Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “X”


DENGAN GANGGUAN GAGAL JANTUNG

“ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN FISIK DAN PSIKOLOGIS TINJAUAN


AGAMA TENTANG PERAWATAN PALIATIF

Dosen Pembimbing : Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp. Kep. J

Disusun Oleh :

Nama : Viona Halimahtusadiah

Nim : 1914201092

Kelas : 5B Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TA 2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas rahmat dan taufiqNya sehingga
Buku Asuhan Keperawatan Terminal ini dapat tersusun.

Buku Asuhan Keperawatan Terminal ini disusun bertujuan sebagai panduan dan pega
ngan bagi dosen dan mahasiswa dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas maupun di t
atanan nyata dan diharapkan akan menghasilkan persepsi dan tujuan yang sama dalam menca
pai tujuan pembelajaran.

Adanya contoh praktik yang disajikan dalam buku ini harapannya akan semakin meni
ngkatkan kepekaan mahasiswa keperawatan sehingga bisa memberikan gambaran imple-ment
asi teori yang telah disajikan.

Kami menyadari Buku Asuhan Keperawatan Terminal ini belum sempurna, untuk itu
kami berharap masukan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusuna
n buku ajar berikutnya sebagai revisi di kemudian hari.

Padang, 11 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULAN………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

2.1 Defenisi…………………………………………………………………………….

2.2 Kriteria Penyakit Terminal…………………………………………………………

2.3 Mengartikan kematian bagi pasien terminal…………………………………………..

2.4 Masalah – Masalah Pada Pasien Penyakit Terminal…………………………………..

2.5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………………..

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Asuhan keperawatan pada pasien menderita penyakit pada stadium akhir


(stadiumterminal) merupakan tugas perawat seperti halnya memberikan asuhan
keperawatan pada individu dengan penyakit lain. Proses yang harus dilalui dalam asuhan
keperawatan diawali dengan: 1) pengkajian semua aspek (head to toe) dan/atau semua
sistem tubuh, 2) penegakkan diagnosa keperawatan, 3) perencanaan keperawatan, 4)
pelaksanaan dan 5) evaluasi. Pengkajian pada pasien terminal dilakukan oleh perawat bisa
secara langsung atau tidak langsung. Pengkajian secara langsung dengan wawancara dan
pemeriksaan fisik, sedangkan pengkajian secara tidak langsung dengan melihat data
skunder berupa data status pasien atau data demografi lain. Pengkajian yang baik yaitu
dengan melibatkan seluruh komponen yang mampu dikaji, artinya tidak hanya riwayat
individu pasien namun lebih optimal bila dilakukan pengkajian dengan allo anamnese.
Pengkajian dengan allo anamnese adalah pengkajian yang dilakukan. dengan melibatkan
orang lain sebagai sumber informasi. Misalnya pengkajian pasien dengan sumber
informasinya suami, istri atau anak yang dekat dengan pasien, sehingga data yang
disajikan akurat.

B. Rumusan Masalah

Konsep materi tentang kebutuhan terminal pada klien

C. Tujuan

Mengartikan kembali bagaimana kondisi inidivu pada fase terminal,konsep teroi kebutuha
terminal, diagnosa dari kebutuhan terminal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup


pasien (dewasa dan anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual (WHO 2016).

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).

a. Penyakit Terminal

Penyakit terminal adalah penyakit yang secara medis kedokteran tidak bias disembuhkan
lagi, dan penyakit ini terjadi pada stadium lanjut. Dalam hal ini, orientasi pelayanan yang
diberikan pada pasien tidak hanya penyembuhan saja, namun juga perawatan yang membuat
pasien bisa mencapai kualitas hidup terbaik bagi dirinya dan keluarga. Kematian merupakan
tahap paling akhir dalam kehidupan. Kematian bias saja datang tanpa peringatan secara tiba-
tiba, atau bisa mengikuti fase sakit yang sudah panjang. Meski demikian, kematian tidak
memandang usia seseorang. Tua maupun muda, dari bayi hingga manula, semua bisa saja
mengalami kematian. Kondisi terminal merupakan keadaan sakit dimana tidak ada lagi
harapan bagi pasien untuk bisa sembuh menurut akal sehat. Keadaan seperti ini bisa
diakibatkan oleh penyakit tertentu atau mengalami kecelakaan

b. Kriteria Penyakit Terminal


1. Penyakit tidak dapat disembuhkan
2. Stase akhir kehidupan dan penyakit mengarah pada keatian
3. Diagonsa medis sudah jelas
4. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
5. Prognosis jelek
6. Bersifat prognosis
7. Tubuh sudah tidak cukup menerima efek obat
c. Mengartikan kematian bagi pasien terminal
Baik pasien dewasa hjmaupun pasien anak, sebenarnya sama-sama memiliki kecemasan
terhadap kematian yang akan dialaminya. Strause (1970) membagi kesadaran akan kematian
ini menjadi tiga fase, yaitu:
1. Tidak Mengerti
2. atau pengertian yan ditutup
3. Sadar akan keadaan yang sudah kebukan

d. Masalah – Masalah Pada Pasien Penyakit Terminal


A.Masalah fisik
 Nyeri
 Perubahan kulit
 Distensi
 Konstipasi
 Alopesia

B.Masalah Psikologi

 Ketergantungan tinggi
 Kehilangan kontrol
 Kehilangan produktifitas
 Hambatan dalam berkomunikasi

C. Masalah Sosial

 Menarik Diri
 Isolasi sosial

D.Masalah Spritual

 Kehilangan harapan
 Perencanaan saat ajal tiba
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. ASKEP TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dapat menunjukan kesempatan yang dimiliki perawat dalam
mendukung atau menguatkan spiritualitas klien. Pengkajian tersebut dapat menjadi
terapeutik karena pengkajian menunjukkan tingkat perawatan dan dukungan yang
diberikan. Perawat yang memahami pendekatan konseptual menyeluruh tentang
pengkajian siritual akan menjadi yang paling berhasil (Farran , 1989 cit Potter and
perry, 1997).
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal penting yaitu dilakukan setelah
pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan
hubungan interpersonal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu pengkajian
sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan
pasien atau dengan orang terdekat pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk
membicarakannya.
Craven dan Hirnle (1996), Blais dan Wilkinson (1995) serta Tayler, Lillis dan
Le Mane (1997), pada dasarnya informasi awal yang perlu digali secara umum adalah
a. Afiliasi agama
o Partisipasi agama klien dalam kegiatan keagamaan
o Jenis partisipasi dalam kegiatan keagamaan
b. Keyakinan / spiritual agama
o Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima terapi / upacara keagamaan
o Persepsi penyakit : hukuman, cobaan terhadap keyakinan
o Strategi koping
Pengkajian data subyektif meliputi :
a. Konsep tentang Tuhan atau ketuhanan
b. Sumber harapan dan kekuatan
c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan dan kondisi kesehatan.
Sedangkan pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi
a. Pengkajian afek dan sikap
Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis atau
preokupasi
b. Perilaku
Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku
keagamaan, dan apakah pasien seringkali mengaluh, tidak dapat tidur,
bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda
yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama
c. Verbalisasi
Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik keagamaan
lainnya, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama, dan
apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian
d. Hubungan interpersonal
Siapa pengunjung pasien, bagaimana pasien berespon terhadap pengunjung, ap
akah pemuka agama datang mengunjungi pasien, dan bagaimana pasien berhu
bungan dengan pasien yang lain dan juga dengan perawat
e. Lingkungan
Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya, apakah
pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan apakah pasi
en memakai tanda keagamaan misalnya jilbab. Terutama dilakukan melalui ob
servasi. (Hamid, 2000).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi kedalam
diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status
kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip
kesatuan (Farran, 1989). Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang berhubungan
dengan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan berlangsung
(Potter and Perry, 1997).
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North
American Nursing Diagnosis Association (2006) adalah distres spiritual. Pengertian
dari distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan agama, orang
lain, dan dirinya.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006)
batasan diagnosa keperawatan distres spiritual adalah :
a. Berhubungan dengan diri, meliputi mengekspresikan kurang dalam harapan, arti,
tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan diri, keberanian, marah,
rasa bersalah, koping yang buruk.
b. Berhubungan dengan orang lain, meliputi menolak berinteraksi dengan teman,
keluarga, dan pemimpin agama, mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan,
mengekspresikan keterasingan.
c. Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi tidak mampu
mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi), tidak ada ketertarikan kepada alam,
dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama
d. Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi tidak mampu
ibadah, tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, mengekspresikan
marah kepada Tuhan, dan mengalami penderitaan tanpa harapan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (2006) faktor yang
berhubungan dari diagnosa keperawatan distres spiritual adalah mengasingkan diri,
kesendirian, atau pengasingan sosial, cemas, kurang sosiokultural/ deprivasi,
kematian dan sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis
diri atau orang lain.
a. Bagaimana penyesuaian terhadap penyakit yang berhubungan dengan
ketidakmampuan merekonsilasi penyakit dengan keyakinan spiritual.
b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kehilangan agama sebagai
dukungan utama
c. Takut yang berhubungan dengan belum siap untuk menghadapai kematian dan
pengalaman kehidupan setelah kematian.
d. Berduka yang disfungsional : keputusasaan berhubungan dengan keyakinan
bahwa agama tidak mempunyai arti.
e. Keputusasaan berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli
termasuk tuhan
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan menjadi korban
g. Disfungsi seksual berhubungan dengan konflik nilai
h. Pola tidur berhubungan dengan distress spiritual
i. Resiko tindak kekerasan terhadap diri sendiri berhubunga ndengan perasaan
bahwa hidup tidak berarti
C. PERENCANAAN
Dengan menetapkan rencana perawatan, tujuan ditetapkan secara individual,
dengan mempertimbangkan riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi
serta data obyektif yang relevan (Hamid, 2000).
Menurut (Munley, 1983 cit Potter and Perry, 1997) terdapat tiga tujuan untuk
pemberian perawatan spiritual yaitu klien merasakan perasaan percaya pada pemberi
perawatan, klien mampu terkait dengan anggota sistem pendukung, pencarian pribadi
klien tentang makna hidup meningkat. Tujuan askep klien distress spiritual berfokus
pada menciptakan lingkungan yang mendukung praktik keagamaan dan keyakinan
yang biasa dilakukannya.
Klien dengan distress spiritual akan :
a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuuhi kebutuhan
b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika
menghadapi penyakit.
c. Mengembangkan praktik spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri
sendiri, Tuhan dan dunia luar
d. Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antara keyakinan spiritual
dengan kehidupan sehari-hari.
Kriteria hasil yang diharapkan klien akan :
a. Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual
b. Mengidentifikasi factor dala mkehiduapn yang menantang keyakinan spiritual
c. Menggali alternative : menguatkan keyakinan
d. Mengidentifikasi dukungan spiritual
e. Melaburkan / mendemonstrasikan berkurangnya distress spiritual setelah
keberhasilan intervensi
Pada dasarnya perencanaan pada klien distress spiritual dirancang untuk
memenuhi kebutuhan klien dengan membantu klien memnuhi kewajiban
agamanya dan menggunakan sumber dari dalam dirinya.

D. IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan
prinsip - prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut (Hamid, 2000) :
a. Periksa keyakinan spiritual ibadah
b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spritualnya.
c. Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual
d. Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien
e. Berespon secara singkat, spesifik dan factual
f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati
masalah klien
g. Menerapkan tehnik komunikasi terapeutik dengan tehnik mendukung menerima,
bertanya, memberi infomasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan yang
dimiliki klien
h. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal kien
i. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui
klien
j. Menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien berespon terhadap penyakit.
Apakah klien menganggap penyakit yang dideritanya merupakan hukuman,
cobaan atau anugrah dari Tuhan ?
k. Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agamanya
l. Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di Rumah Sakit.
Menurut Amenta dan Bohnet (1986) cit Govier (2000) ada empat alat / cara
untuk membantu perawat dalam menerapkan perawatan spiritual yaitu :
a. Menyimak dengan perilaku wajar
b. Selalu ada
c. Menyetujui apa yang dikatakan klien
d. Menggunakan pembukaan diri
Perawat berperan sebagai komunikator bila pasien menginginkan untuk bertemu denga
n petugas rohaniawan atau bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dala
m mengatasi masalah spiritualnya.
Menurut McCloskey dan Bulechek (2006) dalam Nursing Interventions Classification
(NIC), intervensi dan diagnosa distres spiritual salah satunya adalah support spiritual. D
efinisi support spiritual adalah membantu pasien untuk merasa seimbang dan berhubun
gan dengan kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi :
a. Buka ekspresi pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan
b. Beri semangat untuk menggunakan sumber – sumber spiritual
c. Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan pasien
d. Tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien
e. Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
kepercayaan dan nilai, jika diperlukan
f. Mampu untuk mendengar perasaan pasien
g. Fasilitasi pasien dalam meditasi, berdoa atau ritual keagamaan
h. Dengarkan dengan baik komunikasi pasien dan kembangkan rasa pemanfaatan
waktu untuk berdoa atau ritual keagamaan
i. Yakinkan kepada pasien bahwa perawat dapat mensupport pasien ketika sedang
menderita
j. Buka perasaan pasien terhadap rasa sakit dan kematian
k. Bantu pasien untuk berekpresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan rasa
marah dengan cara yang baik.
E. EVALUASI
Perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan
spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritualitas klien dengan perilaku
dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan. Klien harus mengalami
emosi sesuai dengan situasi, mengembangkan citra diri yang kuat dan realistis, dan
mengalami hubungan interpersonal yang terbuka dan hangat. Keluarga dan teman,
dengan siapa klien telah membentuk persahabatan dapat dijadikan sumber informasi
evaluatif. Klien harus juga mempertahankan misi dalam hidup dan sebagian individu
percaya dan yakin dengan Tuhan Yang Maha Kuasa atau Maha Tinggi. Bagi klien
dengan penyakit terminal serius, evaluasi difokuskan pada keberhasilan membantu
klien meraih kembali harapan hidup (Potter anfd Perry, 1997).
Untuk mengatahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian
tujuan asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum pasien mampu :
a. Mampu beristirahat dengan tenang
b. Menyatakan penerimaan keputusan moral / etika
c. Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan
d. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama
e. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
f. Menunjukkan afek positif tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan ansietas
g. Menunjukkan perilaku lebih positif
h. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.
2.ASKEP KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “ X”


DENGAN GANGGUAN GAGAL JANTUNG

A. P E N G K A J I AN

1. Biodata

a. Identitas Klien

Nama : NY. “ X “

Umur : 43 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jalan Murai

Tanggal masuk : 9 April 2012

Tanggal Pengkajian : 12 April 2012

No Register : 101112

Diagnosa Medis : Gagal Jntung

b. Identitas Penagung Jawab

Nama : Tn “Z”

Umur : 55 Tahun

Alamat : Jalan Murai

Agama : Islam

Pekerjaan : PNA

Hubungan dengan klien : Suami


2. Lingkup Masalah keperawatan
Klien nyatakan lemah, konsentrasi menurun, Mudah gelisah dan mengeluh pusing disaat
bangun
3. Riwayat Penyakit
A.Riwayat penyakit sekarang
Gejala terus memburuk sejak 2 tahun terakhir dan nafasnya semakin pendek hingga hanya
mampu berjalan sebentar dan beraktifitas ringan,padahal dia biasa berjalan kaki sejauh
1km dan naik tangga 3 lantai namun sekarang klien menyatakan tidak kuat lagi
B.Penyakit Riwayat dahulu
Klien mengeluh sering nyeri dada mendadak dan menjadi sesak nafas
C.Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan penyakit keturunan juga t
idak ada yang menderita penyakit yang sama seperti klien.
4. Riwayat Psikologis

Klien terkihat cemas dan gelisah, terlihat dari sikap klien yang sering mengeluh sesak

nafas, sering bertanya tentang keadaannya da klien mengeluh takut penyakitnya tidak

sembuh lagi.

5. Riwayat Sosial

Hubungan klien dengan keluarga , masyarakat dan perawat cukup baik, terbukti dengan

klien selalu kooperatip terhadap perawatan dalam melaksanakan tidakan perawatan, seta

dengan banyaknya pengunjung yang menjenguk klien.

6. Riwayat Spiritual

Sebelum sakit klien rajin menjalankan ibadah shalat lima waktu,setelah sakit klien merasa

kesulitan dalam melakukan ibadah, klien hanya bisa berdoa saja karena klien menyadari

dengan kondisi klien klien tdidak bisa shalat lima waktu.

7. Kebiasaan Sehari – Hari

No Kebiasaan Sebelum sakit / Setelah Sakit / dirumah


dirumah sakit
1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi 3 x / hari terarur 3 x / hari
- Jumlah Satu porsi habis, nasi habis ¼ porsi, tiap kali
lauk pauk, sayuran makan
- Diet dll diet Dj3, Rendah natrium
- Keluhan Rendah garam kurang selera makan.
b. Minum Tidak ada
- Jenis Air putih
- Jumlah Air putih 3 – 4 gelas ( +750 – 1000
Eliminasi 6-8 gelas ( + 1500 – cc / hari )
a. BAB 2000 cc / hari )
- Frekuensi 1 x / hari
- Konsistensi 1 x / hari Lembek
- Warna Lembek Kuning khas
b. BAK Kuning khas
- Frekuensi Pasang DC urin lancar
- Warna 4 – 5 x / hari (out put 24 jam 500 cc)
Istirahat tidur Jernh
- Malam 6 jam
- Siang + 6 – 8 jam + 1 jam
Personal Hygine Kadang – kadang
- Mandi 2 x /hari di lap air hangat
- Gosok gigi 2 x / hari 3 x / hari
- Keramas 3 x / hari Belum rambut, kulit
2 x / minggu kepala bersih
- Potong kuku Kuku pendek dan bersih
Kebiasaan lain 1 x / minggu
Merokok Tidak
1 bubgkus / hari
Minum Obat – (pilter) Tidak
obata Tidak pernah

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum :
- Kesadaran : Compos mentis
- Bicara : Jelas, terlihat dengan merespon pertanyaan
- Tanda-tanda Vital : TD : 160 / 100 mmHg
Nadi : 120 x / menit

Respirasi : 32 x / menit

Suhu tubuh : 36,5 o C

- Berat bada : 58 Kg (sebelum sakit), 56 Kg (sekarang)

- Tinggi badan : 160 Cm

b. Sistem Pernafasan
- Keadaan Hidung bersih, keadaan simetris
- Frekuensi pernafasan : 32 x / menit
- Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada keluhan nyeri dada.,gerakan kana
n dan kiri simetris
- Auskultasi suara nafas bersih tidak ada suara tambahan seperti weezing dan terd
engar bunyi ronchi
- Sianosisi tidak ada
c. Sistem Cardiovasculer
- Bunyi jantung murni leguler
- Nadi perifer 120 x / menit
- Tekanan darah 150 / 100 mmHg
- Tidak terdapat distensi vena jugularis
- Tidak terdapat pembesaran KGB
- Pada perkusi batas jantung melebar kekiri
- Pada palpasi denyut apeks teraba pada ICS 5 - 6, 2 – 3 cm media dari midklavic
ula kiri
- Pada auskultasi terdengar bunyi gallop ( S3) dan mur-mur.
- Mukosa bibir, lidah dan daun telinga tidak sianosis
- Capillari refill time 3 detik
- Oedema tungkai kanan dan kiri.

d. Sistem Pencernaan
- Daerah mulut bersih , lidah bersih, keadaan gusi lengkap, caries gigi tidak ada, ti
dak tercium bau mulut
- Refleks menelan dan mengunyah tidak ada keluhannyeri
- Abdomen simetris, tidak ada pembesaran hati, tidak ada asites dan nyeri tekan, b
ising usus 12 x / menit

e. Sistem Perkemihan
- Keadaan genital bersih,
- Cateter terpasang urin lancar tidak ada keluhan nyeri
- Out put 24 jam 500 cc.
- Tidak teraba pembesaran ginjal
- Tidak ada nyeri pada daerah vesika urinaria

f. Sistem Penglihatan
- Bentuk kedua mata kanan dan kiri simetris
- Refleks pupil terhadap cahaya positif
- Klien bisa melihat gerakan jari jarak + 3 meter
- Klien tidak mengunakan kaca mata
- Tidak ada keluhan pada mata

g. Sistem pendengaran
- Keadaan telinga bersih, kedua telinga kanan dan kiri simetris
- Nyeri pada saat palpasi tidak ada
- Fungsi pendengaran baik terbukti klien mendengar waktu diajak komunikasi
h. Sistem Persarafan
- Kesadaran Compos mentis, GCS ( E4, M6, V5 = 15 )
- Orientasi waktu, tempat baik
- Motorik klien baik (dapat menyebutkan nama dan tempat tinggal)
- Test Saraf Cranial
 Nervus I (Olfaktorius) : Klien dapat membedakan bau alkohol dan kayu puti
h
 Nervus II ( Optikus) Penglihatan jelasdalam jarak + 4 meterrefleks pupil bai
k
 Nervus III (Okulomotorius), IV (Tokear), VI (Abduksen) : Klien dapat meng
angkat kelopak mata atas, kontaksi pupil baik, dapat mengerakan bola mata
kebawah, atas dan lateral
 Nervus V (Trigeminus) : Klien dapat menutup rahang dan mengunyah
 Nervus VII (Fasialis) : Otot ekpresi wajah baik, bentuk simetris, dahi dapat d
igerakan keatas dan kebawah, otot disekitar mata, mulut dapat digerakan. Kli
en dapat membedakan rasa manis dan asin.
 Nervus VIII ( Akustikus) : Keseimbangan tidak dikaji, pendengaran baik, ter
bukti klien dapat merespon dengan baik pertanyaan pada saat interaksi deng
an perawat.
 Nervus IX ( Glassopharingeus) dan Nervus X (Fagus) : klien dapat menelan
dengan baik.
 Nervus XI ( Aksecorius) : gerakan bahu dan kepala baik, tidak ada kelainan.
 Nervus XII (Hypoglosus) : Klien dapat mengerakan lidah.
i. Sistem Muskulokletal
- Tidak terdapat kelainan tulang belakang
- Tidak ada otropi otot
- Terpasang Infus asering 24 / hari pada tangan kiri.
- Tidak ada kekakuan aktivitas
- /Kekuatan otot persendian
4 4

4 4

j. Sistem Integumen
- Keadan kulit bersih
- Turgor kulit baik
- Fungsi sensorik dan peraba baik
- Suhu tubuh 36,5 oC
- Terdapat luka oprasi pada perut
- Rambut pendek dan bersih
- Kuku pendek dan bersih.
k. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak mengeluh penyakit DM

9. Data Penunjang
Tanggal 9 april 2012
Rontge Thorak : Kedua Sinus costopphrenicus lancip
a. EKG : Menunjukan Segmen ST
b. Laboratorium :
10. Terapi atau pengobatan

11. Analisa Data


INTERVENSI DAN EVALUASI
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. X selama kurang lebih 5 hari, penul
is dapat membuat kesimpulan :

1. Gagal jantung bukanlah suatu diagnosa penyakit, namun suatu sindrom/ kumpulan
dari beberapa penyebab (penyakit, kelainan kongenital) yang dimana mengakibatkan
disfungsi kerja jantung semestinya.

2. Pemberian asuhan perawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif di Rumah
Sakit Umum Daerah Ungaran sesuai standar, dimana perlengkapan dan pelayanan
cukup memadai. Penatalaksanaan dilakukan sudah secara umumnya antara lain
dengan memberikan obat diuretic, ACEI dan pembatasan aktivitas melalui advis dari
tim medis dengan melibatkan peran serta keluarga klien. Penatalaksanaan pada klien
dengan gagal jantung difokuskan dengan faktor penyebabnya, misalnya karena akibat
system hormonal RAA (Renin Angiotensin Aldosteron), hipertensi, ditekankan pada
penatalaksaan terkait. Tindakan keperawatan madiri yang dapat dilakukan antara lain
memantau balance cairan, mengatur posisi fisiologis, mengajarkan manajemen nyeri,
memberikan wawasan terkait permasalahan yang terjadi kepada klien, memantau
tanda-tanda vital, memantau respon cardio pulmonal selama perawatan dan lain-lain.
Selama dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama 5 hari, masalah teratasi
semua, walaupun klien pulang pada hari ke 6 selama pengkajian (perawatan)
dilakukan dan mendapat resep obat, serta surat kontrol 1 minggu kemudian, namun
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah penulis tetapkan telah memenuhi
tujuan dan kriteria hasil tersebut.

3. Klien masih dapat mempertahankan kondisinya saat ini setelah perawatan dengan
memperhatikan faktor penyebab (diet, minum obat, dll) dan menghindari faktor
pencetus (aktivitas, istirahat, dll) dari sindroma gagal jantung tersebut sesuai dengan
pengarahan yang sudah diberikan perawat kepada klien terkait perawatan lanjutan
dirumah.

B. Saran

1. Penulis menyarankan agar dalam memberikan asuhan keperawatan dengan masalah


gagal jantung kongestif harus secara komprehensif/ menyeluruh, dan tidak bisa
dilakukan secara setengah-setengah (hanya sekedar evaluasi hasil). Banyak masalah
yang muncul secara kompleks, berhubungan dengan disfungsi kerja jantung, dan
perawat harus memperhatikan itu, terutama untuk kebutuhan dasar klien.
2. Kepada pihak pengelola lahan pelayanan kesehatan, khususnya dibangsal penyakit dalam
perlu diadakan penyusunan prosedur dasar terkait penanganan awal dan lanjutan pada klien
dengan gagal jantung, terutama kongestif.
3. Perawat sebaiknya memberikan informasi terkait permasalahan yang sedang dialami klien
dengan gagal jantung kongestif, meliputi cara perawatan dan pencegahan, serta
perkembangan klien selama dilakukan perawatan. Perawat tidak harus menunggu visit dokter
untuk memberitahukan perkembangan keadaan klien kepada klien, karena bermanfaat untuk
menambah kepercayaan klien terhadap perawat, selain itu juga dapat mempercepat waktu .

DAFTAR PUSTAKA

Dobríková, P., Macková, J., Pavelek, L., AlTurabi, L., Miller, A., & West, D. (2016). The eff
ect of social and existential aspects during end of life care. Nursing and Palliative Car
e, 1(3), 47-51.

Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th
ed. America: Mosby Elseiver

Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap St
atus Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan. J
akarta.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai