Anda di halaman 1dari 26

Ns. Minanton, M.Kep.

Nursing Lesson

Konsep Komunikasi
dalam perawatan paliatif

Silahkan baca referensi : Buku ajar keperawatan paliatif (Yodang, 2018), dan Artikel : Embedded spiritual conversation in cancer communication: lived
experiences of nurses and patients/relatives (Rochmawati & Minanton,2020)
Apa itu komunikasi?

Cara menyampaikan informasi mengenai kemungkinan-


kemungkinan apa saja yang dapat dilakukan secara medik
pada pasien berkenaan dengan penyakitnya, menelusuri hal
yang menjadi perhatian pasien dan keluarganya.
Apa itu komunikasi?

• Jantung dari pelayanan / perawatan efektif : Meningkatkan keamana


pasien & kepuasan pasien, perawat

• Informasi, perasaan, & pemahaman yang dishare ke orang lain

• Cara untuk membangun hubungan antara pasien dan perawat


Tujuan komunikasi?

• Mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif

• Pertukaran informasi

• Memfasilitasi pengambilan keputusan yang tepat terkait pengobatan /


perawatan
Overall komunikasi di konteks paliatif

Komunikasi dalam paliatif dapat menjadi hal yang sangat sulit


sekaligus menantang, Paliatif menciptakan lingkungan
komunikasi yang kompleks bagi pasien & tenaga kesehatan.
Dipaliatif banyak emosi yang dirasakan oleh pasien atau pun
keluarganya
Prinsip komunikasi dalam konteks paliatif

1. Membangun hubungan yang welas asih (sebagai Pondasi atau dasar dalam komunikasi paliatif)
2. Ketersediaan informasi
▪ Aspek yang meningkatkan kualitas komunikasi dalam perawatan paliatif antara pasien/keluarga dan tenaga kesehatan
▪ Membantu untuk mendapatkan kembali rasa kontrol terhadap penyakit & memahami konsenkuensi penyakit dan perawatannya
3. Keterlibatan keluarga dalam komunikasi
▪ Hasil dari komunikasi,
▪ Dianggap satu UNIT dengan pasien & Sebagai altenatif media penyampaian pesan

4. Menginkludkan diskusi spiritual/religius


• Aspek yang meningkatkan kualitas komunikasi dalam perawatan paliatif antara pasien/keluarga dan tenaga kesehatan
• Sumber mekanisme koping pasien dalam menghadapi & menerima penyakitnya
5. Menjaga harapan
▪ Hasil dari komunikasi,
▪ Upaya untuk menjaga perasaan, cita-cita atau keyakinan pasien tentang kesembuhan atau apa yang terjadi dimasa depan
Membangun Hubungan Welas Asih

Respek
• Saling menghormati
1 Membangun Trust
• Orientasi & perkenalan
• Menjaga privasi • Self diclosure

6 2 • Percaya diri

Perilaku Immediacy Hadir secara terapeutik


Welas
Menjaga Kontak mata; Sentuhan;
Senyum; Mendengarkan; Sendau Asih • Tidak membeda-bedakan

gurau • Tulus merawat

5 3 • Sikap rendah hati

Responsif Empati

4
Siap siaga • Memahami perasaan pasien
Tidak mengacuhkan pasien • Menuntun pasien
Ketersediaan Informasi
Menggunakan media
elektronik
Sebagai reminder; Solusi jarak jauh

Keterbukaan Informasi
Pemberian informasi secara jujur & terbuka

Waktu Informasi
First kontak & Regular

Isi Informasi
Seputar penyakit, pemeriksaan & efeknya
Diskusi Spiritual

Percakapan Self
Religius Transcendence
Awareness
• Mengarahkan untuk beribadah, mis : solat & doa
• Berdoa Bersama • Mendorong pasien & keluarga untuk ikhtiar

• Membaca Kitab bersama • Percaya Pada Tuhan


• Memahami esensi sakit secara positif
• Tidak Putus Asa
Keterlibatan Keluarga

• Memberikan dukungan kepada keluarga :


memberikan informasi secara berkala/up to date

• Menyampaikan pesan / informasi kepada keluarga terutama :


pesan sensitif
Menjaga Harapan

• Menciptakan perasaan dan pikiran positif : Menciptakan


kenyamanan, berpikir positif (misalnya menceritakan kisah sukses
dalam perawatan)
• Memberikan Motivasi: Memotivasi pasien untuk sabar & mematuhi
pengobatan
• Mengontrol gejala penyakit dengan baik : Menggunakan obat-
obatan atau pun non farmakologi
Hasil Komunikasi

Keterlibatan Keluarga Menjaga Harapan


• Keluarga merupakan komponen penting di • Tenaga kesehatan dapat meningkatkan,
dalam pelayanan mempertahankan, atau menghancurkan
harapan pasien melalui sikap, perilaku, dan
• Keluarga bisa menjadi media dalam
cara mereka berkomunikasi
menyampaikan informasi yang sensitif seperti
berita buruk • Harapan dapat memainkan peran penting
dalam menjaga kesejahteraan psikologis,
• Pasien dan keluarga perlu dianggap sebagai
meningkatkan kemampuan untuk mengakui,
sebuah unit
menerima dan melawan penyakit terminal

12
Penyampaian Pesan/informasi buruk (Breaking BadNews)

Bad news diartikan sebagai pesan atau infomasi yang tidak menyenangkan
yang berdampak secara serius mengubah pandangan seorang/pasien akan
masa depannya

• Bad news dianggap sulit dilakukan baik itu dokter maupun perawat

• Bad news : Menyampaian diagnosa penyakit (pertamakali); menyampaikan


prognosis (berapa lama lagi kemungkinan waktu yang dimiliki pasien untuk
bertahan hidup); Soal Kematian (dimana & bagaimana pasien akan meninggal)
SPIKES

Untuk membantu penyampaian berita buruk : Robert


Buckman (2005) memperkenalkan S.P.I.K.E.S

S (Setting)

P (Perception)

I (Invitation/information)

K (Knowledge)

E (Empathy/emotion)

S (Summary)
Setting

Menyediakan ruangan yang memadai, bahasa tubuh, kontak


mata, sentuhan & pengantar/perkenalan

Menyediakan ruangan yang memadai tetap memperhatikan


privasi pasien, perhatikan Jarak dengan pasien (1/2-1 meter) –
show kedekatan, posisi duduk (sejajar)
Setting

Bahasa Tubuh, tubuh dalam posisi netral = keadaan rileks (kaki


berada diatas lantai, tangan diatas lutut, bahu rileks)

Kontak mata, jaga & pertahankan kontak mata selama


berkomunikasi terutama saat pasien berbicara. Jika kondisi
lebih emosional (marah/menangis) – bisa mengalihkan
pandangan sejenak
Setting

Sentuhan, Sentuh diarea tdk terpasang alat medikasi/luka, bila


pasien nyaman maka sentuhan dpt dipertahankan, jika tidak
harus dihentikan – penting memahami konteks budaya pasien

Pengantar/perkenalan, Pastika pasien mengenal siapa anda &


apa yang anda akan lakukan. Upayakan memberikan salam
terlebih dahulu kepada pasien
Perception (mengkaji persepsi pasien)

• Sebelum menyampaikan informasi pada pasien, sebaiknya menanyakan pemahaman pasien


terhadap kondisi dan penyakitnya. Tanyakan juga harapan-harapannya berkaitan dengan
penyakitnya.

• Seringnya pasien akan berkata “Saya ingin yang terbaik, Dok/perawat.” Bila pasien menjawab
seperti ini, tanyakan lagi bagaimana persepsi pasien tentang yang yang terbaik

• Mulailah dengan pertanyaan terbuka.


• Hal yang terpenting adalah mendapatkan persepsi pasien tentang harapannya terhadap
penyakitnya. Persepsi pasien bervariasi mulai dengan ingin sembuh seutuhnya, ini tidak nyeri,
ingin tumornya diangkat, tidak ingin dioperasi tidak ingin minum obat sampai sudah berpasrah.

• Dapat pula ditemukan kekeliruan pemahaman dan informasi pasein mengenai penyakitnya. Hal ini
perlu dikoreksi dokter/perawat agar pasien memiliki pemahaman yang tepat.
Invitation/informasi (mendapatkan invitasi dari pasien)

▪ Tanyakan keinginan pasien akan keingintahuannya atas informasi akan diagnosis, prognosis dan
pilihan tata laksana yang ada. Ada pasien yang ingin mengetahui penyakitnya secara mendetail,
namun sebagian lagi hanya ingin mengetahui penyakitnya secara garis besar.

▪ Bila pasien menyatakan secara eksplisit bahwa dia ingin mendengar informasinya secara
mendetail, akan lebih mudah untuk dokter/perawat menyampaikan kabar buruk tersebut.

▪ Beberapa pasien menolak mendengarkan infomasi penyakit secara detail. Hal ini sering ditemukan
pada pasien-pasien dengan sakit berat, sudah tidak memiliki harapan lagi, cenderung berpasrah
diri. Penolakan atas informasi detail tersebut biasanya merupakan coping
Knowledge (memberi informasi ke pasien)

• Akan lebih mudah bagi pasien untuk dapat mempersiapkan diri menerima kabar buruk apabila
dokter memberikan petunjuk di awal pembicaraan. Pembicaraan bisa dimulai dengan “Ada hal
penting namun kurang menyenangkan yang harus saya sampaikan.” atau “Dari hasil pemeriksaan,
ada kabar buruk yang saya harus sampaikan”

• Pemberian informasi pada pasien harus memperhatikan hal-hal berikut:


✓ Pahami tingkat pengetahuan pasien akan penyakitnya (langkah ke-2)

✓ Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh pasien. Hindari penggunaan jargon-jargon
medis. Hindari pula pemakaian kata-kata yang bersifat ambigu. Kata-kata yang digunakan
harus bersifat tegas, lugas namun tidak mematahkan harapan pasien.

✓ Hindari memberikan ketakutan yang berlebihan misalnya “Anda memiliki kanker paru yang
sangat parah dan harus segera diobati kalau tidak anda akan segera mati”. Respons yang
paling mungkin diterima oleh dokter dari pasien adalah pasien dan keluarganya tidak terima
dan memarahi dokter.
Knowledge (memberi informasi ke pasien)

✓ Berikan informasi dalam potongan-potongan singkat. Berikan pasien jeda waktu antara
masing-masing potongan untuk dapat mencerna informasi yang diberikan. Contohnya:

✓ “Sayangnya, hasil pemeriksaan saya, ditunjang dengan pemeriksaan lab dan CT yang kita
lakukan kemarin, ibu menderita kanker paru.”

✓ Berikan waktu jeda setelah mengatakan kalimat di atas. Pasien tidak akan mampu
menangkap informasi apapun yang disampaikan setelah mendengar kata “kanker”. Berikan
waktu untuk pasien mencerna informasi tersebut, setelah beberapa saat, barulah potongan
informasi lain disampaikan
Knowledge (memberi informasi ke pasien)

▪ Walaupun pasien dalam kondisi terminal, tidak memiliki kemungkinan untuk sembuh, jangan memutuskan
pengharapan pasien seketika dengan mengatakan “Sudah tidak ada hal yang kita bisa perbuat.”

▪ Sebaliknya, dokter dapat memberikan informasi mengenai tidak adanya modalitas terapi untuk
menyembuhkan pasien namun masih adal hal yang dilakukan untuk hidup pasien yang lebih baik, misalnya
“Sayangnya, sampai saat ini terapi kanker seperti kemoterapu atau radiasi tidak dapat menyembuhkan
kanker ibu secara sempurna. Namun demikian ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membuat
ibu merasa lebih baik.”

▪ Perlu disampaikan bahwa masih ada tata laksana yang kita lakukan yang mungkin tidak menyembuhkan
penyakitnya, namun membuat kehidupannya lebih baik, misalnya mengurangi gejala, kontrol nyeri atau
transfusi darah.
Empathy (dukungan empati)

▪ Pasien akan memberikan respons terhadap berita buruk yang didengarnya dari dokter/perawat.
Respons pasien bervariasi, mulai dari diam, marah, tidak percaya, menangis atau menolak dan
menarik diri. Dokter harus mampu menunjukkan sikap empati dalam merespons emosi pasien
tersebut.

▪ Nyatakan dukungan terhadap pasien. Pada tahap ini pasien tidak ingin mengetahui hal-hal medis
akan penyakitnya, dia ingin mendapatkan dukungan dan tidak merasa sendiri berjuang untuk
penyakitnya.

▪ Tunda pembicaraan yang bersifat teknis dan medis sampai pasien merasa lebih tenang atau lebih
baik. Ada kemungkinan pasien tidak sanggup sehingga bagian ini dilanjutkan dengan anak atau
keluarganya yang lain. Keluarga juga pasti memiliki respons terhadap berita buruk tersebut,
pastikan keluarga dalam keadaan tenang dan siap sebelum melanjutkan
Summary (kesimpulan)

▪ Jabarkan semua pilihan terapi yang ada

✓ Jabarkan semua pilihan terapi yang ada pada pasien. Saat memberikan pilihan pada pasien,
penting pula untuk menetapkan tujuan bersama. Sering sekali pasien berharap terapi yang
diberikan bertujuan untuk menyembuhkannya kembali namun dokter/perawat memberikan
terapi hanya untuk mengurangi gejala. Tujuan terapi harus dipahami secara baik oleh
dokter/perawat, pasien dan keluarganya.

▪ Buatlah kesimpulan secara bersama.

✓ Pasien yang dalam kondisi terminal perlu mendapatkan terapi untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Tentukan bersama langkah-langkah yang akan dilaksanakan selanjutnya. Nyatakan
dukungan secara empatik pada pasien dan bangun harapan pasien dalam hal-hal yang
mungkin bisa dicapai.
Hambatan Komunikasi
Pendidikan 1

2 Kondisi Denial

Kemampuan diri 3

Efek psikologis
Penyakit
4

Beban Kerja 5
That’s all. Thank you! ☺
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai