Anda di halaman 1dari 11

APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING

SEBELUM DAN SESUDAH MENINGGAL

NAMA KELOMPOK:
1.Nadia Sukma Pratama 191103001
2.Niken Dahayu Estiningtiyas 191103002
3.Deby Ayu Meilani 191103008
4.Ayu Lailiyah 1911003010
5.Erisma Firdaus 191103014
6.Trisna Aulia Chasana 191103023
KASUS
Ny.R adalah seorang wanita lemah yang berusia 88 tahun.
Suaminya, meninggal 14 tahun yang lalu akibat cedera
serebrovaskuler. Ny. P tinggal dirumahnya bersama anaknya hingga
satu tahun yang lalu. Ketika klien pertama kali di diagnosis
kanker payudara , klien s empat berobat alternatif ke beberapa tempat,
namun tidak ada perubahan hingga klien hrus menjalanai
pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Selama sakit klien selalu
control dirumah sakit. Saat ini kanker yang di deritanya sudah
bermetastase. Klien diinformasikan bahwa harapan hidupnya hanya
tinggal kurang dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba kondisinya
menurun dan mengalami kondisi yang terminal, pasien mengalami
penurunan keyakinan terhadap tuhannya dan keluarganya pun
mengalami kecemasan akan kondisi terminal yg dihadapi klien.
PENGKAJIAN
Faktor Tekhnologi
Persepsi Sehat Sakit
Ny.R adalah seorang wanita lemah yang berusia 88
tahun. Suaminya, meninggal 14 tahun yang lalu akibat
cedera serebrovaskuler, menurut Keluarga klien Ketika
klien pertama kali di diagnosis kanker payudara ,
klien sempat berobat alternative ke beberapa tempat,
namun tidak ada perubahan hingga klien hrus
menjalanai pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Selama
sakit klien selalu control dirumah sakit.
 
Faktor Agama
Klien beragama Islam dan menikah secara
Hukum Islam. Menurut keluarga saat ini klien
mengalami penurunan keyakinan terhadap Tuhannya
karena penyakitnya tersebut. keluarganya pun mengalami
kecemasan akan kondisi terminal yg dihadapi klien,
namun keluarga berusaha menerima kondisi klien dan
tetap berharap klien bisa membaik
 Faktor Sosial
Nama panggilan pasien di keluarganya adalah Y, klien
adalah perempuan yang berusia 88 tahun. Saat ini klien
hanya tinggal dengan salah seorang anaknya.
Keluarganya mengharapkan klien bisa segera sembuh.
Hubungan klien dengan keluarganya cukup harmonis
 Faktor Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia,
sehingga pasien tidak mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain.
Kebiasaan makan pasien adalah 3x seharu sebelum sakit.
Persepsi sakit berkaitan dengan aktifitas pasien sehari-hari
adalah aktifitas pasien menjadi terbatas dan tidak
diperbolehkan dilakukan secara berlebihan.
 Faktor Kebijakan dan Peraturan Yang Berlaku
Peraturan waktu berkunjung di Rumah Sakit adalah jam 10.00
dan jam 16.00. Jumlah anggota keluarga yang diperbolehkan
berkunjung maksimal 5 orang dan yang boleh menunggu pasie
n maksimal 2 orang. Cara pembayaran pasien yang di rawat
inap di Rumah Sakit adalah membayar biaya pendaftaran dan
pemeriksaan saat masuk dan sisanya dibayarkan setelah pasien
pulang.
Faktor Ekonomi
Sumber biaya pengobatan adalah ditanggung oleh Keluarga
klien sendiri, karena Keluarga tidak memiliki kartu jamkesmas. 
 Faktor Pendidikan
Berdasarkan data dari buku status klien
berpendidikan SMA. Konsep sehat sakit yang
dipahamai Keluarga adalah bahwa sakit yang dierita
klien saat ini sudah sangat parah dan Keluarga
merasa cemas dengan kondisi klien saat ini karena
pada saat ini tiba-tiba kondisinya menurun dan
mengalami kondisi yang terminal.

 
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien terminal kanker payudara
stadium IV adalah:
1. Ansietas; Kematian (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan
diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang
tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada
gaya hidup.
2. Keputusasaan (klien) berhubungan dengan kondisi penyakit, kehilangan
keyakainan terhadap nilai dan mukjizat Tuhan Berduka berhubungan
dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
3. Dukacita maladaftif; Resiko berhubungan dengan penyakit terminal
dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan
menarik diri dari orang lain
4. Distres Spiritual berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
PERAN PERAWAT
a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan
dukungan pada klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi
dindonesia pada kondisi terminal ini,klien dianggap membutuhkan asupan religi.
Sehingga yang terjadi bukanlah perawat memberikan dukungan, tetapi keluarga
klien membacakan doa-doa kepada klien.
b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini,
perawat lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga
klien pun tidak cemas melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut.
c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi
sendiri dalammenghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak
pihak keluarga yang datang untuk memberikan semangat atau motivasi kepada
klien. Perawat lebih berfungsi untuk memberikan arahan kepada keluarga klien
apa yang harus dilakukannya ketika klien menghadapirespon respon tersebut.
d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat
hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta
membantu memotivasi keluarga klien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai