PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Osteoarthritis (OA) adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan
progresif dan biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai
dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan
kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada
tubuh (American College of Reumathology, 2015).
2.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan Etiologi
Berdasarkan etiologinya, osteoarthritis dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu OA Primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga sebagai OA
ideopatik dimana penyebabnya tidak diketahui. OA sekunder terjadi
disebabkan oleh suatu penyakit ataupun kondisi tertentu, contohnya adalah
karena trauma, kelainan congenital dan pertumbuhan, kelainan tulang dan
sendi ( Maya, 2014).
2. Berdasarkan Letaknya
OA sering terjadi pada bagian sendi yaitu pada tangan, lutut, panggul
dan vertebra. OA pada tangan diduga memiliki karakteristik hereditas bisa
diturunkan dari keluarga. Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering
mengalami osteoarthritis. Gejala yang terjadi seperti kekakuan sendi,
bengkak dan nyeri yang dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan
melakukan aktifitas lain.
OA pada sendi panggul juga sering terjadi. Gejala yang dirasakan
sama seperti OA yang terjadi pada lutut, namun bedanya pada kasus ini
gejala akan terasa pada bagian panggul.OA pada vertebrata dapat
menimbulkan kekakuan dan nyeri pada bagian leher maupun bagian
punggung bawah. Pada beberapa kasus perubahan struktur tulang yang
disbabkan oleh penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan saraf
yang terletak di columna vertebralis.
3. Berdasarkan derajat keparahannya
Klasifikasi tingkat keparahan OA :
1) Grade 0 : normal
2) Grade 1 : sendi normal, terdapat sedikit osteofit.
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah
sendi normal, terdapat kista subkondral.
4) Grade 3 : osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang,
terdapat penyempitan celah sendi.
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista
subkondral dan sckerosis.
2.3 Etiologi
Hampir pada setiap aktifitas sehari-hari terjadi penekanan pada sendi,
terutama sendi yang menjadi tumpuan beban tubuh seperti pergelangan kaki,
lutut dan panggul. Hal tersebut memiliki peranan penting dalam terjadinya OA.
Banyak peneliti percaya perubahan degenerative merupakan hal yang mengawali
terjadinya OA primer (Carlos, 2015).
2.4 Patofisiologi
Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoarthritis yaitu fase
inisiasi, fase inflamasi, nyeri, fase degradasi.
1) Fase Inisiasi
Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang
mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel, faktor
tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormon,
transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors
(CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi khondrosit untuk mensintesis DNA
dan protein seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang peran
penting dalam perbaikan rawan sendi.
2) Fase Inflamasi
Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitife terhadap IGF-1 sehingga
meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit yang
mempengaruhi sendi. IL-1 (Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor –α
(TNF-α) mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase
untuk membuat produk inflamasi pada osteoarthritis. Produk inflamasi
memiliki dampak negative pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago
sendi, dan menghasilkan kerusakan kerusakan pada sendi.
3) Fase Nyeri
Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas ibrinogenik dan
penurunan aktivitas fibrinolitik. Roses ini menyebabkan penumpukan
thrombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan
interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Nyeri juga diakibatkan
oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang
berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular
akibat stasis vena pada proses remodeling trabekula dan subkondrial.
4) Fase Degradasi
IL-1 mempunyai efek multiple pada sel cairan sendi yaitu meningkatkan
sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag didalam
cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis, ,material
asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin
aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang khondrosit untuk
memproduksi CSFs. Faktor pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh
yang berlawanan selama perkembangan OA. Sitokin cenderung
merangsang degradasi komponen matriks rawan sendi sedangkan faktor
pertumbuhan merangsang sintesis (Maya, 2014).
2.7 Penatalaksaan
1) Terapi Konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi
berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga.
2) Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,
transerve friction ( tekhnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan
stimulasi otot, elektroterapi.
3) Pertolongan Ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang
bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et, al,
2010).
4) Farmakoterapi
Analgesik/ anti-inflammatory agents.
5) Pembedahan
- Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan
rata infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan kedalam
kelompok 1 debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi,
kelompok 3 merupakan kelompok placebo hanya dengan insisi kulit.
- Khondroplasti : menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniscus.
- Autologous chondrocyte transplantation (ACT).
- Autologous osteochondral transplantation (OCT).
2.8 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
2.8.1 Pendahuluan
1) Pokok bahasan : Sosialisasi Penurunan Intensitas Nyeri
Dengan Cara Latihan Lutut Pada Penghuni
Wisma Dengan Masalah Osteoartritis
2) Sub pokok bahasan : a. Defenisi Osteoartritis
b. Penyebab Osteoartritis
c. Tanda Dan Gejala Osteoartritis
d. Latihan lutut untuk mengurangi intensitas
nyeri pada penderita osteoartritis
3) Hari/Tanggal/ Tahun : Sabtu/28 Desember 2019
4) Durasi waktu : 15-30 menit
5) Tempat : Ruangan Aula Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) khusnul Khotimah Pekanbaru
6) Sasaran : Pramulansia
7) Jumlah peserta : 15 orang
2.8.2 Tujuan
1) Tujuan umum : Setelah mengikuti penyuluhan selama 15-30
menit diharapkan klien memahami tentang penanganan nyeri pada
pasien.osteartritis dengan meggunakan latihan
2) Tujuan khusus : Setelah mengikuti penyuluhan selama 15-30
menit diharapkan klien memahami tentang defensi osteoartritis, penyebab
osteoartritis, tanda dan gejala osteoartritis, penanganan pada pasien
oteoartritis
2.8.3 Materi : Terlampir
2.8.4 Metode : Role play, Forum Group Discussion (FGD)
2.8.5 Sasaran : Pramulansia
2.8.6 Strategi : Hari/Tanggal : Sabtu /28 Desember 2019
Waktu : 10.00 Wib
Tempat : Aula PSTW Khusnul Khotimah
2.8.7 Media : Video tutorial
Leaflet
2.8.8 Struktur pengorganisasian
1) Leader : Yesi Sulastri
2. Tuti Evana
3. Ibnu Sholeh
4) Peserta : Pramulansia
M L O PA PK
F F
P P P P
P P P P
P P P P
Keterangan :
L : Leader
O : Observer
P : Peserta
PA : Preseptor Akademik
PK : Preseptor Klinik
F : Fasilitator
M : Media
2.8.12 Kegiatan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
3.1 Kesimpulan
Osteoarthritis (OA) adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik
dan progresif dan biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut
ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang.
Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan
biokimia pada tubuh. Penyebab OA bisanya dikelompokkan menjadi OA Primer
dan OA sekunder. OA primer disebut juga sebagai OA ideopatik dimana
penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan OA sekunder terjadi disebabkan oleh
suatu penyakit ataupun kondisi tertentu, contohnya adalah karena trauma,
kelainan congenital dan pertumbuhan, kelainan tulang dan sendi. Tanda dan
gejala yang sering muncul pada OA biasanya nyeri pada sendi, kekakuan pada
sendi, krepitasi, pembengkakan pada tulang dan deformitas sendi. Intervensi
mandiri yang dapat dilakukan baik perawat maupun pramu lansia yaitu latihan
lutut untuk mengurangi nyeri pada lansia dengan os grade 1-2.
3.2 Saran
Diharapkan kepada perawat dan pramu lansia untuk menerapkan latihan
lutut untuk mengurangi nyeri ini pada lansia yang terkena OA dengan prosedur
yang sesuai. Dan mengajarkan kepada lansia tentang latihan lutut ini, agar lansia
mampu melakukan latihannya secara mandiri bila nyerinya datang sewaktu-
waktu. Untuk lansia yang terkena OA diharapkan dapat melakukan latihan lutut
untuk mengurangi nyeri secara mandiri yang sesuai dengan prosedur atau sesuai
dengan yang sudah di praktikan/ diajarkan dengan perawat dan pramu lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo. 2010. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI: Jakarta
Kemenkes Ri. 2016. Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat. Artikel.
Diakses Dari Www.Depkes.Go.Id.
.2017. Pusat Data Dan Informasi Analisis Lansia Di Indonesia.
Diakses Dari Www.Depkes.Go.Id.
Safitri. 2017. Senam Osteoarthritis.
https://m.youtube.com/watch?v=bVG7U6CWKNw diakses pada tanggal
21 desember 2019