Anda di halaman 1dari 21

PERTEMUAN 10

BAHAS TUNTAS :

PERAWATAN PASIEN PALIATIF


PENDAMPINGAN PASIEN DENGAN
KEBUTUHAN SPIRITUAL
PERAWATAN
PASIEN PALIATIF
PENGERTIAN

Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan,
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik
fisik, psikososial dan spiritual

TUJUAN

1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit
pasien dan kehilangan mereka.
PRINSIP

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian proses yang normal


2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga
8. Menghindari tindakan yang sia-sia

HAK HAK PENDERITA

1. Tahu status kesehatannya


2. Ikut serta merencanakan perawtan
3. Dapat informasi tindakan invasif
4. Pelayanan tanpa diskriminasi
5. Dirahasiakan oenyakitnya
6. Dapat bekerja dan dapat produktif
7. Berkeluarga
8. Perlindungan asuransi
9. Pendidikan yang layak
1. Penaganan permasalah kondisi fisik (gejala dan nyeri)
2. Kemampuan fungsional dalam beraktifitas
3. Kesejahteraan keluarga
4. Kesejahteraan emosional
5. Spiritual
DIMENSI KUALITAS HIDUP 6. Fungsi sosial
7. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
8. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
9. Seksualitas (termasuk “body image”)
10. Fungsi okupasi

1. Rumah sakit, (Hospice hospital care),


Poliklinik, Rawat singkat, Rawat Inap
TEMPAT PERAWATAN 2. Rumah (Hospice home care)
PALIATIF CARE 3. Hospis (Hospice care)
4. Praktek bersama , Tim/ kelompok
perawatan paliatif
1. Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatan,
penddikan kesehatan, koordinator, advokasi,
kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan.
PERAN DAN FUNGSI 2. Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
PERAWAT 3. Penddik : Di pendidikan / dipelayanan
4. Peneliti

1. Melakukan pengkajian dengan cermat,


mendengarkan keluhan dengan sungguh-
PRINSIP ASUHAN sungguh
PERAWATAN PALIATIF 2. Menetapkan diagnosa / masalah keperawatan
dengan tepat
3. Merencanakan asuhan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan
5. Mengevaluasi perkembangan pasien secara
cermat
PALIATIF CARE PLAN

Melibatkan seorang partnerhip antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya
dan petugas kesehatan yang profesional. Support fisik, emosional, psikososial dan
spiritual khususnya, melibatkan pasien pada self care, pasien memerlukan atau
membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara
bertahap, tepat dan sesuai, Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi
terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan
dari pasien dan keluarga
TEKNIK KOMUNIKASI PASIEN SADAR

• Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan


MENJELASKAN perawat lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa
intervensI yang akan dilakukan kepada klien

• Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien


MEMFOKUSKAN untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.

• Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan


MEMBERIKAN INFORMASI maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan
keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan
kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

MEMPERTAHANKAN Ketenangan yang perawat berikan dapat membantu atau mendorong


KETENANGAN klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan
kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hanga
• Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat
klien
PRINSIP KOMUNIKASI
• Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar
pembicaraan perawat
• Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien
BANTUAN EMOSIONAL DAN TAHAP BERDUKA

• Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping


yang kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
FASE DENIAL
• Selalu berada di dekat klien
• Pertahankan kontak mata

• Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan


FASE ANGER perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan
teknik respek

• Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan


FASE BARGENING menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan

Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga


FASE DEPRESI mengekspresikan kesedihannya

Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk


FASE ACCEPTANCE
mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien
BANTUAN FISIOLOGI

Kebersihan Diri Mampu melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,
badan, dll
Mengontrol rasa sakit Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik
diberikan IV dibandingkan IM atau SC, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun
Membebaskan Jalan Nafas Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan
untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen
Bergerak klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot
sudah menurun
Nutrisi Klien seringkali anorexia dan nausea. Berikan antiemetik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi
dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan
cair atau Intra Vena atau Invus
Eliminasi penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan
untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang
duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum,
apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
Perubahan sensori Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu
atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi,
dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya,
perawat dapat melakukan:
• Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan
untuk bertemu dengan klien
• Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan
BANTUAN SOSIAL dengan sakitnya
• Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima
kunjungan kunjungan
• Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering
mengunjungi dan mengajak orang lain

1. Menanyakan kepada klien tentang harapan-


harapan hidupnya dan rencana klien
selanjutnya menjelang kematian.
BANTUAN SPIRITUAL 2. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan
pemuka agama dalam hal untuk memenuhi
kebutuhan spiritual
3. Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
Riwayat kesehatan sekarang
PENGKAJIAN Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Pemeriksaan Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat
a) pasien kurang rensponsif
b) fungsi tubuh melambat
c) pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d) rahang cendrung jatuh
e) pernafasan tidak teratur dan dangkal
f) sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
g) kulit pucat
h) mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya

1. Ansietas (ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi


yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian
DIAGNOSA dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat
perawatan ).
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
PENDAMPINGAN PASIEN DENGAN
KEBUTUHAN SPIRITUAL
KEBUTUHAN SPIRITUAL

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan


keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai dan dicintai, menjalani hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan

SPIRITUAL CARE

Spiritual Care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien
untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
ENAM KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN

Merupakan kebutuhan untuk memahami peristiwa dalam kehidupan secara


keseluruhan. Pasien membutuhkan penjelasan tentang penyakitnya, mengapa
Makna,tujuan, dan harapan hidup penyakit ada pada dirinya, dengan adanya penjelasan diharapkan pasien tidak putus
asa, berfikir positif, mensyukuri berkat Tuhan, fokus pada hal-hal yang baik,membuat
hidup menjadi lebih berarti

pasien memohon, komunikasi dengan Tuhan, menerima kehendak Tuhan, menerima


Hubungan dengan Tuhan rencana Tuhan, percaya bahwa Tuhan yang menyembuhkan penyakitnya, yakin akan
kehadiran Tuhan pada masa-masa perawatan penyakitnya

Praktek spiritual Pasien mempunyai keinginan untuk terlibat dalam kegiatan ibadah secara rutin

Hal ini berhubungan dengan tradisi agama pasien misalnya adanya makanan yang halal
Kewajiban agama
dan tidak halal, kematian dan proses penguburan yang harus dihormati

Hubungan interpersonal pasien juga membutuhkan hubungan dengan orang lain, termasuk hubungan dengan
kaum ulama, meminta maaf, menerima doa dari orang lain

Hubungan dengan perawat dan Pasien membutuhkan para tenaga kesehatan memiliki ekspresi wajah yang ramah, kata-
tenaga kesehatan lainnya kata dan bahasa tubuh yang baik, menghormati, empati, peduli, memberikan informasi
tentang penyakitnya secara lengkap dan akurat
PERAN PERWAT DALAM PENGKAJIAN

• pengkajian riwayat keperawatan dan pengkajian klinik


Pengkajian kebutuhan spiritual • Q: adakah praktik keagamaan yang penting, bagaimana situasi yang dapat
pasien mengganggu praktik keagamaan, apakah cara-cara itu penting untuk kebaikan
pasien, dengan cara bagaimana perawat dapat memberi dukungan pada spiritual
pasien, apa harapan-harapan pasien dan sumber-sumber kekuatan pasien
sekarang, apa yang membuat pasien merasa nyaman selama masa-masa sulit ini.
• Ditanya di akhir saat sudah terbangun hubungan saling percaya

apakah pasien memiliki kitab suci atau dilingkungannya terdapat kitab suci atau buku
Lingkungan
do’a lainnya, literatur-literatur keagamaan, penghargaan keagamaan, simbol keagamaan
misalnya tasbih, salib dan sebagainya diruangan, Apakah gereja atau mesjid
mengirimkan bunga atau buletin.

apakah pasien berdoa sebelum makan atau pada waktu lainnya atau membaca literatur
Perilaku
keagamaan, Apakah pasien mengalami mimpi buruk dan gangguan tidur atau
mengekspresikan kemarahan pada Tuhan.

apakah pasien menyebutkan tentang Tuhan atau kekuatan yang Maha Tinggi, tentang
Verbalisasi do’a-do’a, keyakinan, mesjid, gereja, kuil, pemimpin spiritual, atau topik-topik
keagamaan, Apakah pasien menanyakan tentang kunjungan pemuka agama, Apakah
pasien mengekspresikan ketakutannya akan kematian.
PERAN PERWAT DALAM PENGKAJIAN

• apakah pasien menunjukkan tanda-tanda kesepian, depresi, marah, cemas, apatis


Afek dan sikap atau tampak tekun berdo’a.

• siapa yang berkunjung, Apakah pasien berespon terhadap pengunjung, Apakah ada
Hubungan interpersonal
pemuka agama yang datang, Apakah pasien bersosialisasi dengan pasien lainnya
atau staf perawat.
PERAN PERWAT DALAM DIAGNOSA

• Peran perawat dalam merumuskan diagnosa keperawatan terkait dengan spiritual


pasien mengacu pada distresspiritual yaitu spiritual pain, pengasingan diri
(spiritual alienation), kecemasan (spiritual anxiety), rasa bersalah (spiritual guilt),
marah (spiritualanger), kehilangan (spiritual loss), putus asa (spiritual despair)

spiritual pain ekspresi atau ungkapan dari ketidaknyamanan pasien akan hubungannya dengan Tuhan

ungkapan bahwa pasien merasa kesepian atau merasa Tuhan menjauhi dirinya. Pasien
pengasingan diri dengan penyakit kronis merasa frustasi sehingga bertanya : dimana Tuhan ketika saya
butuh Dia hadir?

ekspresi takut akan siksaan dan hukuman Tuhan, takut Tuhan tidak peduli, takut Tuhan
Kecemasan tidak menyukai tingkahlakunya. Beberapa budaya meyakini bahwa penyakit merupakan
suatu hukuman dari Tuhan karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan semasa
hidupnya.

Pasien mengatakan bahwa dia telah gagal melakukan hal-hal yang seharusnya dia
rasa bersalah lakukan dalam hidupnya atau mengakui telah melakukan hal-hal yang tidak disukai Tuhan
PERAN PERWAT DALAM DIAGNOSA

Pasien mengekspresikan frustasi, kesedihan yang mendalam, Tuhan kejam. Keluarga


Marah pasien juga marah dengan mengatakan mengapa Tuhan mengijinkan orang yang mereka
cintai menderita

Pasien mengungkapkan bahwa dirinya kehilangan cinta dari Tuhan, takut bahwa
Kehilangan
hubungannya dengan Tuhan terancam, perasaan yang kosong

Pasien mengungkapkan bahwa tidak ada harapan untuk memiliki suatu hubungan dengan
Putus asa
Tuhan, Tuhan tidak merawat dia

Anda mungkin juga menyukai