Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SENAM HIPERTENSI

PADA LANSIA

KELOMPOK : SDL 2
PRODI : S1- KEPERAWATAN / 4A
NAMA : Afifatus Sholikhah 0118004
Agustin Mega A. 0118005
Alivia Nur A. 0118006
Diah Ayu Wulandari 0118011
Ela Farera 0118013
Nurul Wilkyis 0118030
Sherly Prasetya O. 0118037
Vida Khumaida 0118042
Erlin Wiwin Safitri 0118091
Nurul Hidayatul 0118046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020

1
Lembar Pernyataan

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil karya
kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah
dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun yang membuatkan
makalah ini untuk kami. Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran
akademik, kami bersedia mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 8-12-2021

Nama Nim TandaTanganMahasiswa


Afifatus Sholikhah 0118004
Agustin Mega Astutik 0118005
Alivia Nur A. 0118006
Diah Ayu Wulandari 01108011
Ela Farera 0118013
Nurul Wilkyis 0118030
Serly Prasetya Oktaviani 0118037
Vida Khumaida 0118042
Erlin Wiwin Safitri 0118091
Nurul Hidayahtul 0118042
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah
Senam Hipertensi Pada Lansia.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya
makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.Kami berharap semoga makalah yang kami
susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Mojokerto, 08 Desember 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh
Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh
penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia
harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi
19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29
jutaorang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia
meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia
yang dapat menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, salah satunya
yaitu hipertensi yang bisa menjadi awitan dari berbagai masalah
kardiovaskuler lainnya yang lebih gawat. Prevalensi kejadian hipertensi
sangat tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada usia diatas 65 tahun.
Tidak sedikit orang yang menganggap penyakit hipertensi pada lansia
adalah hal biasa. Sehingga mayoritas masyarakat menganggap remeh
penyakit ini. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi
antara lain gagal jantung dan stroke (Muhammad, 2010).
Senam hipertensi yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran
jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam
hipertensi adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi
senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan
maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai
tujuan tersebut.

1.2 TUJUAN MASALAH


1. Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Khusus
Agar mahasiswa/i mengetahui tentang konsep teori dan konsep senam
hipertensi pada lansia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP HIPERTENSI LANSIA
A. DEFINISI
 Secara umum hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darahsistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik sedikitnya 90 mmHg(Price & Wilson, 2005).
 Hipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah yang
meningkat pada sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik
di atas 90 mmHg(Smeltzer & Bare, 2001).
 Hipertensi pada lansia adalah tekanan darah sistolik diatas
160 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg
(Baughman & Hackley,2000).
 Menurut Smeltzer (2001) dalam Manuntung (2018) pada lansia,
hipertensididefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg.
 Hiperten pada lansia adalah tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan darahdiastolik ≤ 110 mmHg (Whelton et al, 2017).

B. KLASIFIKASI HIPERTENSI PADA LANSIA


Menurut Join Comitten on Detection Evolution and Treatment of
High BloodPresure (JPC-V AS) di Amerika Serikat dalam Aspiani
(2014) tekanan darahdiklasifikasikan sebagai berikut:

NO KRITERIA TEKANAN DARAH


SITOLIK DIASTOLIK
(mmHg) (mmHg)
1. Normal <130 <85
2. Perbatasan 130 – 139 85 – 89
3. Hipertensi derajat 1 ringan 140 – 159 90 – 99
4. Hipertensi derajat 2 sedang 160 – 179 100 – 109
5. Hipertensi derajat 3 berat 180 – 209 110 - 119
6. Hipertensi derajat 4 sangat ≥ 210 ≥ 120
berat
C. PENYEBAB HIPERTENSI LANSIA
Secara umum penyebab hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi
pada lansia yang sering dijumpaiadalah hipertensi primer.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadidua antara
lain:
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi
yangdidefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik). Hipertensi primer
diperkirakan disebabkan oleh beberapa faktor sebagaiberikut :
1) Genetik : Individu yang mempunyai riwayat keluarga
dengan hipertensi,berisiko tinggi untuk mendapatkan
penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia : laki- laki berusia 35-50 tahun dan
wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
3) Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara
langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat Badan : Obesitas (> 25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup : Merokok dan konsumsi alcohol dapat
meningkatkan tekanandarah.
b. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi yang didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya atau terjadi akibat penyebab yang jelas
seperti penyakit ginjal, gangguan tiroid,penggunaan kontrasepsi
oral, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, dan
gangguanpsikiatris), kehamilan, peningkatan volume
intravaskuler, dan luka bakar.
D. KOMPLIKASI HIPERTENSI PADA LANSIA
Menurut Corwin (2009) tekanan darah yang tidak terkontrol dan
tidak segeradiatasi dalam jangka panjang akan mengganggu
pembuluh darah arteri dalammensuplai darah ke organ-organ
diantaranya jantung, otak, dan ginjal. Hipertensipada lansia yang
tidak terkontrol berakibat terjadinya komplikasi diantaranya:
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak,
atau akibat embolusyang terlepas dari pembuluh darah. Stroke
juga dapat terjadi pada hipertensikronis apabila arteri pada otak
mengalami hipertrofi dan penebalan sehinggaaliran darah ke
otak berkurang.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidakdapat menyuplai oksigen ke miokardium.
Pada hipertensi kronis, kebutuhanoksigen miokardium tidak
tercukupi dan dapat terjadi iskemia jantung yangmenyebabkan
infark.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi padakapiler glomerulus ginjal. Terganggunya
membran glomerulus, maka proteinakan keluar melalui urine
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurangdan
menyebabkan edema.
d. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.
Tekanan darahyang tinggi menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan cairan masuk keinterstisial di seluruh susunan saraf
pusat.
e. Pada mata, hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya
retinopati hipertensi dandapat menimbulkan kebutaan.

2.2 KONSEP SENAM HIPERTENSI LANSIA


A. DEFINISI
 Senam bugar lansia adalah senam yang dilakukan oleh seorang
lansia yang melibatkan semua otot dan persendian (Suarti, 2009).
 Senam bugar lansia merupakan senam aerobik intensitas rendah
yang dilaksanakan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
jantung, paru dan mendorong jantung bekerja secara optimal
(Pudjiastuti & Utomo, 2003).
 Senam bugar lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan
dan tidak memberatkan yang dapat diterapkan pada lansia.
Melakukan senam bugar lansia sangat bermafaat untuk
menghambat proses degenerative atau proses penuaan (Widianti
& Proverawati, 2010).

B. TUJUAN SENAM HIPERTENSI


Mengurangi berat badan dan mengelola stress serta menurunkan
tekanan darah.

C. MEKANISME SENAM HIPERTENSI


Untuk Menurunkan Tekanan Darah Senam hipertensi
merupakan olahraga yang salah satunya bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot
dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung.
Dengan senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel
akan meningkat untuk proses pembentukan energi. Sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung. Sehingga curah jantung dan isi
sekuncup bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan
meningkat. Setelah beristirahat pembuluh darah akan berdilatasi
atau meregang,dan aliran darah akan turun sementara waktu,
sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali pada tekanan darah
sebelum senam.
Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus menerus, maka
penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan
pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisme penurunan tekanan
darah setelah berolahraga adalah karenaolahraga dapat
merileksasikan pembuluh-pembuluh darah. Sehingga dengan
melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan turun (Mahardani,
2010).

D. PELAKSANAAN SENAM HIPERTENSI


a. Persiapan
1) Persiapan Klien.
 Klien diberikan tindakan senam hipertensi
 Posisikan klien untuk berdiri
2) Persiapan Lingkungan
 Ruangan yang tenang dan kondusif
 Ruangan cukup dan luas
b. Pelaksanaan
1) Gerakan Pemanasan, dengan jalan ditempat

2) Tepuk Tangan 4 x 8
3) Tepuk Jari 4 x 8

4) Jalin Tangan 4 x 8

5) Silang Ibu Jari 4 x 8

6) Adu Sisi Kelingking 2 x 8

7) Adu Sisi Telunjuk 2 x 8


8) Ketok Pergelangan 2 x 8

9) Ketok Nadi 2 x 8

10) Tekan Jari jari 2 x 8


11) Buka dan mengepal 2 x 8

12) Menepuk Punggung Tangan 4 x 8

13) Menepuk Lengan dan Bahu 4 x 8


14) Menepuk Pinggang 2 x 8

15) Menepuk Paha 4 x 8

16) Menepuk Samping Betis 2 x 8


17) Jongkok Berdiri 2 x 8

18) Menepuk Perut 2 x 8

19) Kaki Jinjit 2 x 8

c.Terminasi
1) Evaluasi
 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam
hipertensi.
 Memberi pujian atas keberhasilan klien.
2) Rencana tindak lanjut
 Menganjurkan klien melaksanakan senam hipertensi
minimal 30 menit dan dilakukan seminggu tiga kali
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan latihan olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh
terutama fungsi jantung.
Jantung yang merupakan salahsatu organ vital tubuh sudah seharusnya
dijaga kesehatannya. Kerusakan pada jantung akan mempengaruhi semua
system tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi, berawal dari hipertensi
jika tidak tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat
menyebabkan penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian.
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan
olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah dilakukan adalah
senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah melancarkan
peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga
dengan melakukan senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya
penyakit jantung terutama hipertensi pada orang lansia.

B. SARAN
Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga
senam secara rutin, beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat
perhatian, yaitu:
 Jika kelebihan bobot badan, kurangilah
 Kurangi asupan natrium (sodium)
 Usahakan cukup asupan kalium (potasium)
 Batasi konsumsi alkohol

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : CV Trans Info
Medika.
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Depsos RI. (2003). Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di
Indonesia. Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.
Kementrian PPN/ BAPENNAS. (2015). Perlindungan Sosial Lanjut Usia.
Depok: Direktur Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
Pemenkes RI. (2016). Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia. Tahun
2016- 2019. Jakarta : Mentri Kesehatan Republik Indonesia.
Senam Lansia. (2103). Menuju Tua Sehat dan Mandiri. Biltar: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada.

Anda mungkin juga menyukai