Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)


Sub Pokok Bahasan : PPOK dan cara penanganannya
Sasaran : Ny. S
Hari/Tanggal : Selasa, 29 Januari 2019
Tempat : Panti wreda
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa/i Akper RS Husada

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat
memahami tentang penyakit paru obstruktif kronik dan cara penanganannya.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta diharapkan dapat :
1. Menyebutkan pengertian penyakit paru obstruktif kronik dengan
benar
2. Menyebutkan 5 dari 8 penyebab penyakit paru obstruktif kronik
3. Menyebutkan 5 dari 6 tanda dan gejala penyakit paru obstruktif
kronik dengan benar
4. Menyebutkan komplikasi penyakit paru obstruktif kronik dengan
benar
5. Menyebutkan 3 dari 6 cara perawatan penyakit paru obstruktif
kronik
6. Mendemonstrasikan cara atau teknik batuk efektif
7. Menyebutkan pencegahan dan penanganan kekambuhan PPOK
berulang

III. Materi Penyuluhan


1. Pengertian penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
2. Penyebab penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
3. Tanda dan gejala penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
4. Komplikasi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
5. Cara perawatan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
6. Cara atau teknik batuk efektif
7. Pencegahan dan penanganan kekambuhan PPOK berulang

IV. Metode Penyuluhan


a. Ceramah
b. Tanya jawab/Diskusi
c. Demonstrasi dan redemonstrasi

V. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Lembar balik

VI. Rencana Kegiatan Penyuluhan


N Kegiatan Uraian Kegiatan
Penyuluh Audience
o
1 Pembukaan a. Mengucapkan salam. a. Menjawab
(5 menit) b. Menyampaikan tujuan penyuluhan. salam
c. Melakukan apresiasi b. Menyetujui
tujuan
penyuluhan
c. Mengikuti
apresiasi
2 Penyampaian a. Menanyakan kepada peserta tentang a. Bercerita
Materi pengalamannnya tentang penyakit pengalaman
(20 menit) paru obstruktif kronik (PPOK). nya tentang
b. Memberi pujian atas kemauan penyakit
keluarga/peserta berbagi pengalaman. paru
c. Memberikan penyuluhan dan obstruktif
berdiskusi bersama peserta tentang kronik
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
(PPOK) dan cara perawatannya. b. Menyimak
d. Memberikan kesempatan pada penjelasan
peserta untuk bertanya tentang hal yang
yang belum dipahaminya. diberikan
e. Mendemonstrasikan cara atau teknik dan
batuk efektif. berdiskusi.
f. Menjawab pertanyaan keluarga atau c. Bertanya.
peserta. d. Menyimak.
e. Meredemon
strasikan
cara atau
teknik
batuk
efektif.
f. Menyimak

3 Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab


(5 menit) b. Menyimpulkan materi penyuluhan dan pertanyaan
hasil diskusi b. Menyimak
c. Mengucapkan salam kesimpulan
c. Menjawab salam

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum
pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c. Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan
d. Mahasiswa, pasien dan keluarga berada di tempat sesuai kontrak waktu
yang telah disepakati
2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Anggota keluarga atau peserta aktif dalam diskusi dan tanya jawab
c. Anggota keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 60% peserta dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, komplikasi, cara perawatan, pencegahan dan penanganan
kekambuhan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) berulang.
b. Klien dan keluarga dapat meredemonstrasikan cara atau teknik batuk
efektif dengan benar.

VIII. Sumber
Agusti, A., (2007). Systemic Effects of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Proc Am Thorac Soc; 4: 522-25.
Herdman,T.Heather. (2010). Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi
2009-2011 .Jakarta : EGC
Tamsuri, Anas . (2008). Seri Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Pernafasan.
Jakarta : EGC
Tim PDPI. (2008). Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru. Jakarta :
Sagung Seto

LAMPIRAN MATERI
PPOK dan cara penanganannya

1. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan gangguan paru yang
memberikan kelainan ventilasi berupa obstruksi saluran pernapasan yang
bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Obstruksi ini berkaitan
dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing atau gas
yang berbahaya. Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema sering
ditemukan bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda.
Akan tetapi menurut GOLD 2015, bronkitis kronik dan emfisema tidak
dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis
klinis, sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi. Bronkitis
kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan
mukus yang meningkat dan bermanifestasi sebagai batuk kronik.
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang
ditandai oleh pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta destruksi
dinding alveolar. (GOLD, 2015)
2. Penyebab atau etiologi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya PPOK yaitu rokok, infeksi
dan polusi.
1. Rokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control,
rokok adalah penyebab utama timbulnya PPOK. Secara fisiologi rokok
berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan
metaplasia skuamulus epitel saluran pernafasan. Rokok juga dapat
menyebabkan bronko kontriksi akut. Menurut Crofton & Douglas
merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage
alveolar dan surfaktan.
2. Infeksi
Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seseorang penderita
bronchitiskronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah.
Serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis cronik
diperkirakan paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
3. Polusi
Polusi zat-zat kimia yang juuga dapat menyebabkan bronchitis adalah zat
pereduksi seperti CO2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon,
aldehid dan ozon.
Faktor penyebab dan faktor resiko menurut Neil F Gordan (2002) yaitu :
a. Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi
b. Merokok
c. Jenis kelamin pria lebih beresiko diibanding wanita
d. Berkurangnya fungsi paru paru
e. Keterbukaan terhadap polusi seperti asap rokok dan debu
f. Polusi udara
g. Infeksi saluran pernafasan akut seperti pnemonia dan bronkitus
h. Kurangnya alfa anti tripsin ini merupakan kekurangan suatu enzim
yang normalnya meliindungi paru-paru dari kerusakan peradangan.

3. Tanda dan Gejala


Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu
kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan
produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian
berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama
sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap.
Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke
rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada
saat mengalami eksaserbasi akut.
Tanda dan gejalanya adalah :
a. kelemahan badan
b. batuk
c. sesak nafas
d. whezing
e. ekspirasi memanjang
f. produksi sputum yang bertambah

