Disusun oleh:
Rahel Nuraeni Natalia
NIM: 2153005
Lokasi : Universitas Advent Indonesia,Bandung
Etiologi
Tidak jelas apa yang menyebabkan penyakit Hirschsprung. Kadang-kadang terjadi dalam keluarga dan
mungkin dalam beberapa kasus dikaitkan dengan mutasi genetik. Penyakit Hirschsprung terjadi ketika sel-sel
saraf di usus besar tidak terbentuk sepenuhnya. Saraf di usus besar mengontrol kontraksi otot yang
memindahkan makanan melalui usus. Tanpa kontraksi, tinja tetap berada di usus besar (Nelson Textbook of
Pediatrics. 21st ed. Elsevier; 2020). Kondisi penyakit hirschsprung dapat disebabkan oleh beberapa faktor
menurut Suryandari (2018), yaitu terdiri dari:
Pada kasus ringan, kondisi hirschprung mungkin tidak terdeteksi sampai masa anak-anak.
Seorang anak lebih berisiko terkena penyakit hirschprung jika ada riwayat genetik dengan kelainan
tersebut. Hirschprung juga sering dikaitkan dengan penyakit sindrom Down. Anak laki-laki lebih
cenderung mengalami penyakit hirschprung daripada anak perempuan (Stanford Children’s Health,
2016).
Penyakit Hirschprung
Gangguan gastrointestinal
Tidak dapat mendorong yang dicerna
Penatalaksanaan
Terdapat beberapa tatalaksana dari penyakit hirschsprung yang dapat dilakukab baik secara medis
maupun non medis, yaitu:
1) Dekompresi
Dekompresi dilakukan bila terdapat perut kembung dan muntah berwarna hijau dengan
pemasangan pipa orogaster/nasogaster dan pipa rektum serta dilakukan irigasi feces dengan
menggunakan NaCl 0.9% 10-20 cc/kgBB, bila irigasi efektif dapat dilanjutkan sampai
cairan yang keluar relatif bersih (PerMenKes, 2017).
2) Perbaikan Keadaan Umum
a. Resusitasi cairan dan koreksi elektrolit
b. Antibiotic spectrum luas untuk mencegah sepsis
c. Rehabilitasi nutrisi (PerMenKes, 2017).
3) Penatalaksanaan Medis
a. Prosedur Penarikan Usus (laparoscopic pull-throught) Pada prosedur ini dokter
akan memotong dan membuang bagian usus besar yang tidak memiliki saraf,
kemudian menyambung usus yang sehat langsung ke anus (Holcomb,2010).
b. Prosedur Swenson
Tujuan swenson pull-through adalah untuk menghilangkan seluruh kolon
aganglionik, dengan end-to-end anastomosis di atas anal sphingter. operasi
awalnya dilakukan melalui laparotomi, dengan anatomosis dilakukan perineum
setelah mengalami rektum aganglionik (Holcomb,2010).
c. Prosedur Soave Prosedur Soave melibatkan reseksi mukosa dan submukosa
rektum dan menarik melalui ganglion usus normal melalui manset
berotot aganglionik rektum. Itu diperkenalkan pada 1960-an dan awalnya tidak
termasuk bergabung secara formal. Itu tergantung pada pembentukan jaringan
parut antara segmen pull-through dan usus aganglionik sekitarnya
(Holcomb,2010).
d. Prosedur Duhamel
Prosedur duhamel adalah tindakan operasi yang memotong usus besar yang
tidak memiliki saraf dan pembuluh darah, lali menyambung usus besara yang
memiliki saraf dengan stapler linear untuk membuat lumen baru
(Holcomb,2010).
dengan Perut
kembung
- Orang tua
klien
mengeluh
anaknya
nyeri saat di
pegang
DO :
- Klien
tampak
Obstipasi
- Tampak
Mekonium
yang
lambat
keluar
- Tampak
ada Distensi
abdomen
- Klien
Konstipasi
selama
beberapa
minggu/
bulan
Ds: - ibu klien mengatakan anaknya
dengan perut kembung
- Orangtua klien mengeluh
anaknya nyeri saat dipegang
Do: - klien tampak obstipasi
- Tampak meconium yang
lambat keluar
- Tampak ada distensi abdomen
- Klien konsipasi selama
beberapa minggu/bulan
Ds: - ibu klien mengatakan muntah - Peristaltic abnormal Gangguan nutrisi kurang
berwarna hijau - Peristaltic tidak dari kebutuhan tubuh
- Orangtua klien mengatakan sempurna
diare - Obstruksi parsial
Do : - klien tampak obstruksi - Refluk peristaltic
- Terdapat obstruksi usus yang - Perasaan penuh
fungsional
- Tampak obstruksi usus akut
Ds: - ibu klien mengeluh anaknya - Usus spasis dan Gangguan rasa nyaman
demam daya dorong tidak
- Ibu klien mengeluh anaknya ada
sesak nafas - Obstipasi
- Ibu klien mengeluh anaknya - Distensi abdomen
Tidak nyaman
- Ibu klien mengeluh anaknya
nyeri saat dipegang
Do: - klien biasanya tampak distress
pernafasan
- Akral hangat
Diagnosa Keperawatan
1) Konstipasi b.d spiter rectum tidak dapat relaksasi, feses tidak mampu melewati spinter ani,
akumulasi benda padat, gas , cair, obstruksi, meconium yang lambat keluar, distensi
abdomen, konstipasi selama beberapa minggu/bulan.
2) Gangguan nutrisi kuarang dari kebutuhan b.d peristaltic abnormal, peristaltic tidak sempurna,
obstruksi parsial, refluk peristaltic, perasaan penuh d.d muntah berwarna hijau, diare,
obstruksi usus akut, obstipasi, obsruksi usus yang fungsional.
3) Gangguan rasa nyaman b.d usus spasis dan daya dorong tidak ada, obsipasi, distensi abdomen
d.d sesak nafas, tidak nyaman, nyeri, demam, distress pernafasan, akral hangat
Kolaborasi
15. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
16. Kolborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
3. Gangguan rasa nyaman Kebutuhan rasa nyaman 1. Sarankan orangtua
terpenuhi setelah dilakukan hadir selama
Tindakan keperawatan prosedur
selama …x24 jam, denga 2. Berikan tindkan
kriteria hasil : kenyamnan sesuai
1. Klien tidur tenang usia
2. Klien tidak menangis 3. Kaji terhadap tanda
3. Klien tidak nyeri
mengalami gangguan 4. Ciptakan lingkunga
tidur yang mendukung
dengan penuh kasih
sayang
5. Berikan analgesic
sesuai kebutuhan
Daftar Pustaka
1. Kliegman RM, et al. Motility disorders and Hirschsprung disease. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 21st ed.
Elsevier; 2020. https://www.clinicalkey.com. Accessed March 3, 2021.
2. Pediatric Surgery (Seventh Edition) 2012, Pages 1265-1278
3. Chhabra, S., Harwood, R., & Kenny, S. E. 2019. Hirschsprung’s Disease. Surgery (Oxford).
doi:10.1016/j.mpsur.2019.09.005.
4. Hockenberry, M., Wilson, D. & Rodgers, C. C., 2017. Wong's Essentials Of Pediatric Nursing 10 Ed. St.
Louis, Missouri: Elsevier.
5. Holcomb. G.W., Patrick. J.M., Daniel. J.O. 2010. Ashcraft Pediatrict Surgery Sixth Edition. Kansas City:
Elsevier
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES.474/2017. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Hirschprung. 27 September 2017. Jakarta.
8. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi III. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
9. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
10. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi II. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.