PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang setiap
tahunnya terus bertambah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dan aspek lainnya
juga terus meningkat. Namun kenyataannya masalah gizi buruk di Indonesia
akibat kurangnya asupan makanan bergizi masih menjadi momok yang
menghantui jutaan anak terutama pada masyarakat miskin yang berada di
pelosok wilayah di seluruh Indonesia.
Menurut Sugihantono (2014) masalah gizi pada anak-anak dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu KKP, stunting, dan obesitas atau
kelebihan gizi. Kebanyakan KKP atau Kurangnya Kalori Protein pada anakanak cenderung diderita oleh masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan kurang
adanya perhatian dari pemerintah setempat dan juga kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi terutama pada anak-anak yang
berada pada masa pertumbuhan. Di Indonesia sendiri, hampir sepertiga anak
sekolah menderita KKP yang disebabkan oleh kebiasaan makanan yang tidak
cukup mengandung kalori dan protein sehingga mengakibatkan terjadinya
defisiensi protein dan kalori atau kombinasi antara keduanya.
Tidak hanya masalah gizi tetapi prevalensi angka kecacingan di Indonesia
masih cukup tinggi, antara 45 65%, bahkan pada daerah daerah tertentu yang
kondisi lingkungannya buruk bisa mencapai 80%, angka tersebut tergolong
tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah pedalam belum
semua mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nutrisi sebagai terapi pencegahan dan penanganan
penyakit cacingan
2. Untuk mengetahui nutrisi sebagai terapi dalam masalah KKP
BAB II
PEMBAHASAN
melalui larva/telur yang tertelan & masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan
hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang berawaldari
telur/larva
hingga
berubah
menjadi
bentuk
cacing
dewasa.
Cacing
dapat
B. Jenis-Jenis Cacing
1. C a c i n g G e l a n g ( A s c a r i s l u mb r i c o i d e s )
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 - 30 cm
Hidup di : Usus kecil
Cara Penularannya:
2. C a c i n g C a m b u k ( Tri c u r i s Tri c h i u r a)
Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 - 5 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah
siklus ini.
3. C a c i n g Tamb a n g ( A n c y l o s t o m i a s i s )
Warna : MerahBesarnya : 8 - 13 mm
Hidup di : Usus keciL
Cara Penularannya:
Larva menembus kulit kaki
Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan
batuk
Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka
menancapkan dirinya untuk mengisap darah.
Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling
merugikan kesehatan anak-anak.Infeksi cacing tambang
dapat menyebabkan anemia (kurang darah). Cacing tambang
dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.
C. Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di
usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus
besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa
masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau
minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat.
Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang
menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang
dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang
manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah
dibarengi
diare,
akibat
ketidakberesan
di
saluran
telur itu tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual
terbuka di pinggir-pinggir jalan. Karena menular lewat makanan, korban
cacingan umumnya anak-anak yang biasa jajan di pinggir jalan. Mereka
juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang
bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan air
mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya
kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur cacing
menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan.
Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga
bisa masuk melalui mulut.
4. Tanah yang mengandung larva cacing
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori-pori
tubuh. Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing
juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah,
misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa
juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan
munculnya rasa gatal.
Dampaknya
dapat
dilihat
dari
terhambatnya
pertumbuhan
dan
turun.
Dari
pertumbuhan
fisik
yang
terhambat,
hingga IQ
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan
lalat mencemari makanan tersebut.
Menjaga Kebersihan Lingkungan
1. Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
2. Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai dan
tidak menyiram jalanan dengan air got
3. Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
4. Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan
lipas.
5. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
A.Pengertian
Secara umum, kekurangan gizi adalah salah satu istilah dari penyakit
KKP (Kurangnya Kalori Protein), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan
energy dan protein. KKP dapat diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan yang
dikonsumsi sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi atau
AKG. Pada umumnya KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun, dimana pada usia tersebut, kebutuhan tubuh akan zat gizi sangat tinggi.
B. Faktor Penyebab
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup
serta kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtuaanak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada
bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare.
Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kalori protein pada anakanak secara umum yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap
rakyatnya karena KKP tidak akan mungkin terjadi apabila kesejahteraan rakyat
terpenuhi. Penyabab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein
dengan berbagai tekanan sehingga terjadi spectrum gejala-gejala dengan
berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik. Sedangkan penyebab tak
langsung sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan
causa multi factorial.
Berikut beberapa faktor penyebab lainnya :
1. Faktor sosial.
Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak,
sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu,
hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan.
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya
penyakit ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan
masyarakat menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun
sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis
pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP.
4. Infeksi.
Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi
dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh.
Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan
tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah masuknya beragam
penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktorfaktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang
tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan
pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan
penyakit lain.
5. Pola makan.
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung
kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau asam
amino
yang
memadai.
Bayi
yang
masih
menyusui
umumnya
mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting
terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola
pengasuhan balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang
seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang
merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan
bayi dan anak-anak.
C.Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori,protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh
untukmempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuantubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jamsudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira - kira
kehilangan separuh dari tubuh.
D. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda KKP dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. KKP Ringan
KKP ringan meliputi pertumbuhan linier yang terganggu, peningkatan
berat badan yang terus berkurang, terhenti, maupun turun, ukuran lingkar
lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, ratio berat terhadap
tinggi tidak normal atau cenderung menurun, terjadi anemia ringan atau
pucat, aktivitas berkurang, rambut kemerahan, dan terjadi kelainan kulit
seperti kering dan kusam.
2. KKP Berat
Sedangkan
untuk
KKP
berat
antara
lain
terjadi
gangguan
b.Tanda-tanda
Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita
Kwashiorkor yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
membuncit).
6. Diare yang tidak membaik
7. Dermatitis perubahan pigmen kulit
8. Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah
dicabut
9. Penurunan masa otot
10.Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang
terjadi
11.Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
12.Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat,
coma dan berakhir dengan kematian.
c.Penyebab Kwashiorkor
2) Marasmus
a.Pengertian
b.Tanda-tanda
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus yaitu :
1. Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat
2.
3.
4.
5.
c.Penyebab Marasmus
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan.
Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena
pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.
3) Marasmus-Kwashiorkor
a.Pengertian
Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting.
Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan
marasmus yang di tandai dengan adanya odema, menurunnya kadar
protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan kusam serta otot
menjadi lemah.
Marasmik
kwashiorkor
merupakan
kelainan
gizi
yang
c. Penyebab Marasmik-kwashiorkor
Penyebab dari marasmik-kwashiorkor sama pada marasmus dan
kwashiorkor.
F.Komplikasi KKP
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada
penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena
cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi
keratomalasia (menjadi buta).
kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun. Akibat dari kwashiorkor dan
marasmus sendiri, yaitu:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2. Mudah terkena penyakit
3. Berkurangnya daya pikir
4. Penurunan fungsi otak
5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit
6. Berkurangnya daya tahan tubuh
7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian
antara
lain
Hib
(meningitis),
PCV
atau
IPD
anak besar
6) KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7) Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Alkhatiri, Saleh. 1996. Penuntun Hidup Sehat Menurut Ilmu Kesehatan
Modern. Surabaya: Airlangga University Perss
Aivi. 2012. Penyakit Kecacingan. http://aivi-blogger-remaja.blogspot.com/,
diakses pada tanggal 25 Maret 2016
Djaeni, S. A. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Jakarta:
Dian Karya.p
Hull, D. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed 3. Jakarta: EGC
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:
Yrama Widya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Malnutrisi energi protein. Dalam
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 217222
Judarwanto, Widodo. 2013. Permasalahan Penyakit Cacing Pada Anak.
http://clinicforchild.wordpress.com/, diakses pada 25 Maret 2016