Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN DISTRESS SPIRITUAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Stase Keperawatan Jiwa


Nama Dosen : Denny Paul Ricky S.Kep NS M.Kep Sp.Kep.J

Disusun oleh:
Rahel Nuraeni Natalia
NIM: 2153005
Lokasi : Universitas Advent Indonesia,Bandung

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2021/2022
A. DEFINISI
Spiritualitas merupakan merupakan suatu aspek dinamis dan aspek intrinsik
kemanusiaan dimana individu mencari makna, tujuan, transendensi tertinggi, dan juga
pengalaman yang berhubungan dengan dirinya sendiri, keluarga, orang lain,
masyarakat, lingkungan, alam, dan sesuatu yang penting atau sakral. Spiritualitas
diekspresikan melalui keyakinan, nilai, tradisi, dan praktik (Puchalski et al,
2016). Adapun menurut Hamid (2017) spiritualitas mencakup empat aspek yaitu
hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain,
dan hubungan dengan trasenden atau Tuhan.
Spiritualitas adalah konsep yang luas dengan multidimensi dan perspektif
yang
ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada sesuatu yang lebih
besar dari diri individu, yang disertai dengan usaha pencarian makna dalam hidup
atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat universal dan menyentuh.
Beberapa individu menggambarkan spiritualitas dalam pengalaman-pengalaman
hidupnya seperti adanya perasaan terhubung dengan transendental yang suci dan
menentramkan, sebagaian individu yang lain merasaan kedamaian saat berada di
masjid, gereja, kuil atau tempat suci lainnya (Ardian, 2016).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2015).

B. TANDA & GEJALA


Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk
mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri mengatakan, “Saya merasa bersalah
karena saya seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami
serangan jantung.” Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi
kesembuhannya atau memberitahu pemuka agama untuk mengunjunginya. Peawat
juga perlu peka terhadap keluhan klien tentang kematian atau merasa tidak berharga
dan kehilangan arti hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik
kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distress yang dialami klien.
Perubahan perilaku Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan
fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang
menderita distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan mengintrospeksi diri dan
mencari alasan terjadinya suatu situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat
menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada yang bereaksi secara emosional dan mencari
informasi serta dukungan dari keluarga atau teman Serta perasaan bersalah, rasa takut,
depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan fungsi spiritual.

C. RENTANG RESPON

D. POHON MASALAH

( Fajariyan,2016 )
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ansietas / ketakutan ( individu, keluarga ) yang berhubungan dengan


situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan
takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidup
b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan takut akan hasil (kematian) dan lingkungannya penuh stres
(tempat perawatan)
c. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari sistem pendukung keagamaan, kurang pripasi atau
ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medis

Psikofarmaka pada distress spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.


Berdasarkan dngan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
di Indonesia III apek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk ke dalam
aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.

2. Terapi keperawatan

Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk mencapai


tujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan spiritual sehingga kepuasan
spiritual dapat terwujud. Rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
berdasarkan NANDA (2015) meliputi:

1. Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji sumber-


sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat pasien tentang
hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi, waktu dan tempat bagi
pasien untuk melakukan praktek spiritual, menjelaskan pentingnya hubungan
dengan Tuhan, empati terhadap perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka
agama, meyakinkan pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
2. Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan semua
prosedur dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur, mendampingi
pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut, memberikan
informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga untuk mendampingi
pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi, mendengarkan pasien dengan aktif, membantu pasien mengenali situasi
yang menimbulkan kecemasan, mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan dan persepsi.
3. Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau ancaman dalam
kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal pasien, memberikan rasa aman.

Menurut jurnal The spiritual distress assessment tool: an instrument to assess


spiritual distress in hospitalized elderly persons (2016) Distres spiritual bisa dinilai
dengan menggunakan model kebutuhan spiritual yang disebut dengan SDAT
(Spiritual Distress Assessment Tool). SDAT adalah prosedur penilaian formal untuk
mengidentifikasi kebutuhan rohani yang belum terpenuhi, mencetak hasil sejauh mana
kebutuhan rohani tetap terpenuhi dan untuk menentukan kehadiran distress spiritual.

G. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Membina hubungan saling percaya, dengan cara:
a. Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. Perkenalkan diri dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
yang disukai
c. Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Buat kontrak asuhan: yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
e. Jelaskan bahwa akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f. Tunjukkan sikap emapti terhadap pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah:
a. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien
(buat daftar kegiatan).
b. Beri pujian yang realistik dan hindarkan pemberian penilaian negatif
setiap kali bertemu dengan pasien.
3. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
b. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang dingkapkan pasien.
4. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan daftar
kegiatan yang dapat dilakukan.
5. Evaluasi kemampuan pasien berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan
6. Mengatur Kembali kontrak waktu untuk melaksanakan strategi pelaksaan
yang berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :EGC

Wilkinson, Judith M. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC

Ambarawati, Fitri Respati dan Nita Nasution.2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan
JIwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu

Herdman, T. Heather. 2017. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Jurnal Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda nic


noc.Yogyakarta 2016

Anda mungkin juga menyukai