Disusun Oleh :
Nim : 1914201092
Kelas : 5B Keperawatan
TA 2022/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas rahmat dan taufiqNya sehingga
Buku Asuhan Keperawatan Terminal ini dapat tersusun.
Buku Asuhan Keperawatan Terminal ini disusun bertujuan sebagai panduan dan pega
ngan bagi dosen dan mahasiswa dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas maupun di t
atanan nyata dan diharapkan akan menghasilkan persepsi dan tujuan yang sama dalam menca
pai tujuan pembelajaran.
Adanya contoh praktik yang disajikan dalam buku ini harapannya akan semakin meni
ngkatkan kepekaan mahasiswa keperawatan sehingga bisa memberikan gambaran imple-ment
asi teori yang telah disajikan.
Kami menyadari Buku Asuhan Keperawatan Terminal ini belum sempurna, untuk itu
kami berharap masukan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusuna
n buku ajar berikutnya sebagai revisi di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULAN………………………………………………………………….
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..
2.1 Defenisi…………………………………………………………………………….
2.5
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mengartikan kembali bagaimana kondisi inidivu pada fase terminal,konsep teroi kebutuha
terminal, diagnosa dari kebutuhan terminal.
BAB II
PEMBAHASAN
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).
a. Penyakit Terminal
Penyakit terminal adalah penyakit yang secara medis kedokteran tidak bias disembuhkan
lagi, dan penyakit ini terjadi pada stadium lanjut. Dalam hal ini, orientasi pelayanan yang
diberikan pada pasien tidak hanya penyembuhan saja, namun juga perawatan yang membuat
pasien bisa mencapai kualitas hidup terbaik bagi dirinya dan keluarga. Kematian merupakan
tahap paling akhir dalam kehidupan. Kematian bias saja datang tanpa peringatan secara tiba-
tiba, atau bisa mengikuti fase sakit yang sudah panjang. Meski demikian, kematian tidak
memandang usia seseorang. Tua maupun muda, dari bayi hingga manula, semua bisa saja
mengalami kematian. Kondisi terminal merupakan keadaan sakit dimana tidak ada lagi
harapan bagi pasien untuk bisa sembuh menurut akal sehat. Keadaan seperti ini bisa
diakibatkan oleh penyakit tertentu atau mengalami kecelakaan
B.Masalah Psikologi
Ketergantungan tinggi
Kehilangan kontrol
Kehilangan produktifitas
Hambatan dalam berkomunikasi
C. Masalah Sosial
Menarik Diri
Isolasi sosial
D.Masalah Spritual
Kehilangan harapan
Perencanaan saat ajal tiba
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. ASKEP TEORI
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dapat menunjukan kesempatan yang dimiliki perawat dalam
mendukung atau menguatkan spiritualitas klien. Pengkajian tersebut dapat menjadi
terapeutik karena pengkajian menunjukkan tingkat perawatan dan dukungan yang
diberikan. Perawat yang memahami pendekatan konseptual menyeluruh tentang
pengkajian siritual akan menjadi yang paling berhasil (Farran , 1989 cit Potter and
perry, 1997).
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal penting yaitu dilakukan setelah
pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan
hubungan interpersonal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu pengkajian
sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan
pasien atau dengan orang terdekat pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk
membicarakannya.
Craven dan Hirnle (1996), Blais dan Wilkinson (1995) serta Tayler, Lillis dan
Le Mane (1997), pada dasarnya informasi awal yang perlu digali secara umum adalah
a. Afiliasi agama
o Partisipasi agama klien dalam kegiatan keagamaan
o Jenis partisipasi dalam kegiatan keagamaan
b. Keyakinan / spiritual agama
o Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima terapi / upacara keagamaan
o Persepsi penyakit : hukuman, cobaan terhadap keyakinan
o Strategi koping
Pengkajian data subyektif meliputi :
a. Konsep tentang Tuhan atau ketuhanan
b. Sumber harapan dan kekuatan
c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan dan kondisi kesehatan.
Sedangkan pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi
a. Pengkajian afek dan sikap
Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis atau
preokupasi
b. Perilaku
Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku
keagamaan, dan apakah pasien seringkali mengaluh, tidak dapat tidur,
bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda
yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama
c. Verbalisasi
Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik keagamaan
lainnya, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama, dan
apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian
d. Hubungan interpersonal
Siapa pengunjung pasien, bagaimana pasien berespon terhadap pengunjung, ap
akah pemuka agama datang mengunjungi pasien, dan bagaimana pasien berhu
bungan dengan pasien yang lain dan juga dengan perawat
e. Lingkungan
Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya, apakah
pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan apakah pasi
en memakai tanda keagamaan misalnya jilbab. Terutama dilakukan melalui ob
servasi. (Hamid, 2000).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi kedalam
diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status
kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip
kesatuan (Farran, 1989). Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang berhubungan
dengan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan berlangsung
(Potter and Perry, 1997).
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North
American Nursing Diagnosis Association (2006) adalah distres spiritual. Pengertian
dari distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan agama, orang
lain, dan dirinya.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006)
batasan diagnosa keperawatan distres spiritual adalah :
a. Berhubungan dengan diri, meliputi mengekspresikan kurang dalam harapan, arti,
tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan diri, keberanian, marah,
rasa bersalah, koping yang buruk.
b. Berhubungan dengan orang lain, meliputi menolak berinteraksi dengan teman,
keluarga, dan pemimpin agama, mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan,
mengekspresikan keterasingan.
c. Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi tidak mampu
mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi), tidak ada ketertarikan kepada alam,
dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama
d. Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi tidak mampu
ibadah, tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, mengekspresikan
marah kepada Tuhan, dan mengalami penderitaan tanpa harapan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (2006) faktor yang
berhubungan dari diagnosa keperawatan distres spiritual adalah mengasingkan diri,
kesendirian, atau pengasingan sosial, cemas, kurang sosiokultural/ deprivasi,
kematian dan sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis
diri atau orang lain.
a. Bagaimana penyesuaian terhadap penyakit yang berhubungan dengan
ketidakmampuan merekonsilasi penyakit dengan keyakinan spiritual.
b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kehilangan agama sebagai
dukungan utama
c. Takut yang berhubungan dengan belum siap untuk menghadapai kematian dan
pengalaman kehidupan setelah kematian.
d. Berduka yang disfungsional : keputusasaan berhubungan dengan keyakinan
bahwa agama tidak mempunyai arti.
e. Keputusasaan berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli
termasuk tuhan
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan menjadi korban
g. Disfungsi seksual berhubungan dengan konflik nilai
h. Pola tidur berhubungan dengan distress spiritual
i. Resiko tindak kekerasan terhadap diri sendiri berhubunga ndengan perasaan
bahwa hidup tidak berarti
C. PERENCANAAN
Dengan menetapkan rencana perawatan, tujuan ditetapkan secara individual,
dengan mempertimbangkan riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi
serta data obyektif yang relevan (Hamid, 2000).
Menurut (Munley, 1983 cit Potter and Perry, 1997) terdapat tiga tujuan untuk
pemberian perawatan spiritual yaitu klien merasakan perasaan percaya pada pemberi
perawatan, klien mampu terkait dengan anggota sistem pendukung, pencarian pribadi
klien tentang makna hidup meningkat. Tujuan askep klien distress spiritual berfokus
pada menciptakan lingkungan yang mendukung praktik keagamaan dan keyakinan
yang biasa dilakukannya.
Klien dengan distress spiritual akan :
a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuuhi kebutuhan
b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika
menghadapi penyakit.
c. Mengembangkan praktik spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri
sendiri, Tuhan dan dunia luar
d. Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antara keyakinan spiritual
dengan kehidupan sehari-hari.
Kriteria hasil yang diharapkan klien akan :
a. Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual
b. Mengidentifikasi factor dala mkehiduapn yang menantang keyakinan spiritual
c. Menggali alternative : menguatkan keyakinan
d. Mengidentifikasi dukungan spiritual
e. Melaburkan / mendemonstrasikan berkurangnya distress spiritual setelah
keberhasilan intervensi
Pada dasarnya perencanaan pada klien distress spiritual dirancang untuk
memenuhi kebutuhan klien dengan membantu klien memnuhi kewajiban
agamanya dan menggunakan sumber dari dalam dirinya.
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan
prinsip - prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut (Hamid, 2000) :
a. Periksa keyakinan spiritual ibadah
b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spritualnya.
c. Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual
d. Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien
e. Berespon secara singkat, spesifik dan factual
f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati
masalah klien
g. Menerapkan tehnik komunikasi terapeutik dengan tehnik mendukung menerima,
bertanya, memberi infomasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan yang
dimiliki klien
h. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal kien
i. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui
klien
j. Menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien berespon terhadap penyakit.
Apakah klien menganggap penyakit yang dideritanya merupakan hukuman,
cobaan atau anugrah dari Tuhan ?
k. Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agamanya
l. Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di Rumah Sakit.
Menurut Amenta dan Bohnet (1986) cit Govier (2000) ada empat alat / cara
untuk membantu perawat dalam menerapkan perawatan spiritual yaitu :
a. Menyimak dengan perilaku wajar
b. Selalu ada
c. Menyetujui apa yang dikatakan klien
d. Menggunakan pembukaan diri
Perawat berperan sebagai komunikator bila pasien menginginkan untuk bertemu denga
n petugas rohaniawan atau bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dala
m mengatasi masalah spiritualnya.
Menurut McCloskey dan Bulechek (2006) dalam Nursing Interventions Classification
(NIC), intervensi dan diagnosa distres spiritual salah satunya adalah support spiritual. D
efinisi support spiritual adalah membantu pasien untuk merasa seimbang dan berhubun
gan dengan kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi :
a. Buka ekspresi pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan
b. Beri semangat untuk menggunakan sumber – sumber spiritual
c. Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan pasien
d. Tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien
e. Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
kepercayaan dan nilai, jika diperlukan
f. Mampu untuk mendengar perasaan pasien
g. Fasilitasi pasien dalam meditasi, berdoa atau ritual keagamaan
h. Dengarkan dengan baik komunikasi pasien dan kembangkan rasa pemanfaatan
waktu untuk berdoa atau ritual keagamaan
i. Yakinkan kepada pasien bahwa perawat dapat mensupport pasien ketika sedang
menderita
j. Buka perasaan pasien terhadap rasa sakit dan kematian
k. Bantu pasien untuk berekpresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan rasa
marah dengan cara yang baik.
E. EVALUASI
Perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan
spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritualitas klien dengan perilaku
dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan. Klien harus mengalami
emosi sesuai dengan situasi, mengembangkan citra diri yang kuat dan realistis, dan
mengalami hubungan interpersonal yang terbuka dan hangat. Keluarga dan teman,
dengan siapa klien telah membentuk persahabatan dapat dijadikan sumber informasi
evaluatif. Klien harus juga mempertahankan misi dalam hidup dan sebagian individu
percaya dan yakin dengan Tuhan Yang Maha Kuasa atau Maha Tinggi. Bagi klien
dengan penyakit terminal serius, evaluasi difokuskan pada keberhasilan membantu
klien meraih kembali harapan hidup (Potter anfd Perry, 1997).
Untuk mengatahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian
tujuan asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum pasien mampu :
a. Mampu beristirahat dengan tenang
b. Menyatakan penerimaan keputusan moral / etika
c. Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan
d. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama
e. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
f. Menunjukkan afek positif tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan ansietas
g. Menunjukkan perilaku lebih positif
h. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.
2.ASKEP KASUS
A. P E N G K A J I AN
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : NY. “ X “
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No Register : 101112
Nama : Tn “Z”
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNA
Klien terkihat cemas dan gelisah, terlihat dari sikap klien yang sering mengeluh sesak
nafas, sering bertanya tentang keadaannya da klien mengeluh takut penyakitnya tidak
sembuh lagi.
5. Riwayat Sosial
Hubungan klien dengan keluarga , masyarakat dan perawat cukup baik, terbukti dengan
klien selalu kooperatip terhadap perawatan dalam melaksanakan tidakan perawatan, seta
6. Riwayat Spiritual
Sebelum sakit klien rajin menjalankan ibadah shalat lima waktu,setelah sakit klien merasa
kesulitan dalam melakukan ibadah, klien hanya bisa berdoa saja karena klien menyadari
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
- Kesadaran : Compos mentis
- Bicara : Jelas, terlihat dengan merespon pertanyaan
- Tanda-tanda Vital : TD : 160 / 100 mmHg
Nadi : 120 x / menit
Respirasi : 32 x / menit
b. Sistem Pernafasan
- Keadaan Hidung bersih, keadaan simetris
- Frekuensi pernafasan : 32 x / menit
- Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada keluhan nyeri dada.,gerakan kana
n dan kiri simetris
- Auskultasi suara nafas bersih tidak ada suara tambahan seperti weezing dan terd
engar bunyi ronchi
- Sianosisi tidak ada
c. Sistem Cardiovasculer
- Bunyi jantung murni leguler
- Nadi perifer 120 x / menit
- Tekanan darah 150 / 100 mmHg
- Tidak terdapat distensi vena jugularis
- Tidak terdapat pembesaran KGB
- Pada perkusi batas jantung melebar kekiri
- Pada palpasi denyut apeks teraba pada ICS 5 - 6, 2 – 3 cm media dari midklavic
ula kiri
- Pada auskultasi terdengar bunyi gallop ( S3) dan mur-mur.
- Mukosa bibir, lidah dan daun telinga tidak sianosis
- Capillari refill time 3 detik
- Oedema tungkai kanan dan kiri.
d. Sistem Pencernaan
- Daerah mulut bersih , lidah bersih, keadaan gusi lengkap, caries gigi tidak ada, ti
dak tercium bau mulut
- Refleks menelan dan mengunyah tidak ada keluhannyeri
- Abdomen simetris, tidak ada pembesaran hati, tidak ada asites dan nyeri tekan, b
ising usus 12 x / menit
e. Sistem Perkemihan
- Keadaan genital bersih,
- Cateter terpasang urin lancar tidak ada keluhan nyeri
- Out put 24 jam 500 cc.
- Tidak teraba pembesaran ginjal
- Tidak ada nyeri pada daerah vesika urinaria
f. Sistem Penglihatan
- Bentuk kedua mata kanan dan kiri simetris
- Refleks pupil terhadap cahaya positif
- Klien bisa melihat gerakan jari jarak + 3 meter
- Klien tidak mengunakan kaca mata
- Tidak ada keluhan pada mata
g. Sistem pendengaran
- Keadaan telinga bersih, kedua telinga kanan dan kiri simetris
- Nyeri pada saat palpasi tidak ada
- Fungsi pendengaran baik terbukti klien mendengar waktu diajak komunikasi
h. Sistem Persarafan
- Kesadaran Compos mentis, GCS ( E4, M6, V5 = 15 )
- Orientasi waktu, tempat baik
- Motorik klien baik (dapat menyebutkan nama dan tempat tinggal)
- Test Saraf Cranial
Nervus I (Olfaktorius) : Klien dapat membedakan bau alkohol dan kayu puti
h
Nervus II ( Optikus) Penglihatan jelasdalam jarak + 4 meterrefleks pupil bai
k
Nervus III (Okulomotorius), IV (Tokear), VI (Abduksen) : Klien dapat meng
angkat kelopak mata atas, kontaksi pupil baik, dapat mengerakan bola mata
kebawah, atas dan lateral
Nervus V (Trigeminus) : Klien dapat menutup rahang dan mengunyah
Nervus VII (Fasialis) : Otot ekpresi wajah baik, bentuk simetris, dahi dapat d
igerakan keatas dan kebawah, otot disekitar mata, mulut dapat digerakan. Kli
en dapat membedakan rasa manis dan asin.
Nervus VIII ( Akustikus) : Keseimbangan tidak dikaji, pendengaran baik, ter
bukti klien dapat merespon dengan baik pertanyaan pada saat interaksi deng
an perawat.
Nervus IX ( Glassopharingeus) dan Nervus X (Fagus) : klien dapat menelan
dengan baik.
Nervus XI ( Aksecorius) : gerakan bahu dan kepala baik, tidak ada kelainan.
Nervus XII (Hypoglosus) : Klien dapat mengerakan lidah.
i. Sistem Muskulokletal
- Tidak terdapat kelainan tulang belakang
- Tidak ada otropi otot
- Terpasang Infus asering 24 / hari pada tangan kiri.
- Tidak ada kekakuan aktivitas
- /Kekuatan otot persendian
4 4
4 4
j. Sistem Integumen
- Keadan kulit bersih
- Turgor kulit baik
- Fungsi sensorik dan peraba baik
- Suhu tubuh 36,5 oC
- Terdapat luka oprasi pada perut
- Rambut pendek dan bersih
- Kuku pendek dan bersih.
k. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak mengeluh penyakit DM
9. Data Penunjang
Tanggal 9 april 2012
Rontge Thorak : Kedua Sinus costopphrenicus lancip
a. EKG : Menunjukan Segmen ST
b. Laboratorium :
10. Terapi atau pengobatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. X selama kurang lebih 5 hari, penul
is dapat membuat kesimpulan :
1. Gagal jantung bukanlah suatu diagnosa penyakit, namun suatu sindrom/ kumpulan
dari beberapa penyebab (penyakit, kelainan kongenital) yang dimana mengakibatkan
disfungsi kerja jantung semestinya.
2. Pemberian asuhan perawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif di Rumah
Sakit Umum Daerah Ungaran sesuai standar, dimana perlengkapan dan pelayanan
cukup memadai. Penatalaksanaan dilakukan sudah secara umumnya antara lain
dengan memberikan obat diuretic, ACEI dan pembatasan aktivitas melalui advis dari
tim medis dengan melibatkan peran serta keluarga klien. Penatalaksanaan pada klien
dengan gagal jantung difokuskan dengan faktor penyebabnya, misalnya karena akibat
system hormonal RAA (Renin Angiotensin Aldosteron), hipertensi, ditekankan pada
penatalaksaan terkait. Tindakan keperawatan madiri yang dapat dilakukan antara lain
memantau balance cairan, mengatur posisi fisiologis, mengajarkan manajemen nyeri,
memberikan wawasan terkait permasalahan yang terjadi kepada klien, memantau
tanda-tanda vital, memantau respon cardio pulmonal selama perawatan dan lain-lain.
Selama dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama 5 hari, masalah teratasi
semua, walaupun klien pulang pada hari ke 6 selama pengkajian (perawatan)
dilakukan dan mendapat resep obat, serta surat kontrol 1 minggu kemudian, namun
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah penulis tetapkan telah memenuhi
tujuan dan kriteria hasil tersebut.
3. Klien masih dapat mempertahankan kondisinya saat ini setelah perawatan dengan
memperhatikan faktor penyebab (diet, minum obat, dll) dan menghindari faktor
pencetus (aktivitas, istirahat, dll) dari sindroma gagal jantung tersebut sesuai dengan
pengarahan yang sudah diberikan perawat kepada klien terkait perawatan lanjutan
dirumah.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dobríková, P., Macková, J., Pavelek, L., AlTurabi, L., Miller, A., & West, D. (2016). The eff
ect of social and existential aspects during end of life care. Nursing and Palliative Car
e, 1(3), 47-51.
Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th
ed. America: Mosby Elseiver
Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap St
atus Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan. J
akarta.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.