V. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Lembar balik
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum
pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c. Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan
d. Mahasiswa dan pasien berada di tempat sesuai kontrak waktu yang
telah disepakati
2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Klien aktif dalam diskusi dan tanya jawab
c. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
60% peserta dapat menyebutkan Pengertian malnutrisi, Penyebab dari
malnutrisi, Tanda dan gejala malnutrisi, Klasifikisai malnutrisi,
Pengobatan dari malnutrisi.
VIII. Sumber
Sediaoetama,A.D.1985.Ilmu Gizi.jil 1.Dian Rakyat : Jakarta.
Sediaoetama,A.D.1989.Ilmu Gizi.jil 2.Dian Rakyat : Jakarta.
Supariasa,I. Dewa Nyoman S. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.
Suhardjo. 1988 .Perencanaan Pangan dan Gizi . Bumi Aksara : Jakarta.
Doenges, E. Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC :
Jakarta.
LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap
absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan
dan aktivitas. Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif
atau absolute untuk periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002).
Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam
ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni,
2004).
B. PENYEBAB
a. Penyebab langsung:
1. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya
kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
2. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah
asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
D. KLASIFIKASI
Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan
kwashiorkor.
a. Marasmus
adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih
kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai
berikut :
1. Intake kalori yang sedikit.
2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
3. Kelainan struktur bawaan.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang
kurang.
9. Urbanisasi.
b. Kwashiorkor
adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah
besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya
adalah :
1. Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
E. PENATALAKSANAAN / PENGOBATAN
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori
dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa
komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian
makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta
dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap:
1. Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu tindakan
untuk menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan intravena.
a. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat
Dextrose 5%.
b. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.
c. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
d. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2. Tahap kedua yaitu penyesuaian.
Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit,
sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian
makanan. Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya
kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan
restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori
diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein
diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan
energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.
Dikarenakan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang
lama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya
apabila pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi.Makanan harus
diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi
menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk
memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.