PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai salah satu profesi yang sampai saat ini masih dianggaop profesi
yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjkan dalam hal
finansial. Oleh karena itukeperawatan harus bekerja keras untuk menunjukkan pada
dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengn
profesi-profesi lain.
Keperawatan sebagai profesi memenuhi syarat sebagai profesi keilmuan karena
mempunyai body of knowledge yang jelas. Paradigma keperawatan dijadikan dasar
pembentukkan model konseptual akhirnya memunculkan teori-teori keperawatan.
Teori keperawatan berkembang dan diterapkan dalam praktek klinik keperawatan,
penelitian, dan pendidikan. Salah satu konseptual model keperawatan yang dimaksud
adalah konseptual model dari Sister Callista Roy tentang Adaptation model.
Teori adaptasi menurut Roy merupakan salah satu teori tentang bagaimana
menerapkan asuhan keperawatan yang berfokus pada kemampuan adaptasi klien.
Teori ini termasuk salah satu teori yang mudah diaplikasikan sehingga banyak
digunakan dalam penerapan asuhan keperawatan. Teori Roy dalam pelaksanaannya
menyentuh hampir semua aspek kehidupan baik secara fisik, konsep diri, fungsi
peran, dan interdependensi. (Roy, 1991). Roy menganggap klien mempunyai daya
adaptasi dalam mengatasi masalahnya. Perawat dalam teori Roy dituntut untuk
mengkaji kemampuan adaptasi klien dan perawat membantu klien untuk beradaptasi
terhadap perubahan termasuk perubahan yang terjadi dalam tubuh klien.
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih
jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Roy
diilapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat
diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen
Asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep model teori Roy
b. Mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses keperawatan
c. Mampu mengevaluasi/menilai proses keperawatan di RS dengan konsep
Roy pada mode fisiologi sub kebutuhan cairan.
d. dMendapatkan gambaran kondisi pelaksanaan konsep Roy di RS pada mode
fisiologis sub kebutuhan cairan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu:
Fungsi atau proses control yang terdiri dari :
a) Kognator
b) Regulator
Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu :
1) Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
·Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
·Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
·Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal
. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
·Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
·Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
·The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
· Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk
air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya
inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
· Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984
dalam Roy, 1991).
· Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator
koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
2) Konsep diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan
dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.
The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran
tubuhnya.Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.
The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3) Fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya.
Interpendensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,
perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antaraketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim,
yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-
respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan
respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses
umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan
perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan
social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat
alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari
bantuan.
D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
1. Kelebihan:
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek.
Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon
perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode
fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor
yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga
diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai
upaya individu untuk mengatasi stress.
2. Kelemahan:
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model
adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi
sterssor bagi para pasiennya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Roy menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah
untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup,
tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya
tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal,
konteksual dan residual.
B. Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori
Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy
dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan.