Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRESENTASE KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A USIA 33 TAHUN


DENGAN G2P0A1 HAMIL 36 MINGGU PK I LATEN DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI RUANGAN IGD PONEK RSU
ADHYAKSA

Disusun Oleh : Sri Sundari Rahmah, A.Md.Keb

Profesi : Kebidanan

RUMAH SAKIT UMUM ADHYAKSA

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A USIA 33 TAHUN


DENGAN G2P0A1 HAMIL 36 MINGGU PK I LATEN DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI RUANGAN IGD PONEK

RSU ADHYAKSA

Disusun oleh : Tanggal Paraf

Sri Sundari Rahmah, A.Md.Keb

Diperiksa :

Putri Mayang, A.Md.Keb

Diketahui :

Anhar Pra Setiawan, AMK

Disetujui :

Ns.Veronika MS, S.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Masa Esa atas berkat karunia
Nya saya dapat menyelesaikan laporan presentase kasus pasien
kebidanan dengan judul “Ny. A Usia 33 Tahun Dengan G2P0A1 Hamil 36
Minggu PK I Laten Dengan Ketuban Pecah Dini Di Ruangan IGD Ponek
Rsu Adhyaksa”

Penulis membuat laporan kasus ini sebagai pra syarat dalam


memenuhi proses “Kenaikan Jenjang Karir PK 1”. Penulis menyadari
masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam pembuatan laporan
ini.

Akhir kata penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak


terhingga kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Umum Adhyaksa dr.Dyah Eko Judihartanti,


MARS
2. Ka Bid PElayanan Medik dr.Ani Barkah, M.Kes
3. Ka. Ins IGD PONEK dr. Idea Malik, Sp.An
4. KSM Obgyn dr. Putra Ismaya Abral, Sp.OG
5. Ka. Ins Keperawatan dan Kebidanan Bapak M.Rizali Pajri, S.Kep,
SH
6. Komite Keperawatan RSU Adhyaksa Ibu Hartaty Manurung, S.Kep
7. Kepala Ruangan IGD PONEK Bapak Anhar Pra Setiawan, AMK
8. Ka. Tim PONEK Ibu Putri Mayang, A.Md.Keb dan Seluruh tim unit
kerja serta teman sejawat di IGD dan PONEK

Jakarta

Sri Sundari Rahmah, A.Md.Keb

iii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Tujuan ........................................................................................ 2
C. Manfaat ...................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit ........................................................................ 4


B. Etiologi ....................................................................................... 5
C. Patofisiologi ................................................................................ 9
D. Komplikasi ................................................................................. 11
E. Diagnosa ................................................................................... 11
F. Penatalaksanaan ..................................................................... 13
G. Pencegahan ............................................................................. 14
H. Manajemen asuhan kebidanan ................................................ 14

BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................. 20

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................... 30

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 35
B. Saran........................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 36

LAMPIRAN.......................................................................................... 37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, AKI di
negara-negara Asia Tenggara terutama di Indonesia tercatat
mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI di
Indonesia adalah perdarahan 25%, partus lama 17%, infeksi 13%,
aborsi tidak aman 13%, eklamsia 12%, dan lain-lainnya 20%. Infeksi
merupakan penyebab ketiga tingginya AKI. Penyebab terjadinya
infeksi karena proses yang dilalui selama kehamilan maupun dalam
persalinan seperti KPD 65%, febris 17%, amnionitis 0,5-1,5%, infeksi
saluran kemih 15%. KPD merupakan urutan pertama penyebab infeksi
yang dapat menyebabkan AKI (Aprilla, 2018). Setiap hari terdapat 830
ibu di dunia meninggal akibat penyakit atau komplikasi selama
kehamilan dan persalinan. 75% kematian ibu disebabkan akibat
perdarahan, hipertensi, dan juga infeksi,. (Kemenkes RI. 2019).
Salah satu penyumbang AKI adalah kejasian infeksi dimana
kejadian infesi ini disebabkan oleh ketuban pecah dini. Ketuban pecah
fdini adalah pevahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini
merupakan masalah yang pentung dalam obstetric berkaitan dengan
penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal
dan menyebabkan infeksi pada ibu (Pudiastuti, 2012)
Insiden KPD di dunia berkisar antara 5% -15% di seluruh
kehamilan. Di Indonesia insiden KPD berkisar antara 4,5 -7,6%. KPD
dapat terjadi pada usia kehamilan aterm (cukup bulan dan preterm
(kurang bulan). Secara klinis, kasus KPD yang paling banyak di temui
di Rumah Sakit adalah KPD aterm dengan insidensinya lebih tinggi 6-

1
19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua
kehamilan (Soewarto, 2012).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara


spontan 1 jam atau lebih sebelum terjadinya persalinam.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa bukti menunjukkan
bahwa bakteri atau sekresi maternal yang menyebabkan iritasi dapat
menghancurkan selaput ketuban. Perhatian khusus yang diberikan
sehubungan dengan KPD adalah persalinan preterm dan infeksi
intrauterine asending. Mortalitas pada bayi preterm adalah 30%
dimana Ketuban pecah dini berisiko menyebabkan terjadinya infeksi
(Siswosuharjo&Chakrawati, 2010).
Peran bidan dalam penanganan KPD yaitu dengan memberikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara tepat, cepat dan
komprehensif, karena jika ibu tidak mendapat asuhan yang sesuai
maka resikonya akan berakibat pada ibu maupun janin. Dengan
harapan setelah dilakukannya asuhan kebidan yang cepat dan tepat
maka kasus ibu bersalin dengan KPD dapat ditangani dengan baik,
sehingga angka kematian ibu di Indonesia dapat di kurangi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang ashuan kebidanan pada pasien
Ny. A yang mengalami Ketuban Pecah Dini di IGD Ponek RSU
Adhyaksa.
2. Tujuan Khusus
• Melakukan pengkajian kebidanan pada Ny. A yang mengalami
Ketuban Pecah Dini di IGD Ponek RSU Adhyaksa
• Menentukan Diagnosa Kebidanan pada Ny. A yang mengalami
Ketuban Pecah Dini di IGD Ponek RSU Adhyaksa

2
• Melakukan perencanaan Kebidanan pada Ny. A yang
mengalami Ketuban Pecah Dini di IGD Ponek RSU Adhyaksa
• Melakukan implementasi Kebidanan pada Ny. A yang
mengalami Ketuban Pecah Dini di IGD Ponek RSU Adhyaksa
• Melakukan evaluasi Kebidanan pada Ny. A yang mengalami
Ketuban Pecah Dini di IGD Ponek RSU Adhyaksa

C. MANFAAT
1. Bagi penulis
kegiatan ini dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
wawadan dan pengetahuan dalam melakukan asuhan kebidanan
pada pasien yang mengalami Ketuban Pecah Dini
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil ini akan dijadikan sebagai data dasar dan informasi untuk
Rumah Sakit dalam perbaikan Peningkatan mutu pelayanan pada
pasien yang mengalami Ketuban Pecah Dini

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit
1. Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Bila KPD terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu disebut KPD pada kehamilan
prematur. Dalam keadaan normal perempuan hamil aterm akan
mengalami KPD (Sarwono, 2013). KPD yang merupakan
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pada primi bila
pembukaan kurang dari 3 cm dan pada multipara bila
pembukaan kurang dari 5cm (Mochtar, 2012).
Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah dini
ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan
pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami
robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu
dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil
aterm akan mengalami KPD. Jadi ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban PEcah Dini (KPD) merupakan pecahnya selaput
ketuban sebelum proses persalinan dimulai. Selaput ketuban
yang pecah sebelum memasuki usia kehamilan 37 minggu,
disebut sebagai ketuban pecah dini preterm (Parry Strauss,
1998; Brian and Mercer, 2003; Areia and Moura 2015).

4
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan
berlangsung. (Prawirohardjo, 2009) KPD dapat didefinisikan
sebagai pecah ketuban sebelum waktunya persalinan, tanpa
memperhatikan usia gestasi. (Varney, 2007)
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan
dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan
persalinan disebut periode laten atau dengan sebutan Lag
Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period,
diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6
jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang
dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu
dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).

B. Etiologi
1. Faktor penyebab menurut Varney, 2007 antara lain :
a. Serviks Inkompeten
Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia),
didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri
untuk Mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks
sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester
kedua. Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat
keguguran pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih,
adanya riwayat laserasi serviks menyusul pelahiran
pervaginam atau melalui operasi sesar, adanya pembukaan
serviks berlebihan disertai kala dua yang memanjang pada
kehamilan sebelumnya, ibu berulang kali mengalami abortus
elektif pada trimester pertama atau kedua, atau sebelumnya
ibu mengalami eksisi sejumlah besar jaringan serviks

5
b. Polihidramnion
Keadaan di mana banyak air ketuban melebihi 2000 cc.
Penambahan air ketuban ini biasanya mendadak dalam
beberapa hari yang disebut dengan polihidramnion akut atau
secara perlahan disebut polihidramnion kronis.
Polihidramnion dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya.
c. Malpresentasi Janin
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan < 32
minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dan
kemudian janin akan menempatkan diri dalam letak lintang
atau letak sungsang. Pada kehamilan trimester akhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air relative berkurang.
Karena bokong dan kedua tungkai yang terlipat lebih besar
daripada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan
rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya.
d. Gameli
Kehamilan kembar atau Gameli akan menimbulkan resiko
tinggi mengalami ketuban pecah dini. Hal ini biasanya
disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi
hormon.
e. Infeksi Vagina atau Serviks Infeksi yang terjadi secara
langsung pada selaput ketuban maupun dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bias menyebabkan terjadinya

6
KPD, misalnya karena infeksi kuman, terutama infeksi
bakteri, yang dapat menyebabkan selaput ketuban menjadi
tipis, lemah dan mudah pecah.

2. Faktor resiko menurut Sarwono, 2012:


a. Pekerjaan
Pekerjaan adalahs suatu kegiatan atau aktivitas sehari-hari,
namun padamasa kehamilanpekerjaan yang berat dan
dapatmembahayakankehamilan hendaklah dihindarin untuk
menjaga keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban
pecah dini sebelum waktunya dapat disebabkan oelh
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran
bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan
dihidari/dikurangi melakukan pekerjaan yang berat
b. Paritas
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari
penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum
waktunya. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi, risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetric lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi/ dicegah dengan keluarga berencana.
Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relative
lebih aman untuk hamil dan melahirkan pada masa
reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding uterus
belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum
terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat
menyanggah selaput ketuban dengan baik. Ibu yang telah
melahirkan beberapa kali lebih berisiko mengalami KPD,
oleh karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan

7
yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah
rapuh dan akhirnya pecah spontan. Pada paritas yang
rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang
elastik) daripada multiparitas
c. Riwayat KPD sebelumnya
Berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga
memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama
pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara
3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD
sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi
mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
menurun pada kehamilan berikutnya
d. Usia kehamilan
Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-
satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat
dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian
usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut,
pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin
sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit
kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia
janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding
terbalik dengan 16 usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika
ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari
saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II.
Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih
matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan

8
semakin besar dan membahayakan janin serta situasi
maternal
e. Nutrisi saat hamil
Kenaikan berat badan berkaitan dengan status nutrisi,
kenaikan BB yang selama hamil adalah 11,5-16 kg pada IMT
normal yaitu 18,5-24,9 kg/m2. Semakin sedikit kenaikan
berat badan selama hamil semakin buruk satus gizi ibu
hamil. Sedangkan status gizi berkaitan dengan kejadian
ketuban pecah dini.20 Ibu hamil dianjurkan untuk menambah
asupan protein menjadi 12 % per hari 75-100 gram. Ibu
hamil yang mengkonsumsi protein kurang dari kebutuhan
akan semakin tinggi resikonya untuk mengalami kejadian
ketuban pecah dini

3. Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah :
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak berwarna pucat
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus
diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017)

C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya Ketuban Pecah Dini Selaput ketuban yang
membatasi rongga amnion terdiri atas amniondan korion yang sangat
erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas sel epitel, sel mesenkrim, dan

9
sel trofoblas yang terkait dalam matriks kolagen. Selaput ketuban
berfungsi menghasilkan air ketuban serta melindungi janin
terhadapinfeksi. Ketuban pecah pada ibu hamil disebabkan oleh
adanya kontraksi uterus dan peregangan yang berulang.Selaput
ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia, yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Selaput
ketuban pada kehamilan muda sangat kuat, pada trimester 3 selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatanselaput ada
hubungannya dengan pembesaran uterus,kontraksi rahim,
dangerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur disebabkanoleh faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang
menjalar kevagina (Sarwono, 2012).
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah :
a. Terjadinya pembukaan premature serviks
b. Membran terkait dengan pembukaan terjadi
c. Devaskularisasi
d. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
e. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
f. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase menurut
(sujiyatini, dkk,2009).
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah. Pada daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban
diidentifikasi sebagai suatu zona “restriced zone of exteme altered
morphologi (ZAM)” (Rangaswamy, 2012).

10
D. Komplikasi
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti,
2017) yaitu:
1. Persalinan prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera
disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan.
Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50 % persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septicemia, pneumonia dan omfalitis. Umumnya korioamnionitis
terjadi sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini
premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum
insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban, terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia
atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin
dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.
4. Sindrom deformitas janin Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu
dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonar

E. Diagnosa
Diagnosa KPD secara tepat sangat penting untuk menentukan
penanganan selanjutnya. Cara-cara yang dipakai untuk menegakkan
diagnosa adalah:
1. Anamnesis

11
Pasien merasakan adanya cairan yang keluar secara tiba-tiba dari
jalan lahir atau basah pada vagina. Cairan ini berwarna bening dan
pada tingkat lanjut dapat disertai mekonium.
2. Pemeriksaan inspekulo
Terdapat cairan ketuban yang keluar melalui bagian yang bocor
menuju kanalis servikalis atau forniks posterior, pada tingkat lanjut
ditemukan cairan amnion yang keruh dan berbau
3. Pemeriksaan USG
Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang /
oligohidramnion, namun dalam hal ini tidak dapat dibedakan KPD
sebagai penyebab oligohidramnion dengan penyebab lainnya.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria laboratorium
yang digunakan adalah adanya Leukositosis maternal (lebih dari
15.000/uL), adanya peningkatan C-reactive protein cairan ketuban
serta amniosentesis untuk mendapatkan bukti yang kuat (misalnya
cairan ketuban yang mengandung leukosit yang banyak atau
bakteri pada pengecatan gram maupun pada kultur aerob maupun
anaerob)
a) Tes lakmus (Nitrazine Test) merupakan tes untuk mengetahui
pH cairan, di mana cairan amnion memiliki pH 7,0-7,5 yang
secara signifikan lebih basa daripada cairan vagina dengan
pH 4,5-5,5. jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban. Normalnya pH air ketuban
berkisar antara 7-7,5. Namun pada tes ini, darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan positif palsu.
b) Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah Tes Fern.
Untuk melakukan tes, sampel cairan ditempatkan pada slide
kaca dan dibiarkan kering. Pemeriksaan diamati di bawah
mikroskop untuk mencari pola kristalisasi natrium klorida yang
berasal dari cairan ketuban menyerupai bentuk seperti pakis.

12
Menurut Sarwono (2012) cara menengakkan diagnosa ketuban
pecah dini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :

1. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan


ketuban di vagina.
2. Memeriksa cairan yang keluar biasanya berisi mekonium,
vernikkaseosa, rambut lanugo dan kadang – kadang bau klu
ada infeksi.
3. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketubandari
servikalis.
4. Pemeriksaan dalam didapatkan cairan didalam vagina dan
selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
5. Test nitrazin / kertas lakmus merah berubah menjadi biru
(basa) bilaketuban sudah pecah.
6. Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG
untukmembantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin,
berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuba
7. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila
leukosit darahlebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya
infeksi.

F. Penatalaksaan Pada Ketuban Pecah Dini


Penatalaksanaan Menurut Sarwono (2010) adalah :
1. Penatalaksanaan konservatif
Beri antibiotik bila ketuban pecah > 6 jam berupa ampisillin
4x500mg atau gentamisin 1x80 mg.
a. Umur kehamilan < 32 – 34 minggu dirawat selama air
ketuban masihkeluar sampai air ketuban tidak keluar lagi.
b. Berikan steroid 2x6 mg selama 2 hari untuk kematangan
paru janin.
2. Penatalaksanaan aktif
Kehamilan > 37 minggu dilakukan:

13
a. Induksi oksitosin, jika gagal dilakukan seksio sesarea -
Berikan misoprosol 50 mg intra vagina tiap 6 jam, maksimal
4kali pemberian , jika gagal dilakukan seksio sesarea
b. Cara induksi yaitu 5 ui ositosin dalam dektrose 5%dimulai 4
tetes / menit, tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai
maksimum40 tetes/menit. Pada keadaan CPD, letak lintang
harus dilakukan seksio sesarea. Bila ada tanda – tanda
infeksi beri antibiotik dosis tinggi danpersalinan diakhiri
(sarwono,2010).

G. Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang
terbukti cukup efektif yaitu :
1. Mengurangi aktifitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua
atau awal triwulan ketiga dianjurkan.

H. Manajemen asuhan kebidanan pada ibu dengan Ketuban Pecah


dini (KPD)
1. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka
pikir yang di gunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Yulifah,2014)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien
(Heryani,2011)

14
a. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Helen
Varney Varney (2012) menjelaskan proses manajemen
menajemen merupakan proses pemecahan masalah yang di
temukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an:
1. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini, di lakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada kasus
KPD, data yang di perlukan untuk di kumpulkan yaitu, data
subjektif yang terdiri dari alasan utama ibu masuk Rumah
sakit,riwayat keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu,
riwayat nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang,
riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat sosial dan ekonomi,
psikososial, dan spiritual, riwayat KB, serta riwayat
kebutuhan dasar ibu.
Selain itu, data objektif pun termasuk ke dalam
asuhan kebidanan pada ibu dengan KPD yang terdiri
pemeriksaan umum ibu, pemeriksaan fisik (head to toe),
pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan inspekulo. Terakhir
yaitu pemeriksaan penunjang yang sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis yang pemeriksaan
laboratorium uji kertas nitrazin atau kertas lakms yang
akan berubah warna menjadi biru gelap jika pelepasan
yang keluar adalah cairan amnion,kemudian pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk melihat jumlah cairan amnion
yang ada di dalam kavum uteri dan pemeriksaan darah
untuk melihat tanda-tanda infeksi yang terjadi pada ibu.

15
2. Langkah II (interpretasi data)
Pada langkah ini di lakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah di kumpulkan. Data dasar yang telah di kumpulkan,
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis
dan masalah yang spesifik.
Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan, seperti
diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penananan yang
di tuangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap
klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
pengarahan
3. Langkah III (identifikasi diagnosis atau masalah potensial)
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensiallain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat di
harapkan bersiap-siap bila diagnosis/ masalah potensial
ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali
melakukan asuhan yang aman
Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk
mengantisipasi semua kemungkinan yang dapat muncul.
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi diagnosis dan
masalah potensial berdasarkan diagnosis dan masalah
aktual.
Diagnosis potensial yang mungkin terjadi pada ibu
yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerpalis
atau masa nifas, dry lebou atau partus lama, perdarahan

16
post partum, meningkatkannya tindakan operatif
obstetric(khususnya SC)
4. Langkah IV (Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera)
Tindakan segera merupakan tindakan yang di lakukan
dengan cara menetapkan kebutuhan tentang perlunya
tindakan segera oleh bidan/dokter untuk konsultasikan
atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan.
Pada kasus ini persalinan dengan KPD, tindakan
antisipasi atau tindakan segera yang harus di lakukan
yaitu memberikan infus cairan larutan garam fisiologis,
larutan glukosa 5-10%, induksi uterotonika dan pemberian
antibiotik.
5. Langkah V (perencanaan)
Perencanaan merupakan rencana asuhan
menyeluruh yang di tentukan berdasarkan langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi
data tidak lengkapi.
Rencana asuhan kebidanan di buat berdasarkan
diagnosis kebidanan dan masalah potensial yang akan
terjadi. Setiap rencana asuhan haruslah di setujui oleh
kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
di laksanakandengan efektif karena klien merupakan
bagian daripelaksanaan rencana tersebut.

17
6. Langkah VI (pelaksanaan)
Pelaksanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh
dan di lakukan dengan efisien dan aman. Pada langkah ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah sebelumnya dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemn yang efisien akan menyingkat waktu dan
menghambat waktu dan menghemat biaya serta
meningkatkan mutu asuhan klien. Pelaksanaan kebidanan
pada ibu bersalin dengan KPD sesuai dengan
perencanaan yang telah di buat.
7. Langkah VII (evaluasi)
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan
kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada
beberapa pertimbngan yaitu tuuan asuhan kebidananm
efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil
asuhan. Hasil yang di harapkan dari manajemen
kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD adalah dapat di
lakukan partus secara spontan, komplikasi akibat tindakan
medik dapat di atasi serta ibu dan janin dalam keadaan
baik dan sehat. Evaluasi di lakukan secara siklus dan
dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau
menghambat keberhasilan asuhan yang di berikan.

18
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini menjelaskan tentang proses asuhan kebidanan pasien yang
telah dilakukan oleh penulis. Bab ini terdiri dari pengkajian/ anamnesa,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi kebidanan

a. Pengkajian kebidanan
1. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Usia : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 08-10-1966
2. Riwayat pasien
Tanggal masuk/jam :18/04/2022, jam : 00:50
Cara masuk : Rujukan dari Klinik
Asal masuk : IGD
Keluhan utama : pasien datang dari klinik dengan membawa
surat rujukan dengan keluhan keluar air-air berbaukhas dari jalan
lahir sejak pukul 20:00, nyeri perut dibagian bawah, pasien
mengatakan bahwa vagina mengeluarkan flek kecoklatan, Gerakan
janin aktif, mules masih hilang timbul dan jarang, keputihan (+), di
rasa demam (-), batuk dan pilek disangkal.
3. Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Composmentis
Nilai GCS :15 (E4 M6 V5)
• Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 126/ 72 mmHg Nadi : 73 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 36 C
Spo2 : 100 % Room Air BB : 94 gram TB : 160 cm

19
• Airway : Bebas Irama Pernafasan : Teratur
• Penggunaan alat otor nafas : Pernafasan dada
• Circulation :
Pengisian kapiler : < 3 detik
Ekstermitas : akral hangat
• Assasment Triase : Non Urgent/ Tidak mendesak
• Riwayat Imunisasi : BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B
• Riwayat KB : disangkal
• Riwayat Penyakit/ Operasi : disangkal
• Riwayat penyakit turunan : disangkal
• Riwayat ginekologi : disangkal
• Obat yang sedang digunakan : Tablet Fe, dan Vitamin
• Riwayat Alergi : disangkal
• Kebiasaan :
Merokok : disangkal Obat tidur/NArkoba : disangkal
Alcohol : disangkal Minum jamu/jamuan : disangkal
• Riwayat Menstruasi :
Umur menarche : 12 tahun, lamanya haid : 7 hari, banyaknya :
3 pembalut/hari
Haid terakhir : 15 agustus 2021 Disminorrhoe : disangkal
• Riwayat menikah
Menikah : 1 kali
Usia pernikahan 4 tahun ( masih menikah)
• Riwayat kehamilan : G : 2 P:0 A:1 H:0

No Tgl/tahun/ Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Nifas Keadaan


Kelainan/BB
Partus Partus Hamil persalinan persalinan sekarang
1. 2018 Abortus tanpa kuretrase
2. Hamil ini

20
• Riwayat hamil sekarang :
Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 15 Agustus 2021
Tafsiran Persalinan : April
Hamil muda : Mual Hamil tua : Pusing ANC : 6 x (Teratur)
• Mata : Normal Leher : Tidak ada kelainan
• Dada dan Aksila : Mamae simetris Putting susu : menonjol
• Sistem Pernafasan : Tidak ada kelainan Abdomen : Tidak
ada
• bekas operasi, tidak pernah di rawat , ekstermitas : Tungkai
simetris, Reflek (+)
• Pemeriksaan Obstetrik
Palpasi : TFU : 30 cm
Leopold I : bagian fundus teraba bulat dan tidak melenting.
Leoplod II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba keras
(pungung kanan) dan pada perut ibu sebelah kiri teraba lunak
(ektremitas)
Leopold III : bagian bawah perut ibu terasa keras, dan bisa
dilentingkan (kepala janin)
Leoplod IV : Konvergen, bagian terbawah janin belum masuk
PAP
His : - Auskultasi : DJJ : 136 x/menit
• Genetalia :
Inspeksi : Tidak ada kelainan Keputihan : Putih kental
Pengeluaran pervaginam : Lendir Darah Ketuban, sejak : pukul
20.00, Inspekulo : Tidak dilakukan
• Pemeriksaan dalam :
Vulva/vagina : Normal, Portio : Tebal Lunak, Pembukaan : 2 cm
Presentasi : Kepala, Penurunan : Hodge I, Posisi : UUK
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan

21
• Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium : DL, GDS, HIV, HBSAG, Swab Antigen
Tes Lakmus : Kertas berubah berwarna biru
CTG : Non Reaktif
Hasil USG : -

Penilaian Resiko Jatuh Dewasa (Morse Fall Scale)


Risiko Skala Skoring
Riwayat Jatuh yang baru Tidak : 0
0
dalam 3 bulan terakhir Ya : 25
Tidak : 0
Diagnosis medis sekunder > 1 0
Ya : 15
Mandiri : 0
Alat bantu jalan : Penopang / Tongkat / Walker : 15 0
Tidak Bisa jalan/ Immobilisasi / Kursi Roda : 30
Memakai terapi heparin locj / Tidak : 0
20
IV Ya : 20
Normal : 0
Cara berjalan / berpindah Lemah / Pincang : 10 0
Tidak bisa jalan : 20
Orientasi sesuai kemampuan diri : 0
Status Mental 0
Lupa keterbatasan diri : 15
Total 20

Tingkat Resiko Skor Tindakan

Tidak Beresiko 0 – 24 Perawatan yang baik

Resiko Rendah 25 – 44 Lakukan intervensi standar jatuh

Resiko Tinggi ≥ 45 Lakukan intervensi jatuh resiko tinggi

Penilaian Tingkat Nyeri

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri Berat

Lokasi : Perut bagian bawah Frekuensi : Hilang Timbul

22
Kualitas Nyeri : Nyeri Tumpul Menjalar : Tidak

• Skrining gizi
TB / BB : 160/ 94
Pasien dengan Diagnosa Khusus : Tidak
• Data psikologis : Menerima
• Sosial support : Suami, Orang Tua, Mertua, Anak, Keluarga
• Analisa Data
Diagnosa Kebidanan : G2P0A1 hamil 36 minggu PK 1 laten
dengan ketuban pecah dini janin tunggal hidup.
Masalah : Khawatir
• Assesment Kebidanan :
Ibu : G2P0A1 hamil 36 minggu PK I Laten dengan KPD 4 jam
Janin : Janin tunggal hidup presentasi kepala
• Rencana Kebidanan : Anamnesa, TTV, CTG, VT, Tes lakmus,
Cek laboratorium, Kolaborasi DU, Konsul DPJP, Pemberian
Terapi sesuai Advice

Selama di IGD ponek pasien di lakukan :

1. Anamnesa terlebih dahulu, di psangkan vemplon berukuran


No. 18 di tangan kiri pada tanggal 18, dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu DL, GDS, HIV, HBsAg,
Swab Antigen
2. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan 2
cm dengan portio tebal lunak, penurunan Hogde I, tes
lakmus berubah menjadi warna biru pada kertas warna
merah muda, dilakukan pemeriksaan leopold dan di
dapatkan hasil leopold I bokong, leopold II puka, leopold III :
Kepala, Leopold IV : Konvergen.
3. Hasil tersebut di beritahu oleh dokter umum, dan di
konsulkan oleh DPJP. Diberikan terapi sesuai DPJP yaitu
pemberian RL /20 tpm, dexamethasone 4 x 6 mg secara IM,

23
dilakukan skin test dengan memasukkan squit berisi
ceftriaxone dibawah kulit pasien, dan dianjurkan untuk
observasi ruangan VK.
4. Didapatkan hasil pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 18
April 2021
1. Hemoglobin 10.0 g/dL - Lekosit 12060 /µL
2. Trombosit 602000 /µL - GDS 144 mg/dL,
3. HBsAg Non Reaktif - HIV Non Reaktif,
4. Swab Antigen Negatif

b. Analisa Masalah dan Diagnosa


Data Masalah Etiologi
DS : Keluar air-air dari Ketuban pecah dini
- Pasien mengatakan dengan jalan lahir
keluhan keluar air-air dari jalan lahir
pada pukul 20 :00, keluar lendir
bercampur darah, nyeri perut
bagian bawah dan mules ada perut
masih jarang-jarang
DO :
- Keadaan umum sedang
- GCS 15 (E4M6V5)
- TD : 126/ 72 mmHg
- Nadi : 73 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36 C
- Spo2 : 100 % Room Air
- BB : 94 gram TB : 160 cm
- Palpasi : TFU : 30 cm
Leopold I : bagian fundus
teraba bulat dan tidak

24
melenting.
Leoplod II : Pada perut ibu
sebelah kanan teraba keras
(pungung kanan) dan pada
perut ibu sebelah kiri teraba
lunak (ektremitas)
Leopold III : bagian bawah perut
ibu terasa keras, dan bisa
dilentingkan (kepala janin)
Leoplod IV : Konvergen, bagian
terbawah janin belum masuk
PAP
- VT : Pembukaan 2 cm. DJJ :
136 x/menit
- Lakmus : berubah warna
- Bagian terendah janin belum
masuk PAP, Hodge 1
- Portio : Tebal lunak, Ketuban (-)

Pada diagnosa kita dapat menentukan masalah tersebut


berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose. Masalah yang sering
didapatkan pada ibu hamil inpartu dengan ketuban pecah dini yaitu :
Pada ketuban pecah dini potensial terjadi infeksi, partus lama,
prolaps tali pusat/tali pusat menumbung, atonia uteri, pendarahan post
partum, atau infeksi nifas pada ibu sedangkan pada janin dapat terjadi
hipoplasia paru, distosia, prematuritas, janin mati dalam kandungan,
asfiksia, emboli air ketuban. Pada perpanjangan kala I fase laten
berisiko terjadinya gawat janin, Manuaba (2013)

25
c. Intervensi Kebidanan
Verifikasi
Diagnosa Katim
Tanggal/Jam Tujuan Tindakan Kebidanan
Kebidanan (paraf &
cap katim)
18/05/2022 Ketuban Setelah dilakukan Manajemen Ketuban Pecah
jam : 00 : 50 Pecah Dini asuhan kebidanan dini :
selama di PONEK 1. Anamnesa, TTV
diharapkan : 2. CTG
1. Keadaan umum, 3. Cek lab (DL, GDS, UL,
Tingkat Sedimen, HIV, HBsAg,
kesadaran dan Swab Antigen)
TTV dalam batas 4. Tes Lakmus
normal 5. Pemeriksaan Dalam/VT
2. Pantau kemajuan 6. Kolaborasi DU
persalinan 7. Konsul DPJP

d. Perencanaan
1. Lakukan Anamnesa dan mengukur TTV
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium
4. Lakukan pemeriksaan dalam
5. Lakukan pemeriksaan detak jantung janin dengan menggunakan
CTG
6. Beritahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami
7. Lakukan kolaborasi kepada dokter umu
8. Lakukan konsultasi kepada dokter spesialis kebidanan

26
9. Berikan advice dan terapi sesuai
10. Berikan dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan pada
ibu
11. Beritahu ibu untuk istirahat total ditempat tidur
12. Beri tahu ibu terkait pemindahan ruangan observasi jika diperlukan

e. Implementasi dan Evaluasi Kebidanan


Verifika
Hari,
si Katim
Tanggal/Ja Implementasi Èvaluasi (SOAP) Paraf
(paraf &
m
cap)
15/05/2022 1. Melakukan Anamnesa S : Pasien mengatakan
dan mengukur TTV bahwa air-air dari jalan lahir
2. Melakukan masih kerasa keluar dan ibu
pemeriksaan fisik pada merasa cemas
ibu hamil
3. Melakukan O : Keadaan umum : sedang
pemeriksaan Kesadaran : composmentis
laboratorium Tekanan Darah : 126/80
4. Melakukan mmHg
pemeriksaan dalam Nadi : 80 x/menit
5. Memeriksa detak Rr : 20 x/menit
jantung janin dengan Suhu : 36 x/menit
menggunakan CTG SpO2 : 100 % Room Air
6. Memberitahukan hasil TFU : 30 cm
pemeriksaan kepada DJJ : 136 x/menit
ibu dan suami V/V : Tidak ada kelainan
7. Melakukan kolaborasi PPV : Ketuban, Lendir Darah
kepada dokter umu VT : Pembukaan 2 cm,
8. Melakukan konsultasi Ketuban (+)
kepada dokter Hodge : H1
spesialis kebidanan Leopold I : bagian fundus
9. Memberikan advice teraba bulat dan tidak
dan terapi sesuai melenting.
• Memberikan Leoplod II : Pada perut ibu
ceftriaxone 2 x 1 sebelah kanan teraba keras
gram (pungung kanan) dan pada
• Memberikan perut ibu sebelah kiri teraba

27
Dexamethasone lunak (ektremitas)
4x6 mg pada IM Leopold III : bagian bawah
• Memberikan RL perut ibu terasa keras, dan
500 mg/ 8 jam bisa dilentingkan (kepala
• Rawat VK untuk janin)
pemenuhan Leoplod IV : Konvergen,
kebutuhan bagian terbawah janin belum
pemantauan masuk PAP
persalinan Kontraksi : Tidak ada
kontraksi
10. Membeerikan Terpasang : RL/30 tpm
dukungan psikologis HIV : Non Reaktif
untuk mengurangi HbsAg : Non Reaktif
kecemasan pada ibu
11. Memberitahu ibu untuk A: G2P0A1 hamil 36 minggu
istirahat total ditempat PK 1 laten dengan KPD
tidur Janin tunggal hidup
12. Memberi tahu ibu presentasi kepala
terkait pemindahan
ruangan observasi jika P : Observasi Keadaan
diperlukan umum, TTV, Kesadaran,
Kontraksi
Observasi pemantauan
persalinan

28
BAB IV
PEMBAHASAN

B. Pengkajian kebidanan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di peroleh Ny. A
memperoleh Ny. A mengeluh keluar air-air berwarna jernih berbau
khas ketuban. Ibu masih merasakan mules, belum keluar lender
bercampur darah, vagina mengeluarkan flek kecoklatan, Gerakan
janin aktif, mules masih hilang timbul dan jarang, keputihan (+), di rasa
demam (-), batuk dan pilek disangkal. Hal ini setara dengan teori
tanda dan gejala pada ketuban pecah dini yang menyatakan demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti,
2017)
. Dari hasil anamnesa tanda Ketuban Pecah Dini yang
dikemukakan sesuai teori, keluarnya cairan air ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak. Dari data subjektif ibu dan berdasarkan teori tidak adak
kesenjangan. Menurut teori, ketuban pecah dini adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda
inpartu
Setelah dilakukan pemeriksaan terdapat pembukaan 2 cm, dengan
hasil pemeriksaan kertas lakmus berubah warna. Hal ini sejalan
dengan teori pengertian tentang KPD, jika dilihat dari pembukaan
serviks, maka KPD diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
inpartu yaitu bila pembukaan serviks pada primipara kurang dari 3 cm
dan pada multipara kurang dari 5 cm (Sepduwiana, 2011). Sedangkan
jika dilihat dari kapan pecahnya ketuban, maka KPD dapat diartikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan (Aisyah dan
Oktarina, 2012).

29
Dari hasil anamnesa diperoleh hasil bahwa Hari pertama haid
terakhir 15 Agustus 2021, usia kehamilan 36 minggu. Menurut teori,
usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur
kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering
ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Padatahap kehamilan
lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin
sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang
penanganannya bergantung pada usia janin.
Pada kasus ini ibu mengatakan belum pernah mengalami ketuban
pecah dini sebelumnya. Menurut teori, pada orang yang pernah
mengalami Ketuban Pecah Dini beresiko 2-4 kali mengalami KPD
kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat
adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga
memicu terjadinta KPD Aterm dan KPD preterm terutama pada pasien
beresiko tinggi.
Ibu terakhir melakukan pekerjaan rumah, mengeluh sangat lelah.
Ibuterakhir tidur jam 19:30 sebelum bangun dengan keadaan keluar
air-air dari jalan lahir dan perut terasa mules namun masih jarang-
jarang. Menurut Hasil penelitian Atia, et all (2015) pekerjaan adalah
suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari, namun pada
masa kehamilan pekerjaan yangberat dan dapat membahayakan
kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu
maupun janin. Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat
disebabkan oleh kelelahan bekerja.
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “A” mulai dari
pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan
karena adanya kerjasama antara klien dan petugas kesehatan
sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik. Masalah
yang muncul adalah kecemasan pasien terhadap kondisi janinnya.
Kebutuhan yang diperlukan pasien berupa dukungan emosional baik
dari tenaga kesehatan maupun keluarga

30
b. Diagnosa kebidanan
Masalah kebidanan yang muncul pada pasien kebidanan
Berdasarkan hasil pengkajian, subyektif dan obyektif, maka di
tegakkan sebuah diagnose kebidanan pada Ny A yaitu G2P0A1 hamil
36 minggu PK I laten dengan Ketuban Pecah Dini, Janin tunggal hidup
presentasi kepala
Dengan keluhan Ibu datang dengan keluar air air dari jalan lahir
pada pukul 20 :00, keluar lendir bercampur darah, nyeri perut bagian
bawah dan mules ada perut masih jarang-jarang., dilakukan
pemeriksaan dalam dan didapatkan pembukaan 2 cm dengan usia 36
minggu, dilakukan pemeriksaan pada tes lakmus dengan warna
kertas berwarna pink, hasil kertas tersebut berubah warna. Menurut
Sarwono (2012) cara menengakkan diagnosa ketuban pecah dini
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :
1. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan
ketuban di vagina.
2. Memeriksa cairan yang keluar biasanya berisi mekonium,
vernikkaseosa, rambut lanugo dan kadang – kadang bau klu ada
infeksi.
3. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketubandari
servikalis.
4. Pemeriksaan dalam didapatkan cairan didalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi.
5. Test nitrazin / kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)
bilaketuban sudah pecah.
6. Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG
untukmembantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin,
berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuba
7. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila
leukosit darahlebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya
infeksi.

31
c. Intervensi kebidanan
Diagnosa kebidanan dengan Ketuban Pecah Dini dengan intervensi
kebidanan yaitu dengan Kolaborasi dengan dokter Obgyn/kebidanan.
Advice yang akan diberikan oleh dokter obgyn/kebidanan yaitu akan
dipasangkan infus dengan cairan RL 500 ml/8jam, pemberian
penyuntikan skintest ceftriaxone dengan dosis 0,5 cc secara IC, lalu
setalah 15 menit tidak ada reaksi kemerahan atau gatal-gatal pada
kulit dilanjutkan pemberian ceftriaxone 1x2gr dengan dilarutkan Nacl
0,9 %,pemberian dexamethasone 4x6 mg secara IM dilengan sebelah
kiri. Setelah dilakukan tindakan di IGD Ponek ibu diantarkan ke ruang
bersalin untuk dilakukan observasi pemantauan persalinan.
Menurut teori, induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan
janin menjelang aterm dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda
persalinan atau belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup
diluar kandungan (umur diatas 28 minggu). Dari data diatas tidak ada
kesenjangan dikarenakan usia kehamilan sudah 36 minggu

d. Implementasi kebidanan
Masalah dengan kasus Ketuban Pecah dini penulis telah melalukan
semua intervensi secara mandiri dan berkolaborasi pada advice
dokter umum dan dokter obgyn/kebidanan

e. Evaluasi kebidanan
Evaluasi untuk kasus kebidanan Ketuban Pecah dini dibuktikan
dengan pengeluaran air-air yang berbau khas pada jalan lahir ibu,
dibuktikan dengan pemeriksaan lakmus yang berubah menjadi
bewarna biru. Yang diberikan advice, disesuaikan dengan advice
dokter obgyn. Evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan
oleh pasien selama di ruang Ponek, yang meliputi pemenuhan
kebutuhan yang telah diidentifikasi di dalam diagnose dan kasus.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar

32
keefektifan dalam pelaksanaannya, serta melalukan penyesuaian
pada rencana asuhan tersebut. Evaluasi meliputi evaluasi hasil
asuhan dan evaluasi proses asuhan kebidanan (Tresnawati, 2012)

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. A G2P0A1 hamil
36 minggu PK I laten dengan KPD maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Data subjektif Ny. A G2P0A1 HPHT : 15 agustus 2021, mengeluh
keluar air-air berbau khas dari jalan lahir sejak pukul 20:00 WIB,
merasakan mules-mules namun masih jarang jarang, di rasa nyeri
perut bagian bawah.
2. Data objektif TTV dalam batas normal, Tinggi funsus 30 cm,
Leopold I teraba bokong. Leoplod II teraba punggung disebelah
perut kanan. Leopold III teraba bulat keras dan tidak melenting
(kepala). Leoplod IV teraba divergen. Penurunan masih Hodge I,
DJJ 136 x/menit, teratur. Pemeriksaan kertas lakmus menjadi biru.
Hb 10.0 g/dL, GDS 144 mg/dL, HbsAg Non Reaktif, HIV Non
Reaktif.
3. Analisa yang ditegakkan pada Ny. A G2P0A1 PK 1 laten dengan
Ketuban Pecah Dini. Janin tunggal hidup presentasi kepala
4. Penatalaksanaan penanganan KPD dilakukan sesuai dengan
SOP, teori dan advice sesuai dengan dokter obgyn yang dappat
mencegah infeksi pada ibu dan janin serta mengurangi resiko
kesakitan pada ibu dan kematian pada janin
B. Saran
Pengelolaan asuhan kebidanan pada Ny. A di RSU
Adhyaksa sudah baik dalam melaksanakan asuhan, sumber daya
manusia dan fasilitasnya sehingga penulis menyarankan agar RSU
Adhyaksa dapat meningkatkan asuhan kebidanan yang telah
diterapkan di dalam rumah sakit

34
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, Jurnal midpro, (2012). perbedaan kejadian ketuban pecah dini
antara Primipara dan multipara . Lamongan. Diakses tanggal 20
April 2022 dari https://docplayer.info/433917-Perbedaan-kejadian-
ketuban-pecah-dini-antara-primipara-dan-multipara-siti-aisyah.html
Nani, Sulikah, Nuryani. (2019). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.
Surabaya
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta :
Kemenkes RI. (2018).
Manuaba, (2013). Gawat Darurat Obstetri Ginekologo & Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. (2012). Sinopsis Obstetri.Jakarta : EGC
Oktarina, A. & Aisyah, S., (2012). Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah
Dini antara Primipara dan Multipara. Jurnal Midpro, pp. 1-7.
Prawirohardjo, Sarwono, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjdo
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rita, Yulifah, dkk, (2014). Konsep Kebidanan, Jakarta: penerbit salemba
medika, 2014
Ramadhani Yunanda, Sella Ridha Agfiany , Indah Kurniasih (2021).
Naskah publikasi Laporan Kasus : Asuhan Kebidanan Patologis
Pada Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini di akses pada
tanggal 28 April 2022 dari
http://repository.polita.ac.id/id/eprint/35/7/NASKAH%20PUBLIKASI
%20RAMADHANI%20YUNANDA.pdf
Sepduwiana, H., (2013). Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011. Jurnal
Maternity and Neonatal, pp. 144 150.

35
Sujiyanti , (2009). Asuhan patologi kebidanan Penerbit: Yogyakarta Nuha
Medika
Trisnawati. (2016). Pengantar Ilmu Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustaka

Varney. (2012). Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.

Varney, Hellen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2.


Jakarta :EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai