Anda di halaman 1dari 23

ASKEP DAN KONSEP MODEL PREVENSI

DALAM KEPERAWATAN JIWA

Oleh Kelompok 3 :
1. Latifah Nisa'ul Husna 1911312018
2. Halimah Tusadyah 1911312036
3. Nisa'ul Husna Yustisia 1911312042
4. Nindy Zumratul Qadri 1911312054
KASUS

Seorang pasien dengan inisial Tn. P dibawa ke yayasan


untuk ODGJ karena sebelumnya ia pernah mengamuk dan
memecahkan televisi karena pasien merasa stress ingin
menikah. Ia sudah lama dirawat di yayasan tersebut, yaitu
sejak 2014 dengan diagnosa halusinasi. Pasien mengaku
sesekali melihat makhluk-makhluk besar dan sering
mendengar bisikan. Setelah mendengar bisikan itu, pasien
merasa badannya panas. Pasien sering merasa badannya
gatal-gatal. Pasien bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari
dan pasien juga sudah bisa mengatakan keinginannya
seperti ia ingin sehat, ingin pulang dan ingin bekerja.
Pasien juga mengakui kesalahan yang diperbuatnya.
A. PENGKAJIAN

1. Identitas 2. Riwayat Kesehatan

Nama : Tn. P a. Keluhan utama


Umur : 35 tahun Pasien datang karena mengamuk dan
memecahkan televisi karena stress.
Agama : islam
b. Riwayat Kesehatan
J. Kel : laki-laki
DahuluSebelumnya tidak pernah
Status : belum menikah mengalami penyakit seperti ini dan
Alamat: kjakarta utara. tidak pernah dirawat di RS dengan
Tgl Masuk : 14 februari 2014 penyakit yang serius.
c. Riwayat Kesehatan
Tanggal Pengkajian : 02/11/2020
KeluargaTidak ada penyakit
No. Reg : 12345
keturunan dan keluarga sebelumnya
Dx Medis : gangguan Persepsi juga tidak pernah mengalami penyakit
sensori : halusinasi yang sama.
3. STATUS KESEHATAN POLA
KEBUTUHAN DASAR
a. Pola Persepsi dan Manajemen 0 1 2 3 4
Kesehatan Kemamp
Pasien mengalami halusinasi sebagai respon uan
maladaptif dari stressor yang dialami pasien. Perawatan
Pasien dibawa ke RS karena mengamuk dan Diri
memecahkan televisi di rumah. Pasien juga Makan dan V        
minum
sering berhalusinasi melihat bayangan,
makshluk besar dan sering mendengar
bisikan. Respon tubuh pasien saat Mandi V        
berhalusinasi yaitu demam dan pasien Toileting V        
mengatakan mengatasi halusinasi nya dengan
shalat. Berpakaian V        
b. Pola Nutrisi-Metabolik : tidak ada
Berpindah V        
masalah
c. Pola Eliminasi : tidak ada masalah

d. Pola aktivitas dan latihan : tidak ada 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu
masalah orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien mengalami gatal-gatal diseluruh tubuh. Pasien
bisa melakukan komunikasi dengan baik.

f. Pola Persepsi-Konsep diri : pasien bisa


menceritakan dirinya dengan baik, kontak mata
kadang fokus dan kadang tidak.

g. Pola Tidur dan Istirahat : tidak ada masalah


h. Pola Seksual-Reproduksi : tidak ada masalah
h. Pola Peran-Hubungan
pasien belum menikah dan masih tinggal dengan
keluarga. Dalam kasus tidak ada terdapat data
mengenai pola peran dan hubungan pasien.

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien menggunakan koping maladaptif dan
pasien pernah memecahkan televisi. Pasien
berhalusinasi sebagai bentuk stress yang
dialaminya.

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Agama pasien islam dan pasien mengatakan jika
ia menghadapi halusinasi, ia mengatasinya dengan
shalat.
ANALISIS DATA

1. DO : Pasien terlihat menggaruk tangan karena gatal.


2. DS :
-Pasien menyatakan mengamuk dan memecahkan tv
-Pasien menyatakan sering melihat makhluk besar dengan
bisikan yang tidak dimengerti
-Pasien sudah mampu menyatakan keinginan ingin sehat dan
segera pulang serta bekerja

3. Etiologi :
Pada kasus etiologi pasien mengalami gangguan jiwa yaitu
karena faktor psikologi dan sosiologi dimana klien sangat ingin
menikah tetapi belum terjadi dan karena berbagai faktor
tersebut pasien mengalami halusinasi
4. Masalah keperawatan
-Pemeliharaan kesehatan kurang baik
sehingga kulit gatal
-Kesiapan meningkatkan harapan untuk
hidup yg lebih baik
-Risiko kekerasan terhadap orang lain
Ketidakefektifan koping
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d strategi koping tidak efektif


ditandai dengan ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi
praktik kesehatan dasar
2. Kesiapan meningkatkan harapan ditandai dengan mengungkapkan keinginan
meningkatkan kemampuan untuk menetapkan tujuan yg dapat dicapai,
mengungkapkan keinginan meningkatkan sensasi makna kehidupan
3. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain b.d gangguan psikologis
ditandai dengan bahasa tubuh negatif (mengamuk), pola ancaman kekerasan
4. Ketidakefektifan koping b.d kurang percaya diri dalam kemampuan
mengatasi masalah ditandai dengan perilaku destruktif terhadap orang lain,
strategi koping tidak efektif
MODEL PREVENSI
1. Prevensi Primer
Prevensi primer adalah upaya kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan
insiden penyakit di masyarakat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
jiwa dengan memengaruhi faktor penyebab.
 Pendidikan kesehatan mengatasi setres seperti stres pekerjaan, stres
perkawinan, stres sekolah dan stres pascabencana
 Program pencegahan penyalahgunaan obat

 Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan.
2. Prevensi Sekunder
Pencegahan sekunder diarahka pada mereka yang telah terkena pentakit tertentu
supaya kondisinya tidak memburuk (Setiadarma, 2002). Menurut (Keliat et al,
2012), fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi
dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa
 Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus yang ditemukan sesuai dengan standar
pendelegasian program pengobatan (bekerjasama dengan dokter) dan memonitor efek
samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
 Bekerjasama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan
pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang
memerlukan pengobatan).
 Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan
segera kepada perawat jika ditemukan adanya tandatanda yang tidak biasa, dan
menginformasikan jadwal tindak lanjut
 Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu
pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok, terapi keluarga, dan terapi
lingkungan.
 Memfasilitasi Self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau kelompok
masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah
yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
 Menyediakan Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24 pukul
melalui telepon berupa pelayanan konseling.
 Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Prevensi Tersier
Setiadarma, 2002 Mengemukakan bahwa pencegahan tersier berlaku bagi
mereka yang terkena gangguan penyakit cukup parah agar tidak terancam
jiwanya. Menurut (Keliat et al, 2012) Pencegahan Tersier adalah pelayanan
keperawatan yang berfokus pelayanan keperawatan adalah pada peningkatan
fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan
akibat gangguan jiwa.
 Program pendukung sosial dengan mengerakkan sumber-sumber
dimasyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat
 Pendidikan kesehatan tentang prilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerimaan pasien gangguan jiwa,
 Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
penanganan pasien yang mengalami kekambuhan.
 Program rehabilitasi untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri terfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan
cara :
 Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat,
 Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat,
 Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien,
 Program sosialisasi

 Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi,

 Mengembangkan keterampilan hidup (aktivitas hidup sehari-hari ADL),


mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi,
 Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi,
 Kegiatan sosial dan keagamaan, (arisan bersama, pengajian, mejelis
taklim, kegiatan adat)
 Program mencegah stigma.
C. INTERVENSI

Diagnosa Outcome Intervensi


Ketidakefektifan Pengetahuan : Promosi Kesehatan Peningkatan Kesiapan Pembelajaran
pemeliharaan  Perilaku yang meningkatkan  Berikan lingkungan yang tidak
kesehatan b.d kesehatan ditingkatkan dari 1 mengancam
strategi koping menjadi 3  Bina hubungan baik yang saling
tidak efektif  Strategi mengelola stress mempercayai
ditandai dengan ditingkatkan dari 1 menjadi 3  Penuhi kebutuhan fisiologis dasar pasien
ketidakmampuan  Perilaku untuk mencegah cedera  Tingkatkan orientasi klien terhadap
bertanggung yang tidak disengaja ditingkatkan realita, dengan tepat
jawab untuk dari 1 menjadi 3  Monitor keadaan emosi pasien
memenuhi    Bantu pasien mengembangkan
praktik kesehatan kepercayaan diri dengan cara yang tepat
dasar  Bantu pasien menyadari bahwa situasi
  saat ini berbeda dengan situasi di masa
lalu yang penuh stressor, dengan cara
yang tepat
 
Kesiapan Harapan Inspirasi Harapan
meningkatkan Mengungkapkan harapan masa depan  Informasikan pada pasien mengenai
harapan d.d yang positif, ditingkatkan dari 2 menjadi 4 apakah situasi yang terjadi sekarang
mengungkapkan Mengungkapkan alasan-alasan untuk bersifat sementara
keinginan hidup, ditingkatkan dari 2 menjadi 4  Ajarkan pengenalan realitas dengan
meningkatkan Mengungkapkan optimism, ditingkatkan mensurvey situasi dan membuat
kemampuan dari 2 menjadi 4 rencana ke depan
untuk Mengungkapkan kepercayaan terhadap  Bantu pasien untuk menemukan dan
menetapkan diri sendiri, ditingkatkan dari 2 menjadi 4 merevisi tujuan berkaitan dengan
tujuan yg dapat Mengungkapkan kepercayaan terhadap obyek yang diharapkan
dicapai, orang lain, ditingkatkan dari 1 menjadi 3  Libatkan pasien secara aktif pada
mengungkapkan Mengungkapkan perasaan kontrol diri perawatannya sendiri
keinginan ditingkatkan dari 1 menjadi 3  Kembangkan rencana perawatan yang
meningkatkan Menetapkan tujuan ditingkatkan dari 2 melibatkan tujuan bertingkat dari yang
sensasi makna menjadi 4 ingin dicapai, dari tujuan sederhana
kehidupan   sampai pada tujuan yang komplek
   
Risiko perilaku Menahan diri dari kemarahan Bantuan Kontrol Marah
kekerasan terhadap  Mengidentifikasi situasi yang dapat  Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan
orang lain b.d memicu amarah ditingkatkan dari 2 harmonis dengan pasien
gangguan psikologis menjadi 4  Tentukan harapan mengenai tingkah laku yang tepat
d.d bahasa tubuh  Bertanggung jawab terhadap perilaku dalam mengekspresikan perasaan marah, tentukan
negatif (mengamuk), diri ditingkatkan dari 2 menjadi 4 fungsi kognitif dan fisik pasien
pola ancaman  Mengekspresikan kebutuhan dengan  Batasi akses terhadap situasi yang membuat frustasi
kekerasan cara yang konstruktif ditingkatkan dari sampai pasien dapat mengekspresikan [kemarahan]
  1 menjadi 3 dengan cara yang adaptif
 Mencurahkan perasaan negative dengan  Dorong penurunan aktivitas yang sangat kuat
cara yang tidak mengancam (misalnya, memukul tas, mondar mandir, latihan yang
ditingkatkan dari 1 menjadi 3 berlebiihan)
 Menggunakan strategi untuk  Berikan pendidikan mengenai metode untukmengatur
mengendalikan amarah ditingkatkan pengalaman emosi yang sangat kuat
dari 1 menjadi 3  Sediakan umpan balik pada perilaku (pasien) untuk
Kontrol diri terhadap distorsi pemikiran membantu pasien mengidentifikasi kemarahannys
 Menahan diri dari mengikuti halusinasi  Identifikasi bersama pasien keuntungan dari ekspresi
atau delusi, ditingkatkan dari 1 menjadi kemarahan dengan perilaku adaptif dan tanpa
3 kekerasan
 Menahan diri dari bereaksi terhadap  Dukung pasien untuk mengimplementasikan strategi
halusinasi atau delusi, ditingkatkan dari mengont
1 menjadi 3  rol kemarahan dan dengan menggunakan ekspresi
 Menunjukkan pola berpikir yang logis, kemarahan yang tepat
ditingkatkan dari 3 menjadi 5  
 
Ketidakefektifan Koping Peningkatan Koping
koping b.d kurang  Mengidentifikasi pola koping  Bantu pasien dalam memeriksa sumber-sumber yang
percaya diri dalam yang tidak efektif, ditingkatkan tersedia untuk memenuhi tujuannya
kemampuan dari 2 menjadi 4  Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara
mengatasi masalah  Melaporkan pengurangan stress, yang konstruktif
ditandai dengan ditingkatkan dari 1 menjadi 3  Berikan penilaian dan diskusikan respon alternative
perilaku destruktif  Menyatakan penerimaan terhadap terhadap situasi [yang ada]
terhadap orang lain, situasi, ditingkatkan dari 2  Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait
strategi koping tidak menjadi 4 dengan kejadian dengan lebih objektif
efektif  Modifikasi gaya hidup untuk  Sediakan pasien pilihan-pilihan yang realitis mengenai
  mengurangi stress, ditingkatkan aspek perawatan
dari 2 menjadi 4  Dukung sikap [pasien] terkait dengan harapan yang
 Adaptasi perubahan hidup, realistis sebagai upaya untuk mengatasi perasaan
ditingkatkan dari 2 menjadi 4 ketidakberdayaan
 Menggunakan strategi koping  Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
yang efektif, ditingkatkan dari 1  Cari jalan untuk memahami perspektif pasien terhadap
menjadi 3 situasi yang penuh stress
 Melaporkan penurunan perasaan  Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-
negatif, ditingkatkan dari 2 angsur
menjadi 4  Eksplorasi pencapaian pasien sebelumnya
   Dukung keterlibatan keluarga, dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
sesuai dengan kebutuhan
 
D. IMPLEMENTASI
Implementasi Dx 1
 Memberikan lingkungan yang tidak mengancam
 Membina hubungan baik yang saling mempercayai
 Memenuhi kebutuhan fisiologis dasar pasien
 Memonitor keadaan emosi pasien
 Membantu pasien mengembangkan kepercayaan diri dengan cara yang tepat
 Membantu pasien menyadari bahwa situasi saat ini berbeda dengan situasi di masa lalu yang
penuh stressor, dengan cara yang tepat

Implementasi Dx 2
 Menginformasikan pada pasien mengenai apakah situasi yang terjadi sekarang bersifat
sementara
 Mengajarkan pengenalan realitas dengan mensurvey situasi dan membuat rencana ke depan
 Membantu pasien untuk menemukan dan merevisi tujuan berkaitan dengan obyek yang
diharapkan
 Melibatkan pasien secara aktif pada perawatannya sendiri
 Mengembangkan rencana perawatan yang melibatkan tujuan bertingkat dari yang ingin
dicapai, dari tujuan sederhana sampai pada tujuan yang komplek
Implementasi Dx 3
 Membangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan harmonis dengan pasien
 Menentukan harapan mengenai tingkah laku yang tepat dalam mengekspresikan
perasaan marah, tentukan fungsi kognitif dan fisik pasien
 Membatasi akses terhadap situasi yang membuat frustasi sampai pasien dapat
mengekspresikan [kemarahan] dengan cara yang adaptif
 Mendorong penurunan aktivitas yang sangat kuat (misalnya, memukul tas, mondar
mandir, latihan yang berlebiihan)
 Memberikan pendidikan mengenai metode untukmengatur pengalaman emosi yang
sangat kuat
 Mengidentifikasi bersama pasien keuntungan dari ekspresi kemarahan dengan perilaku
adaptif dan tanpa kekerasan
 Mendukung pasien untuk mengimplementasikan strategi mengontrol kemarahan dan
dengan menggunakan ekspresi kemarahan yang tepat

Implemnetasi Dx 4
 Membantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif
 Membantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian dengan
lebih objektif
 Menyediakan pasien pilihan-pilihan yang realitis mengenai aspek perawatan
 Mendukung sikap [pasien] terkait dengan harapan yang realistis sebagai upaya untuk
 Mengevaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
 Mencari jalan untuk memahami perspektif pasien terhadap situasi
yang penuh stress
 Mendukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur
 Mengeksplorasi pencapaian pasien sebelumnya
 Mendukung keterlibatan keluarga, dengan cara yang tepat
 Menginstruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai
dengan kebutuhan
E. EVALUASI

Evaluasi DX 1 :  Evaluasi Dx 2 :
S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan
bahwa dia mampu harapan, keinginan dan
mengontrol perilaku tujuan masa depannya.
kesehatannya. O : Pasien berusaha
O : Pasien mampu merealisasika harapan dan
bertangungjawab untuk tujuan hidupnya.
memenuhi kes. dasarnya. A : Kesiapan meningkatkan
A : Pemeliharaan kes. harapan pasien terpenuhi.
pasien sudah efektif. K : Lanjutkan semua
K : Lanjutkan semua intervensi pada Dx 2.
intervensi pada Dx 1.
 Evaluasi Dx 3 :  Evaluasi Dx 4 :
S : Pasien mengatakan bahwa S : Pasien mengatakan lebih
dia lebih mampu mengontrol mempu menguasai koping diri
amarah dan tidak melakukan dg tidak berprilaku destruktif
kekerasan pada orang lain. kepada orang lain.
O : Keadaan psikologis dan O : Koping pasien dalam
emosional pasien lebih stabil. keadaan lebih efektif.
A : Risiko kekerasan oleh A : Risiko Ketidakefektifan
pasien kepada orang lain koping teratasi.
teratasi. K : Lanjutkan semua intervensi
K : Lanjutkan semua intervensi pada Dx 4.
pada Dx 3.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai