Anda di halaman 1dari 32

Presented by :

NISLAWATY, SST, M.Kes


TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

SETELAH MEMPELAJARI MATERI INI,


PESERTA MAMPU MENERAPKAN KONSEP
DAN PRINSIP KTS DAN KTPK
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

SETELAH MEMPELAJARI MATERI INI, PESERTA


MAMPU :

1. MENJELASKAN KONSEP DAN PRINSIP KTS

2. MENJELASKAN KONSEP DAN PRINSIP KTPK

3. MENERAPKAN KTS

4. MENERAPKAN KTPK
 Dampak penyebaran infeksi HIV/AIDS dan
tingginya prevalensi di Indonesia  masalah
HIV/AIDS bukan hanya masalah medik penyakit
menular  tapi masalah kesehatan masyarakat

Program penanggulangan / pencegahan HIV/AIDS


 Pengamanan darah
 Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
Sudah berjalan baik, tapi program pelayanan dan dukungan
masih terbatas  khususnya program konseling dan tes
sukarela (KTS)/ Voluntary Counseling & Testing HIV (VCT).
 Oleh karena itu VCT sudah mendesak di
jalankan dalam program penanggulangan
HIV/AIDS
 VCT juga salah satu komponen utama dalam
mendukung program WHO, the “3 by 5” 3 juta
ODHA dapat mengkonsumsi ARV ditahun
2005 di Indonesia 5000 ODHA tahun 2004 dan
10.000 ODHA tahun 2005.
 Untuk mendukung pelayanan VCT yang
berkualitas perlu pelatihan konselor dan
mensosialisasikan VCT kepada masyarakat
terutama risiko HIV/AIDS
Konseling merupakan proses membantu
seseorang untuk belajar menyelesaikan
masalah interpersonal, emosional dan
memutuskan hal tertentu.
Membantu setiap individu untuk
berperan sendiri dalam hidupnya.
Membangun kemampuan untuk mengambil
keputusan bijak dan realistik
Menuntun perilaku mereka dan
mengemban konsekuensinya
Memberikan informasi
Pemecahan masalah
Berfokus pada klien, spesifik atas kebutuhan, isu dan
lingkungan setiap klien
Proses timbal balik, kerja sama dan saling menghargai

Munuju tujuan

Membangun otonomi dan tanggungjawab diri terhadap


klien
Memperhatikan situasi interpersonal, sesuai
sosial/budaya, kesiapan untuk berubah
Mengajukan pertanyaan, menyediakan informasi,
mengulas informasi dan mengembangkan rencana aksi
 Situasi dimana klien :
Dihakimi
Disalahkan
Dibenarkan
Dinilai
Dipermasalahkan
Dinasihati
Dicarikan jalan keluar
Konselor lebih tahu mana yang terbaik bagi klien

Konseling : membantu klien mengambil keputusan


KONSELING (‘PSIKOTERAPI’) VS EDUKASI
KESEHATAN
KONSELING EDUKASI KESEHATAN
Rahasia Tidak rahasia, Umum

Biasanya tatap muka, proses Kelompok kecil atau


seorang atau kelompok kecil besar

Membangkitkan emosi kuat


baik pada konselor maupun Emosi netral
klien
Informasi digunakan
Indormasi digunakan untuk untuk meningkatkan
mengubah dan memotivasi pengetahuan dan
perubahan perilaku mengedukasi

Orientasi pada isu Orientasi pada isi

Dasarnya adalah kebutuhan Dasarnya adalah


klien kebutuhan masyarakat
Adalah komunikasi bersifat rahasia klien –
konselor, bertujuan meningkatkan kemampuan
menghadapi stress dan mengambil keputusan
yang berkaitan dengan HIV/AIDS.
1. Pencegahan penularan HIV :
Mengurangi perilaku berisiko
2. Mendorong ke layanan sedini mungkin :
Layanan medik:
Terapi ARV
Terapi dan prevalensi infeksi oportunistik
penularan ibu-anak
Keluarga Berencana
Layanan Kejiwaan
Konseling untuk hidup positif
Dukungan sosial
Bantuan hukum dan perencanaan masa depan

3. Masyarakat
Normalisasi HIV
Tantangan stigma
Menigkatkan kesadaran
Mendukung hak azasi
Orang yang sudah diketahui menderita AIDS
atau terinfeksi HIV dan keluarganya
Mereka yang sedang di tes untuk HIV
(sebelum dan sesudah testing)
Mereka yang mencari pertolongan diakibatkan
perilaku risiko yang lalu dan sekarang
merencanakan masa depannya
Mereka yang melakukan risiko tinggi
SIAPA YANG MENJADI KONSELOR ?

Dokter, perawat, Psikolog

Psikotherapis, pekerja sosial

Guru, penyuluh kesehatan

Petugas Laboratorium, pemuka agama

Kelompok pekerja muda, dukun tradisional

Yang masih mempunyai ruang untuk orang lain yang


sudah dilatih
JENIS KONSELOR

1. Konselor sebaya (Peer Counselor)

2. Konselor Awam (Lay Counselor)

3. Konselor Profesional (Professional Counselor)

4. Konselor Senior (Senior Counselor)


Kemauan belajar dari pengalaman

Kemauan menerima orang lain sebagaimana adanya

Mampu berempati

Kemauan untuk pendekatan fenomenologis

Kemauan untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif

Kemauan untuk menguji asumsi/hipotesisnya

Bersifat optimis
Tidak menghakimi, tidak membenarkan
Mampu dan trampil memberi dukungan
Mampu dan trampil membantu orang lain mengambil
keputusan
Mampu membina hubungan saling percaya: menjaga
kerahasiaan klien dalam perilaku kita dan data
Mampu memberi informasi
Mengetahui keterbatasan dirinya: ‘SAYA ADA TEMAN
YANG LEBIH COCOK UNTUK PERMASALAHAN SAUDARA’

PROSES PELATIHAN DIRI


 HIV penyakit yang mengancam kehidupan dan
terapinya seumur hidup

 Diagnosis Infeksi HIV dapat menimbulkan tekanan


dan kecemasan psikologis yang hebat yang dapat
memperlambat perubahan konstruktif atau
memperburuk penyakit, terutama epidemi HIV
telah menimbulkan ketakutan, salah pengertian dan
diskriminasi

 Konseling dapat mencegah penularan melalui


perubahan perilaku.
 Waktu
 Pribadi / individual
 Privasi
 Rahasia
 Tidak menghakimi
 Dukungan emosi
 Mendorong klien membuat keputusan
TEHNIK DASAR KONSELING

1. Mendengarkan aktif

2. Mengajukan pertanyaan

3. Menciptakan suasana hening dan nyaman

4. Memperhatikan perilaku non-verbal


 Konseling Pra tes

 Konseling Pasca tes


1. Konseling Pra Tes

Tujuan:
Membuat klien mampu memutuskan apakah dirinya perlu
memeriksa status HIVnya atau tidak, dengan segala
konsekuensinya.

Isi Konseling: (ada 5 prinsip)


- Motif pelaksanaan sukarela
- Interprestasi hasil tes:
a. Tanpa Penapisan vs konfirmasi
b. Gejala vs gejala nyata
c. Pemahaman akan infeksi HIV dan dampaknya:
HIV tidak dapat namun tetap dapat produktif
d. Infeksi oportunistik dapat diobati
- Estimasi hasil:
 Kesiapan mental-emosional penerimaan hasil pemeriksaan.
 kajian risiko bukan harapan akan hasil
 Periode jendela (window period)

- Membuat rencana jika didapatkan hasil:


 Apakah harus dilakukan jika hasil positif atau negatif
 Memperkirakan dukungan dari orang dekat/sekitar klien
 Membangun pemahaman hidup sehat dan mendorong
perilaku sehat.

- Membuat keputusan: melaksanakan tes/tidak


 Buat Informed consent
2. Konseling Paska tes

Tujuan:
- Membuat klien mampu menerima hasil
- Pemeriksaan status HIV nya dan beradaptasi dengan
konsekwensi dan risiko.
- Membuat perubahan perilaku menjadi perilaku sehat
Mempunyai 5 prinsip
1. Menilai situasi psikososial terkini, mendukung mental
emosional klien.
2. Pemahaman klien
3. Membacakan hasil
4. Mendukung emosi klien: Fentilasi dan mendorong klien
bicara lebih lanjut
5. Managemen pemecahan masalah: Gali masalah,
pahami dan pahamkan pada klien, susun rencana.
Membantu membuat rencana menghadapi kehidupan
pasca penetapan hasil dengan perubahan perilaku ke
perilaku sehat.
Kunci utama dalam menyampaian hasil tes:
 Periksa ulang seluruh hasil klien dalam catatan medik
 Sampaikan hanya pada klien secara tatap muka.
 Berhati-hati dala memanggil klien dari ruang tunggu
 Hasil tes tertulis

Penyampaian hasil tes negatif:


 Waspada dengan periode Jendela
 Mendorong mengubah perilaku ke arah positif
 Tetap merawat diri untuk menghindari infeksi dan
kemungkinan penularan
Sampaikan berita secara hati-hati

Menilai kemampuan mengelola berita hasil

Sediakan waktu untuk diskusi secara pribadi dan rahasia

Ditekankan infeksi HIV bukan AIDS

Bantu agar adaptasi dengan situasi

Menjaga kesehatan

Buat rencana tepat dan rasional


ROLE PLAY
DIMINTA 8 ORANG SEBAGAI PEMAIN PERAN :
1. SEBAGAI ODHA
2. KELUARGA ODHA
3. PASIEN PUSKESMAS (2 ORANG)
4. PETUGAS KESEHATAN PERAWAT
5. PETUGAS KONSELOR
6. PETUGAS PENDAFTARAN DI PUSKESMAS
7. DOKTER PEMERIKSA

SKENARIO :
SEORANG PASIEN PEREMPUAN MERASAKAN KELUHAN DIARE
YANG SUDAH BERLANGSUNG LAMA LEBH DARI 1 BULAN DAN
BERAT BADAN SEMAKIN MENURUN DAN MINTA DITEMANI
OLEH SUAMINYA UNTUK BEROBAT DI PUSKESMAS. DAN DI
PUSKESMAS DIA DILAYANI SEPERTI PASIEN BIASA TETAPI
SELAMA PEMERIKSAAN OLEH DOKTER DICURIGAI MENDERITA
HIV DAN DIANJURKAN UNTUK KONSELING DAN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM LEBIH LANJUT.
 Menangis:
 Biarkan klien menangis
 Beri kesempatan untuk menumpahkan kesedihannya
 Sediakan tissu penghapus air mata
 Beri komentar ketika proses berlangsung.’terasa sulit
bagi anda, bagaimana jika kita bicarakan? Apa yang
membuat anda menangis?

Marah
 Bila klien mulai teriak atau mengamuk menunjukkan
kemarahannya, jangan panik, biarkan ia meluapkan
perasaannya
 Katakan bahwa perasaan demikian itu normal adanya
 Tanyakan apa yang membuatnya marah
 Tak Berespon
 Mungkin disebabkan karena shok atau
menyangkal atau tak berdaya
 Periksakan apakah klien memahami arti tes
darahnya
 Waspada akan pikiran bunuh diri

Menyangkal
 Baik verbal maupun non verbal
 Konseling memberi kesempatan klien untuk
memahami kesulitan akan hasil informasi
 Biarkan klien berbicara tentang perasaannya
 Kesehatan, Istirahat, olah raga, diet (gaya hidup)
 Sex Aman
 Kontrol Infeksi di rumah dan lingkugan sosial
 Tawarkan konseling tindak lanjut
 Sediakan informasi tertulis

Anda mungkin juga menyukai