Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Asi eksklusif

Sup pokok pembahasan : asi eksklusif

Sasaran : Ibu Yang Mempunyai Bayi dan Balita

Waktu : 13.00 - 14.00 WIB

Tanggal : 22 Mei 2023

Pelaksana : Kelompok 3

Tempat : Didesa

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang "asi eksklusif “diharapkan peserta dapat


mengetahui dan memahami mengenai asi eksklusif..

B. Tujuan Instruksional Khusus

Selama diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat

1. Peserta dapat mengetahui dan memahami Pengertian asi eksklusif


2. Peserta dapat mengetahui dan memahami Penyebab gagalnya asi eksklusif
3. Peserta dapat mengetahui dan memahami Resiko Kesehatan Pada ibu dan bayi yang tidak
melakukan asi eksklusif
4. Peserta dapat mengetahui dan memahami Cara mendapatkan asi eksklusif
5. Peserta dapat mengetahui dan memahami Dampak Stunting

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian air suau ibu (asi)
2. Penyebab yang mempengaruhi asi eksklusif
3. Resiko Kesehatan pada Bayi dan balita yang tidak mendapatkan asi eksklusif
4. Cara Pemberian asi eksklusif
5. Dampak Stunting pada Bayi dan Balita

D. metode

 Ceramah
 Diskusi dan Tanya Jawab

E. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

No. Tahapan/fase Kegiatan pengajar Kegiatan peserta Waktu

1. Orientasi 1.Mengucapkan 1.Menjawab salam 5 menit


salam
2.Mendengarkan
2.Memperkenalkan
diri 3.Memperhatikan

3.Menjelaskan 4.Brainstorming
tujuan kegiatan yang mengenai stunting
akan dilakukan

2. Kegiatan 1.Menjelaskan 1.Mendengarkan 10menit


pengertian stunting
2.Meperhatikan
2.Menjelaskan
penyebab Stunting 3.Menyimak

3.Menjelaskan risiko
kesehatan pada anak
stunting
4. Menjelaskan cara
pencegahan Stunting

3. Terminasi 1.Memberikan 1.Medengarkan 15menit


kesempatan peserta
untuk bertanya. 2.Memperhatikan

2.Beripujian 3.Menjawab salam

3.Menyimpulkan
hasil penyuluhan

4.mengucap salam

F. Setting Tempat

G. Media / Alat

 Power Point
 Flipchart

H. Evaluasi

 Evaluasi Struktur
1. Peserta bersedia ikut dalam kegiatan
2. Persalinan media dan tempat yang akan digunakan sudah sesuai SAP
3. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan Didesa.....
 Evaluasi Proses

Kegiatan Penyuluhan tentang Stunting pada Bayi dan Balita

Peserta yang hadir berjumlah...... orang

1. Selama penyuluhan peserta memperhatikanateri yang disampaikan yang sudah


tercapai : peserta terlihat fokus
2. Peserta terlihat langsung dalam kegiatan Penyuluhan (diskusi) yang sudah dicapai:
Peserta dapat mengulangi materi
3. Selama penyuluhan peserta antusias mengajukan pertanyaan dan aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan.
 Evaluasi Hasil
1. Peserta paham dan dapat menjelaskan kembali materi Stunting

Yang sudah dicapai : peserta menjawab pertanyaan

2. Peserta mampu menyebutkan Penyebab Stunting


Yang sudah dicapai : peserta dapat menyebutkan pada saat menjawab pertanyaan

3. Peserta mampu menyebutkan resiko kesehatan pada Bayi Stunting

Kendala : Peserta tidak ada yang menjawab pertanyaan

4. Peserta mampu menyebutkan cara pencegahan Stunting pada balita


Yang sudah dicapai : Peserta dapat menjelaskan dengan baik

I. Lampiran Materi

STUNTING PADA BAYI DAN BALITA


1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama , hal ini menyebabkan adanya
gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan didalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak Stunting mempunyai Intelligence
Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata-rata IQ anak normal (Kemenkes RI,2018)

Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi dibawah lima tahun
yang mengalami kurang gizi semenjak didalam kandungan hingga awal bayi lahir , Stunting
sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun (Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa
Stunting ini merupakan maslh kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga
muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek
( kerdil ) dari stndar usianya (Schmidt, 2014).

Stunting didefinisikan sebagai keadaan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak
menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score =<-2 SD, hal ini menunjukkan keadaan tubuh
yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga
menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian,asalh perkembangan motorik yang
rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidak seimbangan fungsional
(Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014)

2. Penyebab Stunting
Secara umum, kekerdilan atau Stunting ini disebabkan oleh gizi buruk pada ibu,
praktik pemberian dan kualitas makanan yang buruk, sering mengalami infeksi serta tidak
menerapkan perilaku hidup sehat. Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain :

 Status Gizi
Status Gizi merupakan sebuah penilaian keadaan gizi yang diukur oleh seseorang
pada satu waktu dengan mengumpulkan data. Status gizi menggambarkan kebutuhan
tubuh seseorang terpenuhi atau tidak. Status gizi didalam Masyarakat Pedalaman
dipengaruhi oleh faktor seperti Sosial Ekonomi, Pendidikan orang tua, jumlah anak
dalam keluarga, pekerjaan orang tua, dan pola asuhnya.

 Kebersihan Lingkungan
Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Sanitasi dan
dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi (Kemenkes
RI, 2018)
Penerapan hygiene yang tidak baik mampu menimbulkan berbagai bakteri yang
mampu masuk kedalam tubuh yang menyebabkan timbul beberapa penyakit seperti diare,
cacingan, demam malaria, dan beberapa penyakit lainya. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan resiko Stunting akibat lingkungan rumah adalah kondisi tempat tinggal,
pasokan air bersih yang kurang dan kebersihan lingkungan yang tidak memadai. Kejadian
infeksi yang dapat menjadi penyebab kritis terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan. Penyediaan toilet, perbaikan dalan praktek mencuci tangan dan perbaikan
kualitas air bersih adalah alat penting untuk mencegah tropical enteropathy dan dengan
demikian dapat mengurangi risiko hambatan pertumbuhan tinggi badan anak
(Prendergast, 2014).
 Makanan Pendamping ASI
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai dari umur
enam 6 bulan membuat seorang bayi mulai mengenal makanan pendamping ASI (MP -
ASI) yang mana pemberian MP - ASI untuk menunjang pertambahan sumber zat gizi
disamping pemberian ASI hingga usia dua tahun. Makanm pendamping harus diberikan
dengan jumlah yang cukup, sehingga baik jumlah, frekuensi, dan menu bervariasi bisa
memenuhi kebutuhan anak.

 ASI Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu setelah
melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak bayi dilahirkan
hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lainnya seperti susu
formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan obat.
ASI mengandung enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan pada bayi
sangat mudah untuk mencerna dan menyerap ASI, yaitu organ pencernaan bayi belum
memiliki enzim yang cukup untuk mencerna makanan lain selain ASI. Komposisi ASI
dengan konsentrasi sesuai dengan pencernaan bayiakan membuat bayi tumbuh dengan
badan yang seimbang. Seorang anak yang minum ASI ekslusif mempunyai tumbuh
kembang yang baik, hal ini dikarenakan didalam ASI terdapat antibodi yang baik
sehingga membuat anak tidak mudah sakit, selain itu ASI juga mengandung beberapa
enzim dan hormone.
 Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir adalah pengukuran berat badan yang setelah dilahirkan.
1. Klasifikasi Berat Lahir Bayi
 Berat Bayi Lahir Cukup (BBLC) bayi dengan berat lahir antara 2500 gram sampai
4000 gram.
 Berat Bayi Lahir Besar (BBLB) bayi dengan berat lahir lebih dari dari 4000 gram.
 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) bayi dengan berat lahir antara 1500 gram
hingga kurang dari 2500 gram.
 Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR) bayi dengan berat lahir antara 1000
gram hingga kurang 1500 gram.
 Berat Bayi Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) bayi dengan berat lahir dibawah 1000
gram.
 Berat Bayi Lahir Rendah
Berat Bayi Lahir Rendah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
Stunting. Dikatakan BBLR jika berat <2500 gram. BBLR merupakan faktor risiko yang
paling dominan terhadap kejadian Stunting pada bayi dan balita. Karakteristik bayi saat
lahir (BBLR atau BBL normal) merupakan hal yang menentukan pertumbuhan anak.
Anak dengan riwayat BBLR mengalami pertumbuhan linear yang lebih lambat
dibandingkan anak dengan riwayat BBL normal.
 Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga mampu meningkatkan risiko
terjadinya malnutrisi pada anak. Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu
penyebab terjadinya Stunting hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi dianggap
mampu membuat keputusan dalam meningkatkan gizi dan kesehatan anak - anak.
Pengetahuan yang tinggi juga mempengaruhi orang tua dalam menentukan pemenuhan
gizi keluarga dan pola pengasuhan anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan
meningkatkan risiko kejadian Stunting.
 Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian Stunting. Hal ini dikarenakan keluarga dengan pendapatan yang rendah akan
mempengaruhi dalam menyediakan pangan untuk keluarga. Daya beli keluarga
tergantung dengan pendapatan keluarga, dengan adanya pendapatan yang tinggi Maka
kemungkinan terpenuhinya kebutuhan makan.
 Penyakit Infeksi Diare

Diare merupakan keadaan dimana seseorang BAB dengan konsistensi yang


lembek atau bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi yang sering bisa tiga atau
lebih dalam satu hari. Penyakit infeksi diare ini sering diderita oleh anak, seorang anak
yang mengalami diare secara terus menerus akan berisiko untuk mengalami dehidrasi atau
kehilangan cairan sehingga penyakit infeksi tersebut tersebut dapat membuat anak
kehilangan nafsu makan akan membuat penyerapan nutrisi menjadi terganggu .

 Pola Pemberian Makan


Pola asuh yang baik dalam mencegah terjadinya Stunting dapat dilihat dari
praktik pemberian makan. Pola Pemberian makan yang baik ini dapat berdampak pada
tumbuh kembang dan kecerdasan anak sejak bayi. Pola asuh pemberian makan yang
sesuai dengan anjuran KEMENKES RI 2016, yaitu pola makan pemberian makan yang
baik kepada anak adalah dengan memberikan makanan yang memenuhi kebutuhan zat
gizi anaknya setiap hari, seperti sumber energi yang terdapat pada nasi, umbi - umbian
dan sebagainya. Sumber zat pembangun yaitu ikan, daging, telur, susu, kacang -
kacangan serta zat pengatur seperti sayur dan buah - buahan terutama sayur berwarna
hijau dan 21 kuning yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang berperan pada
proses tumbuh kembang bayi terutama agar bayi terhindar dari masalah gizi salah satunya
yang berdampak pada Stunting.

3. Risiko Kesehatan Pada Anak Stunting


Berikut adalah beberapa risiko kesehatan pada anak stunting.
 Stunting dikaitkan dengan otak yang kurang berkembang dengan konsekuensi
berbahaya untuk jangka waktu lama, termasuk kecilnya kemampuan mental dan
kapasitas untuk belajar, buruknya prestasi sekolah dimasa kecil, dan mengalami
kesulitan mendapat pekerjaan ketika dewasa yang akhirnya mengurangi pendapatan,
serta peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi seperti diabetes, hipertensi, dan
obesitas.
 Memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang penyakit, bulan kematian dini.
 Kekerdilan dapat menurun pada generasi berikutnya, disebut siklus kekurangan gizi
antar generasi.
 Ketika dewasa, seorang wanita Stunting memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi selama persalinan karena panggul mereka lebih kecil, dan berisiko
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

4. Cara Mencegah Stunting


Stunting dapat dicegah dengan hal - hal berikut :

 Seorang ibu harus mengonsumsi nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan
nutrisi yang dibutuhkan selama menyusui.
 Memberikan nutrisi yang baik kepada si buah hati, seperti memberikan ASI
eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usia.
 Menerapkan pola hidup dan sehat terutama mencuci tangan sebelum makan
meminum air yang aman dan bersih mencuci peralatan makanan dan minuman
dan peralatan dapur lainya membersihkan diri setelah buang air besar dan kecil,
serta memiliki snitasi yang ideal (toilet yang bersih).
Menjaga asupan nutrisi yang ideal dan bervariatif ditambah dengan perilaku hidup
bersih dan sehat memegang peran yang krusial bagi kesehatan ibu hamil, terutama bagi
janin. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekerdilan demi kelangsungan hidup anak dalam
jangka pendek dan dalam jangka panjang yang sehat, serta untuk memastikan anak
tumbuh menjadi orang dewas yang kuat, terdidik, dan produktif.

5. Dampak Stunting
Dampak Stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangkay panjang dan juga
ada jangk pendek. Jangka pendek kejadian Stunting yaitu terganggunya perkembangan orak,
pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh. Sedangkan untuk
jangka panjangnya yaitu kidah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja
yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah

Kejadian Stunting menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jika dikaitkan
dengan adanya angkat kesakitan dan kematian yang besar, kejadian obesitas, buruknya
perkembangan kognitif, dan tingkat produktivitas pendaptn yng rendah. Berbagai
permasalahan ini sangat mudah ditemukan dinegara negara berkembang seperti Indonesia.

Stunting pada anak yang harus disadari yaitu rusaknya fungsi kognitif sehingga anak
dengan Stunting mengalami permasalahan dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal. Stunting pada anak ini juga menjadi faktor risiko terhadap kematian,
perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan ketidak
seimbangan fungsional (Anwar dkk, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

KEMENKES RI. (2018). Ini penyebab Stunting pada anak. Retrieved from
https://www.depkes.go.id/article/View/180528000006/Ini-penyebab-stunting-pada-anak.html

Marimi.2013.GizidalamkesehatanReproduksi.PustakaPelajar.Yogyakarta.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 100 Kabupaten/Kota Prioritas


untuk Intervensi Anak Anak Kerdil. Jakarta Pusat : 2017

http://respositoty.poltekkes-denlasar.ac.od/888/2/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai