Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang setiap
tahunnya terus bertambah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dan aspek lainnya
juga terus meningkat. Namun kenyataannya masalah gizi buruk di Indonesia
akibat kurangnya asupan makanan bergizi masih menjadi momok yang
menghantui jutaan anak terutama pada masyarakat miskin yang berada di
pelosok wilayah di seluruh Indonesia.
Menurut Sugihantono (2014) masalah gizi pada anak-anak dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu KKP, stunting, dan obesitas atau
kelebihan gizi. Kebanyakan KKP atau Kurangnya Kalori Protein pada anakanak cenderung diderita oleh masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan kurang
adanya perhatian dari pemerintah setempat dan juga kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi terutama pada anak-anak yang
berada pada masa pertumbuhan. Di Indonesia sendiri, hampir sepertiga anak
sekolah menderita KKP yang disebabkan oleh kebiasaan makanan yang tidak
cukup mengandung kalori dan protein sehingga mengakibatkan terjadinya
defisiensi protein dan kalori atau kombinasi antara keduanya.
Tidak hanya masalah gizi tetapi prevalensi angka kecacingan di Indonesia
masih cukup tinggi, antara 45 65%, bahkan pada daerah daerah tertentu yang
kondisi lingkungannya buruk bisa mencapai 80%, angka tersebut tergolong
tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah pedalam belum
semua mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang

kronik banyak ditemukan di daerah pedalaman yang secara latar belakang


pengetahuan kesehatan dan pendidikan rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan
pada masyarakat Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga
karena factor kersadaran untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat,
rendahnya pengetahuan kesehatan, dan kurangnya penyuluhan kepada
masyarakat terutama di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya angka
kecacingan di Indonesia.
Penyakit yang sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang
anak. Sehingga sangat penting untuk mengenali dan mencegah penyakit cacing
pada anak sejak dini. Gagguan yan ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa
gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam jiwa. Secara umum
gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi pada penderita. Hal ini secara tidak
langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara nutrisi sebagai terapi dalam pencegahan dan penanganan
penyakit cacingan
2. Bagaimana cara nutrisi sebagai terapi dalam masalah KKP

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nutrisi sebagai terapi pencegahan dan penanganan
penyakit cacingan
2. Untuk mengetahui nutrisi sebagai terapi dalam masalah KKP

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Nutrisi Untuk Penyakit Cacingan


A.Pengertian penyakit cacingan
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk
dalam infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang
tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh)
dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing
tersebut bahkan dapat melemahkan tubuh inangnya dan menyebabkan gangguan
kesehatan.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan
biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus
meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin
bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke
dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang biasa
menyerbu tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing
kremi.

Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik


terhadap diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular

melalui larva/telur yang tertelan & masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan
hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang berawaldari
telur/larva

hingga

berubah

menjadi

bentuk

cacing

dewasa.

Cacing

dapat

menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot,


paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya pada
anak sering dianggap sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian besar kalangan
masyarakat. Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkatkesehatan anak. Di
antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah,ngantuk,
malas beraktivitas serta berat badan rendah.

B. Jenis-Jenis Cacing
1. C a c i n g G e l a n g ( A s c a r i s l u mb r i c o i d e s )
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 - 30 cm
Hidup di : Usus kecil
Cara Penularannya:

Telur cacing masuk melalui mulut


Menetas di usus kecil menjadi larva
Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk

ke dalam usus kecil danmenjadi dewasa di sana.


Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.

2. C a c i n g C a m b u k ( Tri c u r i s Tri c h i u r a)
Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 - 5 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah
siklus ini.

3. C a c i n g Tamb a n g ( A n c y l o s t o m i a s i s )
Warna : MerahBesarnya : 8 - 13 mm
Hidup di : Usus keciL
Cara Penularannya:
Larva menembus kulit kaki
Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan
batuk
Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka
menancapkan dirinya untuk mengisap darah.
Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling
merugikan kesehatan anak-anak.Infeksi cacing tambang
dapat menyebabkan anemia (kurang darah). Cacing tambang
dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.

4. Cacing Kremi (Enterobius Vermicularis)


Warna : PutihBesarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
Cacing betina bertelur pada malam hari di anus
Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur
cacing ini menyebar. Melaluikontak dengan tempat tidur,
bantal, sprei, pakaian, telur cacing kremi dibawa ke tempatlain.
Jika telur-telur ini termakan, terunglah siklus ini.

C. Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di
usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus
besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa
masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau
minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat.
Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang
menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang
dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang
manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah

masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk


koloni dan menyerap habis sari-sari makanan.
Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.Setiap
satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing
tambang minum 0,2 milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa
besar kehilangan zat gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang
betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut
ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000telur.
D.Gejala penyakit cacingan
1. Gejala Umum
Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan
cepat lelah, muka pucat, serta mata belekan. sakit perut, diare berulang
dan kembung,kolik yang tidak jelas dan berulang.
Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah
tempat dari usus ke organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ &
jaringan, dapat timbul gejala :
Demam
Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
Infeksi bakteri
Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.
2. Gejala Khusus
a. Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu
makan

dibarengi

diare,

akibat

ketidakberesan

di

saluran

pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami

kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan


menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan
terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.
b. Cacing Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing,
misalnya di membrane usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak
terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat mengakibatkan diare
berkepanjangan. Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan
usus dan anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut
yang hebat, yang menyebabkan mual, muntah, dan perut kembung.
c. Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk
kedalam tubuh melalui kulit. Cacing tambang yang hidup
menempel di usus halus menghisap darah si penderita. Gejala yang
biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat.
d. Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu
bersarang di usus besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus.
Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatal-gatal di
malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatalgatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby
oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media
penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.

E. Penyebab terjadinya dan penularan penyakit cacingan


1. Kebersihan lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk
keperluan buang air besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air
besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari,
meskipun sudah dipel. Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar
(menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Telur cacing keluar
dari perut manusia bersama feses. Jika limbah manusia itu dialirkan ke
sungai atau got, maka setiap tetes air akan terkontaminasi telur cacing.
Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap saja bisa
menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
2. Kebiasaan yang buruk
Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang
tangan manusia. Lewat interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari
satu tangan ke tangan lain. Mereka akan masuk ke dalam perut jika biasa
makan tanpa cuci tangan. Jika orang-orang selalu menggaruk-garuk
lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia terserang cacing kremi.
Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kukunya. Sebagian
lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan pakaiannya. Lewat kontak
langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal serumah dengannya.
Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi.
3. Makanan yang tercemar oleh larva cacing.
Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau
aspal jalan, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka
menempel pada butiran debu. Saking kecilnya telur-telur itu tak akan
pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu,

telur itu tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual
terbuka di pinggir-pinggir jalan. Karena menular lewat makanan, korban
cacingan umumnya anak-anak yang biasa jajan di pinggir jalan. Mereka
juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang
bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan air
mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya
kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur cacing
menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan.
Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga
bisa masuk melalui mulut.
4. Tanah yang mengandung larva cacing
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori-pori
tubuh. Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing
juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah,
misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa
juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan
munculnya rasa gatal.

F. Akibat penyakit cacingan


Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata,
tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat
bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat
berakhir pada kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi
penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan
terjadinya infeksi penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.

Dampaknya

dapat

dilihat

dari

terhambatnya

pertumbuhan

dan

perkembangan anak-anak, komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR), kerusakan tubuh secara signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma
sosial, serta produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang
menurun. Bisa juga terjadi erratic, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung
atau mulut.
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena
tidak punya daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi
belajar

turun.

Dari

pertumbuhan

fisik

yang

terhambat,

hingga IQ

loss (penurunan kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi


batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.

G. Pencegahan penyakit cacingan


Menjaga Kebersihan Perorangan
1.

Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar


dengan menggunakan air dan sabun.

2.

Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi


tempat bermukim larva cacing.

3.

Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam


mulutnya. Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak
bermain di luar rumah.

4.

Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya


beberapa detik ke dalam air mendidih.

5.

Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang


terbuka.

6.

Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan


mandi

7.

Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan.

8.

Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari.

9.

Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung


tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.

10. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan
lalat mencemari makanan tersebut.
Menjaga Kebersihan Lingkungan
1. Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
2. Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai dan
tidak menyiram jalanan dengan air got
3. Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
4. Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan
lipas.
5. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

2.2. NUTRISI UNTUK MASALAH KURANG KALORI


PROTEIN (KKP)

A.Pengertian
Secara umum, kekurangan gizi adalah salah satu istilah dari penyakit
KKP (Kurangnya Kalori Protein), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan
energy dan protein. KKP dapat diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan yang
dikonsumsi sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi atau
AKG. Pada umumnya KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun, dimana pada usia tersebut, kebutuhan tubuh akan zat gizi sangat tinggi.

Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka


manifestasi penyakitnyapun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering
diistilahkan dengan kurang gizi. Penyakit ini paling banyak menyerang anak
balita terutama di negara-negara berkembang yang mayoritas rakyatnya
berpenghasilan rendah. Gejala kurang gizi rendah relative tidak jelas karena
hanya terlihat berat badan penderitanya lebih rendah dibandingkan dengan anak
seusianya yaitu sekitar 60%-80% dari berat badan ideal anak pada umumnya.
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan
protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang
bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).

B. Faktor Penyebab
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup
serta kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtuaanak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada
bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare.
Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kalori protein pada anakanak secara umum yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap
rakyatnya karena KKP tidak akan mungkin terjadi apabila kesejahteraan rakyat
terpenuhi. Penyabab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein
dengan berbagai tekanan sehingga terjadi spectrum gejala-gejala dengan
berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik. Sedangkan penyebab tak

langsung sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan
causa multi factorial.
Berikut beberapa faktor penyebab lainnya :
1. Faktor sosial.
Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak,
sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu,
hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan.
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya
penyakit ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan
masyarakat menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun
sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis
pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP.
4. Infeksi.
Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi
dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh.
Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan
tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah masuknya beragam
penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktorfaktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang
tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan
pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan
penyakit lain.

5. Pola makan.
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung
kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau asam
amino

yang

memadai.

Bayi

yang

masih

menyusui

umumnya

mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting
terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola
pengasuhan balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang
seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang
merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan
bayi dan anak-anak.

C.Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori,protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh
untukmempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuantubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jamsudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan

ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira - kira
kehilangan separuh dari tubuh.
D. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda KKP dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. KKP Ringan
KKP ringan meliputi pertumbuhan linier yang terganggu, peningkatan
berat badan yang terus berkurang, terhenti, maupun turun, ukuran lingkar
lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, ratio berat terhadap
tinggi tidak normal atau cenderung menurun, terjadi anemia ringan atau
pucat, aktivitas berkurang, rambut kemerahan, dan terjadi kelainan kulit
seperti kering dan kusam.

2. KKP Berat
Sedangkan

untuk

KKP

berat

antara

lain

terjadi

gangguan

pertumbuhan, badan menjadi mudah sakit, pada anak-anak menjadi


kurang cerdas, dan jika berkelanjutan dapat menimbulkan kematian.
E. Jenis-jenis KKP
1) Kwarshiorkor
a.Pengertian
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berarti
anak yang kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah salah satu
bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang
inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.

Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat sering


terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun) adalah suatu sindroma klinik
yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan protein yang parah
dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan
Vaughan, 1994).
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel
yang menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan
asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).

b.Tanda-tanda
Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita
Kwashiorkor yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Gagal untuk menambah berat badan


wajah membulat dan sembap
Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut
Pertumbuhan linear terhenti
Endema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang

membuncit).
6. Diare yang tidak membaik
7. Dermatitis perubahan pigmen kulit
8. Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah
dicabut
9. Penurunan masa otot
10.Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang
terjadi
11.Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
12.Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat,
coma dan berakhir dengan kematian.
c.Penyebab Kwashiorkor

Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat


sedikit mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan
memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran yang
mengandung karbohidrat.
Penyebab kwashiorkor yang lain yaitu: Adanya pemberian
makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena alasan:
miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang
makanan.
Adanya infeksi, misalnya: diare akan mengganggu penyerapan
makanan. Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang
menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu
makan, dan kekurangan ASI.

2) Marasmus
a.Pengertian

Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering.


Sebaliknya walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih
menerima asupan hidrat arang (misalnya nasi ataupun sumber energi
lainnya). Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan,
sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh
terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat
diperlukan untuk kelangsungan hidup. Penderita marasmus yaitu
Penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun
dalam batas tertentu ia masih menerima zat gizi sumber energi (sumber
kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat
pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya
kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit KEP lain
yang disebut marasmus.
Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi
yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).

b.Tanda-tanda
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus yaitu :
1. Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat
2.
3.
4.
5.

badan dibawah waktu lahir.


Wajahnya seperti orang tua
Kulit keriput,
pantat kosong, paha kosong,
tangan kurus dan iga nampak jelas.

c.Penyebab Marasmus
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan.
Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena
pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.

3) Marasmus-Kwashiorkor
a.Pengertian
Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting.
Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan
marasmus yang di tandai dengan adanya odema, menurunnya kadar
protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan kusam serta otot
menjadi lemah.
Marasmik

kwashiorkor

merupakan

kelainan

gizi

yang

menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor.


(Markum, 1996)

Marasmik kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang


telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan
cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi. (Graham
L. Hill, 2000).
b.Tanda-tanda
1.
2.
3.
4.
5.

Perubahan cairan tubuh, lemak, mineral dan protein


Pertumbuhan terhenti
Berat badan turun
Cairan tubuh meningkat
Sistem hemotopatik

c. Penyebab Marasmik-kwashiorkor
Penyebab dari marasmik-kwashiorkor sama pada marasmus dan
kwashiorkor.

F.Komplikasi KKP
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada
penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena
cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi
keratomalasia (menjadi buta).

2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi


sebagai ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1
menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf,
mental dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi
sebagai ko-enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan
stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit
dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam
faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia
pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik,
megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu
integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan
jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam
pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan
tulang dan dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium
Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat
merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
10.Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis
merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga
dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh
sedang menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala
ini.
G. Akibat Kekurangan Kalori Protein
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi
rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan

kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun. Akibat dari kwashiorkor dan
marasmus sendiri, yaitu:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2. Mudah terkena penyakit
3. Berkurangnya daya pikir
4. Penurunan fungsi otak
5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit
6. Berkurangnya daya tahan tubuh
7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian

H. Cara Menanggulangi KKP


KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi
Indonesia. kita dapat berusaha mengurangi KKP dengan cara-cara pencegahan
berikut:
1. Untuk tingkat keluarga
Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang
Ibu memberikan ASI pada bayinya sampai usia enam bulan
Ibu memberikan makanan pendukung ASI (MP-ASI) yang
mengandung berbagai macam gizi seperti kalori, vitamin, dan
mineral
Segera memberitahukan kepada petugas kesehatan apabila balita
mengalami sakit
Menghindari pemberian makanan buatan kepada bayi dibawah
enam bulan untuk menggantikan ASI sepanjang ibu masih mampu
mengahsilkan ASI
Melindungi anak dari kemungkinan terkena diare dan dehidrasi
dengan cara memelihara kebersihan, menggunakan air matang
untuk minum, mencuci peralatan pembuat susu dan makanan bayi
serta menyediakan oralit

Mengatur jarak kehamilan ibu agar cukup waktu untuk merawat


dan mengatur makanan yang bergizi untuk buah hati mereka.
2. Untuk tingkat posyandu
Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulannya di
posyandu untuk mengetahui pertumbuhan pada balita
Kader memebrikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI
(MP-ASI)
Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di bawah
garis merah (PMT) contoh KMS (Kartu Menuju Sehat)
Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi
seperti TBC, polio, dan ada pula beberapa imunisasi dasar antara
lain BCG, DPT, Polio, Hepatitis B3, Campak, dan untuk imunisasi
tambahan

antara

lain

Hib

(meningitis),

PCV

atau

IPD

(pnemokokus), MMR, dan Influenza.


3. Untuk tingkat pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak
mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan,
vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan
diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral
adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor
2)
3)
4)
5)

atau marasmus kwashiorkor.


250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada

anak besar
6) KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7) Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Alkhatiri, Saleh. 1996. Penuntun Hidup Sehat Menurut Ilmu Kesehatan
Modern. Surabaya: Airlangga University Perss
Aivi. 2012. Penyakit Kecacingan. http://aivi-blogger-remaja.blogspot.com/,
diakses pada tanggal 25 Maret 2016
Djaeni, S. A. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Jakarta:
Dian Karya.p
Hull, D. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed 3. Jakarta: EGC
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:
Yrama Widya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Malnutrisi energi protein. Dalam
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 217222
Judarwanto, Widodo. 2013. Permasalahan Penyakit Cacing Pada Anak.
http://clinicforchild.wordpress.com/, diakses pada 25 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai