Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH POSTNATAL PADA NY.

B P1 A0 GRAVIDA 38
MINGGU DENGAN KEADAAN IBU KETUBAN PECAH DINI
(KPD) DI RUANG AMARILIS RSUD R.A. KARTINI JEPARA

Disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

1. Fifi Rofiatun Ni’mah (N520184024)


2. Heni Rahmawati (N5201840)
3. Puji Nikmatul Inayah
4. Ainun Fitriyah
5. Fatmala Eva Novianti
6. Wiji Wijayanti
7. Laelatul Maghfiroh
8. Maulana Idrus

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menysun
tugas ini yang berjudul “MakalahPostnatal Pada Ny. B P1 A0 Gravida 38
Minggu Dengan Keadaan Ibu Ketuban Pecah Dini (Kpd) Di Ruang
Amarilis RSUD R.A. Kartini Jepara” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat


bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada


para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Jepara, Febuari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1


B. TUJUAN ................................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 2
A. KONSEP DASAR POST PARTUM ....................................................................... 2
B. KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI ........................................................... 2
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM ......................................... 2
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................... 18
A. IDENTITAS ........................................................................................................... 18
B. DATA UMUM KESEHATAN .................................................................................. 18
C. DATA UMUM KEBIDANAN ................................................................................... 18
D. DATA UMUM KEBIDANAN ................................................................................... 18
E. CATATAN PERSALINAN ...................................................................................... 21
F. ANALISA DATA .................................................................................................... 24
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................... 25
H. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................................ 25
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ....................................................................... 26
J. EVALUASI ............................................................................................................ 29
BAB IV .............................................................................................................................. 32
A. PERSALINAN ....................................................................................................... 32
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................... 33
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ....................................................................... 34
D. EVALUASI ............................................................................................................ 35
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 37
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 37
B. SARAN ................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar
mengganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa
yang relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai
oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan tersebut
mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius
juga sering terjadi (Cunningham, F,et al, 2013).
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan
status kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya
plasenta atau setelah proses persalinan kala 1 sampai IV selesai.
Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau
komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu pada masa nifas dan bila
tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup besar
terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Ketuban pecah
dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan terjadi
pada fase laten yaitu pembukaan < 4 cm. Ketuban pecah dini termasuk
dalam kehamilan beresiko tinggi, kesalahan dalam mengelola KPD akan
membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayinya ( Nugroho,T, 2012).
Komplikasi potensial KPD yang sering terjadi adalah resiko infeksi,
prolaps tali pusar, gangguan janin, kelahiran premature dan pada usia
kehamilan 37 minggu sering terjadi komplikasi syndrom distress pernafasan
(RDS, Respiratory Distrees Syndrome) yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Apabila terjadi pada usia kehamilan lebih dari 36 minggu dan belum
ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan persalinan induksi. Pada kasus
tertentu bila induksi partus gagal, maka dilakukan tindakan operasi caesaria.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan
bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah
226/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target tujuan
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs), yakni hanya

4
102/100.000 kelahiran tahun 2015. Rendahnya kesadaran masyarakat
tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka kematian,
meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani
masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim
muncul, yakni 28 % pendarahan, 5% aborsi, 24% eklamsi, 5% persalinan
lama/macet, 8% komplikasi masa nifas, 11% infeksi dan 14% lain-lain.
Menurut Depkes RI tahun 2011 menjelaskan sekitar 30% kejadian mortalitas
pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah dini adalah
akibat infeksi, biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia). Selain itu, akan
terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan malpresentrasi akan
lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan prematurita.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Laporan pendahuluan post natal disusun sebagai dasar teori
dalam penyusunan laporan kasus post natal dengan ketuban pecah dini.
2. Tujuan Khusus
 Mampu melakukan pengkajian pada pasien post partum spontan
dengan ketuban pecah dini.
 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post
partum spontan dengan ketuban pecah dini.
 Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada
pasien post partumspontan dengan ketuban pecah dini.
 Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan pada pasien post partum spontan dengan ketuban
pecah dini.
 Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien post
partum spontan dengan ketuban pecah dini.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR POST PARTUM


A. PENGERTIAN
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Lama masa nifas / purperium ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2008).
Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi Hanifa,
2012).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).
Ketuban pecah dini (Premature Rupture Of The Membrane) ada
bermacam-macam batasan teori atau definisi, yaitu:
1. Ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu yaitu
pecahnya ketuban sebelum tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1
jam sebelum dimulainya tanda persalinan (Manuaba, 2011).
2. Ada yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I,
misalnya pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu apabila selaput
ketuban pecah saat pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
daripada multi kurang dari 5 cm (Mochtar,2009).
3. Ada yang mengatakan dari usia kehamilan, midalnya keluar cairan
berupa air-air dari vagina setelah usia kehamilan berusia 22 minggu
dan sebelum proses persalinan berlangsung (Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal).
4. Kejadian ketidaknormalan yang terjadi dimana robeknya selaput janin
di dalam kandungan sebelum fase aktif (salah satu tandanya yaitu
pembukaan belum melewati 4 cm) persalinan. KPD ini terjadi jika
membran atau selaput janin robek sebelum tanda persalinan muncul
(High Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries).
Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk
bergerak sehingga tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan

6
berkembangnya paru. Air ketuban penting untuk menghilangkan friksi
kinetik yang terjadi pada persalinan akibat tidak bullet shape-nya janin.
Pada kehamilan preterm pecahnya ketuban akan merangsang
persalinan dan kelahiran (50% persalinan preterm dengan KPD akan
berakhir dengan kelahiran).

B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum : Dalam 24 jam pertama. Pada fase ini dapat
memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
2. Immediate post partum : Minggu pertama post partum. Pada masa ini
sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu bidan harus tetarur melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.
3. Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling keluarga berencana. (Saleha 2009).

C. PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI POST PARTUM


Perubahan Fisiologis
1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi
fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri
lahir tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750
gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan
konsistensi lembut dan kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi
fundus uteri 1 cm di atas umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri
turun 1 cm. Satu minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri
pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua
minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas
simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan

7
tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, dan
8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali normal
dengan berat 30 gram (Mochtar, 2008).
2. Lochea Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
a. Locea Rubra (Cruenta) : berasal dari kavum uteri dan berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan.
c. Lochea Serosa : berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan
tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda
bahaya jika setelah lochea rubra berhenti warna darah tidak muda,
bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak
lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240 – 270 ml.
(Mochtar, 2008).
3. Servik dan Vagina
Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui
oleh 2 jari, sisinya tidak rata karena robekan saat melahirkan.
Bagaimanapun juga servik tidak dapat kembali secara sempurna ke
masa sebelum hamil. Osteum externum akan menjadi lebih besar
karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik mengalami
distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur eksternal
melebar dan tampak bercelah. Sedangkan vagina akan menjadi
lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi
akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6 – 8
minggu meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya
mendekati bentuk awalnya saja.
4. Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang
besar, yang kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat
perlu mengkaji tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya
luka episiotomi, laserasi dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan

8
adanya edema, khimosis, kemerahan dan pengeluaran (darah, pus,
serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji tanda-tanda infeksi
dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Hacker,
2009).
5. Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi
oleh placenta menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari
pertama post partum terdapat perubahan pada mammae ibu post
partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada
3 hari pertama post partum mammae terasa penuh atau membesar
oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar
prolaktin menstimulasi produksi susu. (Hacker, 2009).
6. Sistem Kardiovaskuler
 Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit.
Takikardi mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi
dan kecemasan. Tekanan darah terus selalu konsisten dengan
keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara
drastis dicurigai adanya peradarahan. Kenaikan tekanan darah
sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya dicuriagi
kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh
hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi
infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-
tanda vital, karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi
atau komplikasi post partum lainnya.
 Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4
minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
 Perubahan hematologic
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
 Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3
minggu.

9
7. Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum
melahirkan dalam 6 – 8 minggu post partum. Respiratory rate 16 –
24 kali per menit. Keseimbangan asam basa akan kembali normal
dalam 3 minggu post partum. Dan metabolisme basal akan
meningkat selama 14 hari post partum. (Hacker, 2009).
8. Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada
oedema atau perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus
diobservasi akan adanya udema dan varises. Jika ada udema
observasi apakah ada pitting udema, kanaikan suhu, pelebaran
pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari
tromboplebitis (Hacker, 2009).
9. Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan
dengan hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat
harus mengkaji adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria,
udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Hacker, 2009).
10. Sistem Perkemihan
Pada umumnya dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu
post partum, mempunyai dorongan untuk mengosongkan kandung
kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan sering
berkemih tiap 3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung
kemih. (Hacker, 2009).
11. Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising
usu 5 – 35 /menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama
post partum adalah hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya
udema saat kelahiran, kurang asupan makan (puasa) sesaat
sebelum melahirkan selanjutnya pada beberapa hari pertama post
partum. (Hacker, 2009).
Perubahan Psikologis
1. Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama
masa ini ibu cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam

10
memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman
pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
2. Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan
tindakan sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai
mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 4 – 7
hari post partum.
3. Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa
adanya. Proses ini perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir
minggu pertama.

D. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM


1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
3. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
4. Pembengkakan di wajah/tangan
5. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
6. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
8. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
9. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri
sendiri nafas terengah-engah

E. PENATALAKSANAAN POST PARTUM


1. Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early
ambulation, dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang,
setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan untuk
mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur setelah 24
jam sampai 48 jam post partum.
2. Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera
obati, dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan
perawatan payudara post partum.

11
3. Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih
banyak daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat
pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk meningkatkan
produksi ASI.
4. Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat
pengeluaran lochea akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya
wanita pada posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi yang
telalu dalam.

F. PERAWATAN POST PARTUM


Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi
jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka
dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post
partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan
post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk
mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar.
Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus
cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih
harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih
sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari
post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat
dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya
mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan
mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur
agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.

II. KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI


A. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah ini adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina
sebelum proses persalinan. ( Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan

12
Patologis ). KPD adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam
keadaan normal 8-10% wanita hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Prawirohardjo, 2010). Ketuban pecah dini didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktu nya melahirkan,hal ini
dapat terjadi pada akhirnya kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan(Sujiyati, 2009).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput
amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau
pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37
minggu dengan atau tanpa kontraksi (mitayani,2011).

B. ETIOLOGI
1. ketuban yang abnormal
2. infeksi vagina / serviks
3. kehamilan ganda
4. polihidramnion
5. trauma
6. distensi uteri
7. serviks yang pendek
8. prosedur medis ( Fadlun, dkk. 2011).

C. MANIFESTASI KLINIS
1. kencang-kencang (nyeri ringan dibagian bawah)
2. keluarnya cairan ketuban dari vagina
3. dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
4. tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
5. Berbau anyir - Warna cairan putih agak keruh seperti santan
encer. ( Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis ).

D. PATHOFISIOLOGI
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketubn pecah

13
karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh bukan karena luruh
ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintetis dan degradasi
ekstrakuler matriks. Perubahan struktur jumlah sel dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
selaput ketuban pecah.selaaput ketuban sangat kuat pada kehamilan
muda trimester ke 3 selaput ketuban pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus
kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion
inkompeten serviks. ( Prawiharjo Sarwono. 2013. Buku Ajar
Keperawatan).

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi
meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan
ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban
pecah dini. ( Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis )
Komplikasi Potensial Ketuban Pecah Dini
1. Resiko infeksi
2. Prolabs tali pusat
3. Gangguan janin (penurunan gerakan pernafasan, dan
gangguan perkembangan struktur janin yang disebabkan oleh
sabuk amnion akibat penurunan cairan amnion; afiksia
janinakibat kompresi tali pusat yang disebabkan oleh
penurunan cairan amnion). Apabila KPD prater mini terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

14
1. infeksi intra uterine
2. tali pusat menumbung
3. prematuritas

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM


1. PENGKAJIAN
a. Pemeriksaan Fisik
1) Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2) Monitor Tanda-tanda Vital
3) Payudara : Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4) Uterus : Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5) Kandung Kemih dan Output Urine : Pola berkemih, jumlah
distensi, dan nyeri.
6) Bowel : Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
7) Lochea : Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
8) Perineum : Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar,
hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan
menandakan infeksi.
9) Ekstremitas : Tanda Homan, periksa redness, tenderness,
warna.
b. Perubahan Psikologis
1) Peran Ibu meliputi:Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-
ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.
2) Baby Blues:Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon
depresi dan psikosis.
3) Perubahan Psikologis
- Perubahan peran, sebagai orang tua.
- Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan
bayi.
- Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap,
biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya

15
hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi
emosi ibu.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
sekunder terhadap atonia uteri.
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan perineum dan kontraksi uterus berlebih.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada
luka episiotomi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah
melahirkan.
e. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan
dengan transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan
peran.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Resiko syok hipovolemik b.d. perdarahan sekunder terhadapatonia
uteri.
Tujuan : Syok hipovolemi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
- Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85
mmHg.
- Nadi 60-80 kali/menit.
- Akral hangat, tidak keluar keringat dingin
- Perdarahan post partum kurang dari 100 cc
Intervensi :
- Monitor vital sign
- Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik
- Monitor pengeluaran pervagina.
- Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.
- Susukan bayi sesegera mungkin.

16
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d trauma jaringan perineum,
kontraksi uterus berlebih.
Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Ekspresi wajah klien tenang.
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
- Skala nyeri kurang dari 4.
- Nadi antara 60-80 kali permenit.
Intervensi :
- Kaji sebab-sebab nyeri pada klien.
- Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi.
- Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin pada
daerah perineum.
- Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter.

c. Resiko tinggi infeksi b.d. masuknya kuman pada luka episiotomi.


Tujuan :Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka
episiotomi.
- Jumlah sel darah putih normal.
Intervensi :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi.
- Beri perawatan pada luka episiotomi dengan menggunakan
teknik septic dan antiseptic.
- Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan perineum.

d. Defisit perawatan diri b.d. kelelahan setelah melahirkan.


Tujuan :Kebersihan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.
Intervensi :
- Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.

17
- Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal.
- Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang
perawatan diri.

f. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang b.d. transisi


pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran.
Tujuan : Keluarga dapat memahami adanya perubahan proses dalam
keluarga.
Kriteria hasil :
- Orang tua menunjukkan tingkah laku kasih saying terhadap
bayinya
Intervensi :
- Observasi interaksi antara keluarga dengan bayinya.
- Anjukan ibu untuk menyentuh, merawat dan segera
memberikan ASI.
- Berikan penjelasan semua tentang kebutuhan informasi yang
diperlukan pasien tentang kondisinya dan perawatan bayi.
- Fasilitasi keluarga dan sibling untuk menjenguk / menyentuh
bayi.

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN POSTNATAL
KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Kelompok 6 NIM :


Tempat Praktek : Amarilis Tgl :

I. DATA UMUM
Inisial Klien : Ny. B Inisial Suami : Tn. K
Usia : 21 tahun Usia Suami : 27 thn
Status Perkawinan : Kawin Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Tengguli 7/1 Bangsri

A. Riwayat Kehamilan Saat Ini


1. Berapa kali periksa hamil : 15 kali
2. Masalah kehamilan :-

B. Riwayat Persalinan Riwayat Ginekologi


1. Jenis Persalinan : Spontan (Let.Kep/Let.Su)
Tindakan (Forceps/ekstraksi vakum)
SC a.i (atas indikasi) :
Tanggal/Jam :
2. Jenis Kelamin Bayi : L/P,BB 3000 gr, PB 47cm, LB: 33cm,
LK: 32cm
3. Perdarahan : 150 cc
4. Masalah dalam persalinan :-

19
C. Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : tidak memiliki riwayat miom, kanker,
tumor. kista
2. Riwayat KB : Belum pernah KB

II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


A. Status Obtetri : P 1 A 0 H 38 minggu. Bayi rawat gabung : Ya/tidak
Jika tidak alasannya : -
B. Keadaan Umum : Lemah Kesadaran : composmentis
BB : 50 Kg TB : 150 cm
TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit
S: 36,5 ͦc RR : 20x/menit
C. Kepala Leher
1. Kepala : mecocefal, tidak ada lesi
2. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis
3. Hidung : Tidak ada pembesaran polip
4. Mulut : Bersih, mukosa bbir lembab.
5. Telinga : tidak ada serumen
6. Leher : tidak ada pembesaran thyroid
D. Dada
1. Jantung : I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba pada IC ke 4 & 5
P : Pekak
A : Bunyi regular
2. Paru : I : Pengembangan simetris
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Sonor
A : Vesikular
3. Payudara : Areola menghitam, mamae tidak tegang
4. Putting Susu : Menonjol, bersih
5. Pengeluaran Asi : Sedikit, belum lancar
E. Abdomen
1. Involusi Uterus : TFU 2 jari di bawah pusar, posisi di tengah
2. Kandung Kemih : Kosong

20
3. Diastasi Rektus Abdominis :Pemisahan otot rektus abdominalis
> 2,5 tepat setinggi umbilikus
4. Fungsi Pencernaan : Bising usus 12 kali/menit
F. Perineum dan Genital
1. Vagina : Integritas Kulit : Baik Edema : Tidak
ada
Memar : Tidak Hematoma :
Tidak
2. Perineum : Utuh/episiotomi/ruptur
Tanda REEDA : R : Kemerahan : Ya/Tidak
E : Bengkak : Ya/Tidak
E : Echimosis : Ya/Tidak
D : Discharge : Ya/Tidak
A : Approximate : Ya/Tidak
Kebersihan : Bersih, ganti pembalut 4-5 jam hari
3. Lokia
Jumlah : 6 pembalut penuh/hari
Jenis/Warna : Rubra/merah
Konsistensi : Bau anyir terdapatstesol
4. Hemoroid
Derajat : Tidak ada Lokasi : Tidak ada
Berapa Lama : Tidak ada Nyeri/Tidak : Tidak ada
G. Ekstermitas
1. Ekstermitas Atas : Edema : Ya/Tidak
2. Ekstermitas : Nyeri : Ya/Tidak
Varises : Ya/Tidak, Lokasi :
Tanda Homan (Homan’s Sign) +/-
H. Eliminasi
1. Urine : Kebiasaan BAK : 5-6 kali/hari
BAK saat ini :2 kali (dari jam 03.00-09.00 WIB)
2. BAB : Kebiasaan BAB : 1 kali/hari
BAB saat ini : Belum BAB Konstipasi : Ya/Tidak
I. Istirahat dan Kenyamanan
1. Pola Tidur : Pasien tidur 6-8 jam/hari
Pola Tidur Saat : Pasien tidur 3-4 jam/hari

21
2. Keluhan Ketidaknyamanan : Ya/Tidak, Lokasi : Perineum
Sifat : Nyeri seperti di sayat-sayat
Intensitas : Tiap pergerakan
Nyeri : P : Nyeri pada jahhitan perineum
Q : Di sayat-sayat
R : Perineum
S:4
T : Saat begerak
J. Mobilisasi dan Latihan
1. Tingkat Mobilisasi : Pasien belum mampu berjalan
2. Latihan Senam : Pasien tidak latihan
K. Nutrisi dan Cairan
1. Asupan Nutrisi : Pasien makan 3 kali/hari
2. Asupan Cairan : Pasien minum ± 8 gelas/hari
L. Keadaan Mental
1. Adaptasi Psikologi : Pasien mengatakan bahagia karena
anaknya sudah lahir dengan selamat
2. Penerimaan Terhadap Bayi : Pasien menerima kehadiran bayi dan
terlihat bahagia
M. Kemampuan Menyusui :
Pasien sudah mulai menyusui, refleks hisap bayi baik
N. Obat-obatan :
19//2/2019 : Injeksi ampicilin 1 gr/8 jam
O. Keadaan Umum Ibu
TTV : TD : 110/80 mmHg Nadi : 85 x/menit
S : 36,5 ͦc RR : 20 x/menit
P. Jenis Persalinan
Spontan dengan KPD
III. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR
A. Lahir tanggal : 18/2/2019
B. Kelahiran : Tunggal/Gemeli
C. Tindakan resusitasi : -
D. Plasenta : Berat : 400 gr Tali pusat : Panjang 31 cm
Ukuran : Bulat Jumlah Pembuluh Darah : -

22
NILAI APGAR

TANDA NILAI JUMLAH


0 1 2 1 5 10
Denyut Jantung ( ) Tidak ada ( ) < 100 ( ) > 100 2 2 2
Usaha Nafas ( ) Tidak ada ( ) Lambat ( ) Menangis kuat 1 2 2
Tonus Otot ( ) Lumpuh ( ) Ekstermitas ( ) Gerakan aktif 2 2 2
fleksi sedikit
Reflek ( ) Tidak bereaksi ( ) Gerakan sedikit ( ) Reaksi 1 1 2
melawan

Warna ( ) Biru/Pucat ( ) Tubuh ( ) Kemerahan 2 2 2


kemerahan
Jumlah 8 9 10

23
IV. ANALISA DATA

No. Hari / Data Fokus


Tanggal (Ds & Do) Problem Etiologi
Jam
1. Selasa, 19  DS : pasien mengatakan Nyeri akut Agen
Febuari nyeri pada daerah injuri fisik
2019 perineum
09.00 WIB P : luka episiotomi
Q : Disayat-sayat
R : Perineum
S : skala 6
T : hilang timbul tambah
sakit ketika pindah posisi
 DO :
- Pasien terlihat
meringis kesakitan
- pasien tampak
berhati-hati ketika
bergerak di tempat
tidur
- TTV :
TD : 110/70 mmHg,
N : 80 x/menit, RR :
18 x/menit, S : 36,5

2. Selasa , 19  DS : pasien mengatakan Resiko Proses


Febuari 2019 perih pada luka jahitan, Infeksi Persalinan
09.15 WIB pasien mengatakan takut (luka
untuk membersihkan luka episiotomi)
pada jahitannya.
 DO :
- Terdapat luka jahit di
perineum 3 cm
- Tanda REEDA :

24
R : Ada kemerahan
E : bengkak
E : tidak terdapat
kebiruan pada luka
D : tidak terdapat
cairan pada luka
A : tidak ada jahitan
yang tidak menyatu

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
2. Resiko infeksi b.d proses persalinan (adanya luka episiotomi)

VI. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan&
No.DX Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Mengidentifikasi
tindakan 1. Kaji skala nyeri kebutuhan dan
keperawatan selama intervensi yyang
1x24 jam tepat
diharapkan nyeri 2. Anjurkan untuk 2. Untuk
berkurang dengan menggunakan mengalihkan
KH : teknik relaksasi perhatian ibu
1. Skala nyeri 0-1 dari nyeri yang
2. Ekspresi dirasakan
wajah tampak 3. Motivasi untuk 3. Memperlancar
rileks mobilisasi sesuai pengeluaran
3. Tidak merasa indikasi lochea,
nyeri saat mempercepat
mobilisasi involusi dan
4. Keluhan nyeri mengurangi
berkurang nyeri secara
5. Tanda-tanda bertahap.
vital dalam

25
rentang 4. Kolaborasikan 4. Mempercepat
normal (TD : dengan tim medis proses
120/80 mmHg, lain untuk penyembuhan
N : 60-100 pemberian
x/menit, RR : analgetik
16-20 x/menit,
S : 36,5-37,5

2. Setelah dilakukan 1. Anjurkan mencuci 1. Untuk menajaga


tindakan tangan sebelum kebersihan
keperawatan selama memegang area perineum.
2x24 jam perineum
diharapkan tidak 2. Kaji status nutrisi 2. Untuk memenuhi
terjadi infeksi pasien ntrisi pasien.
dengan KH : 3. Lakukan perawatan 3. Mencegah
1. Skala nyeri 0-1 luka dengan teknik terjadinya infeksi.
2. Tidak ada tanda- aseptik
tanda infeksi 4. Lakukan vulva 4. Untuk melihat
3. Tidak ada hygiene dan adanya REEDA.
REEDA anjurkan klien untuk
4. Luka bersih dan selalu
kering membersihkan area
perineum jika mandi
5. Anjurkan klien 5. Untuk
untuk banyak mempercepat
minum dan diet proses
tinggi protein penyembuhan
luka jahit pada
perineum.

26
VII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Hari/ Jam Implementasi Respon Paraf


DX Tanggal
Dx 1 Selasa , 09.30 1. Mengkaji skala  Ds : klien
19 nyeri mengatakan
Febuari nyeri pada
2019 area perineum
p: luka
episiotomi
Q : Disayat-
sayat
R : Perineum
S : skala 6
T : hilang
timbul tambah
sakit ketika
pindah posisi
 Do : paien
Selasa , meringis
19 kesakitan,
Febuari pasien
2019 mambatasi
geraknya.
09. 40 2. Menganjurkan  Ds : Pasien
untuk bersedia untuk
menggunakan melakuka
teknik relaksasi. teknik
relaksasi
 Do: pasien
melakukan
teknik
relaksasi saat
merasakan
nyeri pada

27
perineumnya.
09. 50 3. Memotivasi untuk  Ds: pasien
mobilisasi sesuai bersedia untuk
indikasi mobilisasi
 Do: pasien
mobilisasi
dengan
berjalan ke
kamar mandi.
10.00 4. Mengkolaborasikan  Ds: Pasien
dengan tim medis bersedia diberi
lain untuk obat
pemberian  Do: pemberian
analgetik analgetik

DX 2 10.10 1. Menganjurkan  Ds: Pasien


mencuci tangan bersedia untuk
sebelum memegang mencuci
area perineum. tangan
sebelum
memegang
area perineum
 Do: pasien
mencuci
tangan
sebelum
memegang
area
perineum.
10. 15 2. Mengkaji status  Ds: pasien
nutrisi pasien. mengatakan
nafsu
makannya
baik
 Do: Pasien

28
memakan 1
porsi makanan
dari RS dan
cemilan-
cemilan yg di
bawa dari
rumah.
10.25 3. Melakukan  Ds: Pasien
perawatan luka bersedia untuk
dengan teknik di lakukan
aseptik. perawatan
luka.
 Do: Dilakukan
perawataan
luka pada area
perineum.
10.35 4. Melakukan vulva  Ds: Pasien
hygiene dan bersedia
anjurkan klien untuk dilakukan
selalu perawatan
membersihkan area vulva hygine
perineum jika mandi dan
membersihkan
area perineum
jika mandi.
 Do: pasien
dilakukan vulva
hygine, Lokea:
Rubra
R : Ada
kemerahan
E : bengkak,
E : tidak
terdapat
kebiruan pada

29
luka
D : tidak
Rabu, 20 terdapat cairan
Febuari pada luka
2019 A : tidak ada
jahitan yang
tidak menyatu
11.00 5. Menganjurkan klien  Ds: Pasien
untuk banyak minum bersedia untuk
dan diet tinggi banyak minum
protein dan diet tinggi
protein.
 Do: Pasien
memakan 2
butir tiap
harinya, dan
meminum air
kurang lebih 2
liter

DX 2 08.00 1. Menganjurkan  Ds: Pasien


mencuci tangan bersedia untuk
sebelum memegang mencuci
area perineum. tangan
sebelum
memegang
area perineum
 Do: pasien
mencuci
tangan
sebelum
memegang
area
perineum.

30
08.10 2. Mengkaji status  Ds: pasien
nutrisi pasien. mengatakan
nafsu
makannya
baik
 Do: Pasien
memakan 1
porsi makanan
dari RS dan
cemilan-
cemilan yg di
bawa dari
rumah.

08.20 3. Melakukan  Ds: Pasien


perawatan luka bersedia untuk
dengan teknik di lakukan
aseptik. perawatan
luka.
 Do: Dilakukan
perawataan
luka pada area
perineum.
08. 30 4. Melakukan vulva  Ds: Pasien
hygiene dan bersedia
anjurkan klien untuk dilakukan
selalu perawatan
membersihkan area vulva hygine
perineum jika mandi dan
membersihkan
area perineum
jika mandi.
 Do: pasien
dilakukan vulva

31
hygine, Lokea:
Rubra
R : Ada
kemerahan
E : bengkak,
E : tidak
terdapat
kebiruan pada
luka
D : tidak
terdapat cairan
pada luka
A : tidak ada
jahitan yang
tidak menyatu
08. 30 5. Menganjurkan klien  Ds: Pasien
untuk banyak minum bersedia untuk
dan diet tinggi banyak minum
protein dan diet tinggi
protein.
 Do: Pasien
memakan 2
butir tiap
harinya, dan
meminum air
kurang lebih 2
liter

32
VIII. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Jam Evaluasi Paraf

1 Selasa , 19 S: Pasien mengatakan Nyeri berkurang


Febuari 2019 P : luka episiotomi
Q : Disayat-sayat
R : Perineum
S : Skala 3
T : hilang timbul tambah sakit ketika pindah
posisi
O: Pasien terlihat lebih tenang, pasien mampu ke
kamar mandi secara mandiri.
A: Masalah teratasu sebagian
P: Lanjutkan intervensi.

2 Selasa , 19 S : Pasien mengatakan merasa nyaman setelah di


Febuari 2019 vulva hygiene & ganti pembalut 4-5 jam//hari
O : Lokea: Rubra
R : Ada kemerahan
E : Bengkak
E : Tidak terdapat kebiruan pada luka
D : Tidak terdapat cairan pada luka
A : Tidak ada jahitan yang tidak menyatu
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 Rabu, 20 S : Pasien mengatakan merasa nyaman
Februari 2019 setelahhh di vulva hygiene & ganti pembalut 4-5
jam//hari
O : Lokea: Rubra
R : Ada kemerahan
E : bengkak
E : tidak terdapat kebiruan pada luka
D : tidak terdapat cairan pada luka
A : tidak ada jahitan yang tidak menyatu

33
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

34
DAFTAR PUSTAKA

Gulardi Hanifa Wiknjosastro. (2012). Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Hacker, Moore. (2009). Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Mochtar, Rostam. (2008). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai