Jaka Saputera
Yesi Sulastri
Rina Salman
Tuti Evana Verawati
M Ibnu Sholeh
CI Pendidikan CI Lapangan
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kasus Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. C Dengan Diabetes mellitus Di Ruangan Madinah Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Demikianlah yang dapat kami
sampaikan semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang semakin banyak
jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah karena produksi insulin yang terganggu sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi insulin dalam tubuh (Tarwoto, 2012).
Penderita diabetes sering kali tidak menyadari kalau dirinya mengidap diabetes dan ketika
mereka sadar, sudah terjadi komplikasi. Hal inilah yang menyebabkan penyakit diabetes
sering disebut dengan silent killer. Saat ini penderita DM jumlahnya semakin banyak dan
terus bertambah.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. World
Health Organization/ WHO (2016), memperkirakan sebanyak 422 juta orang dewasa
hidup dengan DM. International Diabetic Foundation (IDF), menyatakan bahwa terdapat
382 juta orang di dunia yang hidup dengan DM, dari 382 juta orang tersebut, diperkirakan
175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga dimungkinkan berkembang progresif
menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Pada tahun 2035 jumlah tersebut
diperkirakan akan naik menjadi 592 juta orang. Sedangkan IDF Atlas (2015), memaparkan
bahwa 415 juta orang dewasa menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2040 penderita
DM akan naik menjadi 642 juta orang.
4
Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan.
Selain itu komplikasi yang dialami dan penanganan yang kompleks dapat mempengaruhi
kondisi psikologis pasien. Salah satu gangguan psikologis yang dapat mucul adalah
depresi. Depresi merupakan gangguan mental umum yang ditandai dengan perasaan
tertekan, kehilangan kesenangann atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah,
gangguan makan dan tidur, menurunnya konsentrasi, dan kurang energi (WHO, 2010).
Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa lebih dari 18
bulan, pasien diabetes tipe 2 pernah mengalami gangguan depresi mayor sekitar 20% dan
distress related diabetic (DRD) sekitar 30% (Chew et.al, 2016). Pada penelitian Peyrot,
dkk (2009) bahkan prevalensi depresi pada pasien diabetes mellitus sebesar 41,3%. Selain
itu, penelitian dari Roy & LIoyal, (2012) mengungkapkan jika prevalensi depresi tiga kali
lebih tinggi pada orang dengan DM yaitu sekitar 12- 43,3 % dibandingkan pada non
diabetes.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan bahwa penderita DM
di provinsi Riau terdiagnosis pada tahun 2013 sebanyak 41.071 orang (Kemenkes RI,
2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2016, angka kejadian
DM dikota Pekanbaru sebanyak 15.233 kasus. Tingginya angka kejadian DM di Pekanbaru
disebabkan oleh seringnya konsumsi makanan yang mengandung tinggi kolesterol,
makanan pedas, makanan yang diolah dengan santan kelapa, dan konsumsi gorengan.
Kejadian tersebut didomisili oleh suku minang dan suku melayu sebagai masyarakat yang
mayoritas berada di kota Pekanbaru (Royanah, 2010).
Di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Diabetes mellitus termasuk 10 kasus
terbanyak dengan urutan no. 3 di tahun 2019. Pada bulan April terdapat 91 kasus, bulan
Mei 35 kasus dan dibulan Juni terdapat 38 kasus.
5
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada pasien dengan masalah utama Diabetes mellitus
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah utama Diabetes
mellitus
c. Menegakkan intervensi pada pasien dengan dengan masalah utama Diabetes mellitus
d. Melakukan implementasi pada pasien dengan masalah utama Diabetes mellitus
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah utama Diabetes
mellitus
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
(Barbara C. Long).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan
Sudart.
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
2. Klasifikasi
Berikut data klasifikasi diabetes mellitus yang dikeluarkan oleh
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau PERKENI:
7
Adalah jenis penyakit diabetes mellitus yang diakibatkan oleh kerusakan sel
penghasil insulin pada pankreas. Kerusakan ini pada umumnya menjurus ke
arah kekurangan insulin mutlak atau absolut yang disebabkan oleh idiopatik
dan auto imun.
2. Diabetes Mellitus tipe 2
Penyakit diabetes mellitus tipe 2 ini penyebabnya tidak hanya satu. Salah
satunya terutama adalah akibat resistensi insulin yaitu banyaknya jumlah
insulin tapi tidak dapat berfungsi. Bisa juga karena kekurangan insulin atau
karena gangguan sekresi atau produksi insulin.
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes MellitusGestasional ini adalah kondisi diabetes yang bersifat
temporer atau sementara. Kondisi ini biasanya dialami oleh para wanita yang
sedang dalam kondisi kehamilan.
4. Diabetes Mellitus tipe lain
Yang disebabkan oleh bermacam misdefek atau cacat genetik. Seperti cacat
genetik fungsi sel pada pankreas, cacat genetik kerja insulin, infeksi,
pankreatitis, dan pengaruh obat atau bahan kimia.
3. Etiologi
Secara umum penyebab terjadinya DM tidak diketahui secara pasti,
namun dimungkinkan karena faktor :
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi
dan proses imun lainnya.
8
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula
mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor.
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa.
Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang
9
lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
4. Fatofisiologi
Pada diabetes mellitus terjadi defesiensi insulin yang disebabkan karena
hancurnya sel – sel beta pankreas karena proses outoimun. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak bisa disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah yang menimbulkan hiperglikemi. Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tiak dapat mengabsobsi semua sisa glukosa yang
akhirnya dikeluarkan bersama urine (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebih
di eksresikan kedalam urine, ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebih, keadaan ini disebut diuresis osmotik.
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan simpanan kalori yang menimbulkan kelelahan,
kegagalan pemecahan lemak dan protein meningkatkan pembentukan badan
keton, merupakan produksi, disamping pemecahan lemak oleh badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbagan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic menimbulkan tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas bau aseton. Bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bagkan kematian.
Pada DM tipe II masalah yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Jika sel –
10
sel beta tidak mampu mengimbangi permintaan kebutuhan akan insulin maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipeII. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin merupakan cirri khas akibat DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetika tadak
terjadi pada DM tipe II, paling sering terjadi pada usia > 30 tahun.
Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes antara lain: pembuluh
– pembuluh kecil (mikroagiopati), pembuluh – pembuluh sedang dan besar
(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetic yang
menyerang kapiler, arterial retina, glomerulus ginjal, syaraf – syaraf perifer, otot
– otot kulit. Makroangiopati mempunyai gambaran berupa arterosklerosis. Pada
akhirnya akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Kalau ini mengenai arteri
– arteri perifer maka dapat mengakibatkan insufusuensi vaskuler perifer yang di
sertai ganggren pada ekstrimitas.
11
5. Pathway (WOC)
6. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Tipe I
Hiperglikemia berpuasa glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia,
polifagia keletihan dan kelemahan ketoasidosis diabetik (mual, nyeri
12
abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat
kesadaran, koma, kematian).
2. Diabetes Tipe II
Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur.
komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer). Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah keluhan:
- Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
- Kelainan ginekologis : keputihan
- Kesemutan, rasa baal
- Kelemahan tubuh
- Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
- Infeksi saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun
daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya
timbul akibat jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka
yang lama tidak sembuh. Pada wanita, keputihan merupakan salah satu
keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli kebidanan.
Jamur terutama candida merupakan penyebab tersering dari keluhan pasien.
Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan
keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada
pasien laki-laki mungkin keluhan impotensi yang menyebabkan pasien datang
ke dokter. Keluhan lain yaitu mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun
gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
Mungkin pula keluhan tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum.
13
Diplopia binokular akibat kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula
merupakan salah satu sebab pasien berobat ke dokter mata.
Diabetes mungkin pula ditemukan pada pasien yang berobat untuk infeksi
saluran kemih dan untuk tuberculosis paru. Jika pada mereka kemudian
ditanyakan dengan teliti mengenai gejala dan tanda DM, pada umumnya juga
akan ditemukan gejala khas DM, yaitu poliuria akibat diuresis osmotic,
polidipsia, polifagia dan berat badan menurun.
7. Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus terbagi dalam dua kategori, yakni
komplikasi jangka pendek (akut) dan komplikasi jangka panjang (kronis).
Hipoglikemia dan ketoasidosis adalah bentuk komplikasi akut, sedangkan
komplikasi yang bersifat kronis terjadi ketika diabetes melitus sudah
memengaruhi fungsi mata, jantung, ginjal, kulit, saluran pencernaan, dan saraf.
Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa menyerang
seluruh organ tubuh. Oleh sebab itu, penderita diabetes harus selalu rutin
memantau dan menjaga kadar gula darahnya agar tetap normal.
1. Komplikasi Diabetes Melitus Akut
Komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh dua hal, yakni
peningkatan dan penurunan kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini
memerlukan penanganan medis segera, karena jika terlambat ditangani akan
menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang, hingga kematian.
Komplikasi diabetes militus akut terbagi ke dalam tiga macam, yakni:
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi di mana terjadinya penurunan kadar gula
darah yang drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak
mengonsumsi obat penurun gula darah, atau terlambat makan. Gejalanya
meliputi penglihatan kabur, detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar,
14
keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah bisa
menyebabkan pingsan, kejang, bahkan koma.
2. Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan
kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes melitus
yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa
sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan
menghasilkan zat keton sebagai sumber energi. Kondisi ini dapat
menimbulkan penumpukan zat asam yang berbahaya di dalam darah,
sehingga menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan kematian,
jika tidak segera mendapat penanganan medis.
3. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit
kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi
akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu
tertentu. Gejala HHS ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas, dan
gangguan kesadaran hingga koma.
Komplikasi akut diabetes adalah kondisi medis serius yang perlu
mendapat penanganan dan pemantauan dokter di rumah sakit.
2. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis
Komplikasi jangka panjang diabetes biasanya berkembang secara
bertahap dan terjadi ketika diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya
kadar gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan
meningkatkan risiko komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh organ
tubuh.
Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus
yaitu:
15
1. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini
disebut retinopatidiabetik, yang berpotensi menyebabkan kebutaan.
Pembuluh darah di mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan
risiko gangguan penglihatan, seperti katarak dan glaukoma.
Deteksi dini dan pengobatan retinopati secepatnya dapat mencegah atau
menunda kebutaan. Penderita diabetes dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan mata secara teratur.
2. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal,
disebut nefropatidiabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal,
bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat
terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci darahrutin ataupun
transplantasi ginjal.
Diabetes dikatakan sebagai silentkiller, karena kerap kali tidak
menimbulkan gejala khas pada tahap awal. Namun pada tahap lanjut,
penderita diabetes akan mengalami gejala seperti anemia, mudah lelah,
pembengkakan pada kaki, dan gangguan elektrolit.
Diagnosis sejak dini, mengontrol glukosa darah dan tekanan darah,
pemberian obat-obatan pada tahap awal kerusakan ginjal, dan membatasi
asupan protein adalah cara yang bisa dilakukan untuk menghambat
perkembangan diabetes yang mengarah ke gagal ginjal.
3. Kerusakan saraf (neuropatidiabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan
saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropatidiabetik
ini terjadi ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat
tingginya gula darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf.
Rusaknya saraf akan menyebabkan gangguan sensorik, yang gejalanya
berupa kesemutan, mati rasa, atau nyeri.
16
Kerusakan saraf juga dapat memengaruhi saluran pencernaan dan
menyebabkan gastroparesis. Gejalanya berupa mual, muntah, dan merasa
cepat kenyang saat makan. Pada pria, komplikasi diabetes melitus dapat
menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi.
Komplikasi jenis ini bisa dicegah dan ditunda hanya jika diabetes
terdeteksi sejak dini, sehingga kadar gula darah bisa dikendalikan dengan
menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat, serta mengonsumsi
obat sesuai anjuran dokter.
4. Masalah kaki dan kulit
Komplikasi diabetes melitus yang juga umum terjadi adalah masalah
pada kulit dan luka pada kaki yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh
darah dan saraf, serta aliran darah ke kaki yang sangat terbatas. Gula darah
yang tinggi mempermudah bakteri dan jamur untuk berkembang biak.
Terlebih adanya penurunan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri,
sebagai akibat dari diabetes.
Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita diabetes berisiko untuk
mudah luka dan terinfeksi sehingga menimbulkan gangren dan ulkus
diabetikum. Penanganan luka pada kaki penderita diabetes adalah dengan
pemberian antibiotik, perawatan luka yang baik, hingga
kemungkinan amputasi bila kerusakan jaringan sudah parah.
5. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan pada
sirkulasi darah di seluruh tubuh termasuk pada jantung. Komplikasi
diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh darah
meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan
arteri (aterosklerosis).
Mengontrol kadar gula darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah
dan menunda komplikasi pada penyakit kardiovaskular.
17
Komplikasi diabetes melitus lainnya bisa berupa gangguan
pendengaran, penyakit Alzheimer, depresi, dan masalah pada gigi dan
mulut.
Penanganan Komplikasi Diabetes Melitus
Prinsip utama penanganan komplikasi diabetes melitus adalah dengan
mengendalikan kadar gula darah agar tidak merusak organ-organ tubuh.
Penanganan yang diberikan mencakup pengobatan secara medis, pengaturan gizi,
dan penerapan pola hidup sehat untuk diabetes.
Semakin baik Anda mengelola kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar
lemak darah, semakin rendah risiko terjadinya komplikasi diabetes melitus. Anda
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter agar penyakit diabetes
terkelola dengan baik.
Pola makan yang tepat, menerapkan pola hidup sehat dengan cara rajin
berolahraga, menjaga berat badan, tidak merokok dan menghindari asap rokok,
serta menghindari peningkatan tekanan darah dan kolesterol, akan mendukung
Anda untuk tetap sehat dan menurunkan risiko komplikasi diabetes melitus.
Jangan lupa untuk selalu proaktif. Jika mengalami salah satu gejala atau
diketahui memiliki faktor risiko seperti yang telah dijelaskan di atas,
segera konsultasikan ke dokter. Jangan mengabaikan tanda dan gejala yang
timbul, karena dapat mempersulit proses pengobatan dan pemulihan komplikasi
diabetes melitus.
18
Kebanyakan penderita adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan
sebagian kecil diabetes mellitus tipe 1, diabetes gestasional dan diabetes karena
sebab lain. "diabetes tergantung insulin" dan"diabetes tidak tergantung insulin"
tidak dipakai lagi sebab dapat menyesatkan; diabetes tidak tergantung insulin
pada stadium lanjut akan tergantung pada insulin juga.
Menurut penelitian pada saat seorang pasien didiagnosis diabetes mellitus
maka sebenarnya proses sudah mulai kira-kira 9-11 tahun sebelumnya. Selain itu
pada saat itu kebanyakan pasien menunjukkan jumlah sel β pancreas yang
menghasilkan insulin sudah tinggal 50%. Oleh karena itu penting untuk dapat
mendeteksi dini adanya diabetes mellitus atau stadium yang lebih ringan yaitu
pra diabetes.
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dan pemantauan pengobatan
diabetes melitus adalah kadar glukosa darah, HbA1c (hemoglobin glikat) dan
yang terbaru albumin glikat. Untuk pemeriksaan penyaring (screening) terhadap
diabetes melitus dapat dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, 2 jam
postprandial (setelahmakan) atau sewaktu, atau kadar HbA1c. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan yang sama dimana apabila sudah ada gejala dan
tanda klinis maka cukup 1x kelainan tetapi apabila tiada tanda klinis maka perlu
sediktnya 2 x kelainan. Apabila hasilnya masih meragukan maka dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah pembebanan dengan minum
larutan 75 gram glukosa.
HbA1c yang merupakan komponen utama dan terbanyak dari
hemoglobin glikat menggambarkan kadar glukosa selama masa 2-3 bulan
sebelumnya sesuai masa paruh eritrosit, dianjurkan untuk diperiksa setiap 3 bulan
sekali pada diabetes melitus yang stabil. Pemeriksaan HbA1c telah dibakukan
(standardisasi) dan diharmonisasi. Oleh karena itu selain untuk memantau
pengobatan diabetes melitus, sekarang juga diajukan untuk penyaring dan
diagnosis diebetes melitus. Akan tetapi hasil pemeriksaan kadar HbA1c
dipengaruhi oleh perubahan eritrosit, dan Hb serta varian Hb sehingga pada
19
keadaan-keadaan dengan kelainan tersebut hasilnya dapat salah. Parameter
terbaru adalah albumin glikat (AG) yang menggambarkan kadar glukosa sesuai
masa paruh albumin yang jauh lebih pendek daripada eritrosit. Dengan demikian
dokter dapat memantau pengobatan dengan lebih cepat..Selain itu parameter AG
jugamenunjukkan beberapa kelebihan dibandingkan HbA1c, misalnya lebih
tepat mencerminkan kontrol glikemik, juga retinopati pada pasien DM tipe 2, dan
perubahan glukosa postprandial serta penyebab semua mortalitas pada pasien
hemodialisis. Akan ketapi parameter ini juga dipengaruhi oleh perubahan kadar
albumin sehingga harus dipertimbangkan bila ada perubahan kadar albumin yang
nyata.
20
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja,
atau diabetes komplikasi,
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau Ditambah
J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan
rumus:
BB (Kg)
21
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100
Kurus (underweight)
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
- Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
- Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap
1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
22
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan
salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui
bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video,
diskusi kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
Mekanisme kerja sulfanilurea
• kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
• kerja OAD tingkat reseptor
Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
(3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
2. Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
(1) DM tipe I
(2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
(3) DM kehamilan
(4) DM dan gangguan faal hati yang berat
(5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(6) DM dan TBC paru akut
23
(7) DM dan koma lain pada DM
(8) DM operasi
(9) DM patah tulang
(10) DM dan underweight
(11) DM dan penyakit Graves
b) Beberapa cara pemberian insulin
(1) Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung
pada beberapa factor antara lain:
(a) lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan,
dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan
setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar
tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
(b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu
30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang
berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
(c) Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
(d) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat
absorpsi insulin.
(e) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini
berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada
subcutan.
(f) Konsentrasi insulin
24
9on Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat
perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u
– 10 maka efek insulin dipercepat.
(2) Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada
kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan
suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
e. Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari
donor hidup saudara kembar identik.
a. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
(Rumahorbo, 1999)
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,
riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau
terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka
rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan
terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3. Pemeriksaan Diagnostik
25
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya,
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
Hal-hal lain yang perlu dikaji:
a. Kaji hiperglikemia dan hipoglikemia
b. Kaji tumbuh kembang anak
c. Satus hidrasi
d. Tanda dan gejala ketoasidosis, nyeri abdomen, mual muntah, pernapasan
kusmaul menurunnya kesadaran.
e. Kaji tingkat pengetahuan
f. Mekanisme koping
g. Kaji nafsu makan
h. Status berat badan
i. Frekuensi berkemih
j. Fatigue
k. Irirtabel
l. Wawancara
a) Riwayat hipertensi
b) Riwayar kesehatan keluarga
c) Pola kehidupan sehari-hari
26
d) Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit yang
berbahaya.
e) Riwayat keluarga Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang
menderita diabetes mellitus (Donna L. Wong : 590)
Pemeriksaan Laboratorium
a. Glikosuria
Diketahui dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam reagensia
seperti benedict, clinitest, dan sebagainya.
b. Hiperglikemia
Pemeriksaan kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat dapat berkisar
antara 8-20 mmol/L (130-800 mg%) atau lebih tergantung beratnya keadaan
penyakit. Biasanya diatas 14 mmol/L dan sesudah makan, gula darah meningkat
lebih tinggi dibandingkan anak normal dan penurunan kadar ke kadar sebelumnya
membutuhkan waktu lebih lama.
c. Ketonuria
d. Kolestrol dapat meningkat
Normalnya di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel dengan gula darah,
tetapi kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu diatas 10 mmol/L)
menunjukkan prognosis jangka panjangnya buruk karena komplikasi seperti
oterosklerosis lebih sering terjadi.
e. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2 menurun, pH merendah. Bila
penyakit berat maka bisa terjadi asidosis metabolik dan perubahan biokimiawi
karena dehidrasinya.
b. Diagnosa Keperawatan
27
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan
sumber informasi.
5. Defisit self care perawatan diri, makan, toileting, berpakaian, mobilisasi b.d
kelemahan fisik
6. PK : Hiperglikemia
28
Manajemen Nutrisi
Manajemen Hiperglikemi
29
- Batasi latihan ketika gula darah
besar dari 250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
30
d) Mukosa bibir kering Klien diharapkan mampu - Pertahankan intake yang akurat
menormalkan :
e) TD : 170/100 mmHg - Monitor status hidrasi (seperti
- Hidrasi kulit :kelembapan mukosa membrane,
f) N : 80x/menit
nadi)
- Kelembaban membran mukosa\
g) RR : 20x/menit
- Monitor status hemodinamik
- Haus yang abormal
o
h) S : 37,2 C termasuk CVP,MAP, PAP
- Pengeluaran urin
- Monitor hasil lab. terkait retensi
- Tekanan darah cairan (peningkatan BUN, Ht ↓)
- Monitor TTV
Pemantauan Cairan
31
diaforesis, diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
32
d) BMI : 25, 28(overweight) Daya Tahan Tubuh
33
- Diskusikan dengan klien kondisi
pengobatan yang mempengaruhi
berat badan
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
35
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat pengkajian klien mengatakan anggota gerak sebelah kiri lemah,
badan klien lemas dan klien tampak lemah. Gula darah 506 mg/dl, TD 130/80
mmHg, T 36,7 C, N 84 x/I dan P 20 x/i.
Ket :
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
X = Meninggal
36
sering sekali minum minuman yang manis secara berlebihan. Klien belum
tahu mengenai penyakit diabetes millitus. jika sakit klien selalu
memeriksakan kesehatanya ke rumah sakit atau klinik terdekat. Selama sakit,
klien mengatakan cemas akan penyakitnya, klien mengatakan ingin cepat
pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti biasanya, klien menuruti pola
makan atau diit yang diberikan dirumah sakit.
Pola nutrisi/metabolik
Program di Rumah Sakit
Klien mengatakan selama sakit klien makan 3x sehari dari rumah sakit
dengan makanan Diit Diabetes Tipe II dan tidak dihabiskan ½ porsi. Minum
11-12 gelas/hari dengan minuman yang disediakan keluarga dan Rumah Sakit
dengan jenis minuman teh tawar dan air putih, berat badannya 62 kg.
Intake makanan
Klien mengatakan biasa makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk pauk,
sayur-sayuran dan buah-buahan, klien menyukai semua jenis makanan, klien
tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
Intake cairan
Klien minum 8-9 gelas per hari dengan minuman yang bervariasi seperti air
putih, teh manis dan susu dan paling suka minum minuman manis, berat
badannya 65 kg.
2. Pola eliminasi
Buang air besar
Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit klien biasa BAB 1 kali
perhari setiap pagi hari dengan karakteristik feces lunak berbentuk, warna
kuning, bau khas. Klien mengatakan saat dirawat di rumah sakit klien BAB 1
kali perhari dengan karakteristik feces lunak berbentuk, bau khas.
37
3. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Dengan alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Oksigen
Klien mengatakan tidak ada sumbatan/ obstruksi jalan nafas oleh adanya
penumpukan secret, dan menggunakan nafas spontan.
5. Pola perceptual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi)
Penglihatan klien kurang berfungsi dengan baik karena mengalami gangguan.
Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien berfungsi dengan baik.
Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul
sekalipun harus dengan tekanan yang kuat.
38
mendukung dirinya dalam kondisi sekarang ini. Klien mengatakan perannya
saat ini adalah sebagai seorang ayah dan seorang suami.
Pemeriksaan nyeri
39
Provokatif/Paliatif (P) : Nyeri tangan kanan post terpeleset di kamar mandi,
nyeri jika beraktifitas, dan berkurang jika beristirahat
Qualitas/Quantitas (Q) : Nyeri tumpul pada tangan kanan
Region/Radiasi (R) : Nyeri pada tangan kanan dan tangan terasa lemah
Skala Seviritas (S) : Skala nyeri sedang (4)
Timing (T) : Setiap beraktifitas/ digerakkan dan nyeri frekuensinya
sering
I. Kepala
Rambut
Warna hitam, bersih, pendek, dan lembab, kulit kepala bersih, tidak
berketombe dan tidak ada lesi.
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak menggunakan kacamata,
penglihatan baik.
Mulut
Lidah bersih, mukosa lembab, gusi baik tidak ada perdarahan, fungsi
pengecapan baik.
Bibir
Bibir berwarna merah dan kering
Gigi
Gigi bersih, tidak ada karang gigi dan tidak menggunakan gigi palsu.
Telinga
Telinga bersih, bentuk simetris, tidak ada gangguan pendengaran.
II. Leher
Tidak terdapat pembesaran tyiroid, dan tidak terpasang tracheostomi
40
III. Tangan
Tangan kanan terpasang infuse RL 20 tpm, tidak ada oedema, tidak ada lecet,
tidak ada masalah/gangguan di tangan, tangan kiri terasa lemah.
Palpasi
Paru-paru : vocal fremitus kanan dan kiri sama
Jantung : ictus cordis teraba
Perkusi
Paru-paru : Suara sonor
Jantung : suara redup
Auskultasi :
Paru-paru : Bunyi vesikuler tidak ada hambatan
Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler
V. Abdomen
Inspeksi √ Normal □ Asites □ Stoma □ Luka
Palpasi : Tympani kuadran 1, 2, 3, 4
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Peristaltik usus 10 x/ menit
VI. Genetelia
Tidak ada kelainaan, tidak terpasang kateter, tidak ada luka
VII. Kaki
Tidak ada odema dan tidak ada fraktur, kaki terasa lemah
VIII. Punggung
Tidak ada lordosis dan tidak ada gangguan dipunggung
41
IX. Program terapi
Ivfd RL 20 tpm, terpasang drip novorapid 5 unit/ jam (10 unit novorapid + 50
cc Nacl dalam Syring pump, cek GD/ 4 jam, jika GD > 180 mg/ dl naikkan
novorapid 0,5 unit/ jam,
Jika 140-180 mg/ dl tetap, jika GD <180 mg/dl turunkan 0,5 unit, jika < GD <
100 mg/dl Stop novorapid 1 jam, piracetam tablet 2 x 1, Anemolat tablet 2 x
1, CPG tablet 1 x 1 .
Mahasiswa
Kelompok 1
42
FORMAT ANALISA DATA
- Data Objektif :
a) Berat badan klien
sebelum sakit 65 kg
setelah sakit 62 kg
Tgl 22/06/19
BB 62 kg
Tgl 23/06/19
BB 62 kg
b)
Klien makan 3x/hari,
menghabiskan 1/2 porsi
makanan dan
mengkonsumsi buah-
buahan
Terpasang drip
novorapid 5 unit/ jam
TD 130/ 80 mmHg
T 36,5 C
43
N 82 x/ menit
P 18 x/ menit
Cek GD/ 2 jam
Tgl 22/06/19
Jam 10.00 Wib
GD 434 Mg/dl
Jam 12.00 wib
GD 429 mg/dl
Jam 14.00 wib
GD 386 mg/dl
Jam 16.00 wib
GD 356 mg/dl
Tgl 23/06/19
Jam 10.00 Wib
GD 335 Mg/dl
Jam 12.00 wib
GD 289 mg/dl
Jam 14.00 wib
GD 302 mg/dl
Jam 16.00 wib
GD 223 mg/dl
44
b) Klien mengaku sering
BAK, bila malam hari
hingga 8-9 kali
c) Klien mengatakan berat
badannya menurun
selama 1 bulan terakhir
dari 65 kg ke 62 kg
-
Data Objektif :
Klien
minum sekitar 2500 cc
sehari
b) Klien terlihat kurang
tidur, karena sering
BAK, terutama pada
malam hari
Urin tgl 22/06/19
3200 cc
Urin tgl 23/06/19
3400 cc
Mukosa bibir kering
Berat badan klien
sebelum sakit 65 kg
setelah sakit
Tgl 22/06/19
BB 62 kg
Tgl 23/06/19
BB 62 kg
45
e) TD : 130/80 mmHg
f) N : 82x/menit
g) RR : 18x/menit
S : 36,5 o C
Cek GD/ 2 jam
Tgl 22/06/19
Jam 10.00 Wib
GD 434 Mg/dl
Jam 12.00 wib
GD 429 mg/dl
Jam 14.00 wib
GD 386 mg/dl
Jam 16.00 wib
GD 356 mg/dl
Tgl 23/06/19
Jam 10.00 Wib
GD 335 Mg/dl
Jam 12.00 wib
GD 289 mg/dl
Jam 14.00 wib
GD 302 mg/dl
Jam 16.00 wib
GD 223 mg/dl
03 Kelemahan Intoleransi aktivitas
Data Subjektif :
46
a) Klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
keluarga
Klien mengatakan
anggota gerak sebelah
kiri lemah
b) Klien mengatakan
lemas dan aktivitas
hanya ditempat tidur
- Data Obejektif :
a) Aktivitas klien dibantu
perawat dan keluarga
b) Klien terlihat lemah
e) Level Aktifitas : Level 3
(membutuhkan bantuan
orang lain)
TD : 130/80 mmHg
f) N : 82x/menit
g) RR : 18x/menit
S : 36,5 o C
47
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
48
Berat badan klien sebelum sakit Aktivitas yang dilakukan :
65 kg
- Kaji apa klien ada alergi makanan
Tgl 22/06/19
- Kerja sama dengan ahli gizi dalam
62 kg menentukan jumlah kalori, protein
dan lemak secara tepat sesuai
Tgl 23/0619
dengan kebutuhan klien.
62 kg
- Ajari klien tentang diet yang
Klien makan 3x/hari, bener sesuai kebutuhan tubuh
menghabiskan 1/2 porsimakanan
- Monitor catatan makanan yang
dan mengkonsumsi buah-
masuk atas kandungan gizi dan
buahan
jumlah kalori
TD 130/80 mmHg
- Timbang BB secara teratur
T 36,8 C
N 82 x/ menit - Pastikan bahwa diet mengandung
P 18 x/ menit makanan yang berserat tinggi
untuk mencegah sembelit
Manajemen Hiperglikemi
49
- Batasi latihan ketika gula darah
besar dari 250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
50
a) Klien minum sekitar 2500 cc Hidrasi - Pertahankan intake yang akurat
sehari
Klien diharapkan mampu - Monitor status hidrasi (seperti
b) Klien terlihat kurang tidur, menormalkan : :kelembapan mukosa membrane,
karena sering BAK, terutama nadi)
- Hidrasi kulit
pada malam hari
- Monitor status hemodinamik
- Kelembaban membran mukosa\
c) Berat badan klien sebelum sakit termasuk CVP,MAP, PAP
65 kg - Haus yang abormal
- Monitor hasil lab. terkait retensi
Tgl 22/06/19 - Pengeluaran urin cairan (peningkatan BUN, Ht ↓)
Pemantauan Cairan
51
diaforesis, diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
52
a) Aktivitas klien dibantu perawat- Kekuatan tubuh bagian bawah.
dan keluarga
Pengajaran : Penentuan
b) Klien terlihat lemah Aktivitas dan Latihan
Daya Tahan Tubuh
c) BB : 62kg Aktivitas yang dilakukan :
Klien diharapkan mampu untuk
e) Level Aktifitas : Level 3 menyeimbangkan : - Ajarkan klien tentang :
(membutuhkan bantuan orang
- Aktivitas a. Tujuan dan kegunaan aktivitas
lain).
dan latihan.
- Daya tahan otot
b. Bagaimana cara melakukan suatu
- Hemoglobin
aktivitas.
- Hematocrit
c. Bagaimana cara memonitor
- Glukosa darah toleransi aktivitas.
- Berikan informasi-informasi
seputar kesehatan fisik klien.
53
- Diskusikan dengan klien kondisi
pengobatan yang mempengaruhi
berat badan
54
CATATAN PERKEMBANGAN
55
11.35 jumlah kalori, GD 356 mg/dl
protein dan lemak
secara tepat sesuai O : Berat badan
dengan kebutuhan klien sebelum
klien. sakit 65 kg
setelah sakit 62
- Mengajari klien kg
11.40 tentang diet yang
benar sesuai Klien makan
kebutuhan tubuh 3x/hari,
menghabiskan 1
- Memonitor gula /2 porsi
12.30 darah sesuai indikasi makanan dan
mengkonsumsi
- Memonitor tanda
buah-buahan
dan gejala poliuri,
12.35
polidipsi, polifagia. Terpasang drip
Keletihan, novorapid 5
pandangan kabur unit/jam dalam
atau sakit kepala syringe pump
56
sesuai
implementasi
57
10.30- Monitor adanya selama 1 bulan
indikasi terakhir dari 65
retensi/overload kg ke 62 kg
cairan (seperti
O : Klien
:edem, asites,
minum sekitar
distensi vena leher)
2500 cc sehari
11.25- Monitor status
Klien terlihat
nutrisi
kurang tidur,
- Kaji tentang riwayat karena sering
jumlah dan tipe BAK, terutama
11.30 intake cairan dan pada malam
pola eliminasi hari
58
GD 356 mg/dl
A : Masalah
keperawatan
kekurangan
volume cairan
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
sesuai
implementasi
- Menjadwalkan klien
10.00 untuk latihan-latihan Klien mengatak
fisik secara rutin. an lemas
a)
10.30- Membantu klien O : Aktivitas klien
dengan aktivitas- dibantu
aktivitas fisik. perawat dan
keluarga
11.25- Memonitor respon
fisik, sosial, dan Klien terlihat
spiritual dari klien lemah
terhadap
BB : 62kg
aktivitasnya.
Level
- MemBerikan
Aktifitas :
informasi kepada
Level
59
11.35 klien bagaiamana 3(membutuhk
teknik-teknik untuk an bantuan
menyimpan energi. orang lain).
- Memberikan A : Masalah
11.40 informasi-informasi Intoleransi
seputar kesehatan aktivitas
fisik klien. belum teratasi
- Mendiskusikan
dengan klien kondisi
12.35 pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan
- Mendiskusikan
13.00 hubungan resiko
berat badan normal
dan tidak normal
- Memeri informasi
13.05 kepada klien tentang
berat badan yang
ideal
60
14.00- Mendiskusikan
bersama klien
metode tentang
intake makanan
sehari-hari
- Meminta informasi
15.00 dari klien, apakah
ada dukungan luar
yang mempengaruhi
berat badannya
16.00- Mengkaji
peningkatan
keseimbangan
makanan
CATATAN PERKEMBANGAN
61
Minggu Perubahan Nutrisi 08.00- Mengamati Jam 17.00 Wib Kelompok 1
Kurang dari kecenderungan
23-06- S : klien mengatakan
Kebutuhan Tubuh pengurangan dan
2019 sering merasa lapar
b.d Penurunan dan penambahan BB
dan haus
Insulin
Menimbang BB
klien mengatakan
secara teratur (62 kg)
berat badannya
Melakukan menurun selama 1
08.30 pemeriksaan gula bulan terakhir dari
darah / 2 jam 65 kg ke 62 kg
62
bener sesuai mengkonsumsi
kebutuhan tubuh buah-buahan
12.30
- Memonitor gula TD 130/80 mmHg
darah sesuai indikasi T 36,8 C
12.35 N 82 x/ menit
- Memonitor tanda
P 18 x/ menit
dan gejala poliuri,
A : Masalah
polidipsi, polifagia.
keperawatan
Keletihan,
perubahan nutrisi
pandangan kabur
belum teratasi
atau sakit kepala
P : Intervensi
13.00
- Memonitor TTV dilanjutkan sesuai
sesuai indikasi implementasi
63
- Memonitor status Urin 3400 cc
hemodinamik
10.00 Klien mengatakan
- Monitor TTV berat badannya
menurun selama 1
Melakukan
bulan terakhir dari
pemeriksaan gula
65 kg ke 62 kg
10. 20 darah / 4 jam
O : Klien
10.30- Monitor adanya
minum sekitar 25
indikasi
11.25 00 cc sehari
retensi/overload
cairan (seperti Klien terlihat
:edem, asites, kurang tidur,
11.35 distensi vena leher) karena sering
BAK, terutama
- Monitor status
pada malam hari
nutrisi
Berat badan klien
- Kaji tentang riwayat
11.40 sebelum sakit 65
jumlah dan tipe
kg setelah sakit 62
intake cairan dan
kg
pola eliminasi
12.30
TD : 130/80 mmHg
- Mengkaji
f) N : 82 x/menit
kemungkinan factor
g) RR : 18 x/menit
resiko terjadinya
S : 36,5o C
imbalan cairan Jam 10.00 Wib
(seperti :
GD 335 Mg/dl
hipertermia, gagal
Jam 12.00 wib
jantung, diaforesis,
13.00 diare, muntah, GD 289 mg/dl
infeksi, disfungsi Jam 14.00 wib
hati) GD 302 mg/dl
14.30 Jam 16.00 wib
64
- Memonitor BB, GD 223 mg/dl
intake dan output
15.20
A : Masalah
- Monitor membrane
keperawatan
mukosa, turgor dan
kekurangan
16.10 rasa haus
volume cairan
- Monitor warna dan belum teratasi
kuantitas urin P : Intervensi
dilanjutkan sesuai
implementasi
65
klien bagaiamana bantuan orang
teknik-teknik untuk lain).
menyimpan energi.
A : Masalah
11.40
- Memberikan Intoleransi
informasi-informasi aktivitas belum
seputar kesehatan teratasi
12.30 fisik klien.
P : Intervensi
- Miskusikan dengan dilanjutkan
12.35 klien hubungan sesuai
antara intake implementasi
maknan, latihan,
peningkatan berat
badan dan
13.00 kehilangan berat
badan
- Mendiskusikan
dengan klien kondisi
13.05 pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan
- Mendiskusikan
hubungan resiko
berat badan normal
14.00 dan tidak normal
- Memberi informasi
kepada klien tentang
berat badan yang
15.00 ideal
66
15.30- Mendiskusikan
bersama klien
metode tentang
intake makanan
sehari-hari
15.50
- Meminta informasi
dari klien, apakah
ada dukungan luar
yang mempengaruhi
berat badannya
16.15- Mengkaji
peningkatan
keseimbangan
makanan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
67
A. KESIMPULAN
Ditinjau dari genetik, penyebab dan perjalanan penyakit, DM pada anak dan
remaja berbeda dengan DM pada orang dewasa. Diabetes mellitus pada anak dan
remaja terutama merupakan akibat kerusakan sel-sel beta pancreas yang
memproduksi insulin, sehingga suntikan insulin merupakan satu-satunya cara
pengobatan. Diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar
insulin tinggi atau normal yang disebut resistensi insulin Gejala klinik diabetes
mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas, berat badan menurun, kesemutan, gatal,
mata kabur, impotensia (pada pria), pruritus vulvae (pada wanita).
Manfaat olah raga :
Meningkatkan kemampuan gerak
Meningkatkan derajat sehat dinamis
Awet muda dalam kemampuan fungsional
Meningkatkan kualitas hidup
Menyembuhkan diabetes
Mencegah terjadinya penyakit gangguan aliran darah (PJK, stroke) Menyembuhkan
PJK yang ringan
B. SARAN
1. Bagi Mahasisiwa
Diharapkan dapat menjadikan sumber bacaan dan referensi mahasiswa dalam
peningkatan ilmu pengetahuan sehingga mahasiswa dapat meningkatkan
keterampilannya dalam melakukan proses keperawatan
68
Institusi pendidikan diharapakan dapat lebih memberikan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa terutama dalam kegiatan pembelajaran untuk penerapan
asuhan keperawatan dengan kasus diabetes mellitus
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan agar lebih
baik khususnya pada pasien dengan kasus diabetes mellitus.
69
DAFTAR PUSTAKA
70