lapisan uterus meluruh dari sekitar hari ke-28 siklus

menstruasi.perubahan lainnya yang terjadi pada tubuh meliputi perrubahan

payudara dan lebdir serviks. Pada paruh pertama siklus, lendir serviks kental dan

“tidak ramah” bagi sprema (lendir spinnbaskiet). Setelah ovulasi, lendir tersebut

menjadi encer dan lebih sesuai bagi sperma (lendir ferning).


Apabila terjadi fertilisasi ovum, korpus luteum terstimulasi oleh hormon

yang dihasilkan oleh embrio yang tumbuh guna melepaskan hormon yang

mempertahankan lapisan uterus dan memelihara kehamilan, serta menekan

ovulasi sampai terbentuk cukup plasenta untuk mengambil alih fungsi tersebut.

Saat proses ini terjadi, korpus luteum berubah menjadi korpus albikans

E. Gangguan Menstruasi

Gangguan kesehatan atau ketidakseimbangan hormon indung telur

seringmenimbulkan masalah menstruasi (Indarti, 2004).Beberapa gangguan

menstruasi (Aryani, 2010) yaitu:

1. Konseptual Disfungsi Menstruasi

Konsep menstruasi secara umum adalah terjadinya gangguan dari pola

perdarahan menstruasi seperti menorraghia (perdarahan yang banyak dan lama),

oligomenorrhea (menstruasi yang jarang), polymenorrhea (menstruasi yang

sering) dan amenorrhea (tidak haid sama sekali). Disfungsi menstruasi ini

berdasarkan fungsi dari ovarium yang berhubungan dengan anovulasi dan

gangguan fase luteal.Disfungsi ovarium tersebut dapat menyebabkan gangguan

pola menstruasi. Lamanya menstruasi dapat dipengaruhi oleh keadaan

dysmenorhea atau gejala lain seperti sindrom premenstruasi. Gangguan

perdarahan menstruasi dapat menimbulkan risiko patologis apabila dihubungkan

dengan banyaknya kehilangan darah, mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya

indikasi, dan tanda-tanda kanker.


1. Gangguan Lamanya Siklus Menstruasi

Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi dengan kategori amenorrhea

primer jika pada wanita diusia 16 tahun belum mengalami menstruasi, sedangkan

amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi.Secara klinis, kriteria

amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan atau selama tiga

kali tidak menstruasi sepanjang siklus menstruasi sebelumnya.Berdasarkan

penelitian, kategori amenorrhea adalah apabila tidak ada menstruasi dalam

rentang waktu 90 hari. Amenorrhea seringterjadi pada wanita yang sedang

menyusui, tergantung frekuensi menyusui dan status nutrisi dari wanita tersebut.

Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval yang

pendek atau tidak normalnya jarak waktunya yaitu jarak siklus menstruasi 35-90

hari. Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang

pendek kurang dari 21 hari.Defek pada fase luteal adalah tidak adekuatnya sekresi

atau kerja dari hormon progesteron sehingga mengganggu proses siklus

menstruasi di endometrium. Defek pada fase luteal ini sering ditemukan pada

wanita yang mengalami infertilitas dan abortus spontan yang berulang.

2. Faktor Resiko

Penelitian mengenal faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah

pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, proses ovulasi, dan adekuatnya fungsi

luteal.

1. Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi

menstruasi.Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguanpada


fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan

berat badan.Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia

nervosa yang menyebabkan penurunan berat badanyang berat dapat menimbulkan

amenorrhea.

2. Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi.Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki resiko untuk

mengalami amenorrhea, anovulasi dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisikyang

berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) danaktivitas

gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen.

3. Stress

Stress menyebabkan perubahan sistematik pada tubuh, khususnya sistem

persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogenous

opiate yang dapat mempengaruhi evelasi kortisol basal dan menurunkan hormone

lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea

4. Diet

Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi.Vegetarian berhubungan

dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yangpendek,

tidak normalnya siklus, menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun).Diet rendah lemak

berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan.Diet

rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan

amenorrhea.
5. Gangguan Pendarahan

Gangguan Pendarahan terbagi menjadi tiga yaitu pendarahan yang

berlebihan dan pendarahan yang panjang, dan pendarahan yang sering.Dan adanya

kondisi patologi.Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah suatu keadaan yang

menyebabkan gangguan pendarahan menstruasi. Secara umum terdiri dari: (a)

Menorraghia yaitu kondisi pendarahan yang terjadi regular dalam interval yang

normal, durasi dan aliran darah berlebihan/banyak; (b)Metrorraghia, yaitu kondisi

pendarahan dalam jarak yang tidak teratur, durasi dan aliran darah berlebihan

banyak; (c) Polymenorrhea yaitu kondisi pendarahan dalam interval kurang dari

21 hari. Dysfungsional Uterin Bleeding(DUB) adalah gangguan pendarahan dalam

siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis.DUB

meningkat selama proses transisi menopouse. Pendarahan yang berlebihan

merupakan sebagai suatu kondisikehilangan darah lebih dari 80 ml per

menstruasi.Faktor gangguan koagulan,endometriosis, fibroid, infeksi uterus, dan

ketidakseimbangan prostaglandin menyebabkan pendarahan yang

banyak.Pendarahan yang panjang didefinisikan sebagai suatu kondisi pendarahan

lebih dari 7-8 hari.

6. Dysmenorrhea

Pada saat menstruasi akan mengalami nyeri yang sifat dan tingkat

rasanyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut

dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari.Dysmenorrhea merupakan fenomena simptomatik meliputi

nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung.Gejala gastrointestinal seperti mual


dan diare dapat terjadi sebagai gejala dari menstruasi.Dysmenorrhea terbagi atas

dua macam: (a) Nyeri haid primer merupakan timbul sejak haid pertama dan akan

pulih sendiri, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi

rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, tetapi dapat

berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan seperti stress, syok,

penyempitan pembuluh darah,penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi

tubuh yang menurun.

Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan; (b) Nyeri haid sekunde

radalah ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kistaatau

polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang

mengganggu organ dan jaringan disekitarnya

F. Fungsi Menstruasi

1. Menyeimbangkan hormon.

Saat menstruasi terjadi, sering kali timbul jerawat, atau muncul rasa malas,

tapi itu adalah hal yang normal. Setelah menstruasi selesai, dan hormon sudah

seimbang lagi, biasanya wajah akan lebih cerah, lebih percaya diri, dan bisa lebih

aktif kembali.

2. Membersihkan tubuh

Menstruasi itu agak mirip manfaatnya dengan donor darah: membersihkan

darah dan tubuh. Menstuasi itu bisa membersihkan area reproduksi dari berbagai

bakteri, serta mengeluarkan kelebihan zat besi dari dalam tubuh.


B.1.3 Keputihan

A. Pengertian

Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina.Secara normal seorang

wanita mengeluarkan cairan dari vagina yang berasal dari transudat dinding

vagina , lendir serviks, dan kelenjar bartholini dan skene.

B. Klasifikasi Keputihan

Ada dua jenis keputihan yaitu :

1. Keputihan Normal (Patologis)

Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya bening, kadang-kadang

putih, kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, dan rasa

terbakar), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stress

dan kelelahan.

2. Keputihan Tidak Normal (Fisiologis).

Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri : jumlahnya

banyak, timbul terus-menerus, warnanya berubah ( misalnya kuning, hijau,

abuabu, menyerupai susu/yogurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas,

nyeri, serta berbau).

Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan normal dan keputihan

yang tidak normal tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak . wanita

yang beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat

wanita tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu

penyakit kelamin, an jika wanita beranggapan keputihan patologis akan membuat

wanita tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang


diderita bisa semakin parah yaitu terjadinya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau

juga parasit yang bisa menyebabkan terjadinya kasus infeksi menular seksual.

C. Mimpi basah

Mimpi basah atau emisi nokturnal (bahasa Inggris: nocturnal orgasm)

adalah pengeluaran cairan semen di saat tidur yang hanya dialami oleh laki-laki.

Mimpi basah sering dialami oleh remaja laki-laki yang sebagai menjadi tanda

bahwa ia telah memasuki masa pubertas. Hal ini bisa dipicu mimpi yang erotis

maupun tidak, tergantung dari yang mengalami mimpi itu sendiri (khususnya bila

ia seorang pria dewasa). Pengeluaran ini dapat terjadi tanpa disertai ereksi atau

ejakulasi. Semakin bertambahnya umur maka mimpi basah ini semakin jarang

dialami.

D. Masturbasi/Onani

Masturbasi adalah suatu kegiatan seksual yang sengaja dilakukan yang

disengaja dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh kepuasan seksualnya

dengan cara merangsang daerah vitalnya. Masturbasi merupakan suatu kebutuhan

seksualitas yang alami dan tidak berbahaya bagi yang melakunnya , dan

merupakan cara yang baik untuk mendapatkan kenikmatan seksual tanpa harus

berhubungan badan. Permasalahan yang sering terjadi yaitu kurangnya

pengawasan orang tua terhadap anaknya sehingga remaja yang kurang

pengawasan tersebut bertindak semau mereka salah satunya melakukan

masturbasi.
B.3 Pemeliharaan Organ Reproduksi

B.3.1 Pemeliharaan Organ Reproduksi Pada Remaja Perempuan

1. Pembersihan Vagina

Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva

(bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut

(mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar ataupun ketika mandi. Apabila

anda alergi dengan sabun yang lembut, anda bisa membasuhnya dengan air

hangat.

Cara membasuh vagina yang benar adalah dari arah depan ke belakang ,

dan jangan terbalik karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus

terbawa masuk ke vagina. Gunakanlah air bersih, lebih baik lagi air hangat, tetapi

jangan terlalu panas karena bisa menyebabkan kulit yang sensitif di daerah vagina

melepuh dan lecet.Setelah itu, sebelum memakai celana lagi, keringkan erlebih

dahulu dengan menggunakan handuk atau tisu yang tidak berparfum.

2. Mengganti celana dalam secara teratur

Celana dalam adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga

kebersihan daerah kewanitaan.Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi kaum

wanita untuk mengganti celana dalam 2x sehari di saat mandi.Apalagi, jika anda

termasuk wanita yang aktif dan mudah berkeringat.

Pada saat menstruasi gunakan pembalut dengan bahan yang lembut

sehingga dapat menyerap dengan baik dan tidak mengandung bahan yang bis

membuat alergi ( misalnya parfum atau gel). Pembalut perlu diganti sekitar 4-5
kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak

pada pembalut.

3. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina Mencuci tangan

sebelum menyentuh vagina penting untuk dilakukan agar mencegah masuknya

kuman masuk ke dalam vagina.

4. Memilih celana dalam

Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun.

Bahan lain, seperti nylon dan polyester akan emmbuat gerah dan panas sehingga

vagina menjadi lembab sehingga memberikan kesempatan bagi bakteri dan jamur

untuk berkembang biak.

5. Handuk/washlap

Hindari juga menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk

mengeringkan vagina anda.

6. Mencukur rambut kemaluan

Bagi wanita dianjurkan untuk mencukur sebagian dari rambut kemaluan

untuk menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.

Selain melakukan perawatan daerah kewanitaan, pemeriksaan rutin oleh

dokter juga perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh dan agar

dokter mengetahui jika terdapat gangguan sehingga dapat segera ditangani.


BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Anamnesis Lengkap
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pemeriksaan :
Jam :
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama : untuk mengetahui siapa Remaja dan memudahkan
kita dalam tindakan
Umur : untuk mengetahui usia Remaja dan mengetahui
apakah usia Remaja ideal untuk menikah.
Agama : untuk mengetahui apakah pemeriksaan yang akan
dilakukan oleh Remaja bertentangan dengan
agamanya.
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pemahaman klien
Remaja terhadap pemeriksaan dan konseling
yang diberikan
Pekerjaan : untuk mengetahui pekerjaan Remaja
Alamat : untuk mengetahui alamat Remaja

2. Alasan Kunjungan
Alasan mengapa klien datang ke pelayanan kesehatan

3. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan klien saat kunjungan

4. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui masalah yang mungkin terjadi pada
kesehatan reproduksinya
5. Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui apakah Remaja sudah pernah mendapatkan
penyuluhan tentang kesehatan
6. Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui apakah Remaja mengidap penyakit dan
skrining TT.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengatahui riwayat yang mungkin diturunkan oleh kedua
orangtua Remaja
8. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Untuk mengetahui pola hidup yang dapat mempengaruhi
kesehatan Remaja
9. Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Untuk mengetahui menu makanan yang dikonsumsi Remaja
termasuk dalam 4 sehat 5 sempurna atau tidak.
b. Eliminasi menurut (Hartanto, 2004 : 220).
BAB : frekuensi, warna, konsistensi, keluhan/gangguan.
Bagaimana cara bercebok ibu
BAK : frekuensi, warna, konsistensi, keluhan/gangguan
c. Pola Istirahat
Kebiasaan tidur siang berapa jam, tidur malam berapa jam,
ada keluhan/gangguan atau tidak
d. Pola Aktifitas
Pola aktivitas yang terlalu berat dapat mengganggu
kesehatan Remaja
e. Personal hygiene
Kebiasaan mandi berapa kali, berapa kali ganti baju dan
celana dalam, berapa kali dan kapan gosok gigi, setelah
BAK/BAB cuci tangan/tidak (Saifuddin, 2003 : MK-73)
B. Pemeriksaan Fisik
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : compos mentis/somnolens/koma
TTV : TD tidak boleh lebih dari 160/90
mmHg, nadi tidak lebih dari 100
x/menit, respirasi dan suhu dalam
batas normal.
BB sekarang : untuk mengetahui berat badan
TB : Tinggi badan dalam batas yang normal.
2. Pemeriksan Fisik
Bentuk tubuh : Untuk mengetahui apakah bentuk tubuh
normal atau tidak.
Wajah : Pada klien yang mukanya tampak
kuning (ikterus) atau tidak.
Mata : Apakah konjungitva dan sklera pucat
atau tidak untuk mengetahui remaja
mengalami anemia atau tidak
Telinga : Apakah bentuknya simetris atau tidak,
apakah ada pengeluaran serumen tau tidak

Mulut : Keadaan dari lidah yang bersih atau


tidak
Leher : Apakah ada benjolan atau tidak pada
kelenjar tiroid dan limfe
Dada : Apakah bentuk payudara simentris
atau tidak, apakah ada benjolan yang
abnormal pada dada atau tidak,
apakah ada bunyi wheezing atau
tidak.
Abdomen : Bila terdapat tanda kehamilan seperti
perut yang teraba tegang (dicurigai
hamil), apakah ada luka bekas operasi
atau tidak.
Ektremitas : Adanya varises, nyeri pada tungkai
betis, apakah ada pembengkakan atau
tidak.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah :

1. Golongan Darah
Untuk mengetahui golongan darah dan rhesus yang dimiliki oleh
remaja
2. HB
Untuk mengetahui Hb remaja dan mengindikasi apakah remaja
anemia atau tidak.
3. Planotest
Untuk mengetahui apakah remaja dalam keadaan hamil atau tidak.
4. HIV & IMS
Untuk menegtahui apakah remaja mengidap penyakit HIV dan IMS
atau tidak. Jika Remaja positif mengidap HIV & IMS maka Remaja
tidak diberikan sertifikat layak kawin dan harus menjalani
pengobatan terlebih dahulu.
5. Protein Urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine atau tidak yang
merupakan skrining awal pada masa kehamilan Remaja nanti.
6. Glukosa Urine
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine atau tidak yang
merupakan skrining awal pada masa kehamilan Remaja nanti.
D. Diagnosa/Masalah Kebidanan
Masalah biasa dihubungkan dengan bagaimana caranya pasian
menerima kenyataan mengenai diagnosanya. Identifikasi masalah atau
diagnosa berdasarkan data yang terkumpul dan interpretasi yang benar.
Diagnosa kebidanan, yaitu :
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi Standar Nomen Klatur (kartu nama)
diagnosa kebidanan.
E. Intervensi
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi sekarang atau yang telah diantisipasi.
Suatu rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah di identifikasi oleh kondisi pasien dan setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga memberi gambaran besar dari pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut tentang apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, pengajaran
kepada pasien, konseling pasien dan semua rujukan yang mungkin
diperlukan untuk masalah sosial ekonomi, cultural atau masalah psikologis.
Dalam intervensi berisi tentang :
Diagnosa : Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
Standar Nomen Klatur (kartu nama) diagnosa
kebidanan.
Tujuan :
Kriteria :
Intervensi dan rasional :
Masalah : Untuk mengetahui keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh Remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, Susi. 2012. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi.


http://whitelove999.blogspot.com/2012/08/asuhan-kebidanan-gangguan-
reproduksi_25.html (Diakses tanggal 3 Januari 2020)

Olii, Rahmatia. 2015. Kesehatan Reproduksi Remaja


https://www.academia.edu/11847121/MAKALAH_KESEHATAN_REPRO
DUKSI_REMAJA?auto=download (Diakses tanggal 3 Januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai