Anda di halaman 1dari 49

KEBUTUHAN CAIRAN

DAN ELEKTROLIT

KDK II
PSIK
Universitas Muhammadiyah Gresik
 Air sangat penting untuk kesehatan
dan fungsi sel normal yg berperan :

 Media transportasi nutrient menuju sel dan


metabolisme dari sel.
 Media transportasi bahan seperti hormon,
enzim dan sel darah.
 Sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit
 Mempertahankan suhu tubuh.
 Membantu proses pencernaan dan eliminasi.
 Metabolisme dan proses kimiawi seluler.
 Fungsi sekresi.
Proporsi Cairan Tubuh
Usia KgBB (%)
Bayi prematur 80
3 bulan 70
6 bulan 60
1-2 tahun 59
11-16 tahun 58
Dewasa 58-60
Dewasa gemuk 40-50
Dewasa kurus 70-75
Body Fluid
Compartements
No. Fluid Volume
Compartements
1. ICF 40% BB

2. ECF 20% BB

3. Intravascular Fluid 5% BB

4. Interstitiil Fluid 15% BB


KOMPOSISI CAIRAN
TUBUH
 Cairan yg bersirkulasi di seluruh tubuh di
dalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel
mengandung elektrolit, mineral dan sel.
 Elektrolit merupakan sebuah unsur atau
senyawa, yg jika melebur atau larut di
dalam air atau pelarut lain, akan pecah
menjadi ion dan mampu membawa muatan
listrik.
 Elektrolit yg memiliki muatan positif disebut
kation. 5
Lanj…

 Sedangkan elektrolit yg memiliki


muatan negatif disebut anion.
Unsur utama kompartemen cairan tubuh

Kompartemen Na K Cl HCO3 PO4(mEq/


(mEq (mEq (mEq (mEq/ L)
/L) /L) /L) L)

CIV 142 4.5 104 24 2.0


CIT 145 4.4 117 27 2.3
CIS 12 150 4.0 12 40
Transeluler
As. Lambung 60 7 100 0 -
Getah 130 7 60 100 -
pankreas
keringat 45 5 58 0 - 7
Elektrolit

Jenis Plasma Kation Anion

Plasma Na (utama) Cl (utama)


K, Ca, Mg HCO3, SO4, PO4
Cairan Na (utama) Cl (utama)
interstitiil
Intrasel K (utama) HPO4, SO4, HCO3
Mg, Na
PERGERAKAN CAIRAN
TUBUH
 Cairan tubuh tdk statis.
 Cairan tubuh dapat berpindah melalui:
– Difusi.
– Osmosis.
– Transport aktif.
– Filtrasi.
Difusi

 Adalah proses ketika materi padat/


partikel berpindah dari daerah
konsentrasi tinggi ke rendah hingga
terjadi keseimbangan.
Osmosis
 Adalah perpindahan pelarut murni, seperti air
melalui membran semipermeabel yg
berpindah dari larutan yg memiliki konsentrasi
solut rendah ke tinggi.
 Tekanan osmotik merupakan tekanan dg
kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini
bergantung pada jumlah molekul di dalam
larutan.
11
Filtrasi

 Adalah suatu proses perpindahan air


dan substansi yg dapat larut secara
bersamaan sebagai respons thd
adanya tekanan cairan.
 Tekanan hidrostatik adalah tekanan yg
dihasilkan oleh suatu likuid di dalam
sebuah ruangan.

12
Transpor Aktif

 Memerlukan aktivitas metabolik dan


pengeluaran energi untuk
menggerakkan berbagai materi guna
menembus membran sel.

13
Pergerakan Cairan dan
Elektrolit
 Antara Plasma – Interstitiil,
dipengaruhi:
– Permeabilitas membran kapiler.
– Tekanan hidrostatik kapiler.
– Tekanan osmotik koloid.
Mekanisme transport: difusi, osmosis.

14
Con’t

 Antara Interstitiil – Intrasel.


 Mekanisme transport:
– Difusi.
– Transport aktif.
– Osmosis.

15
REGULASI KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
 GINJAL
– Mengatur volume cairan dan osmolaritas ECF
melalui retensi dan ekskresi cairan tubuh.
– Mengatur kadar elektrolit ECF.
– Mengatur pH ECF melalui retensi atau ekskresi
ion H.
– Ekskresi hasil metabolisme dan bahan-bahan
toksik.
REGULASI KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
 JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
– Memompa darah ke seluruh tubuh.
– Stimulasi retensi cairan pada keadaan
hipovolemik.
 PARU-PARU
– Koreksi thd keseimbangan asam basa:
mengatur konsentrasi ion H melalui CO2.
– Ekskresi cairan melalui IWL.
17
REGULASI KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
 C. ADRENAL
– Aldosteron: mengatur volume darah dan
keseimbangan Na dan K.
 HIPOFISE
– Skresi ADH: mempertahankan tekanan
osmotik sel dg mengatur ekskresi dan
sekresi air melalui ginjal.
– Mengontrol volume darah.
18
REGULASI KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
 KELENJAR PARATIROID
– PTH: kalsium dan fosfat.
 KELENJAR TIROID
– Tiroksin: meningkatkan sirkulasi darah.

19
20
21
FAKTOR-FAKTOR YG
MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
CAIRAN
 Umur.
 Jenis kelamin.
 Suhu tubuh.
 Peningkatan hilangnya cairan tubuh.
 Peningkatan status metabolik.
 Lingkungan.
 Aktivitas fisik.
 Kegagalan/penyimpangan kesehatan.
22
23
HIPOVOLEMIA
 Dapat tjd karena kekurangan
pemasukan air atau pengeluaran yg
berlebihan.
 Kekurangan cairan dpt tjd dg atau
tanpa ketidakseimbangan elektrolit.
 Penyebab:
– Kehilangan cairan mell saluran
pencernaan (mis: muntah, diare).
– Poliuria.
24
Con’t

 Demam.
 Keringat yg berlebihan.

 Kurang pemasukan air (mis: anoreksi,


mual).
Gejala:
 BB turun 2% (hipovolemia ringan), 5%
(hipovolemia sedang), 8% (hipovolemia
berat). 25
Con’t

 Menurunnya turgor kulit dan lidah.


 Menurunnya kelembaban di mulut atau
keringnya mukosa mulut.
 Menurunnya prod urine < 30 ml/jam utk
org dewasa.
 Meningkatnya BJ urine.
 Hipotensi postural.
 Nadi cepat. 26
Con’t

 Menurunnya temperatur tubuh.


 Tekanan vena sentral < 4 cmH2O
 BUN meningkat.
 Hematokrit meningkat.
 Gejala yg lain: menurunnya perfusi
otak, ekstremitas dingin.

27
HIPERVOLEMIA
 Penyebab:
– Gangguan mekanis, mis: gagal jantung, ginjal,
hati.
– Pemberian infus yg mengandung natrium
secara berlebihan.
– Banyak makan makanan yg mengandung
natrium.
 Gejala:
– BB naik sementara waktu: 2% (hipervolemia
ringan), 5% (hipervolemia sedang), 8%
(hipervolemia berat). 28
Con’t
 Udema perifer.
 Distensi vena jugularis.
 Distensi vena perifer.
 Tekanan vena sentral > 11 cmH2O.
 Poliuria bila fungsi ginjal baik.
 Asites dan efusi pleura.
 BUN munurun karena dilusi plasma.
 Menurunnya hematokrit.
29
30
HIPONATREMI

 Natrium < 130 mEq/L, dpt menyebabkan


cairan masuk ke dalam sel sehingga sel
akan bengkak termasuk sel di dalam otak.
 Penyebab:
– Kehilangan cairan mell sal pencernaan.
– Banyak keringat, banyak air sbg pengganti
cairan yg hilang.
– Penggunaan diuretik yg dikombinasikan dg diet
rendah garam. 31
Con’t
– Insufisiensi adrenal (kurang aldosteron).
 Gejala:
– Tidak nafsu makan, mual, muntah.
– Otot-otot kejang.
– Twitching.
– Lemah, bingung.
– Hemiparese, udema papil, koma.
– Na dlm serum < 135 mEq/L.
– Osmolaritas serum < 285 Mosm/kg. 32
HIPERNATREMI
 Penyebab:
– Pengeluaran cairan sbg respon adl rasa haus.
– Pemberian makanan hipertonik/ per NGT
tanpa diikuti pemberian air yg cukup.
– Meningkatnya kehilangan cairan yg tidak
diketahui.
– Diare.
– Pemasukan garam berlebihan dalm makanan. 33
Con’t
– Pemberian infus yg mengandung banyak
natrium.
– Keringat yg berlebihan.
– Diabetes insipidus.
– Tenggelam dalam laut.
 Laboratorium:
– Na serum > 145 mEq/L
– Osmolaritas serum > 295 Mosm/kg.
– BJ urine > 1,015. 34
HIPOKALEMI

 Gejala:
– Lemah.
– Nafsu makan tdk ada.
– Kelemahan otot.
– Peristaltik menurun.
– Bila hipokalemi lama: urine akan menjadi
encer, poliuri, nokturi, polidipsi.
35
Con’t

 Laboratorium:
– K serum < 3,5 mEq/L.
– Alkalosis metabolik.
– Osmolaritas urine rendah.
– Gula darah sedikit meningkat.

36
HIPOKALSEMI

 Penyebab:
– Malabsorbsi. – Hipoparatiroid
primer.
– Kurang vit. D.
– Alkalosis.
– Pankreatitis akut.
– Hiperfosfatemia.
– Pemberian
transfusi darah – Hipoalbuminemia.
dg koagulan – Hipomagnesemia.
sistras.
37
Con’t

 Gejala:
– Jari-jari tangan tegang.
– Otot-otot ekstremitas tegang.
– Trousseau’s sign.
– Chovstek’s sign.
– Kejang-kejang otot laring.
– Kejang otot perut.
– Kalsium serum total kurang dari normal.
38
HEPERKALSEMI

 Penyebab:
– Hiperparatiroidism.
– Imobilisasi yg lama.
– Pengobatan vit. D dosis tinggi.
– Pengobatan diuretik thiazide.

39
Con’t
 Gejala:
– Kelemahan otot.
– konstipasi.
– Tak ada nafsu makan.
– Menurunnya daya ingat.
– Poliuri, polidipsi.
– Henti jantung.
– Kalsium serum > 10,5 mg/dl.

40
HIPOMAGNESIUM
 Penyebab:
– Alkoholism.
– Diare, pengisapan cairan lambung.
– Pemberian agresif makanan pada orang
kelaparan tanpa pemberian magnesium.
– Ketoasidosis diabetik.
– Hiperaldosteronism.
– Obat-obat: diuretik, antibiotik amino glikoside.
– Pankreatitis, tireotoksikosis,
hiperparatiroidisme. 41
HIPERMAGNESIUM

 Penyebab:
– Gagal ginjal.
– Insufisiensi adrenal.
– Pemberian Mg selama pengobatan
eklamsi.
– Hemodialisis dg pengeluaran air yg
banyak.
– Ketoasidosis yg tidak diobati.
42
ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN
– Identitas: nama, umur, jenis kelamin, dll.
– Nursing history: kebiasaan pemenuhan
cairan dan makanan, kebiasaan pengeluaran
cairan, penilaian status hidrasi, riwayat
penyakit, riwayat medikasi.
– Clinical Measurement: pengukuran yg
penting diperhatikan: penimbangan BB tiap
hari, TTV, pencatatan intake-output. 43
Con’t

 Physical examination.
– Head to toe atau per sistem.
 Pemeriksaan Laboratorium.

44
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
 Beberapa contoh diagnosis
keperawatan SDKI untuk gangguan
cairan dan elektrolit
– Hipovolemia
– Hipervolemia
– Diare
– Risiko Ketidakseimbangan Cairan
45
PERENCANAAN

 Tujuan rencana keperawatan:


– Klien akan memiliki keseimbangan cairan,
elektrolit
– Penyebab ketidakseimbangan dapat
diidentifikasi dan dikoreksi.
– Klien tdk akan mengalami komplikasi
akibat terapi yg dibutuhkan untuk
mengembalikan status keseimbangan.
46
IMPLEMENTASI
 Perawat melakukan upaya
menghilangkan atau menangani
penyebab ketidakseimbangan tsb.
 Mengoreksi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
– Penggantian cairan secara enteral.
– Pembatasan cairan.
– Penggantian cairan dan elektrolit secara
parenteral.
47
EVALUASI

 Disesuaikan dengan planning yg telah


dibuat.
 Evaluasi menjawab dari tujuan dari
rencana keperawatan.

48
49

Anda mungkin juga menyukai