4. Komplikasi
a. Jantung tidak normal (detak jantung tidak beraturan)

b. Sering terkena infeksi respiratori, termasuk pneumonia

c. Gagal jantung

d. Gangguan tidur

5. Perawatan
Penatalaksanaan PPOK bertujuan mempertahankan faal paru,
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah eksaserbasi. Penatalaksanaan
PPOK dapat mempertahankan PPOK yang stabil dan mencegah
eksaserbasi.
a. Menghindari rokok
Nikotin merupakan kandungan terbesar dalam rokok yang dapat
menginduksi aktivasi neutrofil dan makrofag menimbulkan radikal bebas
yaitu reactive oxygen species (ROS) yang pada dapat mengganggu struktur
protein, lipid, asam deoksiribonukleat saluran napas dan merangsang
terjadinya apoptosis (Moretti & Marchioni, 2007). Berhenti merokok dapat
memperlambat progresivitas dari PPOK. Konseling berhenti merokok
dapat membantu pasien yang mau berhenti merokok. Farmakoterapi
dilakukan jika konseling tidak efektif. Varenicline dapat membantu
penghentian merokok dengan mengurangi gejala nicotine withdrawal dan
menurunkan efek samping nikotin yang aman dengan efikasi cukup tinggi
(Ebbert, 2015).
b. Mengurangi paparan polutan.
Menurunkan polusi di dalam dan luar ruangan memerlukan sinergi antara
kebijakan politik, sumber daya nasional dan lokal, perubahan budaya, dan
langkah protektif dari individu. Sistem ventilasi yang efektif, bahan bakar
memasak yang tidak menghasilkan polusi dan intervensi sejenisnya harus
lakukan (GOLD, 2015).
c. Bronkodilator
Bronkodilator merupakan terapi utama pada PPOK untuk memperbaiki
gejala klinis dengan menurunkan hiperinflasi dan sesak nafas dengan
peningkatan sekitar 10% FEV1. Pemakaian β2 agonis jangka panjang
menurunkan kejadian eksaserbasi karena menurunkan adhesi bakteri
seperti Haemophylus influenza pada sel epitel saluran nafas (Dowling et
al., 1998). Antikolinergik lebih efektif untuk PPOK dibanding β2 agonis.
Antikolinergik tiotropium bromide mempunyai durasi yang lebih lama dan
diberikan sekali sehari (Rennard et al., 1996). Pasien PPOK menggunakan
β2 agonis dan antikolinergik kerja panjang. Bronkodilator inhalasi lebih
dianjurkan daripada bronkodilator oral terkait efikasi dan efek samping.
Terapi teofilin direkomendasikan bila bronkodilator kerja panjang tidak
tersedia. (GOLD, 2015).
Apabila diberikan secara inhalasi, antikolinergik seperti ipratropium dan
atropine menyebabkan efek bronkodilatasi, yaitu melalui penghambatan
secara kompetitif terhadap reseptor kolinergik yang ada di otot polos
bronkus. Aktivitas tersebut akan menghambat asetilkolin, yang selanjutnya
berefek pada pengurangan cyclic Guanosine Mono Phosphate (cGMP),
dimana cGMP ini secara normal berperan pada konstriksi otot polos
bronkus (Bourdet & Williams, 2005). Ipratropium bromida dan tiotropium
bromida merupakan golongan antikolinergik yang dapat memberikan
manfaat paling besar serta efek samping yang paling kecil. Ipratropium
tersedia dalam bentuk Metered Dose Inhaler (MDI) dan larutan inhalasi
yang menunjukkan puncak efek pada 1,5-2 jam dan durasi kerja 4-6 jam
(Bourdet & Williams, 2005). Ipratropium bromida diberikan dengan dosis
2 inhalasi 4x sehari dan dapat ditingkatkan sampai 12 inhalasi per hari jika
perlu. Efek sampingnya jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering,
rasa pahit, batuk, dan mual (Goldsmith & Weber, 2000).
d. Oksigen
Penggunaan terapi oksigen di rumah banyak dilakukan di Amerika Serikat,
yaitu sekitar lebih dari 30%. Tujuan utamanya pemberian oksigen adalah
meningkatkan baseline PaO2 minimal 8,0 kPa (60 mmHg) saat istirahat,
dan/atau saturasi O2 minimal 90% untuk menjamin suplai oksigen pada
fungsi organ vital. Penggunaan terapi oksigen jangka panjang menurunkan
mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup pasien PPOK derajat berat
dengan tekanan parsial oksigen arteri <55 mmHg (Corrado et al., 2010).
Pemberian oksigen pada PPOK derajat berat ada tiga cara, yaitu kontinyu
jangka panjang (>15 jam per hari), pada exercise, dan mengurangi sesak
napas akut (Carpagnano et al., 2004).
e. Kortikosteroid
Penelitian terkini menunjukkan terapi kortikosteroid inhalasi jangka lama
tidak mengurangi progresivitas PPOK. Kortikosteroid inhalasi tidak
menekan proses inflamasi. Kortikosteroid hanya berpangaruh pada fungsi
netrofil. Sekitar 10% pasien PPOK mengalami perbaikan klinis dengan
kortikosteroid oral. Kortikosteroid inhalasi bermanfaat pada kondisi
eksaserbasi (Paggiaro et al., 1998). Terapi kortikosteroid inhalasi jangka
panjang direkomendasikan pada pasien PPOK berat dan sangat berat yang
sering mengalami eksaserbasi, yang tidak terkontrol secara adekuat dengan
bronkodilator aksi panjang (GOLD, 2015).
Beberapa produk kortikosteroid inhalasi tersedia di pasaran, namun
flutikason dan budesonid memberikan potensi dan bentuk sediaan yang
lebih nyaman bagi pasien karena membutuhkan inhalasi yang lebih sedikit
dibanding yang lain. Dosis tinggi budesonid berada pada kisaran 600-1000
µg/hari (3-5 inhalasi), sedangkan dosis pemeliharaan yang rendah antara
200-400 µg/hari (1- inhalasi). Flutikason memiliki potensi 220 µg/puff,
dengan dosis pemeliharaannya berada pada kisaran 220-440 µg/hari
(Goldsmith & Weber, 2000). Terapi untuk pasien eksaserbasi akut dimulai
dengan metilprednisolon 0,5- mg/kg setiap 6 jam. Bila gejala pasien telah
membaik dapat diganti dengan prednison 40-60 mg sehari. Steroid
sebaiknya dihentikan secara tapering untuk meminimalisasi penekanan
hypothalamic pituitary adrenal (HPA). Bila diperlukan terapi lebih lama,
digunakan dosis rendah yaitu 7,5 mg/hari, diberikan pada pagi hari atau
selang hari.
f. Vaksinasi

Pasien penderita PPOK sebaiknya menerima vaksin pneumococcal.


Christenson (2001) telah melaporkan bahwa insiden penumonia pada
kelompok yang mendapat vaksinasi turun 29% dibandingkan dengan
kelompok yang tidak mendapatkan vaksinasi, sedangkan insiden invasive
pneumococcal disease turun sampai dengan 52%. Di bidang imunisasi
pneumonia, tidak semua penelitian menunjukkan manfaat yang
meyakinkan. Joint Committee on Vaccination and Immunization (JVCI)
pada Januari 2009 mengusulkan bahwa vaksin pneumoccocal konjungate
(serotipe 711) mungkin memberikan hasil yang lebih menjanjikan daripada
vaksin pneumoccocal polisakarida yang sekarang dipakai untuk program
immunisasi usila di seluruh dunia. Sementara menunggu studi akan hal
vaksin konjungate ini, JVCI menganjurkan bahwa vaksinasi pneumoccocal
polisakarida masih dapat dilakukan namun persiapan untuk perubahan
akan penggunaan jenis vaksin konjungate sudah mulai dipikirkan.

Walaupun masih terdapat perdebatan tentang manfaat imunisasi


pneumonia dengan vaksin 23valen ini, WHO mengeluarkan ketetapan
bahwa vaksinasi pneumonia pada usila dinyatakan cukup efektif, terutama
untuk melindungi usila sehat terhadap invasive disease (pneumonia yang
berpenyulit meningitis, septikemia dan pneumococcal pneumonia).
Vaksinasi pneumokokkus direkomendasikan pada semua pasien
imunokompeten di atas 65 tahun bersamaan pada lokasi yang berbeda
tanpa peningkatan efek samping. Jenis vaksin yang tersedia adalah
Pneumo23® (Sanofi Pasteur). Dosis untuk lansia sama seperti dewasa
yaitu 0,5 ml disuntikan subkutan atau intramuscular.

6. Cara atau teknik batuk efektif


 Alat dan Bahan yang disediakan

1. Tissue/sapu tangan
2. Wadah tertutup berisi cairan desinfektan (air sabun / detergen, air
bayclin, air lisol) atau pasir.
3. Gelas berisi air hangat

 Cara Mempersiapkan Tempat Untuk Membuang Dahak

1. Siapkan tempat pembuangan dahak: kaleng berisi cairan


desinfektan yang dicampur dengan air (air sabun / detergen, air
bayclin, air lisol) atau pasir
2. Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng
3. Buang dahak ke tempat tersebut
4. Bersihkan kaleng tiap 2 atau 3 kali sehari.
5. Buang isi kaleng bila berisi pasir : kubur dibawah tanah
6. Bila berisi air desinfektan : buang di lubang WC, siram
7. Bersihkan kaleng dengan sabun

 Teknik Batuk Efektif


1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
2. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2
detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat
dan spontan, tutup dengan tissue
4. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “huf..huf..huf..”,
buang pada wadah yang tersedia
5. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
6. Minum air hangat

7. Pencegahan dan penanganan kekambuhan PPOK berulang

1. Berhenti merokok
Tips pertama adalah, tentu saja, untuk menghentikan penyebab utama
PPOK. Jika anggota keluarga Anda tidak pernah merokok, jangan
memulainya. Jika anggota keluarga Anda merokok, mereka harus
berhenti demi kesehatan diri serta keluarga. Meskipun Anda pernah
merokok, berhenti dapat membantu memperlambat perkembangan PPOK
dan membatasi kerusakan paru. Risiko merokok juga berlaku bagi
perokok pasif. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 10 persen dari
kematian terkait rokok diakibatkan oleh asap rokok. Berhenti merokok
sangatlah penting jika Anda memiliki kadar protein alpha-1 antitrypsin
yang rendah (protein yang diperlukan untuk melindungi paru-paru dan
hati). Orang yang menderita defisiensi alpha-1 antitrypsin bisa
mengurangi risiko PPOK parah mereka jika mereka mendapatkan
suntikan alpha-1 antitrypsin secara teratur. Anggota keluarga dari
seseorang yang menderita defisiensi alpha-1 antitrypsin harus diuji untuk
kondisi tersebut.

2. Hindari polusi udara


Memasak di tungku api terbuka atau tungku kayu dapat meningkatkan
risiko PPOK dan flare-up PPOK. Ini sangat berlaku bagi orang-orang
yang tinggal di daerah pedesaan. Iritan saluran napas lainnya (seperti
polusi udara, asap kimia, dan debu) juga dapat membuat PPOK menjadi
lebih parah, tetapi merokok jauh lebih penting dalam menyebabkan
penyakit ini.

3. Hindari paparan dari pekerjaan


Beberapa pekerjaan terpapar polusi tinggi, seperti penambang dan
pekerja kimia. PPOK akan memburuk jika pasien terpapar bahaya kerja
seperti debu batubara, asap kimia, debu beton, debu mineral, dan debu
kapas atau debu biji-bijian. Satu studi menemukan bahwa paparan saat
bekerja bisa berkontribusi sampai sekitar 20 persen dari kasus PPOK.

Anda harus mendorong anggota keluarga untuk berbicara dengan atasan


atau mencari cara untuk mengurangi paparan, misalnya Anda dapat
menyuruh mereka untuk menggunakan masker selama bekerja.
4. Ketahui riwayat keluarga
PPOK dapat memiliki faktor genetika yang menempatkan keluarga Anda
pada faktor risiko PPOK yang lebih tinggi, terutama jika seseorang di
keluarga Anda sudah terkena PPOK. Jika benar, Anda harus
memeriksakan keluarga Anda untuk “gen PPOK.” Tes darah bisa
menunjukkan apakah Anda membawa gen tersebut.

5. Dapatkan vaksin
Sebaiknya keluarga Anda mendapatkan vaksin PPOK. Suntikan yang
umum adalah untuk flu, pneumonia, dan vaksin pertussis (disebut juga
batuk rejan).

Apa lagi yang bisa dilakukan untuk mencegah kambuhnya PPOK?


Selain pencegahan yang disebutkan di atas, berikut adalah tips untuk
membantu anggota keluarga Anda menghindari kambuhnya PPOK:
a. Periksa ke dokter secara teratur sesuai kunjungan yang dijadwalkan.
b. Jaga kebersihan diri dengan mencuci tangan setiap setengah jam atau
bawa selalu hand sanitizer.
c. Banyaklah tidur. Saat tubuh lelah, Anda akan lebih rentan terkena
sakit.
d. Minumlah banyak air untuk mengencerkan lendir di paru-paru.

Anda mungkin juga menyukai