Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) di kawasan Asia Tenggara
populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050
diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Hasil
proyeksi penduduk 2010-2035, Indonesia akan memasuki periode lansia
(ageing), dimana 10% pendudukakan berusia 60 tahun ke atas, pada tahun 2010
proyeksi penduduk lansia 7,6% dan terus meningkat pada tahun 2035 mencapai
15,8%. Provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta
(13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga
provinsi dengan persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat
(4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%) (KemenKes RI, 2017).
Prevalensi lansia di Provinsi Riau pada tahun 2017 sebanyak 91.3%. Pada
tahun 2020 jumlah populasi lansia diperkirakan di provinsi Riau terhitung dari
usia 50 tahun keatas didapatkan 551.104 jiwa atau 10,38% dari seluruh jumlah
penduduk yang ada di wilayah Propinsi Riau, sedangkan khusus di Kota
Pekanbaru berjumlah 84.495 jiwa atau 10,52% dari seluruh jumlah penduduk
yang ada di Kota Pekanbaru (KemenKes RI, 2016).
Menurut Darmojo (2010) lanjut usia diartikan sebagai fase menurunnya
kemampuan akal, dan fisik termasuk organ tubuh yang akan menyebabkan
perubahan-perubahan pada sistem organ tersebut. Pada tahap lanjut usia akan
mengalami perubahan-perubahan terutama pada perubahan fisiologis karena
dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun
baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Salah satu gangguan
kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem
kardiovaskuler yaitu terjadi penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, serta penurunan kemampuan jantung untuk
memompa darah. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume
darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Osteoartritis (OA) merupakan golongan penyakit rematik yang paling
sering menimbulkan gangguan sendi, dan menduduki urutan pertama baik yang
pernah dilaporkan di Indonesia maupun di luar negeri. Para ahli yang meneliti
penyakit ini sekarang sepakat bahwa OA merupakan penyakit gangguan
homeostasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan
kartilago yang penyebabnya diperkirakan multifaktorial antara lain oleh karena
faktor umur, stres mekanis atau kimia, penggunaan sendi yang berlebihan,
defek anatomik, obesitas, genetik dan humoral.
Training of Trainer, atau dalam bahasa Indonesia adalah Pelatihan untuk
Pelatih. Definisi secara luasnya adalah pelatihan yang diperuntukkan bagi orang
yang diharapkan setelah selesai pelatihan mampu menjadi pelatih dan mampu
mengajarkan materi pelatihan tersebut kepada orang lain. Studi literature
terhadap 7 artikel sistematika review dan 2 meta-analisis tentang efektivitas
strengthening exercise dan aerobik pada OA lutut di Tokyo, dikatakan bahwa
latihan peregangan otot dan latihan aerobik efektif menurunkan nyeri dan
meningkatkan fungsi fisik pada pasien OA lutut derajat ringan sampai sedang.
Jadi dapat dikatakan bahwa nyeri pada pasien OA lutut derajat I dan II dapat
dikurangi dengan melakukan exercise seperti ROM (fleksi extensi lutut),
strengthening exercise dan aerobik. Berdasarkan dari hasil survey dengan
melakukan wawancara pada 10 orang lansia yang menderita OA di PSTW
Khusnul Khotimah menyebutkan bahwa mereka hanya melakukan senam
seminggu sekali dan tidak pernah melakukan latihan khusus untuk mengurangi
nyeri pada sendinya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada TOT ini adalah apakah pramulansia mampu
melakukan bimbingan latihan lutut terhadap lansia yang menderita osteoarthritis
di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum TOT ini adalah untuk melaksanakan kegiatan training of trainer
pramu lansia terhadap lansia yang menderita osteoarthritis sesuai dengan
konsep dan teori yang telah disampaikan selama profesi ners.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan kegiatan training of trainer ini, diharapkan:
1) Pramulansia mengerti tentang osteoporosis pada lansia
2) Pramu lansia diharapkan mampu menerapkan latihan lutut yang telah
diajarkan kepada lansia dengan masalah osteoarthtris.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Osteoarthritis (OA) adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan
progresif dan biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai
dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan
kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada
tubuh (American College of Reumathology, 2015).

2.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan Etiologi
Berdasarkan etiologinya, osteoarthritis dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu OA Primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga sebagai OA
ideopatik dimana penyebabnya tidak diketahui. OA sekunder terjadi
disebabkan oleh suatu penyakit ataupun kondisi tertentu, contohnya adalah
karena trauma, kelainan congenital dan pertumbuhan, kelainan tulang dan
sendi ( Maya, 2014).
2. Berdasarkan Letaknya
OA sering terjadi pada bagian sendi yaitu pada tangan, lutut, panggul
dan vertebra. OA pada tangan diduga memiliki karakteristik hereditas bisa
diturunkan dari keluarga. Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering
mengalami osteoarthritis. Gejala yang terjadi seperti kekakuan sendi,
bengkak dan nyeri yang dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan
melakukan aktifitas lain.
OA pada sendi panggul juga sering terjadi. Gejala yang dirasakan
sama seperti OA yang terjadi pada lutut, namun bedanya pada kasus ini
gejala akan terasa pada bagian panggul.OA pada vertebrata dapat
menimbulkan kekakuan dan nyeri pada bagian leher maupun bagian
punggung bawah. Pada beberapa kasus perubahan struktur tulang yang
disbabkan oleh penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan saraf
yang terletak di columna vertebralis.
3. Berdasarkan derajat keparahannya
Klasifikasi tingkat keparahan OA :
1) Grade 0 : normal
2) Grade 1 : sendi normal, terdapat sedikit osteofit.
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah
sendi normal, terdapat kista subkondral.
4) Grade 3 : osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang,
terdapat penyempitan celah sendi.
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista
subkondral dan sckerosis.

2.3 Etiologi
Hampir pada setiap aktifitas sehari-hari terjadi penekanan pada sendi,
terutama sendi yang menjadi tumpuan beban tubuh seperti pergelangan kaki,
lutut dan panggul. Hal tersebut memiliki peranan penting dalam terjadinya OA.
Banyak peneliti percaya perubahan degenerative merupakan hal yang mengawali
terjadinya OA primer (Carlos, 2015).

2.4 Patofisiologi
Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoarthritis yaitu fase
inisiasi, fase inflamasi, nyeri, fase degradasi.
1) Fase Inisiasi
Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang
mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel, faktor
tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormon,
transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors
(CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi khondrosit untuk mensintesis DNA
dan protein seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang peran
penting dalam perbaikan rawan sendi.
2) Fase Inflamasi
Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitife terhadap IGF-1 sehingga
meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit yang
mempengaruhi sendi. IL-1 (Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor –α
(TNF-α) mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase
untuk membuat produk inflamasi pada osteoarthritis. Produk inflamasi
memiliki dampak negative pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago
sendi, dan menghasilkan kerusakan kerusakan pada sendi.
3) Fase Nyeri
Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas ibrinogenik dan
penurunan aktivitas fibrinolitik. Roses ini menyebabkan penumpukan
thrombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan
interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Nyeri juga diakibatkan
oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang
berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular
akibat stasis vena pada proses remodeling trabekula dan subkondrial.
4) Fase Degradasi
IL-1 mempunyai efek multiple pada sel cairan sendi yaitu meningkatkan
sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag didalam
cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis, ,material
asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin
aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang khondrosit untuk
memproduksi CSFs. Faktor pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh
yang berlawanan selama perkembangan OA. Sitokin cenderung
merangsang degradasi komponen matriks rawan sendi sedangkan faktor
pertumbuhan merangsang sintesis (Maya, 2014).

2.5 Manifestasi klinis


1) Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
sum-sum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit,
distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme otot atau ligament. Nyeri
terjadi ketika melakukan aktiiftas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa
berkurang dengan istirahat.
2) Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari
ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
3) Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi
rawan.
4) Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan
pergerakan sendi yang progresif.
5) Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Maya,
2014).

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Untuk menentukan diagnostic OA selain melalui pemeriksaan fisik
juga diperlukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan
laboraotium. Foto polos dapat digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis OA walaupun sensivitasnya rendah terutama pada OA tahap awal.
USG menjadi pilihan untuk menegakkan diagnosis OA karena selain murah,
mudah diakses serta lebih aman dibanding sinar – X, CT Scan atau MRI
(Amoako, 2014).

2.7 Penatalaksaan
1) Terapi Konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi
berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga.
2) Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,
transerve friction ( tekhnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan
stimulasi otot, elektroterapi.
3) Pertolongan Ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang
bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et, al,
2010).
4) Farmakoterapi
Analgesik/ anti-inflammatory agents.
5) Pembedahan
- Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan
rata infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan kedalam
kelompok 1 debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi,
kelompok 3 merupakan kelompok placebo hanya dengan insisi kulit.
- Khondroplasti : menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniscus.
- Autologous chondrocyte transplantation (ACT).
- Autologous osteochondral transplantation (OCT).
2.8 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
2.8.1 Pendahuluan
1) Pokok bahasan : Sosialisasi Penurunan Intensitas Nyeri
Dengan Cara Latihan Lutut Pada Penghuni
Wisma Dengan Masalah Osteoartritis
2) Sub pokok bahasan : a. Defenisi Osteoartritis
b. Penyebab Osteoartritis
c. Tanda Dan Gejala Osteoartritis
d. Latihan lutut untuk mengurangi intensitas
nyeri pada penderita osteoartritis
3) Hari/Tanggal/ Tahun : Sabtu/28 Desember 2019
4) Durasi waktu : 15-30 menit
5) Tempat : Ruangan Aula Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) khusnul Khotimah Pekanbaru
6) Sasaran : Pramulansia
7) Jumlah peserta : 15 orang
2.8.2 Tujuan
1) Tujuan umum : Setelah mengikuti penyuluhan selama 15-30
menit diharapkan klien memahami tentang penanganan nyeri pada
pasien.osteartritis dengan meggunakan latihan
2) Tujuan khusus : Setelah mengikuti penyuluhan selama 15-30
menit diharapkan klien memahami tentang defensi osteoartritis, penyebab
osteoartritis, tanda dan gejala osteoartritis, penanganan pada pasien
oteoartritis
2.8.3 Materi : Terlampir
2.8.4 Metode : Role play, Forum Group Discussion (FGD)
2.8.5 Sasaran : Pramulansia
2.8.6 Strategi : Hari/Tanggal : Sabtu /28 Desember 2019
Waktu : 10.00 Wib
Tempat : Aula PSTW Khusnul Khotimah
2.8.7 Media : Video tutorial
Leaflet
2.8.8 Struktur pengorganisasian
1) Leader : Yesi Sulastri

2) Observer : Jaka Saputera

3) Fasilitator : 1. Rina Salman

2. Tuti Evana

3. Ibnu Sholeh

4) Peserta : Pramulansia

2.8.9 Uraian Tugas


a. Leader
Menyampaikan penyuluhan kepada peserta dan memimpin demonstrasi
yang dilakukan mahasiswa.
b. Fasilitator
 Memfasilitasi peserta agar berperan aktif
 Menjalankan absensi kegiatan
c. Observer
 Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
 Membuat laporan evaluasi TOT yang telah dilaksanakan

2.8.10 Setting Tempat

M L O PA PK

F F

P P P P

P P P P

P P P P

Keterangan :

L : Leader
O : Observer
P : Peserta
PA : Preseptor Akademik
PK : Preseptor Klinik
F : Fasilitator
M : Media

2.8.11 Kriteria Evaluasi


1) struktur
a. 100% pramulansia mengikuti pendidikan kesehatan
b. Tempat, media, serta alat pendidikan kesehatan tersedia sesuai rencana
2) Proses
a. Peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Peserta yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3) Hasil
80 % pramulansia mengerti dan mampu memperagakan latihan lutut untuk
mengurangi nyeri pada penderita osteoarthritis.

2.8.12 Kegiatan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1 Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam


. (5 menit)  Menanyakan perasaan  Menjawab
pramulansia
 Memperkenalkan  Memperhatikan
mahasiswa dan preceptor
klinik dan akademik
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
 Menjelaskan kontrak  Memperhatikan
waktu
2 Penyajian  Menjelaskan tentang  Memperhatikan dan
. (15 menit) defenisi osteoartritis mendengarkan
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan dan
penyebab osteoartritis mendengarkan
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan dan
tanda dan gejala mendengarkan
osteortritis
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan dan
tujuan latihan lutut mendengarkan
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan dan
macam-maacam latihan mendengarkan
lutut
 Mendemonstrasikan  Memperhatikan dan
tentang tata cara mendengarkan
pelaksanaan latihan lutut
 Memberikan kesempatan
 Bertanya
bertanya
 Memberikan
 Memperhatikan
reinforcement positif
 Menjawab pertanyaan
 Memperhatikan dan
mendengarkan
 Memberikan kesempatan
 Mendemonstrasikan
peserta untuk
redemonstrasi
 Memberikan
 Memperhatikan
reinforcement positif
 Memberikan doorprize
 Memperhatikan
kepada peserta yang
dapat
mendemonstrasikan
kembali

3 Penutup  Meminta peserta untuk  Menjawab


. (5 menit) Mengungkapkan
perasaan setelah kegiatan
 Memberikan  Memperhatikan
reinforcement positif atas
keaktifan peserta
 Menyimpulkan dan  Memperhatikan
menutup diskusi
 Mengucapkan salam  Menjawab salam
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Osteoarthritis (OA) adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik
dan progresif dan biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut
ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang.
Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan
biokimia pada tubuh. Penyebab OA bisanya dikelompokkan menjadi OA Primer
dan OA sekunder. OA primer disebut juga sebagai OA ideopatik dimana
penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan OA sekunder terjadi disebabkan oleh
suatu penyakit ataupun kondisi tertentu, contohnya adalah karena trauma,
kelainan congenital dan pertumbuhan, kelainan tulang dan sendi. Tanda dan
gejala yang sering muncul pada OA biasanya nyeri pada sendi, kekakuan pada
sendi, krepitasi, pembengkakan pada tulang dan deformitas sendi. Intervensi
mandiri yang dapat dilakukan baik perawat maupun pramu lansia yaitu latihan
lutut untuk mengurangi nyeri pada lansia dengan os grade 1-2.

3.2 Saran
Diharapkan kepada perawat dan pramu lansia untuk menerapkan latihan
lutut untuk mengurangi nyeri ini pada lansia yang terkena OA dengan prosedur
yang sesuai. Dan mengajarkan kepada lansia tentang latihan lutut ini, agar lansia
mampu melakukan latihannya secara mandiri bila nyerinya datang sewaktu-
waktu. Untuk lansia yang terkena OA diharapkan dapat melakukan latihan lutut
untuk mengurangi nyeri secara mandiri yang sesuai dengan prosedur atau sesuai
dengan yang sudah di praktikan/ diajarkan dengan perawat dan pramu lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo. 2010. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI: Jakarta
Kemenkes Ri. 2016. Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat. Artikel.
Diakses Dari Www.Depkes.Go.Id.
.2017. Pusat Data Dan Informasi Analisis Lansia Di Indonesia.
Diakses Dari Www.Depkes.Go.Id.
Safitri. 2017. Senam Osteoarthritis.
https://m.youtube.com/watch?v=bVG7U6CWKNw diakses pada tanggal
21 desember 2019

Anda mungkin juga menyukai