Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM PELATIHAN KADER UNTUK MENCEGAH STUNTING DENGAN

PERBAIKAN GIZI PADA ANAK DI KELURAHAN KENALI ASAM BAWAH

DOSEN PENGAMPU :

WITTIN KHAIRANI,S.Pd,M.Ph

DISUSUN OLEH :

1. Dwi Kartika Maharani ( PO.71.1.18.0008 )


2. Lasro Theresia Siburian ( PO.71.1.18.0013 )
3. M. Fajar Sunarya ( PO.71.1.18.0016 )
4. Muhammad Rasyid ( PO.71.1.18.0018 )
5. Pita Ayu Lestari ( PO.71.1.18.0022 )
6. Rinda Agustina ( PO.71.1.18.0028 )
7. Rizki Devita Roshella ( PO.71.1.18.0029 )
8. Siti Maisyarah ( PO.71.1.18.0032 )
9. Vina Febriyola ( PO.71.1.18.0036 )
10. Yuliana Saputri ( PO.71.1.18.0038 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
RENCANA PELAKSANAAN
PROGRAM PENCEGAHAN STUNTING DI KELURAHAN KENALI ASAM BAWAH

A. PENGUMPULAN DATA
1. Data aktual yang ditemukan pada kelurahan Kenali Asam Bawah adalah :
a) Kejadiaan Stunting pada anak di Kelurahan Kenali Asam Bawah menjadi
salah satu wilayah dengan penderita Stunting tertinggi di Kota Jambi
b) Berdasarkan hasil survey wawancara terhadap beberapa keluarga ditemukan
bahwa keluarga tidak mengetahui tentang Stunting pada anak.
2. Data Potensial.
Hasil survey menunjukan masih ada kemungkinan terjadi gangguan
perkembangan otak,metabolisme tubuh dan pertumbuhan fisik di wilayah Kenali
Asam Bawah

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah stunting pada anak yang ditemukan pada pelaksaan penyuluhan
adalah : masih kurangnya pemahaman kader tentang masalah gizi untuk mencegah
Stunting pada anak.
C. PERUMUSAN PEMECAHAN MASALAH
Masalah yang tengah dihadapi adalah kurangnya pemahaman kader tentang gizi untuk
mencegah Stunting pada anak,pemberian pendidikan kesehatan pada kader dalam
mencegah stunting pada anak, mengupayakan pencegahan stunting dengan perbaikan gizi
sehingga anak-anak tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan.
D. TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan program pelatihan pencegahan stunting pada kader untuk
mencegah stunting pada anak dengan pemberian makanan tambahan pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan wawasan kader dalam mencegah stunting dengan
meningkatan kualitas gizi anak
b. Untuk mengajarkan kader bagaimana cara mencegah stunting pada anak dengan
perbaikan gizi anak
c. Untuk menjelaskan bahaya stunting terhadap kecerdasan pada anak.
d. Untuk memberikan simulasi gizi dan cara pengolahan makanan dalam mencegah
stunting pada anak
E. CARA MENCAPAI TUJUAN
1. Program/pelatihan pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan dengan judul
Program Pelatihan Kader Untuk Mencegah Stunting Dengan Perbaikan Gizi Pada
Anak Di Kelurahan Kenali Asam Bawah
2. Frekuensi/volume kegiatan
Frekuensi pelatihan dilakukan hanya 1x diharapkan para kader memahami dan
mengerti bagaimana mencegah Stunting pada anak dengan memperbaiki gizi anak
3. Metode pemberdayaan yang akan dilakukan.
Metode pemberdayaan yang akan dilakukan adalah dengan cara memberikan
penyuluhan dan pelatihan kepada kade dalarm upaya pencegahan Stunting Pada
Anak.
4. Waktu (hari/tanggal)
Waktu pelaksaan penyuluhan pemberdayaan masyarakt dilaksanakan pada tanggal 08
Maret 2021 Pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.
5. Media yang digunakan
Media yang digunakan pada penyuluhan ini adalah menggunakan lembar balik dan
leaflet serta simulasi upaya pencegahan Stanting Pada Anak.
6. Pihak pihak yang dilibatkan/kelompok sasaran (Target/Pelaku penerima manfaat)
Pihak yang menerima program penyuluhan pemberdayaan ini adalah seluruh peserta
pelatihan penyuluhan terutama para ibu
7. Jumlah sumber daya yang diperlukan
Pada program penyuluhan ini dibutuhkan para audien yang bersedia dalam
keikutsertaan dalam penyuluhan dan simulasi pencegahan Stunting pada anak.
Plan Of Action (POA)
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Stunting Di Kelurahan
Kenali Asam Bawah

WAKTU TAHAPAN KEGIATAN


KEGIATAN PELATIH AUDIEN
5 Menit Pembukaan 1. Membuka acara dan 1. Menjawab salam
memberi salam kepada 2. Mendengarkan
audien pengarahan
2. Menyampaikan topic, 3. Menyetujui kesepaatan
tujuan pelatihan waktu pelaksanaan
3. Kontrak waktu untuk
pelaksanaan pelatihan
25 Menit Kegiatan inti 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan teori
pelatihan yang disampaikan
2. Mengkaji pengetahuan 2. Menyampaikan
audien tentang stunting pengetahuan tentang
3. Memperagakan cara- cara pencegahan atau
cara memenuhi gizi penanggulangan
dalam mencegah stunting
stunting 3. Menyimak simulasi
4. Memperagakan 4. Menyimak simulasi
makanan yang wajib 5. Menyimak simulasi
dikonsumsi dalam
pemenuhan gizi anak
5. Memperagakan cara
mengolah makanan
yang baik agar
kandungan gizinya
tidak hilang
20 Menit Evaluasi 1. Memberikan 1. Kader
pertanyaan kepada mengetahuibdefinisi
audien yang berkaitan dan penyebab stunting
dengan pencegahan 2. Kader mampu
stunting menyebutkan gizi-gizi
2. Memberikan pada makanan dalam
kesempatan pada kader mencegah stunting
untuk menyebutkan gizi 3. Kader mengetahui
makanan dalam akibat stunting pada
mencegah stunting kecerdasan anak
3. Meberikan kesempatan 4. Kader mampu
pada kader memperagakan cara
menyempaikan kembali dalam mengolah
akibat stunting pada makanan agar zat gizi
kecerdasan anak tidak hilang untuk
4. Memberikan mencegah stunting
kesempatan pada kader
untuk memperagakan
cara mengolah
makanan untuk
mencegah stunting pada
anak
10 Menit Penutup 1. Meminta audien untuk 1. Menyimpulkan materi
menyimpulkan kembali yang telah disampaikan
materi yang 2. Menjawab salam
disampaikan
2. Menutup acara dan
mengucap salam
MATERI PENCEGAHAN STUNTING

A. DEFINISI
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya
gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence
Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stuting atau pendek adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata
lebih pendek disbanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang sesuai). Stunting
atau pendek juga di artikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada bayi (0-11 bulan) dan anak
balita (12-59 bulan) akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama
kehidupan sehingga anak pendek seusianya. Kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan
dan pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru Nampak setelah anak
berusia 2 tahun.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U
dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau
sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu
faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang rendah,
kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan fungsional. Pada
akhirnya, secara luas, stunted akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kemiskinan. (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014).

Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan Di Indonesia. Saat ini, Indonesia
merupakan peringkat ke lima kejadian stunting pada balita di dunia. Di Indonesia, stunting
disebut kerdil, artinya ada gangguan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak pada anak.
Stunting yang bercirikan tinggi yang tidak sesuai dengan usia anak, merupakan gangguan
kronis masalah gizi. Anak stunting dapat terjadi dalam 1000 hari pertama kelahiran dan
dipengaruhi banyak faktor, di antaranya sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status
gizi ibu, penyakit menular, kekurangan mikro nutrien, dan lingkungan. Pencegahan
stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang
yang merugikan. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan
anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas anak di masa depan.
Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting berisiko
lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan malnutrisi
diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap
tahunnya.
Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya
asupan gizi dan status kesehatan. Pencegahan stunting menitikberatkan pada penanganan
penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan
khususnya akses terhadap:
(1) pangan bergizi (makanan);

(2) lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberia n makanan bayi dan anak
(pengasuhan);
(3) akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan),
serta;
(4) kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi
(lingkungan). Keempat faktor tersebut secara langsung mempengaruhi asupan gizi
dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah malnutrisi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi
pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem
pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan
pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting diperlukan prasyarat
pendukung yang mencakup: (a) komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan;
(b) keterlibatan pemerintah dan lintas sektor; dan (c) kapasitas untuk melaksanakan.

B. PENYEBAB STUNTING

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling
menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan
pada 1000 Hari Pertama kehidupan (HPK) dari anak balita. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab stunting adalah:
a) Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu
mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu
melahirkan.
b) Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care
(pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan
pembelajaran dini yang berkualitas.
c) Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.
d) Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. (Kemiskinan, 2017)

Selain itu, fakto r penyebab stunting lainnya; kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum
dan saat kehamilan serta setelah persalinan, postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan
yang terlalu dekat, ibu yang terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, serta
asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan, tidak terlaksananya inisiasi menyusui
dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif, dan proses penyapihan dini,
kuantitas, kualitas, dan kemanan pangan MPASI yang diberikan dapat menjadi salah satu
faktor terjadinya stunting (Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia, 2018).

Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya
stunting. Kondisi ekonomi erat kaitanya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan
yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan
keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi. Penyakit infeksi
yang disebabkan oleh hygiene dan sanitasi yang buruk (misalnya diare dan kecacingan)
dapat menganggu penyerapan nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa penyakit infeksi
yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun. Jika Kondisi ini terjadi
dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian asupan yang cukup
untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting (Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia, 2018).
Intervensi untuk mengurangi pervalensi stunting perlu dilakukan pada 1..000 hari
pertama kehidupan (HPK) dari anak balita. Peluang intervensi yang efektif yaitu terkait
praktik pemberian makanan anak dan pemenuhan gizi ibu. Berdasarkan fakta dan
informasi yang ada menunjukkan bahwa hanya 22,8% dari anaka usia0-6 bulan yang
menyusu eksklusif dan hanya 36,6% anak usia 7-23 bulan yang menerima makanan
pendamping ASI (MPASI) yang sesuai dengan praktik-praktik yang direkomendasikan
dengan pengaturan waktum frekuensi dan kualitias, MPASI diberikan atau mulai
diperkenalkan ketika balita berusia di atas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan
jenis makanan baru pada bayi, MPASI dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi.

C. CIRI – CIRI STUNTING


Perlu dipahami bahwa tidak semua anak balita yang berperawakan pendek
mengalami stunting. Masalah kesehatan ini merupakan keadaan tubuh yang sangat pendek
dilihat dari standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia berdasarkan standar WHO.
Menurut Kemenkes RI, balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada
pada kisaran di bawah normal. Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak,
tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak
saja tanpa pengukuran.
Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri
lainnya yakni:
 Pertumbuhan melambat
 Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
 Pertumbuhan gigi terlambat
 Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
 Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata
terhadap orang di sekitarnya
 Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
 Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama
anak perempuan).
 Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi
D. Penanganan dan Penanggulangan Stunting

Penanganan stunting dilakukan mellaui Intervensi spesifik dan intervensi sensitif pada
sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun. Intervensi
yang diberikan pada sektor kesehatan.
1. Intervensi dengan sasaran ibu hamil :
 Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein.
 Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
 Mengatasi kekurangan iodium.
 Melindungi ibu hamil dari malaria
2. Intervensi dengan sasaran ibu menyusu dan anak usia 0-6 bulan :
 Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
 Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
3. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
 Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
 pemberian MP-ASI.
 Menyediakan obat cacing.
 Menyediakan suplementasi zink.
 Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
 Memberikan perlindungan terhadap malaria.
 Memberikan imunisasi lengkap.
 Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
E. Proses Penyuluhan Pencegahan Stunting

Pada kegiatan ini dijelaskan tentang pengertian makanan tambahan, fungsi, variasi
dan cara pembuatan makanan tambahan. Dalam kesempatan tersebut diperagakan tentang
pembuatan bubur tempe. Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ),
sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak yang
menderita Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga
pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan
menjadi beban negara.
Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan
lebih menarik dari yang tubuhnya. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada
masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah Stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang yaitu
kurang energi danprotein, juga beberapa zat gizi mikro. Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang
aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu
dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran
(Kemenkes, 2015).
PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus
sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam bentuk
makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai
tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan lokal
terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan
memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral
terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari
selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.
Upaya pencegahan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi
spesifik untuk penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk penyebab tidak
langsung. Intervensi gizi spesifik menyasar penyebab langsung terjadinya stunting yang
meliputi:
1. Kecukupan asupan makanan dan gizi;
2. Pemberian makan, perawatan dan pola asuh; dan
3. Pengobatan infeksi/penyakit. Sebagai panduan bagi pelaksana program apabila
terdapat keterbatasan sumber daya, maka intervensi gizi spesifik dibagi dalam
tiga kelompok:
a. Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi memiliki dampak
paling besar pada pencegahan stunting dan ditujukan untukmenjangkau
semua sasaran prioritas
b. Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi
dan kesehatan lain yang terkait stunting dan diprioritaskan setelah
intervensi prioritas dilakukan.
c. Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi yang
diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk saat darurat bencana
(program gizi darurat).
Intervensi sensitif mencakup:
a. Peningkatan akses pangan bergizi;
b. Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan
anak;
c. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; dan
d. Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi. Intervensi gizi
sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan. Sasaran
intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan dilakukan
melalui berbagai program dan kegiatan.
Intervensi Pencegahan Spesifik
Intervensi Sensitif Pencegahan Stunting
F. Manfaat Ikan Lele bagi Kesehatan Anak

Ikan lele banyak dibudidayakan di Indonesia, lantaran ikan ini mengandung banyak nutirisi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi ikan lele meliputi protein, lemak, kalsium,
selenium, fosfor, natrium, kalium, serta beberapa vitamin, seperti vitamin A, B1, dan B12.
Kendati memiliki bau yang amis, ikan lele merupakan sumber protein hewani yang sangat
baik untuk proses tumbuh kembang anak. Selain itu, ada beberapa manfaat ikan lele yang
bisa didapatkan bila anak rutin mengonsumsinya, antara lain:
1. Mencerdaskan otak
Lemak dalam ikan lele terdiri dari banyak asam lemak omega-3. Ini merupakan salah satu
nutrisi yang penting untuk anak dapatkan dari makanannya. Kandungan asam lemak
omega-3 pada ikan lele sangat baik untuk mencerdaskan otak dan menghindarkan anak
dari gangguan daya ingat atau mudah lupa.
2. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan tubuh
Kandungan protein pada ikan lele bisa menjadi sumber energi yang baik untuk
menunjang aktivitas anak sehari-hari. Selain itu, protein juga berperan penting untuk
membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, termasuk otot dan sistem imun, serta
menjadi bahan penyusun beragam hormon dan enzim tubuh.
Dalam 100 gram ikan lele terkandung sekitar 18 gram protein, sedangkan kebutuhan
protein harian untuk anak berusia kurang dari 4 tahun hanya sebanyak 13 gram. Jadi,
dengan membagi 100 gram ikan lele ini ke dalam 3 porsi waktu makannya, Bunda bisa
memenuhi kebutuhan protein Si Kecil dalam sehari.
3. Mencegah anemia
Ikan lele sebanyak 100 gram dalam sehari telah mencukupi asupan vitamin B12 harian
buah hati. Vitamin B12 yang terkandung pada ikan lele ini memiliki peranan penting
dalam produksi sel darah merah. Oleh karena itu, vitamin ini penting untuk dicukupi
kebutuhannya guna mencegah anemia pada anak.
4. Menyehatkan tulang dan gigi
Ikan lele adalah salah satu sumber vitamin D dan kalsium yang mudah dijumpai. Vitamin
D dan kalsium ini berperan penting untuk meningkatkan kesehatan tulang dan gigi anak.
Dengan mencukupi kebutuhan harian vitamin dan mineral ini sejak masa pertumbuhan,
tulang dan gigi Si Kecil bisa tumbuh dengan optimal, dan risiko ia mengalami
osteoporosis serta masalah gigi di kemudian hari juga akan berkurang.
5. Menyehatkan jantung
Bunda perlu tahu bahwa penyakit jantung tidak hanya mengintai orang dewasa. Anak-
anak pun bisa mengalami penyakit ini. Untuk menjaga jantung Si Kecil tetap sehat,
asupan protein dan asam lemak omega-3 dari ikan, termasuk ikan lele, bisa menjadi salah
satu kuncinya.
6. Melindungi sistem saraf
Ikan lele termasuk jenis ikan yang rendah merkuri. Dalam kadar yang tinggi, merkuri
bisa menimbulkan gangguan kesehatan seperti kerusakan saraf, terutama pada anak-anak.

G. Produk Olahan Ikan Lele


Hasil panen ikan lele, selain bisa dijual secara langsung dalam keadaan hidup dan segar,
sebenarnya bisa juga dijual dalam bentuk olahan. Selain meningkatkan harga jual, mengolah
ikan lele juga bisa dijadikan salah satu alternatif usaha keluarga. Bagi yang berminat, berikut
ini resep aneka olahan dari ikan lele.
1. Sate Lilit Lele
Bahan yang diperlukan 0,5 kg daging lele yang sudah difilet atau diblender,  setengah
butir kelapa muda yang sudah diparut , segelas santan kental, Jeruk limau, Minyak kelapa
tandusan, Tusuk sate dari bambu atau kayu.  Bumbu yang diperlukan, 3 biji cabe kecil,3
biji cabe besar, Terasi yang sudah dipanggang, Merica, cabai, Gula pasir secukupnya,
Garam secukupnya  dan Penyedap rasa.
Cara membuat, Uleg/haluskan bumbu hingga rata. Buat adonan bumbu dengan daging.
Tumbuk atau blender adonan sate tersebut. Angkat dan tuangkan sedikit demi sedikit
santan kental. Tambahkan bawang goreng, penyedap rasa, perasan jeruk limau. Lilit
adonan sate dengan tusuk sate ukuran sedang. Panggang di atas bara api. Sate siap
dihidangkan

Bakso dari bahan daging ikan lele


2. Bakso  lele
Bahan  bakso berupa daging ikan lele 1 kg, Tepung kanji 200 gr,  Air 4 liter, Putih
telur 1 butir, Garam secukupnya,  Gula pasir 20 gr,  Merica 40 gr, Es batu 1 kg,  Bawang
putih 350 gr  dan Penyedap rasa. Untuk bahan Kuah Bakso  berupa Merica dan bawang
putih
Cara membuat, rendam daging ikan utuh dalam  air yang sudah diberi garam dan
es batu selama 15 menit. Setelah 15 menit angkat daging ikan dan peras menggunakan
kain kasa untuk memisahkan air dari daging ikan.  Kemudian haluskan daging tersebut
dengan cara ditumbuk atau digiling. Haluskan bumbu-bumbu ( merica, bawang putih,
garam) campur dengan daging lumat sambil diuleni dan masukkan kanji sedikit demi
sedikit . Aduk adonan sampai tercampur dan tidak lengketdi tangan, tambahkan putih
telur satu butir untuk setiap 1 kg adonan. Lakukan pencetakan yaitu dengan membuat
bola-bola kecil dengan cara adonan diletakkan pada telapak tangan, dikepal-kepal,
kemudian ditekan, sehingga keluar bola-bola bakso dari sela-sela jari telunjukdan ibu jari.
Bola-bola bakso yang keluar dari kepalan tangan diangkat dengan sendok dan
sedikit ratakan. Masukkan dalam air hangat biarkan selama 20 menit, kemudian rebus
dalam air mendidih sampai bakso mengapung sebagai tanda telah matang. Angkat bakso
yang telah matang dan masukkan dalam air dingin (air es) biarkan sekitar 15 menit.
Angkat bakso,  siap dihidangkan.
Untuk membuat kuah bakso, rebus sisa-sisa penyiangan ikan, seperti kepala dan
tulang ikan kemudian berikan bumbu yang telah dihaluskan (merica, bawang putih,
garam). Tambahkan bawang goreng saat menghidangkan.

Nuget dari ikan lele


3. Nuget Lele
Untuk membuat nugget lele, bahan yang yang diperlukan berupa daging ikan lele
500 gram, Bawang putih  6 siung, Pala halus  secukupnya, Merica halus  1 sdm (sendok
makan), Garam  2 sdm, Gula pasir  2 sdm, Bawang daun  2 batang, Penyedap rasa
secukupnya, Telur ayam 2 butir, Roti tawar  3 lembar, Tepung roti/panir  500 gr, Minyak
goreng : secukupnya
Bahan untuk formula butter mix berupa  Terigu  4 sdm,  Tepung maizena  2 sdm,
Air es secukupnya, Telur ayam 1 butir,  Garam secukupnya, Penyedap rasa secukupnya,
Merica halus secukupnya, Soda kue secukupnya. Bahan-bahan ini kemudian diaduk
dengan mixer hingga merata dan agak kental selanjutnya digunakan untuk pencelupan
produk. Agar hasilnya bagus butter mix sebaiknya disimpan dulu dalam kulkas sebelum
digunakan.
Cara membuat, daging ikan lele dihaluskan, masukkan bumbu berupa garam,
pala, merica, penyedap rasa, gula, dan daun bawang. Kemudian giling hingga halus.
Tambahkan telur dan aduk hingga rata. Tambahkan roti tawar yang telah dipotong-
potong dan aduk sebentar. Adonan diangkat dan aduk dengan solet, masukkan dalam
cetakan/ loyang. Kukus selama 30 menit dari saat air mendidih atau bila ditusuk dengan
lidi terasa kalis/tidak lengket.
Setelah dikukus adonan diangkat dan dinginkan, lalu dipotong-potong berbentuk
bulat, pipih, atau menurut selera. Potongan nugget dicelupkan dalam butter mix/atau
putih telur, kemudian digulingkan atau dibalut dengan tepung roti/panir. Selanjutnya
digoreng dalam minyak panas, tercelup semua dalam minyak sampai warna kuning
kecoklatan. Nugget siap dihidangkan dengan saus tomat/sambal tomat

Stick lele dalam kemasan stoples plastik


4. Stick Lele
Bahan yang diperlukan berupa daging ikan lele yang telah dilumatkan sebanyak
300 gram, Tepung terigu 1 Kg, Tepung tapioka, Tepung maizena 200 gram, Garam 1
sdm, Daun jeruk purut 5 lembar, Seledri secukupnya, Telur ayam 2 butir, Baking soda 1
sdt (sendok teh), Mentega  2 sdm, Lada halus 1 sdt, Ketumbar halus 2 sdm.
Cara membuatnya, daging ikan lele dilumatkan dengan food processor atau
diblender tanpa menggunakan air. Haluskan bawang putih, Iris halus daun seledri,
Campurkan daging ikan yang sudah dilumatkan dengan seledri yang sudah diiris, tepung
terigu, bumbu halus, garam, telur dan baking soda. Aduk adonan tersebut sampai kalis
dan bisa dicetak. Bila adonan terlalu lengket, maka dapat ditambah dengan tepung
tapioka.Tipiskan adonan sampai membentuk lembaran-lembaran. Cetak atau dapat
dipotong kecil-kecil sesuai selera. Lalu goreng sampai kecoklatan. Pengemasan dapat
dilakukan dengan kantong plastik atau stoples plastik sesuai selera.

H. Dampak Stunting

Dampak Stunting terhadap Kesehatan Anak


Stunting pada anak dapat mempengaruhinya dari ia kecil hingga dewasa. Dalam jangka
pendek, stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme
tubuh, dan pertumbuhan fisik. Sekilas, proporsi tubuh anak stunting mungkin terlihat normal.
Namun, kenyataannya ia lebih pendek dari anak-anak seusianya.

Seiring dengan bertambahnya usia anak, stunting dapat menyebabkan berbagai macam
masalah, di antaranya:
1. Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal.
2. Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.
3. Anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke,
dan kanker.
Dampak buruk stunting yang menghantui hingga usia tua membuat kondisi ini sangat
penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang sehat merupakan kunci dari
pencegahan stunting.
Berikut hal-hal yang harus diingat untuk mencegah stunting:
1. Mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan
selama menyusui.
2. Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Kecil, seperti memberikan ASI eksklusif dan
nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usia
3. Rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir.
4. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum makan, serta
memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.
5. Menghindari terjadinya stunting memang memerlukan ketekunan dan usaha yang
menyeluruh dari semua pihak. Ingat, tanggung jawab ini bukan hanya milik para ibu, loh,
melainkan milik seluruh anggota keluarga

I. Cara Memasak Sayuran


Berikut cara memasak sayur agar nilai gizinya tetap terjaga:
1. Mengukus
Mengukus sikap sebagai metode yang paling sehat, karena berbeda dengan merebus. Saat
mengukus, sayuran tidak bersentuhan langsung dengan udara, sehingga kandungan
vitaminnya tidak larut di dalam udara. Mengukus juga tidak membutuhkan waktu lama,
tetapi periksa secara teratur untuk memastikan bahwa sayuran tidak terlalu matang.
"Banyak peralatan yang dapat digunakan untuk mengukus, dari mangkuk logam yang
dimasukkan ke dalam panci biasa atau pengukus bambu yang ditempatkan di atas panci,
ke oven pengukus," kata Collins.
2. Menumis
Menumis sayuran hanya membutuhkan sedikit minyak zaitun di atas api besar dan hanya
membutuhkan sedikit waktu. Bukan hanya rasa dan aromanya yang enak, menumis
menggunakan minyak zaitun juga akan meningkatkan penyerapan vitamin larut lemak
seperti vitamin A, D, E, dan K.
DAFTAR PUSTAKA

Madjid,Taufik. 2018. Panduan Fasilitasi Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
KEMENKES RI. (2018). ini penyebab Stunting pada anak. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-anak.html
https://www.alodokter.com/daftar-manfaat-ikan-lele-bagi-kesehatan-anak#:~:text=Ikan
%20lele%20banyak%20dibudidayakan%20di,A%2C%20B1%2C%20dan%20B12
https://diskan.tabanankab.go.id/2019/09/15/pengolahan-aneka-ikan-lele/
https://www.researchgate.net/publication/336687667_PEMBERDAYAAN_MASYARA
KAT_DALAM_PENANGANAN_BALITA_STUNTING_MELALUI_PEMANFATAN_PANG
AN_LOKAL_SUMBER_PROTEIN_DAN_ZINK_BERBASIS_KERANG_DI_KABUPATEN_
POHUWATO_PROVINSI_GORONTALO

Anda mungkin juga menyukai