Oleh:
Ni Made Ayu Adnyani (1902612155)
I Gusti Bagus Lulut Premana Mulia (1902612177)
Putri Alifah Mawaddah (1902612187)
Penguji :
2021
i
Penguji :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, Tugas Laporan Kasus dengan judul “Ketuban Pecah Dini
Kehamilan Aterm” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Kasus ini
disusun sebagai salah satu prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya
(KKM) di Departemen/KSM Obstetrik dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/RSUP Sanglah.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam
rangka penyempurnaan tugas referat ini. Akhir kata, semoga tugas referat ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
ii
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iv
PENDAHULUAN....................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................2
2.1 Definisi............................................................................................................2
2.2 Epidemiology..................................................................................................2
2.3 Etiology...........................................................................................................3
2.4 Patofisiologi....................................................................................................4
2.5 Diagnosis........................................................................................................5
2.6 Tatalaksana.....................................................................................................7
2.7 Komplikasi......................................................................................................9
2.8 Prognosis....................................................................................................10
SIMPULAN............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah salah satu permasalah obstetrik yang
dapat menyebabkan komplikasi pada ibu seperti infeksi intrauterine yang bisa
menjadi chorioamnionitis, plasenta abrupsio, dan sepsis. Kejadian ketuban pecah
dini dapat menyebabkan adanya infeksi pada ibu. Pecahnya selaput ketuban akan
membuat bakteri mudah memasuki uterus dan mudah berkembang biak terutama
pada lingkungan yang hangat dan basah. Kemungkinan terjadinya infeksi akan
meningkat pada KPD yang lama karena bakteri akan memiliki waktu yang lebih
lama untuk bermultiplikasi.1
Di Indonesia pada tahun 2013 insidensi ketuban pecah dini terjadi 35%
pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%,
sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm atau kehamilan lebih dari 37 minggu sebanyak 8-10% ibu hamil
akan mengalami KPD. 70% kasus ketuban pecah dini berhubungan dengan
penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.4
KPD dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan, dimana
jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau
dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period,
diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban
pecah. Jika periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat
terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi.2,3
Penyebab KPD masih belum diketaui dengan pasti, tetapi KPD ada
hubungannya dengan hipermotilitas rahim yang sudah lama, selaput ketuban tipis,
infeksi, multipara, disproporsi, serviks inkompeten, dan lain-lain. Komplikasi
ketuban pecah dini yang paling sering terjadi pada ibu bersalin yaitu infeksi dalam
persalinan, infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, meningkatkan
kasus bedah caesar, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Sedangkan komplikasi yang paling sering terjadi pada janin yaitu prematuritas,
penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia, sindrom deformitas janin, dan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal. Semakin lama KPD semakin
besar kemungkinan komplikasi.4
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan, dimana dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini dapat juga didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
secara spontan pada saat belum inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak
timbul tanda-tanda awal persalinan. KPD ditandai dengan keluarnya cairan dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini jika
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput
ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28
minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu melahirkan yang sebenarnya.5,6
2.2 Epidemiology
Berdasarkan data yang diperoleh di RSU Bahagia Makassar pada tahun
2016 jumlah ibu bersalin sebanyak 873 ibu bersalin dan jumlah KPD sebanyak 155
ibu bersalin, pada tahun 2017 sebanyak 922 ibu bersalin dan jumlah KPD sebanyak
90 ibu bersalin, pada tahun 2018 sebanyak 915 ibu bersalin dan jumlah KPD
sebanyak 66 ibu bersalin, dan pada tahun 2019 periode Januari sampai dengan
April sebanyak 337 ibu bersalin dan jumlah KPD sebanyak 39 ibu bersalin. Data
yang didapat di Rumah Sakit Jogja yang mengalami Ketuban Pecah Dini selama
Tahun 2016 adalah sebanyak 427 kasus.1,4
Menurut penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah Bali tahun 2013,
mendapatkan hasil 160 pasien ketuban dengan pecah dini pada kehamilan aterm
dimana usia pasien yang paling banyak mengalami kejadian ketuban pecah dini
pada kehamilan aterm adalah pada usia 20 – 35 tahun sebanyak 131 orang (81.9%).
Sebanyak 116 orang (72,5%) pasien ketuban pecah dini pada kehamilan aterm
adalah berpendidikan sedang yaitu hanya sekitar lulusan SMP ataupun SMA. Untuk
pekerjaan ibu rumah tangga memiliki jumlah yang lebih tinggi yaitu 95 orang
(59.4%). Selain itu pasien tanpa riwayat ketuban pecah dini memiliki jumlah yang
tinggi yaitu 142 orang (88.2%). Untuk gravida, yang paling dominan pada pasien
ketuban pecah dini pada kehamilan aterm adalah Gravida 2 yaitu sebanyak 57
orang (35.6%).5
2
2.3 Etiologi
Ketuban pecah dini kejadiannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Usia
Resiko terjadinya KPD pada ibu hamil aterm dengan usia ≤ 20 tahun & > 35
tahun 4 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil aterm usia 21 tahun – 35
tahun. Wanita hamil pada usia < 20 tahun dianggap kehamilan resiko tinggi
karena organ reproduksi belum siap hamil sehingga mempengaruhi
pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal. Sedangkan usia >35 tahun
terjadi penurunan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada proses
embryogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan pecah
sebelum waktunya.7
2. Pekerjaan dan Aktivitas Fisik
Faktor ekstrinsik contohnya aktivitas fisik, KPD terjadi lebih tinggi pada ibu
hamil yang memiliki aktivitas yang tinggi. Aktivitas dan pekerjaan ibu hamil
berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Aktivitas fisik pada saat hamil yang
terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat
kelelahan. Dimana kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion
amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan yang berat dalam masa
kehamilan dapat membahayakan kehamilan sehingga perlu di hindari untuk
bekerja berat.5
3. Faktor Risiko Paritas
Paritas lebih dari 3 memiliki risiko 2 kali lebih besar mengalami KPD. Paritas
(multi/grande multipara) merupakan faktor penyebab umum terjadinya ketuban
pecah dini karena peningkatan paritas memungkinkan terjadinya kerusakan
serviks selama proses kelahiran. Pada grandemultipara disebabkan oleh
motilitas uterus berlebih, perut gantung, kelenturan leher rahim yang berkurang
sehingga dapat terjadi pembukaan.7
4. Riwayat KPD
Wanita mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada
kehamilan berikutnya akan lebih beresiko mengalami kembali antara 3-4 kali
dari wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi
membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
menurun pada kehamilan berikutnya.7
3
5. Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi mengalami
KPD karena adanya peningkatan massa plasenta dan produksi hormon yang
dapat menyebabkan ketegangan rahim meningkat, sehingga selaput ketuban
dapat pecah secara tiba-tiba yang diidentifikasikan sebagai KPD.7
2.4 Patofisiologi
4
Ketuban pecah dini terjadi bila ada gangguan pada keseimbangan
mekanisme MMP dan TIMP yang fisiologis. Gangguan yang terjadi pada
mekanisme MMP dan TIMP berupa terjadinya peningkatan MMP sementara
konsentrasi TIMP rendah sehingga kekuatan jaringan ikat pada selaput ketuban
menurun. Peningkatan MMP ini juga dipengaruhi oleh peningkatan sitokin lokal
terutama IL-1 dan IL-6, TNF-α, dan Prostaglandin. Infeksi dan reaksi inflamasi
yang terjadi merangsang produksi Prostaglandin oleh selaput ketuban.
Prostaglandin dapat mengganggu sintesis kolagen pada selaput ketuban dan dapat
turut serta dalam peningkatan aktivitas enzim MMP terutama MMP-1 dan MMP-3
yang lalu akan mengarah pada iritiabilitas pada uterus dan degradasi proteolitik
yang akan berakhir dengan ketuban pecah dini. Selain itu ketuban pecah dini dapat
terjadi bila selaput amnion mengalami peregangan secara berlebihan. Ada pun
beberapa kondisi yang dapat menyebabkan selaput amnion teregang secara
berlebihan di antaranya adalah kehamilan gemelli, polihidramnion, dan
makrosomia.[11,12,13]
2.5 Diagnosis
1. Genangan (pooling) air ketuban pada forniks posterior dari vagina atau pun
kebocoran cairan dari os serviks (bila tidak terlihat, dapat dilakukan induksi
dengan batuk atau manuver Valsava.)
2. Dilatasi dan /atau menipisnya serviks
3. Terlihatnya tali pusat atau bagian tubuh dari janin (temuan ini biasanya jarang)
Bila dicurigai telah terjadi KPD, pemeriksaan Vaginal Touche (VT) tidak
dilakukan, karena hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi serta tidak memberi
tambahan informasi dari pemeriksaan speculum.[12,14, 15]
Jika cairan ketuban sudah terlihat jelas pada saat dilakukan pemeriksaan
speculum vagina, maka tidak diperlukan lagi pemeriksaan penunjang untuk
mengonfirmasi penegakan diagnosis. Namun bila tidak dapat ditegakkan diagnosis
dari pemeriksaan speculum vagina, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tes nitrazine dari
forniks posterior vagina yang bertujuan untuk mengukur pH cairan yang diduga
sebagai air ketuban. Air ketuban memiliki pH 7,0-7,3. Bila cairan ketuban diberi
kertas lakmus, maka kertas lakmus akan berubah warna menjadi biru. Bila tidak
terjadi perubahan warna pada kertas lakmus setelah diberi cairan ketuban, bisa saja
KPD terjadi sudah lama dan cairan ketuban sudah berdilusi dengan cairan lain atau
secret vagina.[12, 15]
6
2.6 Tatalaksana
Pada usia gestasi ≥ 37 minggu, lebih dipilih tindakan induksi awal. Namun
bila pasien memilih untuk menjalankan manajemen ekspektatif terlebih dahulu,
maka lamanya waktu manajemen ekspektatif yang dilaksanakan perlu didiskusikan.
7
Oksitosin lebih dipilih sebagai induksi persalinan pada kasus KPD dibandingkan
prostaglandin pervaginam yang dapat meningkatkan risiko korioamnionitis dan
infeksi neonatal.[16]
8
Clindamycin 300 mg PO tiap 8 jam
selama 5 hari
2.7 Komplikasi
a. Komplikasi pada Ibu
Umumnya komplikasi yang sering terjadi pada ibu adalah infeksi intrauterin
seperti endomyometritis, korioamnionitis atau bahkan hingga sepsis. Dari sebuah
penelitian didapatkan 6,8% dari ibu hamil dengan KPD mengalami
endomyometritis purpural, 1,2% mengalami sepsis namun tidak ada yang sampai
mengalami kematian. Pada pasien dengan sepsis diberikan antibiotik spektrum
luas dan sembuh tanpa sekuele, sehingga angka mortalitas belum dapat
dipastikan. Setidaknya 40,9% dari pasien perlu dikuretase untuk mengeluarkan
sisa plasenta dan 4% perlu mendapatkan transfuse karena kehilangan darah secara
signifikan. Tidak didapatkan kasus terlapor dengan kematian ibu atau pun
morbiditas dalam waktu lama.[16]
b. Komplikasi pada Janin
Bila KPD terjadi sangat awal, neonatus yang dilahirkan dapat mengalami
komplikasi berupa malpresentasi, oligohidramnion, kompresi tali pusat, gangguan
neurologi, necrotizing enterocolitis, sindrom distress pernapasan, dan perdarahan
intraventrikel. Ada pun komplikasi yang berpotensi mengancam nyawa janin di
antaranya adalah prolaps tali pusat yang dapat menyebabkan hipoksia dan asfiksia
pada janin serta masalah yang melibatkan plasenta (solusio plasenta dan previa
plasenta).[18,19]
c. Komplikasi Persalinan
Salah satu komplikasi tersering adalah persalinan yang terjadi lebih awal dari
waktu perkiraan persalinan. Periode laten yang merupakan interval antara waktu
pecahnya ketuban hingga terjadinya persalinan secara umum sifatnya
proporsional secara terbalik dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi.[16]
9
2.8 Prognosis
Penentuan prognosis Ketuban Pecah Dini bergantung pada cara
penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi kehamilan yang terjadi. Prognosis
untuk janin bergantung pada maturitas janin, presentasi, infeksi intrauterin, dan
seberapa lama kehamilan berlangsung dengan pecah ketuban. Dari maturitas
janin, prognosis bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai prognosis
yang lebih buruk dibanding bayi lebih besar. Presentasi bokong juga memiliki
prognosis yang lebih buruk, terutama pada bayi prematur. Infeksi intrauterin
meningkatkan mortalitas janin. Semakin lama durasi kehamilan berlangsung
dengan ketuban pecah dikaitkan semakin tinggi insiden infeksi.23
10
BAB III
SIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
13
20. Lowing J, Lengkong R, Mewengkang M. Gambaran Ketuban Pecah Dini di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic. 2015;3(3).
21. Ghomian N, Hafizi L, Takhti Z. The Role of Vitamin C in Prevention of
Preterm Premature Rupture of Membranes. Iranian Red Crescent Medical
Journal. 2013;15(2):113-6.
22. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Edisi ke-3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2011.
23. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Edisi ke-3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2011.
14