Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG

PADA BATITA DENGAN SPEECH DELAYED DISERTAI HIPERAKTIVITAS


MELALUI
PROGRAM TERAPI WICARA UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN
BICARA
DI YAMET CHILD DEVELOPMENT CENTER PAMULANG

Oleh :
ARTIA NUR FATIKHAH
NIM 2015471075

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan dan disetujui laporan kasus yang Berjudul “Asuhan Kebidanan Tumbuh
Kembang Pada Batita Dengan Speech Delayed Disertai Hiperaktivitas Melalui Program
Terapi Wicara Untuk Peningkatan Kemampuan Bicara” Di Yamet Child Development
Center Pamulang

Pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Akademik PembimbingKlinik

Firda Fibrila,S.SiT.,M.Pd Ratih Mayang Asri, S.Sos.,M.Psi


NIP.197602122005012004 NIP.

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Metro

Islamiyati, AK.,M.KM
NIP.197204031993022001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas semua berkat dan rahmat-Nya
sehingga dapat terselesaikannya studi kasus praktik SDIDTK yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Tumbuh Kembang Pada Batita Dengan Speech Delayed Disertai
Hiperaktivitas Melalui Program Terapi Wicara Untuk Peningkatan Kemampuan Bicara di
Yamet Child Development Center Pamulang” yang diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas pada Program Studi Diploma III Kebidanan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Islamiyati, AK., MKM sebagai Ketua Program Studi D III Kebidanan Metro
Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang dan Selaku Pembimbing Institusi Program
Studi Kebidanan Metro Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang.
2. Firda Fibrila, S.SiT., M.Pd sebagai pembimbing institusi pendidikan D III Prodi
Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
3. Ratih Mayang Asri, S.sos., M.Psi selaku pembimbing lahan praktek di Yamet Child
Development Center Pamulang.
4. Balita Sebagai sasaran penerapan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan laporan ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saya menyadari bahwa penyusunan laporan asuhan studi kasus praktik klinik sdidtk
ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya berharap saran dan kritik dari pembaca untuk
perbaikan penyusunan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini berguna bagi kita
semua. Aamiin.

Jakarta, 7 Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................3
A. Pengertian Speech Delayed..............................................................................4
B. Ciri-Ciri Anak Speech Delayed.......................................................................3
C. Penyebab Speech Delayed...............................................................................5
D. Gangguan Pada Anak Penyandang Speech Delayed.......................................7
E. Penanganan speech delayed.............................................................................9
BAB III MANAJEMEN ASUHAN............................................................................11
A. DATA SUBJEKTIF........................................................................................11
B. DATA OBJEKTIF..........................................................................................13
C. ANALISIS......................................................................................................16
D. PENATALAKSANAAN................................................................................16
E. EVALUASI.....................................................................................................17
BAB IV PENUTUP....................................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang biologi,anak umumnya adalah makhluk hidup yang belum
mencapai tahap matang atau dewasa. Istilah "anak" terutama digunakan pada hewan
yang belum memasuki masa siap kawin, tetapi dapat juga digunakan pada beberapa
tumbuhan untuk merujuk pada pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun
tumbuh-tumbuhan yang besar.
Dalam bidang psikologi, anak merupakan manusia laki-laki atau perempuan
yang belum mencapai tahap dewasa secara fisik dan mental, atau setidaknya belum
mencapai masa pubertas. Anak dikategorikan berada pada usia-usia masa bayi hingga
masa-masa sekolah dasar, atau bahkan hingga masa remaja tergantung
penggolongannya. Dalam bidang tersebut, anak laki-laki dapat disebut "jaka" atau
"cowok", sedangkan anak perempuan dapat disebut "gadis" atau "cewek".
Dalam silsilah keluarga, anak merupakan keturunan pertama, yaitu generasi
kedua setelah ego (generasi pertama). Anak merupakan "buah hati" kedua orang tua
tanpa memedulikan usianya.Dalam bidang yang sama, anak laki-laki disebut juga
"putra", sedangkan anak perempuan disebut juga "putri".
Kasus terlambat berbicara (speech delay) kian meningkat meningkat dari tahun
ke tahun, khususnya pada masa pandemi Covid-19.Sekadar informasi, speech delay atau
terlambat bicara merupakan salah satu gangguan pada tahapan perkembangan anak
(milestone).
Pada masa pandemi Covid-19 anak terpaksa harus selalu berada di dalam rumah.
Anak yang sudah terbiasa main di luar akan merasa bosan saat diharuskan untuk main di
rumah saja. Maka dari itu pelarian satu-satunya adalah televisi dan gawai.Alhasil,
dengan hanya berfokus pada layar membuat interaksi anak dengan lingkungannya
berkurang.
“Bagi anak balita yang sedang dalam tahap belajar berbicara akan mengalami
kekurangan stimulasi karena itu. Hal ini yang dapat menjadi salah satu penyebab anak
kemudian mengalami terlambat bicara”.

1
2

Ketua Umum Ikatan Terapi Wicara Indonesia (IKATWI), Waspada mengatakan,


terlambat bicara pada anak dapat berpengaruh pada kognitif dan perilaku sosial si
kecil.Dia menambahkan, saat ini 20 persen anak mengalami speech delay, itu artinya
jika terdapat 5 juta anak maka 1 juta anak mengalami speech delay, padahal anak
merupakan aset bangsa yang harus diasuh dan dididik sebaik mungkin demi masa
depan bangsa Indonesia yang lebih baik.( Dokter spesialis anak di Siloam Hospitals
Surabaya Dian Pratamastuti,2022)

B. Tujuan
1. Setelah melakukan observasi terhadap anak-anak di klinik Yamet Child
Development Center diharapkan mahasiswa mampu mendeteksi adanya
keterlambatan pertumbuhan maupun perkembangan pada anak.
2. Melaksanakan pengkajian dalam upaya deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang anak secara mandiri dan kolaborasi bersama orang tua dan guru di
lingkungan Yamet Child Development Center dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan.
3. Melaksanakan kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak untuk meningkatkan
kemampuan gerak halus dan gerak kasar, bicara, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian secara mandiri, kolaborasi bersama orang tua dan guru di lingkungan
Yamet Child Development Center, dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
4. Melaksanakan kegiatan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.

C. Manfaat
Dapat memahami penanganan anak dengan penyimpangan tumbuh kembang secara
mandiri dan kolaborasi bersama orang tua dan guru dilingkungan Yamet Child
Development Center dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Speech Delayed disertai dengan Hiperaktivitas


Speech Delay atau keterlambatan bicara merupakan istilah umum merujuk pada
proses keterlambatan bicara dan berbahasa yang tidak sesuai dengan usia
perkembangan anak. Padahal terlambat bicara jika dibiarkan dan tidak ditangani
dengan rujukan ahli bisa menjadi satu gangguan serius pada anak.
Psikiater anak dr. Anggia Hapsari, SpKJ dari dini.id mengatakan, kurangnya
pemahaman dan perhatian serius dari orang tua mengenai kondisi speech delay pada
anak dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak di tahap selanjutnya.
Menurutnya, orang tua perlu mendeteksi sedini mungkin pada saat usia 12-13 bulan
dan pada umur itu setidaknya anak mengucapkan tambahan satu sampai dua kata
selain ma-ma atau da-da.
Speech delay pada anak merupakan suatu gangguan yang perlu diperhatikan, hal
ini bukan sebuah diagnosa melainkan sebuah gejala, jadi pada anak dengan speech
delay itu adalah gejala awal dari beberapa macam gangguan.
Gangguan perilaku pada anak tentu saja membuat orang tua merasa dilema.
Semua anak pada dasarnya akan mengalami periode masa nakal.Anak yang
mengalami gangguan perilaku disebut juga sebagai anak tunalaras. Ketika mengalami
gangguan ini, anak mengalami keadaan emosional yang tidak stabil. Saat berinteraksi
dan berada di lingkungan sosial, perilakunya akan sangat mengganggu.( Novita
Joseph,2021)
Speech delay dibagi menjadi dua klaster: Gangguan speech delay fungsional:
gangguan ini tergolong ringan dan terjadi karena kurangnya stimulasi atau pola asuh
yang salah. Gangguan speech delay non-fungsional: gangguan ini merupakan sebuah
akibat karena adanya sebuah gangguan bahasa reseptif, seperti autism ataupun ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dialami anak.(bp paud dan dikmas d.i
yogyakarta,2020)

3
4

B. Ciri-Ciri Anak Dengan Gangguan Speech Delayed disertai dengan


Hiperaktivitas
Ada beberapa ciri yang menggambarkan anak yang mengalami gangguan
perilaku, antara lain sebagai berikut.
1. Tidak mampu belajar
Tidak mampu belajar atau slow learner mungkin akan dialami oleh anak dengan
gangguan perilaku. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor kesehatan seperti cacat
indera atau kelainan fisik lainnya.
Pada dasarnya memiliki fisiknya baik-baik saja, tetapi yang menghambat adalah
keadaan psikologisnya.
2. Tidak bisa menjalin pertemanan
hubungan atau pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan gurunya di
sekolah. Karena perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah, anak
menjadi individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan tersebut.
3. Terobsesi terhadap sesuatu
Jika memiliki kesenangan, ia cenderung terobsesi sehingga nampak tidak wajar.
Contohnya, si kecil menyukai boneka beruang, boneka itu akan dibawa kemana-
mana, menolak untuk dilepaskan bahkan menjadi kusam dan kotor karena Anda
kesulitan untuk mencucinya.
4. Mood yang berubah-ubah
Anak yang mengalami gangguan perilaku umumnya menunjukkan mood atau
suasana hati yang berubah-ubah secara drastis dan tanpa sebab yang jelas. Mood
mudah terganggu atau terdistraksi, tiba-tiba marah, depresi, dan kecewa.
5. Mudah marah, sensitif dan terganggu oleh perilaku orang lain.
Sering mengalami temper tantrum yaitu meluapkan emosi dengan menangis
kencang, mengamuk, hingga berguling-guling di lantai.
6. Selalu berdebat dengan orang yang lebih dewasa terutama orang tua.
7. Tidak patuh pada aturan.
8. Tidak percaya diri.
9. Sangat mudah frustasi.Menyalahkan orang lain ketika melakukan kesalahan atau
menghadapi situasi yang buruk.
10. Anak tidak berbicara saat usianya 2 tahun
5

11. Tidak mampu untuk mengucapkan kalimat pendek ketika usianya 3 tahun.
12. Kesulitan mengikuti petunjuk.
13. Artkulasi atau pengucapan buruk.
14. Sulit menyatukan kata-kata dalam sebuah kalimat.
15. Meninggalkan kata-kata dari sebuah kalimat.( Novita Joseph,2021)

C. Penyebab Speech Delayed disertai dengan Hiperaktivitas


1. Faktor Internal. Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor
persepsi, kognisi dan prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab
keterlambatan bicara pada anak.
a. Persepsi. Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi.
Persepsi berkembang dalam 4 aspek: pertumbuhan, termasuk perkembangan
sel saraf dan keseluruhan sistem; stimulasi, berupa masukan dari lingkungan
meliputi seluruh aspek sensori, kebiasaan, yangmerupakan hasil dari skema
yang sering terbentuk. Kebi-asaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat
stimulasi baru yang kemudian akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan
dalam proses belajar bahasa anak. Secara bertahap anak akan mempelajari
stimulasi-stimulasi baru mulai dari raba, rasa, penciuman kemudian
penglihatan dan pendengaran. Pada usia balita, kemampuan persepsi auditori
mulai terbentuk pada usia 6 atau 12 bulan, dapat memprediksi ukuran kosa
kata dan kerumitan pembentukan pada usia 23 bulan. Telinga sebagai organ
sensori auditori berperan penting dalam perkembangan bahasa. Beberapa
studi menemukan gangguan pendengaran karena otitis media pada anak akan
mengganggu perkembangan bahasa. Sel saraf bayi baru lahir relatif belum
terorganisir dan belum spesifik. Dalam perkembangannya, anak mulai
membangun peta auditori dari fonem, pemetaan terbentuk saat fonem
terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan langsung terhadap jumlah
kata-kata yang didengar anak selama masa awal perkembangan sampai akhir
umur pra sekolah.
b. Kognisi. Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam
kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar mewakilkan,
melambangkan ide dan konsep. Kemampuan ini merupakan kemampuan
6

kognisi dasar untuk pemerolehan bahasa anak. Beberapa teori yang


menjelaskan hubungan antara kognisi dan bahasa:
1) Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran (cog-nitive determinism).
2) Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic determinism).
3) Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selanjutnya pikiran
dipengaruhi oleh bahasa.
4) Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemampuan yang berkaitan.
Sesuai dengan teori-teori tersebut maka kognisi bertanggung jawab pada
pemerolehan bahasa dan pengetahuan kognisi me-rupakan dasar
pemahaman kata.
c. Genetik. Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa gang-guan bahasa
merupakan kecenderungan dalam suatu kelu-arga yang dapat terjadi sekitar
40% hingga 70%. Separuh keluarga yang memiliki anak dengan gangguan
bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya memiliki masalah bahasa.
Orang tua dapat berpengaruh karena faktor keturunan sehingga bertanggung
jawab terhadap faktor genetik. Mungkin sulit mengetahui berapa banyak
transmisi intergenerasi gangguan bahasa tersebut, bisa jadi disebabkan oleh
kurangnya dukungan lingkungan terhadap bahasa.
d. Prematuritas. Penyebab khusus berkaitan antara permasalahan periode pre
atau perinatal dengan gangguan bicara dan bahasa juga telah dibuktikan.
Infeksi selama kehamilan, imaturitas dan berat badan lahir rendah dilaporkan
mempunyai efek negatif pada perkembangan bicara dan bahasa.

2. Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan) Faktor lingkungan termasuk yang paling


menentukan.Faktor lingkungan di mana seorang anak dibesarkan telah lama
dikenal sebagai faktor penting yang menentukan perkembangan anak. Banyak
anak yang berasal dari daerah yang sosial ekonominya buruk disertai berbagai
layanan kesehatan yang tidak memadai, asupan nutrisi yang buruk merupakan
keadaan tekanan dan gangguan lingkungan yang mengganggu berbagai
pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya gangguan bahasa.
a. Pola asuh. Law dkk., juga mengemukakan bahwa anak yang menerima
contoh berbahasa yang tidak baik dari keluarga, tidak memiliki pasangan
7

komunikasi dan juga kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi akan


memiliki kemampuan bahasa yang rendah.
b. Lingkungan verbal. Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa
anak. Anak di lingkungan keluarga profesional akan belajar kata-kata tiga kali
lebih banyak dalam seminggu dibandingkan anak yang dibesarkan dalam
keluarga dengan kemampuan verbal lebih rendah. Anak yang terpapar
berbagai faktor risiko, memiliki risiko mengalami gangguan perkembangan
yang semakin meningkat. Salah satu yang termasuk gangguan perkembangan
anak tersebut adalah specific language impairment (SLI). Hal ini telah
dilaporkan oleh Spitz dan Tallal Flax, mereka menjelaskan secara umum
tentang pencapaian yang buruk dalam berbahasa pada anak meskipun anak
tersebut memiliki pendengaran dan intelegensi nonverbal yang normal.

D. Gangguan Pada Anak Penyandang Speech Delayed disertai dengan


Hiperaktivitas
Klasifikasi gangguan komunikasi yang menjadi bidang garap terapi wicara tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Wicara (artikulasi). Salah satu jenis gangguan perilaku komunikasi
oleh karena satu atau beberapa sebab yang berhubungan dengan fungsi
pengamatan (sensasi dan persepsi), fungsi neuromuskuler, kondisi organ bicara,
atau adanya pengaruh dari lingkungan mengalami kesulitan untuk menggunakan
bunyi-bunyi bahasa dengan benar. Dalam hal ini kesalahan terletak pada titik
temu/tumpu artikulasi (point of articulation) atau pada cara memproduksi bunyi
bahasa (manner of articulation). Kesulitan bicara biasanya ditandai adanya
Subtitusi (penggantian), Omisi (penghilangan), Distorsi (tidak jelas) dan Adisi
(penambahan). Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan
mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau
penggantian bunyi huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara bicaranya
seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume
atau kualitas suara.
2. Gangguan Bahasa. Salah satu jenis gangguan perilaku komunikasi dimana
penderita gangguan bahasa mengalami hambatan atau kesulitan proses simbolisasi
8

(coding) dan penggunaan kaidah linguistik yang dipergunakan oleh


lingkungannya, sehingga penderita mengalami hambatan dalam perkembangan,
hambatan kemampuan reseptif, hambatan kemampuan ekspresif. Gangguanbahasa
ini dapat terjadi akibat adanya lesi pada pusat-pusat bahasa di korteks serebri.
3. Gangguan Suara. Salah satu jenis komunikasi yang ditandai dengan adanya
gangguan proses produksi suara (fonasi) ini biasanya terjadi akibat adanya sebab-
sebab organik maupun fungsional yang mempengaruhi fungsi laring pada waktu
fonasi. Gangguan dalam proses produksi suara ini dapat ditandai dengan adanya
gangguan pada aspek-aspek suara, meliputi : kenyaringan (loudness), nada (pitch),
dan kualitas (quality). Gangguan suara secara garis besar dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu disfonia dan afonia: a) Disfonia adalah suatu kondisi gangguan
komunikasi dalam bentuk penyimpangan atau kurang sempurnanya di dalam
produksi suara yang disebabkan oleh faktor organik maupun fungsional. Kondisi
ini meliputi: (1) Gangguan nada, (2) Gangguan dan (3) Gangguan kualitas. b)
Afonia adalah suatu kondisi gangguan komunikasi yang disebabkan oleh
kehilangan sumber suara atau mengalami kegagalan sama sekali di dalam
memproduksi suara.
4. Gangguan Irama/Kelancaran, salah satu jenis gangguan perilaku komunikasi
ditandai dengan adanya pengulangan (repetition) bunyi atau suku kata dan
perpanjangan (prolongation) serta blocking pada saat berbicara. Adanya
pengulangan, perpanjangan dan blocking pada saat berbicara menyebabkan
penderita tidak mampu berbicara dengan lancar. Pada umumnya terjadi
sehubungan dengan adanya ganggguan psikososial atau karena sebab-sebab lain
yang mengganggu/ mempengaruhi fungsi neuromotor organ bicara. Gangguan
Irama/Kelancaran dibedakan menjadi 3 yaitu: 1) gagap (stutter-ing), 2) cluttering,
3) latah.
5. Gangguan Menelan (disfagia), Disfagia ini merupakan kesulitan menelan yang
terbagi menjadi 3 (tiga) fase yaitu fase oral, phase pharyngeal dan phase
eshopageal yang disebabkan kondisi patologis, psikogenik dan neurologis.
Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, otot
atau organ pembuat suara.
9

E. Penanganan Speech Delayed Disertai Dengan Hiperaktivitas


1. Terapi Perilaku (Behaviour Therapy)
Model behavioristic model ini menekankan pada perilaku yang oven atau terbuka,
serta objektif. Tingkah laku ini dilihat sebagai upaya organisme untuk
menyesuaikan diri dengan rangsangan-rangsangan di lingkungan, yang disebut
stimulus. Abnormalitas dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif atau
menyimpang, sebagai hasil belajar atau respons-respons maladaptif dan atau
kegagalan untuk mempelajari apa atau ada kemampuan apa yang dibutuhkanya
atau dapat dikatakan salah
2. Terapi Okupasi
terapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasi ketrampilan
motoric halus dengan lebih baik. Terapi okupasi dilakukan untuk membantu
menguatkan , memperbaiki koordinasi dan ketrampilan otot (Santoso Budi,
Santoso Tri.2008). Terapi Okuoasi (Occupacional Therapy) Pada Anak Dengan
Berkebutuhan Khusus.Konsultan Pada Anak Dengan Kebutuhan Khusus.Pada
anak dengan gangguan Speech Delayed Fungsional terapi okupasi yang diberikan
antara lain : program fokus konsentrasi yang terdiri dari fokus konsentrasi visual
dan fokus konsentrasi auditori, program fine motor skill (menjepitkan jepitan ke
jumlah dot yang sesuai, memasang puzzle yang sesuai dengan jumlah keeping
yang digradasi tingkat kerumitan, dll), program eye hand coordination (meronce,
menjelujur, mewarnai, dll), program pra akademik yaitu mengajarkan persiapan
untuk pemahaman huruf-angka dan persiapan pre writing skill dengan
menjodohkan gambar, mewarnai, dll.
3. Terapi Wicara
Terapi wicara adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gangguan bahasa,
wicara dan suara yang bertujuan untuk digu-nakan sebagai landasan membuat
diagnosis dan penanganan. Dalam perkembangannya terapi wicara memiliki
cakupan penger-tian yang lebih luas dengan mempelajari hal-hal yang terkait
dengan proses berbicara, termasuk di dalamnya adalah proses menelan, gangguan
irama/kelancaran dan gangguan neuromotor organ artikulasi (articulation).(Ikatwi,
Kode Etik Terapi Wicara, 2020 ).
10

4. Terapi Sensori Integrasi


Terapi sensory integrasi adalah proses neurological yang mengorganisasikan
sensori dari tubuh seseorang dan dari ling-kungan. Pengorganisasian ini akan
memungkinkan tubuh meres-pon lingkungannya secara efektif. Terapi ini juga
mengintegrasikan informasi sensori yang akan digunakan melalui sensori
(sentuhan, kesadaran, gerakan tubuh, keseimbangan dan gravitasinya,
pengecapan, penglihatan dan pendengaran), memori dan knowledge. Semua itu
disimpan di otak untuk menghasilkan respon bermakna.(Sunanik.2013)
Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak Terlambat
Bicara. Jurnal Pendidikan Islam, Sensori integrasi terpusat di tiga dasar yaitu
tactile, vestibular dan proprioceptive. (Cindy Hatch, Sensory Integration.2019)
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN
A. DATA SUBJEKTIF (S)
1. Identitas Anak dan Orang Tua
Nama Anak : An.G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : Tangerang, 28 November 2018
Usia : 3 tahun 6 bulan (42 bulan)
Anak ke : 1 (satu)

Nama ibu : Ny. F Nama Ayah : Tn.G


Umur : 35 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D-III Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Pinang H. Piung No.118

2. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama


Ibu mengatakan anaknya sulit unyuk bicara.

3. Riwayat imunisasi
Hb 0 : Sudah
BCG, Polio 1 : Sudah
DPT, Hb, Hib 1, Polio 2 : Sudah
DPT, Hb, Hib 2, Polio 3 : Sudah
DPT. Hb, HIb 3, Polio 4, IPV : Sudah
Campak : Sudah
DPT. Hb, HIb dan campak : Sudah
lanjutan

11
12

4. Riwayat Penyakit Yang Lalu Dan Saat Ini


Anak belum bis1 berbicara,berkomunikasi dan aktivitas berlebihan serta anak
memiliki riwayat kuning saat lahir.

5. Hasil Anamnesa
Wawancara dilakukan pada tangga 7 Juni 2022
a. Riwayat kelahiran
Status kehamilan ibu : G1P0A0
Masa gestasi : 38 minggu
Tanggal lahir : 28 November 2022
Jam lahir : 11.27 WIB
Berat lahir : 3,17 kg
Panjang lahir : 48 cm
Jenis kelamin : Laki – laki
Lahir : Hidup
Air ketuban : Jernih
Jenis persalinan : Sectio Caesar
b. Riwayat ASI : Diberikan sampai usia 24 bulan riwayat imunisasi lengkap
c. Riwayat perkembangan motorik
1) Tengkurap dari terlentang : Usia bayi 5 bulan
2) Duduk : Usia bayi 8 bulan
3) Merangkak : Usia bayi 9 bulan
4) Berdiri : Usia bayi 18 bulan
5) Jalan : Usia bayi 23 bulan
6) Berlari : Usia bayi 26 bulan
7) Melompat : Usia bayi 26 bulan
d. Riwayat perkembangan bahasa anak :
1) Cooing (mengucapkan "ooo" atau mengeluarkan suara sendiri) pada usia
24 bulan
2) Babbling (mengucapkan satu suku kata berulang) pada usia 24 bulan
3) Lalling (lebih jelas mengucapkan satu suku kata) pada usia 15 bulan
Echolalia (meniru ucapan) pada usia 34 bulan
13

4) Mengerti perkataan pada usia 34 bulan Kata pertama pada usia 24 bulan
5) True speech (bicara satu kata) pada usia 24 bulan. Mulanya
mengucapkan "mama"dan "papa", kemudian hilang.
e. Perkembangan emosi : Regulasi dan ketertarikan pada,Attachment &
Engagement dunia Usia bayi 3 bulan,Interaksi resiprokal o Komunikasi
terhadap afek,Merepresentasikan Usia bayi 0-1 bulan Usia bayi 4-5 bulan
Usia bayi – bulan,Usia bayi 24 bulan emotional thinking: Usia bayi - bulan
f. Riwayat Oral motor : Anak tidak mengeces, anak makan makanan keras,
anak makan makanan berkuah, anak pilih-pilih makanan, anak tidak makan
diemut, anak mengunyah makanan saat makan. pola makan Teratur.
g. Riwayat perkembangan sosial : Perilaku saat bertemu orang baru menerima
dan membaur, perilaku saat bertemu teman seumuran senang, perilaku saat
bertemu anak yang lebih muda,senang, perilaku saat bertemu orang yang
lebih tua biasa saja, anak tidak bermain dengan banyak anak, biasanya
dengan kakak dan teman kakaknya, namun saat ini tidak sesering biasanya
karena sedang pandemi
h. Kebiasaan tidur : Teratur, anak tidur pukul 21.00/22.00 dan bangun tidur
pukul 06.00, Jam tidur anak teratur, anak tidur 1-2 jam pada siang hari dan 8-
9 jam pada malam hari.
i. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Bayi kuning saat lahir.
j. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi : Tidak ada masalah, anak makan 3x sehari dengan
sayur dan lauk pauk
2) Eliminasi : BAB 1x dalam sehari, BAK ± 4-5x sehari
3) Aktifitas : Anak bergerak aktif
4) Istirahat : Jam tidur anak teratur (anak tidur 1-2 jam pada
siang hari dan 8-9 jam pada malam hari)
5) Personal hygine : Anak mandi 2x dalam sehari

B. HASIL PEMERIKSAAN
Data Objektif (O)
1. Hasil Antopometri
14

BB : 25 kg
TB : 107 cm
LK : 50 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normal, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
Wajah : Normal. Tidak ada bembengkakan
Mata : Simetris. Sklera berwarna putih dan konjungtiva
berwarna merah muda
Leher : Normal. Tidak ada pembengkakakan tak tidak
pembesaran kelenjar tyroid
Dada : Simetris. datar dan halus serta suara nafas vaskuler
dan tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Normal.perut rata dan halus
Ekstremitas : - Atas : simetris, gerak aktif, tidak ada nyeri
tekan
- Bawah : simetris, reflek patela (+) kanan
dan kiri

3. Hasil pemeriksaan KPSP, TDD, TDL, KMPE, GPPH


a. KPSP
Motorik kasar : - Anak dapat berdiri dengan satu kaki tanpa
berpegangan
Motorik halus : - Anak dapat meletakkan 8 kubus satu persatu
diatas yang lain tanpa menjatuhkan kubus
tersebut
- Anak belum dapat membedakan garis yang
panjang dan pendek
- Anak dapat menggambar seperti contoh yang
diberikan
Bicara dan bahasa : - Anak tidak dapat menjawab pertanyaan
seperti “apa yang kamu lakukan jika kamu
15

kedinginan?”
- Anak tidak dapat menyebutkan nama
lengkapnya tanpa dibantu
Sosialisasi dan : - Anak dapat mengikuti peraturan permainan
kemandirian bila bermain dengan teman temannya
- Anak dapat berpakaian tanpa bantuan
- Anak dapat mengancingkan bajunya tanpa
bantuan
b. Pemeriksaan Tes Daya Dengar
Anak G dapat mengikuti semua perintah yang diberikan oleh terapis seperti anak
dapat menyebutkan nama benda dan kegunaannya,anak dapat menunjukkan nama
benda didepannya sesuai fungsinya,anak dapat menunjuk dengan satu jari dengan
jari telunjuk bila ingin sesuatu. Sehingga didapatkan hasil dengan jawaban
“TIDAK”= 0, maka pada anak “G” tidak mengalami gangguan pada pendengaran
c. Pemeriksaan Tes Daya Lihat
Anak tidak dapat mengarahkan kartu “E” menghadap atas,bawah,kiri dan
kanan,sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh terapis. Sehingga didapatkan
hasil anak “G” dapat mencocokan sampai baris ketiga poster “E” maka pada anak
“G” tidak mengalami gangguan daya lihat
d. Kuisioner Masalah Perilaku Emosional
Dari hasil pemeriksaan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMPE)Diperoleh
hasil : dari 14 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan dengan jawaban YA. Yang
artinya anak tersebut harus tetap melanjutkan terapi
e. Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktifitas
Dari hasil pemeriksaan Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH) didapatkan nilai total 6 hal ini kemungkinan mengalami gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) Yang artinya anak tersebut harus
tetap melanjutkan terapi.

C. ASSESMENT
Batita dengan speech delayed disertai hiperaktivitas
16

D. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Wicara
No Jenis tindakan Hasil Home program
1. Latihan artikulasi /l Anak masih banyak Sesering mungkin ibu mengajak
akhir dan n tengah. dibantu oleh terapis. anak berbicara dan mencarikan
(nanas,kail) Contohnya : kail>il kata yang akhiran huruf l dan
huruf tengah n agar anak lancar
mengucapkan artikulasi huruf l
akhir dan n tengah
2. Minta anak untuk Anak cukup mampu Ibu menstimulasi anak dengan
menyebutkan nama memahami konsep cara sesering mungkin
(pertanyaan sosial) pertanyaan nama menanyakan nama anak.

2. Terapi Sensori Integrasi


No Jenis tindakan Hasil Home program
1. Latihan Anak belum Ibu disarankan melakukan
keseimbangan sepenuhnya mampu massage ulang dibagian tangan
dengan melempar memasukan bola ke untuk melempar bola agar dapat
dan memasukan bola tong dengan normal
ke tong
2. Latihan melompat Anak dapat melompat Ibu melatih anak untuk
pada ban berwarna ke ban warna walaupun melompat untuk melatih
harus diintruksi terus keseimbangan
menerus
3. Berjalan diatas papan Anak dapat berjalan Ibu menstimulasi anak dengan
titian dipapan titian berjalan dipapan titian fokus dan
konsentrasi

E. EVALUASI
1.KENDALA
k. Terapi Wicara
1.) Anak masih mengalami gangguan artikulasi saat mengucapkan kata dengan l
akhir dan n tengah seperti kail->il
2.) Anak sudah mampu memahami konsep pertanyaan nama sehingga anak dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh terapis
l. Terapi Sensori Integrasi
1.) Anak kurang keseimbanganan fokus saat melemar bola ditong
2.) Anak masih belum cukup seimbang saat berjalan diatas papan
17

2.KEMAJUAN
a. Terapi Wicara
Anak sudah mampu memahami konsep pertanyaan nama sehingga mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh terapis
b. Terapi Sensori Integrasi
Masih belum ada kemajuan program
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anak G usia 3 tahun 6 bulan dengan diagnosa Speech Delay disertai dengan
Hiperaktivitas Di Yamet Child Development Center Pusat. Talah dilakukan beberapa
terapi diantaranya Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi.
Dari hasil stimulasi yang telah dilakukan oleh terapi. An. G mengalami beberapa
kemajuan khususnya pada bahasa ekspresif, anak sudah bisa berbicara beberapa kata
walaupun artikulasi anak masih belum jelas, kemudian pada terapi sensory integrasi
anak belum bisa berjalan seimbang diatas papan seperti anak normal lainnya.

B. Saran
a) Bagi Institusi
a. Sebagai sarana menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi
pembelajaran pratikum di lapangan
b. Diharapkan dapat menjadi fasilitator bagi mahasiswa untuk bertukar ilmu
dan keterampilan yang sudah dikuasai
c. Diharapkan kegiatan ini dapat terus terlaksana supaya dapat menambah
pengalaman dan menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa
b) Bagi Klinik Yamet Child Development Center Pamulang
Diharapkan Klinik Child Development Center Pamulang dapat tetap
mempertahankan pelayanan tumbuh kembang yang baik pada anak
berkebutuhan khusus.
c) Bagi Orang tua
a. Diharapkan orang tua perlu meningkatkan pendekatan yang lebih dan
menstimulasi anak agar meminimalisir terjadinya Gangguan Emosi
Perilaku dan faktor-faktor lain penyebab gangguan tumbuh kembang pada
anak.
b. Di sarankan orang tua untuk rutin menjalankan terapi dan mengulang
program terapi dirumah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dian Pratamastuti, 2022,Dokter spesialis anak di Siloam Hospitals Surabaya


bp paud dan dikmas d.i yogyakarta,2020
Novita Joseph 2021 Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita.
Santoso Budi, 2008
Ikatwi, 2020 Kode Etik Terapi Wicara.
Cindy Hatch,2019, Sensory Integration
Dr. Parnawi Afi, 2021. Psikologi Perkembangan. Jakarta : EGC
Novan Ardy Wiyani, 2014. Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. AR-
RUZZ Media
Jaja suteja ,2014 Bentuk Dan Metode Terapi Terhadap Anak Autisme Akibat Bentuk
Perilaku Sehari-Hari. Bandung: Gramedia
Sri mujirahayu,2014 Deteksi Dan Intervensi Pada Anak Autisme. Jakarta: Salemba
Elamin dan Al-Ayadhi.2015 Kata Dokter

19

Anda mungkin juga menyukai