KESEIMBANGAN
CAIRAN dan
ELEKTROLIT
Osmolality plasma ↑
Thirst ↑ ADH ↑
Water ingesti ↑ water exc ↓
Water retensi
Osmolaliti plasma ↓
Vol sirkulasi ↑
DEHIDRASI
Tubuh kekurangan cairan
Etiologi kekurangan cairan :
Melalui sal cerna
Muntah
Bocor
perdarahan
Melalui sal kencing
Pemakaian diuretik
Penyakit ginjal
diabetes
Melalui kulit
Luka bakar
Keringat ↑↑
Perpindahan keruang dalam badan
Peritonitis
Pankreatitis
DERAJAT DEHIDRASI
a. Dehidrasi berat
kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159 – 166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi & pernafasan meningkat
kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi sedang
kehilangan cairan 2-4L atau antara 5-10% BB
serum natrium 152-158 mEq/L
mata cekung
c. Dehidrasi ringan
kehilangan cairan 5 % BB atau 1,5 – 2 L
Pengobatan :
Sesuai penyakit dasar
Pemberian cairan oral – parenteral
berikan larutan isotonic (RL, NaCl 0,9 %)
untuk tatalaksana kehilangan cairan dan
bisa digunakan pada hipotensi. Jika sudah
normal dapat diberikan larutan hipotonik
(NaCl 0.45%)
2. Hipervolemia
Na+ dan air tertahan dengan proporsi yang
kurang lebih sama dengan di dalam CES.
Penyebab: gagal ginjal, gagal jantung, sirosis
hepatis
Manifestasi klinis: takikardi; peningkatan BP,
vena sentral, BB, jumlah urin; napas pendek &
mengi
Intervensi: mencegah fluid volume electrolyte
(FVE) dengan diet natrium, mendeteksi FVE
(memantau asupan, istirahat, dll), berikan posisi
fowler tinggi agar cairan ke jantung dan pre load
berkurang.
EDEMA
Edema dapat terjadi akibat perluasan
cairan di ruang interstisial (penumpukan
Na+) berikan terapi diuretik
EDEM
Patogenesis
1. ↑ tekanan darah hidrostatik kapiler
1. Payah jantung
2. Sirosis hati
3. Obstruksi vena lokal
2. ↓ tekanan koloid osmotik plasma ( alb↓ )
1. Sind. Nefrotik
2. Sirosis hepatis
3. Malnutrisi
3. Permeabilitas kapiler ↑
1. Trauma
2. Radang
3. Luka bakar
4. Alergi
4. ↑ tekanan koloid osmotik intertitial
1. Sumbatan sal limfe
Pengobatan :
Sesuai penyakit dasar (gagal ginjal,
gagal jantung, sirosis hepatis)
Simptomatis
1. Diit Rendah garam/ natrium
2. berikan posisi fowler tinggi agar
cairan ke jantung dan pre load
berkurang.
3. Diuretik
GANGGUAN ELEKTROLIT
Elektrolit : penting menjaga proses
kehidupan di tubuh
Gangguan elektrolit :
Gangguan metabolisme
Gangguan potensial listrik jaringan
mati mendadak
Komposisi Elektrolit
Ekstraselular
Intraselular
mEq/L Plasma Darah Interstisial
Kation
Na+ 15 142 144
K+ 150 4 4
Ca++ 2 5 2.5
Mg++ 27 3 1.5
Anion
Cl- 1 103 114
HCO3- 10 27 30
HPO4= 100 2 2
SO4= 20 1 1
Asam organik - 5 5
Protein 63 16 6
K + dalam makanan
Note: 2000 mg ~ 60 mEq
Sayuran
Kentang, buncis 500 mgr
Kacang 5000 mgr
Buah
Pisang 800 mgr
Jeruk 1200 mgr
Daging
Sapi atau ayam 600 mgr
DYS-RYTHMIA :
TACHYCARDIA
FIBRILLASI VENTRIKULER
SINUS BRADYCARDIA
SINUS ARREST
RYTHME IDIO-VENTRICULAR LAMBAT
DIAGNOSIS
HIPOKALEMI
Etiologi :
1. Tanpa defisit K total tubuh
1. Alkalosis
2. Sekresi insulin yang menetap
2. Dengan defisit K total tubuh
1. Intake ↓, anoreksia
2. Hilang → sal cerna: GE, muntah
ginjal : hiperaldosteron,
loop diuretik
Gejala Klinis :
1. Jantung
1. Aritmia
2. EKG : T datar, gel U, QT lebar
3. Hipotensi : ↓ resistensi perifer
Na + :
ion utama
luar sel (145 mEq / L)
dalam sel (10 mEq / L)
Menjaga osmolalitas cairan ekstra
sel
HIPERNATREMIA
(kadar Na> 145 mEq/L)
Pada hiperNa, cairan intrasel →
ekstrasel → sel dehidrasi → ADH ↑
(kompetensi tubuh) → haus →
intake ↑
ETIOLOGI
1. Kehilangan cairan
1. Insensible loss : demam, luka bakar
2. Melalui ginjal : diuretik, diabetes insipidus
2. Intake ↑
1. Pemberian NaCl hipertonis / Na bicarbonat
2. Hiperaldosteron & sindroma cushing
GEJALA KLINIS
Terutama neurologis ok dehidrasi sel otak
Twitching
Lethargi
Kejang
Koma
Kelemahan otot
neurologis, dehidrasi seluler,gelisah, lemah
(pada hipernatremi sedang), disorientasi,
halusinasi, delusi (pada hipernatremi berat),
kerusakan otak permanen (pada hipernatremi
sangat berat)
INTERVENSI
penurunan kadar Na serum secara
bertahap dengan infus larutan isotonic,
lebih aman diberikan larutan hipotonik/
isotonic daripada dekstrose karena
dekstrose menurunkan kadar Na+ secara
cepat (penurunan Na+ plasma maksimal 2
mEq/ jam), koreksi hipernatremi secara
menetap
HIPONATREMI
Etiologi :
Syndrome insufficiency ADH (SIADH),
hiperglikemi, masukan cairan secara
perenteral yang < elektrolit meningkat,
penggunaan air ledeng untuk enema atau
irigasi gaster
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis: mual, kram perut,
neuropsikiatrik, anoreksia, perasaan lelah.
Gejala ok edem sel otak, yang timbul bila
hipoosmolalitas dalam plasma terjadi dengan cepat
Pada kadar Na 120 – 125 : nosea-vomit
110 – 120 : letargi-sefalgia
< 110: kejang-koma
*Suatu kondisi dikatakan terjadi peningkatan TIK
jika kadar Na serum < 115 mEq/ L
Ciri-ciri peningkatan TIK: letargi, confuse, kedutan
otot, kelemahan fokal, hemiparase, papil edema,
kejang
PENATALAKSANAAN
mengganti Na+ (oral, nasogastrik), berikan
larutan isotonic jika tidak dapat menggunakan
Na+, pembatasan air lebih aman pada pasien
dengan volume cairan normal.
Gangguan asam basa
Jenis Gangguan pH pCO2 HCO3
Asidosis Respiratorik N
Alkalosis Respiratorik N
Asidosis Metabolik N
Alkalosis Metabolik N
•Nilai normal
Na+ : 135-150 mEq/L
K+: 3,5-5
Ca+: 4,5-5,5
Bikarbonat sifatnya basa, asam karbonat sifatnya asam
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Disebabkan kegagalan system pernapasan membuang
CO2 dari cairan tubuh
Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO2, penurunan
pH
Penyebab penyakit obstruksi, penurunan aktivitas pusat
pernapasan ( trauma kepala, perdarahan, narkotik,
anestesi
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Disebabkan kehilangan CO2 dari paru – paru
Penurunan PCO2 arteri, pH > 7,45
Penyebab diantaranya pneumonia, demam, meningitis
ASIDOSIS METABOLIK
Terjadi akibat peningkatan konsentrasi ion hydrogen di
dalam cairan ekstraseluler
pH menurun, HCO3 menurun
Gejala pernapasan kusmaul ( pernapasan cepat dan
dalam), disorientas, koma
ALKALOSIS METABOLIK
Disebabkan kehilangan ion hydrogen atau penambahan
basa
Bikarbonat meningkat, pH meningkat
Penyebab : mencerna sebagian besar basa
Gejala : apatis, lemah, gangguan mental, kram, pusing
Terapi cairan parenteral
a. Cairan isotonis
Osmolalitasnya sama dengan serum NaCl
0,9%, RL, sebagai rumatan di awal, tapi
tidak boleh jadi rumatan rutin. Untuk
memperbaiki kekurangan Na+. jika
dicampur dengan dekstrose akan menjadi
hipertonik. Digunakan pada kasus: luka
bakar
b. Cairan hipotonis
Jika dicampur dekstrose jadi hipertonik.
Contoh: NaCl 0,45%
b. Cairan hipertonis
Hanya digunakan saat kondisi kritis.
Contoh: NaCl 0,3 %