Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GERONTIK

PERUBAHAN DAN MITOS PADA LANSIA

Dosen Pembimbing :

Dr. Yulianto, S.Kep., Ns., M.Mkes.

Oleh :

1. Muhammad Halim Awalidoyo (0118023)


2. Putri Aulia Soraya (0118031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunianya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja sama untuk menyelesaikan makalah
ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah gerontik dengan
makalah yang berjudul PERUBAHAN DAN MITOS PADA LANSIA.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman – teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman- teman.

Mojokerto, 23 Nopember 2021

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perubahan biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural yang lazim pada proses
menua

B. Mitos-mitos lanjut usia dan kenyataannya

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah
dan Lilik M, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang lazim pada
proses menua ?
2. Apa saja mitos-mitos lanjut usia dan kenyataannya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang
lazim pada proses menua
2. Untuk mengetahui mitos-mitos lanjut usia dan kenyataannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perubahan yang terjadi pada proses menua


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M,
2011). Menurut Maryam, dkk, (2012),perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah :
1. Perubahan Biologis
 Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya jumlah cairan
tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,
beratnya berkurang 5 – 10%.
 Sistem persarafan
Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya), cepatnya menurun hubungan persyarafan, lambat dalam
responden waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya syaraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif
terhadap sentuhan.
 Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi suara atau nada –n ada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata –k ata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membrane
timpani menjadi atrofi menyebabkan otot seklerosis, terjadinya pengumpulan
serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stres.
 Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar kornea
lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi
katarak menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah
melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang (berkurang luas pandang), menurunya daya membedakan warna biru
atau hijau pada skala.
 Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi kaku
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun seudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak ± 170 mmHg, diastolis normal ± 90 mmHg
( Fajemiroye et al, 2018) .
 Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur tubuh
menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat metabolisme yang
menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
 Sistem respirasi
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku menurunya
aktifitas dari sillia, paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun, alveoli ukurannya melebar dari
biasa dan jumlahnya berkurang, O² pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,
CO² pada arteri tidak terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan
otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
 Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk, indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indra pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin, hiangnya sensitifitas dari saraf
pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar
menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
 Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki – laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur – angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
(asal kondisi kesehatan baik) yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan
sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena merupakan
perubahan alami, selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan – perubahan warna.
 Sistem gastourinaria
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron
menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
akibatnya berkurannya kemampuan mengkonsentrasikan urin, berat jenis urin
menurun proteinuria (biasanya +1), BUN ( Blood Urea Nitrogen)
meningkatkan sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, vesika urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air
seni meningkat, vesika urinaria sudah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urin, pembesaran prostat ±75
% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun, atrovi vulva dan vagina, orang–
orang yang makin menua sexual intercourse cenderung secara bertahap tiap
tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua.
 Sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi tidak rendah dan
hanya ada didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,
FSH, dan LH, menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal
metabolicrate), dan menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen, dan testeron.
 Sistem kulit (integumentary system)
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik (karena kehilangan proses kratinasi serta perubahan ukuran
dan bentuk-bentuk sel epidermis), menurunya respon terhadap trauma,
mekanisme proteksi kulit menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan
pegmentasi kulit, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut
dalam hidung dan telingga menebal, bekurangnya elastisitas akibat dari
menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku
jari menjadi lebiih keras dan rapuh, kuku kaki bertumbuh secara berlebihan
dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku
menjadi pudar, kurang bercahaya.
 Sistem muskuluskeletal (musculoskeletal system)
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak kehilangan massa
atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif. Serat otot
berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa
otot. Penurunan massa dan kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan
fosa akibat penyempitan rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi,
tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang kehilangan density (cairan)
dan makin rapuh, kifosis pinggang, pergerakan lutut dan jari–jari pergelangan
terbatas, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang), persendian membesar dan menjadi rapuh, tendon mengerut dan
mengalami sclerosis, atrofin serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot –o tot kram menjadi tremor, otot –otot polos tidak begitu
berpengaruh.
2. Peubahan Mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik
khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),
dan lingkungan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam –
jam sampai berhari –h ari yang lalu mencakup beberapa perubahan),dan kenangan
jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk). I.Q. (Intellegentian
Quantion ) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan–tekanan dari faktor waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural dan
fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di otak
secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke otak,
lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat
sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif
pada lanjut usia. Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan
delirium.
3. Perubahan Psikologis
 Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
 Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
 Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
 Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
 Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
 Sindroma diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
4. Perubahan Sosial
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, pengelihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, pengelihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing dan diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila bertemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup tetapi tidak
mempunyai anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di
perantauan, seringkali menjadi terlantar.
5. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan
yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak seharihari. Perkembangan spiritual
yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif
dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam
kehidupan.
6. Perubahan Kultural
Kolektifitas Etnis Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan
identitas danmemiliki standar perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam
kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan
ikiran dan perilaku mereka. Shok Budaya Adalah salah satu sebab karena bekerja
dengan individu yang latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai
perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi
yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau
secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan
kepercayaan. Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari
tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Penting untuk perawat
mengembangkan hormat kepada orang lain-lain yang berbeda budaya sambil
menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan memerlukan toleransi
kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.

B. Mitos-Mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya


1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jernih payahnya dimasa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan- akan sudah berhasil
dilewati.
Kenyataan :
 Depresi
 Kekhawatiran
 Paranoid
 Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :
 Konservatif
 Tidak kreatif
 Menolak inovasi
 Berorientasi ke masa silam
 Merindukan masa lalu
 Kembali ke masa anak- anak
 Susah berubah
 Keras kepala dan,
 Cerewet
Kenyataan :
Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian.
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan :
Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Tetapi banyak penyakit yang masa
sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandangan sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian
otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak
berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.
Kenyataan :
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang frekuensi
hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi masih tetap
tinggi.
7. Mitos ketidak produktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan :
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan
produktifitas mental dan material.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada setiap orang fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam
hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis
tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun.adapun perubahan yang terjadi
pada lansia : Perubahan biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural.

B. Saran
Semoga pembaca dapat mengerti dan memahami apa saja hal yang bisa
diambil dari makalah ini dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Fajemiroye et al. (2018). Aging-Induced Biological Changes and Cardiovascular Diseases.
Hindawi : BioMed Research International. https://doi.org/10.1155/2018/7156435
Maryam, Siti., Ekasari., Mia Fatma., Rosidawati.(2012). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai