Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga makalah yang berjudul “ASPEK AFEKSI” ini dapat selesai tepat waktu. Makalah
ini di ajukan sebagai syarat memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini, saya telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai
rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan setulusnya saya menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat Ibu Endang Mei, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen
pembimbing, serta pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.

Tidak ada manusia yang sempurna, dalam makalah ini masih banyak kekurangan
yang perlu di perbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dalam
bidang keperawatan dan dapat di terapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Kediri, 04 Maret 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ............................................................................................................ 2

2.2 Ranah afektif ....................................................................................................... 3

2.3 Ciri-ciri ranah afektif ........................................................................................... 5

2.4 Macam – macam afektif ...................................................................................... 6

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 8
3.2 Saran .................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Afektif atau perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena
pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Selain itu dalam
pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti :di tinjau secara fisiologis
perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk
mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam psikologis, perasaan mempunyai fungsi
menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Makna penilaian ini tampak misalnya “
Saya rasa nanti sore hari akan hujan”. Macam-macam perasaan Menurut Max Scheler
membagi perasaan menjadi empat golongan yaitu Perasaan pengindraan, Perasaan vital,
Perasaan psikis, Perasaan pribadi, dan menurut W. Stren mengadakan pembagian
perasaan sebagai berikut : Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, Perasaan yang
bersangkutan dengan masa lampau, Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan
datang, Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun perasaan sebagai
berikut : Perasaan rendah (biologis), Perasaan luhur (rohani).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian aspek afektif?
2. Apa saja ranah aspek afektif?
3. Apa ciri-ciri ranah penilaian?
4. Apa saja macam-macam aspek afektif?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian aspekafeksi
2. Mengetahui ranah-ranah aspek afektif
3. Mengetahui ciri-ciri ranah penilaian
4. Mengetahui macam-macam aspek afektif

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penullisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
pembaca mengenai afektif atau perasaan dalam psikologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti:
perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata
pelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang
di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidik dan
sebagainya.
menurut Prof. Hukstra, perasaan adalah suatu fungsi jiwa yang dapat
mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang.
Sementara menurut Koentjaraningrat perasaan adalah suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan
positif dan negatif.
Selain itu dalam pandangan Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua
arti. Di tinjau secara fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan
salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam
psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal.
Makna penilaian ini tampak misalnya “ Saya rasa nanti sore hari akan hujan”.
Perasaan selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilaian tadi biasanya
menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seseorang individu. Kehendak itu bisa
positif artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya suatu yang
memberikan kenikmatan kepadanya, atau juga bisa negatif artinya ia hendak
menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak
nikmat kepadanya.

2
2.2 Ranah afektif

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

1. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)

Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) adalah kepekaan seseorang


dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya
adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan
menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau
attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu
kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau
menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu.
Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin
wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

2. Responding (menanggapi)

Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi


kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving.
Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya
untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam
tentang kedisiplinan.

3. Valuing (menilaiataumenghargai)

Valuing (menilaiataumenghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai


atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving
dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan
untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang

3
telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini
berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di
camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil
dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya
kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah,
dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)

Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan


nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan
umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai
kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan
nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai
efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin
nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari
kemerdekaan nasional tahun 1995.

5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau


komplek nilai)

Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau


komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu
telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah
benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada
jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah
lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup”
tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.

Secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah di kemukakan dalam


pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai berikut:

4
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai,
Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.

Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu
objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),
menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku
pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan
konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang
dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut,
sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh
sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.Skala sikap
dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu
didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan
yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan
negatif.Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala
Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat
tidak setuju.

2.3 Ciri-ciri Ranah Penilaian

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif
adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari
perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari
senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat
dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari
perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.

Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif.
Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada
dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai
arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,

5
matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari
kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang
tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas.
Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.

2.4 Macam-macam perasaan


Dalam mempelajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian perasaan yang
dilakukan oleh para ahli. Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat
golongan yaitu :
a. Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengindraan
misalnya : rasa panas, dingin dan sakit.
b. Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh
misalnya : rasa lesu, segar.
c. Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-perubahan
psikis misalnya : rasa senang, sedih.
d. Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dialami secara pribadi misalnya :
perasaan terasing.

W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut :


a. Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya perasaan senang yang
diperlihatkan masa sekarang dalam hubungan dengan ransangan-ransangan yang
dialami pada waktu sekarang juga.
b. Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, misalnya perasaan senang
pada waktu sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa di masa lampau.
c. Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, misalnya perasaan
senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang.

Perasaaan dapat digolongkan dua menurut keadaan perasaan seseorang yaitu :


a. Golongan Eukoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa senang, gembira dan
optimis.
b. Golongan Diskoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa tidak senang,
murung dan pesimis.

6
Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun perasaan sebagai berikut :
a. Perasaan rendah (biologis) terdiri atas :
1. Perasaan keinderaan (sensoris), ialah perasaan yang timbul waktu indera
kita menerima ransangan.
2. Perasaan vital (kehidupan), ialah perasaan yang bergantung kepada keadaan
tubuh kia sesewaktu, misalnya merasa senang sekali karena sehat.
3. Perasaan tanggapan, ialah perasaan yang mengiringi apabila kita
menanggap sesuatu atau keadaan, misalnya seorang prajurit masih merasa
senang sekali kalau ia ingat betapa sang saka berkibar dengan megahnya.
4. Perasaan instink, ialah perasaan yang mengiringi sesuatu instink yang
sedang timbul, misalnya kita akan merasa senang, kalau pada saat makan,
di meja makan selalu tersedia hidangan yang berganti-gantian.
b. Perasaan luhur (rohani) terdiri atas :
1. Perasaan keindahan, ada dua macam : perasaan keindahan negatif, ialah
perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang buruk. Perasaan
keindahan yang positif, ialah perasaan keindahan yang timbul kalau kita
mengindera sesuatu yang baik.
2. Perasaan intelek, ialah perasaan yang timbul sebagai akibat dari hasil
intelek, misalnya kalau kita dapat memecahkan sesuatu yang sulit, timbul
rasa senang dan sebaliknya.
3. Perasaan kesusilaan, ialah perasaan yang timbul karena indera kita
menerima peransang susila atau jahat.
4. Perasaan ketuhanan, ialah perasaan yang timbul dalam mengetahui adanya
tuhan. Misalnya orang akan merasa bahagia kalau ia merasa bahwa tuhan
selalu melindungi dan dekat padanya.
5. Perasaan diri, ini ada dua macam : positif dan negatif. Perasaan diri positif
adalah perasaan yang timbul bila ia dapat berbuat sama atau lebih dari
orang lain. Perasaan diri negatif adalah perasaan yang timbul kalau tidak
dapat berbuat seperti atau mendekati orang lain.
6. Perasaan simpati, ialah perasaan yang timbul karena orang lain mengalami
rasa senang atau tidak senang.
7. Perasaan sosial, ialah perasaan yang timbul karena melihat keadaan
masyarakat.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif, untuk
merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung kepada perangsang dan alat-
alat indra. Macam-macam perasaan Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat
golongan yaitu Perasaan pengindraan, Perasaan vital, Perasaan psikis, Perasaan pribadi, dan
menurut W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut : Perasaan yang
bersangkutan dengan masa kini, Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, Perasaan
yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto
membagi rumpun perasaan sebagai berikut : Perasaan rendah (biologis), Perasaan luhur
(rohani).

3.2 Saran

yang di jabarkan dalam makalah ini belum sepenuhnya lengkap untuk dapat digunakan
dalam dunia kesehatan. Untuk pengetahuan umum bagi mahasiswa kesehatan sudah dapat
mencukupi tentang pengetahuan megenai Afektif atau perasaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mustaqim, 2001, Psikologi Pendidikan. Pustaka Pelajar. Semarang.


Sobur. A, 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.
Sujanto. A, 1979. Psikologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
MiminHaryati, 2009, Model Dan TeknikPenilaianPada Tingkat SatuanPendidikan, Jakarta
:GaungPersada Press.
Abdul Majid, 2011, PerencanaanPembelajaran, Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
http://hariantoat-takalary.blogspot.co.id/2015/04/penilaian-afektif.html

Anda mungkin juga menyukai